Keajaiban struktur dan gaya bahasa Al-Qur'an
Segi lain yang tidak mampu ditiru adalah komposisi dan gaya khas Al-Qur'an dalam bahasa Arab. Gaya bahasa Arab yang tersaji didalam Al-Qur'an sangat berbeda dengan bahasa keseharian bangsa Arab, juga berbeda dengan metode komposisi bahasa dan kesusastraan Arab, dimana ketika itu tengah berkembang pesat dan mencapai puncaknya. Didalam Al-Qur'an bisa ditemukan ada ayat-ayat yang membahas sesuatu dan telah selesai pembahasannya, namun kata-kata tersebut bertaburan menjadi hiasan pada bagian ayat yang lainnya. Hiasan semacam itu tidak pernah terjadi sebelum dan sesudah pengiriman Al-Qur'an, dan tidak pernah ada seorangpun mampu menghasilkan yang semacam itu.
Ketika orang-orang Arab mendengar lantunan Al-Qur'an, mereka tercengang dan terpaku dengan keindahannya, akal jadi tak berkutik dan mereka menyerah dalam pesona Al-Qur'an. Dengan kata lain, mereka belum pernah mendengar sesuatu yang begitu menggugah dalam bentuk bahasa Arab manapun, baik dalam prosa, puisi, sajak maupun syair.
Walid bin Mughiroh sangat berpengetahuan dalam bidang ilmu syair Arab. Ia telah mendengar Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, berbicara pada beberapa kesempatan, dan menjadi akrab dengan gaya bicara baginda, tetapi suatu hari ia kebetulan mendengar baginda melantunkan Al Qur'an, yang langsung meyakinkannya bahwa itu bukan kata-kata seorang manusia dan tidak akan pernah ada manusia yang mampu menyusun kata-kata seperti itu. Setelah Walid mendengar ayat-ayat tersebut, Abu Jahal, orang yang paling membenci baginda, datang dan mengingkari baginda, Walid lantas berkata, "Demi Allah! Tak seorang pun dari kalian yang lebih mengetahui syair daripada aku. Demi Allah! ucapan kesehariannya (yakni Rasul) sama sekali tidak mirip dengan Al-Quran!"
Setiap kali festival syair diadakan, manusia selalu datang berduyun-duyun. Ketika tiba waktunya bagi orang-orang Quraisy menyelenggarakan festival tahunan, mereka melakukan persiapan yang matang. Namun banyak yang mengkhawatirkan dampak lantunan Al-Qur'an pada para peserta festival. Maka orang-orang kafir berkumpul bersama dan berembuk serta bersepakat akan mengatakan hal yang sama tentang Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan tidak akan berkata yang bertentangan satu sama lainnya.
Walid adalah salah satu di antara mereka yang hadir, dan ketika seseorang menyarankan agar mereka berkata, "Muhammad adalah seorang dukun," Walid menyahut, "Demi Allah, ia bukanlah seorang dukun! baginda tidak pernah berkomat-kamit maupun berbicara dalam irama sajak." Yang lainnya memberi opini supaya menyebut baginda sebagai orang gila. Walid menimpali, "Dia tidak gila, juga tidak dipengaruhi oleh jin, karena dia tidak pernah menyerak maupun membisik dalam bersuara."
Kemudian mereka mengusulkan agar menyebut baginda sebagai penyair, lalu Walid menyangkal, "Dia bukanlah penyair, kita tahu seluruh bentuk syair dan puisi, dan dia tidak termasuk penyair." Kemudian mereka mengusulkan agar berkata, "Dia adalah seorang ahli sihir." Sekali lagi Walid berkata, "Dia bukan seorang tukang sihir, tidak ada buhul maupun tiupan." Mereka jadi frustrasi dan berseru, "Lalu kita akan bilang apa tentang dia!"
Walid memberitahu mereka, "Apa yang kalian bilang tentang dia sama sekali tidak benar. Aku sendiri tidak mengakui baginda sebagai pembawa kebenaran, dan kurasa yang paling tepat adalah menyebutnya sebagai penyihir, karena sihir dapat memisahkan orang tua dengan anaknya, juga memecah tali persaudaraan, menghancurkan hubungan suami istri, serta memisahkan seseorang dari lingkungannya."
Lalu mereka bubar tanpa menghasilkan keputusan. Mereka duduk di pinggir-pinggir jalan untuk memperingatkan orang-orang. Sesudah itu, Allah mewahyukan tentang Walid, "Biarkan Aku dan yang telah Aku ciptakan sendirian." (Al-Muddatstsir,74:11).
Pada kesempatan lain Utbah bin Rabi'ah, yang terpelajar dalam seni bahasa, ketika mendengar lantunan Al Qur'an lantas berkata, "Wahai masyarakat, kalian tentu tahu, tidak ada suatu ilmu melainkan telah kupelajari, kubaca dan kuucapkan. Demi Allah, aku telah mendengar suatu perkataan. Demi Allah, aku sama sekali belum pernah mendengar yang sepertinya, bukan syair, bukan pula mantra maupun ramalan."
Abu Dzar yang memiliki saudara seorang penyair bernama Anis berkata, "Demi Allah, aku tidak mendengar ada yang lebih mengenal syair daripada saudaraku Anis. Dia bersaing dengan dua belas penyair dizaman Jahiliyyah dan aku termasuk seorang diantara mereka." Suatu hari, Anis melakukan perjalanan ke Mekah, sementara itu, Abu Dzar yang belum masuk Islam telah mendengar berita tentang baginda dan ajaran-ajarannya.
Begitu Anis pulang dari Mekah, Abu Dzar langsung menanyainya tentang apa yang dikatakan orang-orang mengenai Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Anis menjawab, "Mereka bilang baginda seorang penyair, seorang peramal, dan seorang penyihir. Aku telah mendengar ucapan para peramal, namun baginda tidak berkata-kata seperti mereka. Aku membandingkan baginda dengan para penyair, baginda berbeda pula dengan mereka. Setelah apa yang kukatakan ini, tidaklah patut menyebut apa yang disampaikan baginda sebagai syair. Sungguh baginda adalah yang benar dan merekalah yang berdusta!."
Beragam kesaksian tersebut hanyalah sedikit diantara riwayat-riwayat yang sahih. Keunikan Al-Qur'an tidak hanya terletak pada kefasihan dan keringkasan yg padat isinya, tetapi juga gaya bahasanya yang luar biasa. Al-Qur'an merupakan jenis tantangan yang berbeda, dimana orang-orang Arab tidak mampu meniru karena jauh diluar kemampuan mereka untuk melakukannya. Bahasa Al-Qur'an tidak sama dengan bahasa Arab lainnya. Beberapa pemimpin Islam juga mengutarakan pendapat serupa.
Bermacam-macam pendapat yang mengatakan tentang ketidakmampuan orang-orang untuk meniru Al-Qur'an. Ada yang mengungkap bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya, disebabkan oleh kuatnya kejelasan, komposisi, gaya dan strukturnya yang unik serta kedalaman maknanya. Hal-hal tersebut adalah bagian dari keajaiban alami, yang melebihi kemampuan setiap manusia untuk bisa menirunya, sebagaimana menghidupkan kembali orang mati, mengubah tongkat menjadi ular besar, atau menyebabkan kerikil-kerikil bertasbih kepada Allah.
Syekh Abul Hasan berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan meniru Al-Qur’an jika Allah menjadikan mereka berdaya melakukannya, namun faktanya, Allah mencegah mereka melakukannya sehingga menjadi mustahil untuk menirunya. Pendapat ini dipertahankan oleh beberapa ulama lainnya, yang mendasarkan pendapat mereka pada dua argumen.
Pendapat pertama adalah bahwa sudah ditetapkan kalau tidak ada manusia yang sanggup meniru Al-Qur’an. Argumen ini tidak akan berlaku dan diadakan jika bukan karena ada kemungkinan bagi manusia untuk melakukannya.
Pendapat kedua adalah kenyataan bahwa mereka ditantang untuk mencoba dan meniru Al-Qur’an. Tantangan ini secara efektif telah membuktikan kelemahan mereka sekaligus faktor penting untuk menegur mereka. Tidak akan dibenarkan membuat tantangan jika si penantang tidak memiliki kapasitas melakukannya. Pendapat yang ini lebih tegas daripada yang pertama.
Orang-orang kafir tidak berdaya untuk meniru Al-Qur'an, mereka terpaksa menelan harga diri mereka sendiri. Jika kekuasaan ada di tangan mereka, tentu jauh lebih mudah bagi mereka untuk bangkit menghadapi tantangan dan menghasilkan sebuah ayat atau sebuah surah, sehingga mereka bisa meraih keberhasilan dan kemenangan. Namun hanya Allah Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu. Ketika Dia menghendaki tak ada yang mampu menyaingi Al-Qur'an, maka tak akan ada yang bisa membuat yang sepertinya.
Tak peduli betapapun kerasnya orang-orang berusaha, meski bersatu bersama-sama mengerahkan segenap kemampuan dan keterampilan, dalam usaha memadamkan cahaya Al-Qur'an, mereka tetap tidak akan berdaya. Berbagai usaha yang mereka kerahkan, baik oleh individu maupun kelompok, tetap saja membuat mereka kebingungan, dan tak ada yang mampu mengucapkan sepatah kata pun. Panca indera mereka tumpul dan segala jalan menjadi buntu menghadapi tantangan Al Qur'an.
SAHIH SHIFA
KESEMBUHAN
Seri ke-13
MUKJIZAT YANG DIBERIKAN KEPADA
NABI MUHAMMAD
pujian dan kesejahteraan atasnya
Karya
Hakim Agung Abulfadl Iyad
wafat tahun 1123M / 544H
Periwayat Hadis
Muhaddis Agung Hafiz Abdullah Bin Siddiq
Perevisi
Muhaddis Abdullah Talidi
Diadaptasikan oleh
Abdi Hadis Syekh Ahmad Darwish (Arab)
Anne Khadeijah (Inggris)
Siti Nadriyah (Indonesia)
Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi
Perkara Gaib didalam Al Qur’an
Sisi lain tantangan Al-Qur'an ditemukan didalam ayat yang berkaitan dengan perkara-perkara gaib dan peristiwa yang terwujud di masa depan. Banyak sekali ayat yang memberitahukan aneka peristiwa yang belum terjadi dan benar-benar menjadi kenyataan di kemudian hari.
Kabar baik bisa masuk Mekah secara aman telah disampaikan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, didalam ayat berikut, "Kamu benar-benar akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keamanan." (Al-Fath,48:27).
Peristiwa lain yang saat itu belum terjadi, namun kemudian menjadi nyata, adalah berita bahwa Persia akan dikalahkan oleh bangsa Romawi, "Dan mereka dari setelah kekalahan mereka kelak akan mengalahkan." (Ar-Rum,30:3).
Allah memberikan kabar baik bahwa kaum muslimin dimasa depan akan menundukkan orang-orang kafir, juga berita Pembukaan Mekah dan keunggulan agama Islam, dalam firman-Nya,
"Ketika kemenangan Allah dan Pembukaan tiba." (Al-Fath,110:1).
"Allah menjanjikan mereka yang beriman diantaramu dan mengerjakan amal saleh sungguh akan menjadikan mereka para pengganti di bumi." (An-Nur,24:55).
"untuk mengunggulkannya atas agama seluruhnya." (At-Taubah,9:33).
Semua peristiwa terwujud, sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah. Romawi mengalahkan Persia, dan orang-orang Persia berbondong-bondong memeluk Islam.
(Informasi lebih lanjut silakan baca buku kami yang berjudul "Heraclius, Kaisar Romawi, Mengakui dan Mendukung Nabi Muhammad")
Pada waktu wafatnya Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, Islam telah merambah di sepanjang semenanjung Arab. Allah menjadikan kaum mukminin sebagai khalifah dimuka bumi. Allah menegakkan agama Islam dan kerajaan orang-orang beriman dibumi dari ufuk timur hingga ke barat. Sebagaimana Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah bersabda, "Bumi terkumpul untukku, hingga aku bisa melihat ufuk timur dan baratnya, dan kerajaan umatku kelak mencapai apa yang terkumpul darinya."
Allah memberitahu didalam Al Qur'an, "Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an) dan Kami benar-benar menjaganya." (Al-Hijr,15:9).
Selama berabad-abad tak terhitung jumlahnya kelompok yang berusaha merubah dan memalsukan Al Qur'an. Meski mereka mengerahkan segala daya upaya dan tipu muslihat, misalnya kelompok Qoromitoh, dengan menambah atau mengurangi isinya, namun tetap sia-sia.
(Sisipan Syeikh Darwish: Dimasa Hakim Iyad, ada sebuah sekte yang dikenal dengan sebutan "Orang-orang Qoromithoh". Sekte ini bergerak sangat aktif berupaya untuk merubah Islam, tetapi seperti para pendahulunya, mereka tidak berhasil. Segala puji bagi Allah, tak ada satupun yang berhasil memadamkan cahaya Al-Quran maupun mengubah isinya walaupun hanya satu kata, dan tak ada pula yang mampu menimbulkan keraguan dalam benak kaum Muslimin)
Segala puji bagi Allah! Tak satupun yang berhasil memadamkan cahaya Al Qur'an maupun mengubah ayat-ayatnya walaupun hanya satu huruf, maupun menyebabkan timbulnya keraguan dalam pikiran umat Islam!
Allah memberitakan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan para pengikut baginda tentang adanya konflik dengan orang-orang kafir dimasa depan, dalam firman-Nya, “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (Al-Qomar,54:45).
Dia juga berfirman,
"Perangilah mereka, Allah akan menghukum mereka dengan tanganmu." (At-Taubah,9:14)
Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, Pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah)…” (Ali-Imron,3:111).
Aneka peristiwa terjadi kemudian ketika waktu yang ditakdirkan telah tiba.
Didalam Al-Qur’an juga terdapat penyingkapan perkara gaib diantaranya ialah pembongkaran rahasia orang-orang munafik dan sebagian orang Yahudi yang memusuhi baginda serta kebohongan yang ada dibelakang mereka dan yang mereka sebar kepada masyarakat. Allah menyingkap pengkhianatan mereka, menegur mereka sekaligus memperlihatkan sifat sentimen mereka, seraya berfirman, "Dan berkata dalam diri mereka sendiri 'Mengapa Allah tidak menghukum kita atas apa yang kita katakan?'"(Al-Mujadilah,58:8).
Allah juga memberitahukan perilaku mereka kepada baginda dan orang-orang beriman, seraya berfirman, "Menyembunyikan dalam diri mereka apa yang tidak ditampakkan kepadamu." (Ali-Imron,3:154).
dan, "Dan diantara orang-orang Yahudi mendengarkan kebohongan." (Al-Maidah,5:42).
Mengenai kitab suci Yahudi, Allah telah memberi informasi kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan para pengikut baginda, dalam firman-Nya, “Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya [yakni menambah atau mengurangi]. mereka berkata [dengan lisan] : "Kami mendengar", tetapi [dalam hati mereka berkata] kami tidak mau menurutinya. dan (mereka mengatakan pula dengan lisannya) : "Dengarlah" sedang [dalam hati mereka berkata: semoga] kamu tidak mendengar apa-apa. dan (mereka mengatakan): "Raa'ina"[305], dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama…. (An-Nisa',4:46).
[Raa 'ina berarti: sudikah kiranya kamu memperhatikan kami. di kala para sahabat menghadapkan kata Ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata Ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina.]
Allah menjanjikan kemenangan kepada umat Islam, dan janji-Nya terpenuhi pada Peristiwa Badar, "dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikanmu salah satu dari dua pihak (di Badar) dan kamu berharap untuk yang tidak kuat." (Al-Anfal,8:7).
Allah memberitahu Nabi Muhammad, pujian kesejahteraan atasnya, "Sungguh Kami mencukupimu menghadapi para pengejek." (Al-Hijr,15:95). Setelah ayat ini turun, baginda menyampaikan kepada para Sahabatnya bahwa Allah mencukupi baginda dan juga mereka.
Yang disebut sebagai "para pengejek" adalah sekelompok orang di Mekah yang berusaha memalingkan orang-orang dari baginda dan yang menyakiti baginda. Mereka akhirnya bubar. Ketika orang-orang kafir mencoba membunuh Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, Allah menurunkan ayat, "dan Allah melindungimu dari orang-orang." (Al-Maidah,5:67).
Bangsa-bangsa masa lampau yang disebutkan didalam Al Qur'an
Sisi lain ketidakmampuan manusia meniru Al Qur'an ditemukan dalam informasi yang berkaitan dengan generasi masa lampau dan bangsa-bangsa yang telah punah dari dunia beserta hukum-hukum mereka. Pada saat pengiriman Al-Qur'an, hanya sedikit orang yang berilmu dikalangan Ahli Kitab - Orang Kristen dan Yahudi - yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk meneliti aspek yang satu ini, orang-orang yang lainnya tidak cukup berilmu dibidang ini dan pengetahuan mereka tidak lengkap .
Kisah tentang umat terdahulu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, merupakan tanda bagi orang-orang Ahli Kitab. Mereka tahu bahwa baginda buta huruf, tidak bisa baca tulis, dan tidak pernah berguru pada orang yang berilmu serta tidak memiliki akses mempelajari ilmu pengetahuan. Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, juga tidak pernah bepergian jauh dari umatnya.
(Sisipan Syeikh Darwish: Mereka tidak punya pilihan lain selain mengakui bahwa berita yang dibawa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memang berasal dari Yang Gaib. Karenanya mereka terpaksa mengakui kesahihan berita tersebut serta menyatakan kebenarannya tetapi banyak pula yang secara terbuka menolak mengakuinya)
Setiap kali beberapa pihak Ahli Kitab bertemu baginda, mereka mengetes dan menguji pengetahuan baginda, dimana baginda kemudian melantunkan kepada mereka ayat-ayat atau surah Al-Qur'an yang relevan dengan pertanyaan mereka, seperti kisah para nabi dengan kaumnya, kisah nabi Musa, nabi Khidir, nabi Yusuf dan saudara-saudaranya, para lelaki gua, Dzulqornain (Raja Cyrus, penguasa besar Persia, wafat tahun 600 SM-sebelum Masehi, nama Persia beliau Kurosh-e-Bozorg. Nama yang disebut didalam Bibel yaitu Koresh), Luqman dan putranya, serta kisah para nabi mulia lainnya.
Baginda juga memberi mereka informasi mengenai awal mula penciptaan, serta memberitahu apa yang ada didalam Taurat dan Injil asli yang diberikan kepada nabi Isa (yang telah hilang). Baginda juga memberitahu mereka Kitab Zabur nabi Daud, serta Naskah (Suhuf) nabi Ibrahim dan nabi Musa. Mereka yang berhati tulus mengakui dan membenarkan kebenaran berita yang dibawa baginda dan tidak mendustakannya. Mereka yang ditakdirkan meraih kesuksesan besar di Kehidupan Abadi mempercayai, sedangkan mereka yang keras kepala dan dengki kelak yang akan merugi.
(Sisipan Syeikh Darwish: Beberapa uskup dari Najran, menolak menerima kebenaran, contohnya adalah Ibnu Suriya dan Ibnu Akhtab, kepala rabi Madinah. Mereka tahu Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, membicarakan kebenaran, tetapi menolak mengakuinya. Mereka iri dan keras kepala, di kemudian hari mereka mati dalam keadaan tak beriman)
Mereka memperlihatkan permusuhan yang berapi-api terhadap baginda sekaligus mendorong para pengikut mereka agar tidak menerima ajaran baginda. Mereka juga menyimpangkan isi kitab mereka untuk mendukung kemauan mereka, bukannya menyampaikan keseluruhan ajaran yang ada didalam kitab mereka. Tidak ada bukti bahwa ada orang Ahli Kitab yang menyangkal kebenaran isi Al Qur'an, tetapi hanya sedikit dari mereka yang menerima Islam.
Orang Kristen dan Yahudi tidak pernah mengingkari kebenaran jawaban yang disampaikan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, ketika mereka memberondong banyak pertanyaan tentang nabi mereka dan mengajukan aneka pertanyaan yang sulit.
Mereka menanyai baginda rahasia ilmu pengetahuan dan sejarah kehidupan mereka, serta informasi yang tersembunyi didalam hukum mereka dan kandungan kitab mereka. Contohnya adalah pertanyaan tentang ruh, tentang nabi Isa, hukum rajam, dan apa yang Israel (nabi Ya’kub) larang untuk dirinya sendiri, serta binatang-binatang apa yang halal dan haram bagi mereka, kemudian yang diharamkan sebab kekejian mereka.
Allah berfirman, "Itulah persamaan mereka didalam Taurat dan persamaan mereka didalam Injil." (Al-Fath,48:29).
Semua pertanyaan bertubi-tubi yang diarahkan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dijawab baginda dengan apa yang telah diturunkan kepadanya. Namun sebagian mereka malah menciptakan kebohongan tentang risalah yang dibawa baginda dan mengatakan bahwa apa yang dibawa baginda berbeda dari kitab suci mereka. Karena itu, mereka dipanggil untuk membuktikan ucapan mereka. Tentang mereka, Allah berfirman, "Katakanlah, 'Hadirkan Taurat lalu lantunkanlah, jika kamu adalah yang benar'; Barangsiapa mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dari sesudah itu maka merekalah yang zalim." (Ali-Imron,3:93-94).
Mereka yang berperilaku tak beradab dan memilih untuk mendustakan apa yang dibawa baginda telah dipermalukan oleh kitab suci mereka sendiri. Juga diperlihatkan kebobrokan mereka yang telah merubah kata-kata dari Kitab mereka. Tak ada kabar berita orang Yahudi dan Kristen mampu menghasilkan bukti yang bisa mendukung pernyataan mereka, meski dengan bukti paling lemah sekalipun dari kitab mereka.
Allah menarik perhatian pada kenakalan mereka seraya berfirman, "Wahai Ahli Kitab! Sungguh utusan Kami (Muhammad) telah datang kepadamu memperjelas untukmu banyak dari isi Kitab yang kamu sembunyikan." (Al-Maidah,5:15).
Tantangan Al Qur'an dan ketidakmampuan manusia menjawab tantangan
Tidak ada sengketa maupun keraguan bahwa Al-Qur'an tidak bisa ditiru. Mereka yang berkoar-koar ternyata tidak membuktikan ucapan mereka. Mereka tidak mampu meniru dan memenuhi tantangan Al Qur'an. Ambil contoh firman Allah tentang orang-orang Yahudi, "Katakanlah, 'jika ada bagimu tempat tinggal akhirat disisi Allah secara khusus dari manusia yang lain maka inginkanlah kematian jika kamu adalah yang benar'; dan tidak akan menginginkannya selama-lamanya.'" (Al-Baqoroh,2:94-95)
Ulama berkata, "Ayat tersebut mengandung bukti terbesar dan juga tanda terjelas kebenaran risalah dari Allah. Karena Allah mengatakan kepada orang-orang Yahudi "Maka inginkanlah kematian." dan kemudian memberitahu mereka, "dan tidak akan menginginkannya selama-lamanya." Tak seorang pun dari mereka secara tulus merindukan kematian.
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, membicarakan hal tersebut seraya bersabda, "Sekiranya orang-orang Yahudi menginginkan kematian, niscaya mereka benar-benar mati dan melihat tempat duduk mereka di neraka." Allah mengubah hati orang-orang Yahudi, menjadi tidak mengharapkan kematian. Allah mencampakkan ketakutan yang luar biasa kedalam hati mereka, dengan demikian menandakan Utusan-Nya adalah orang yang benar serta menandakan kebenaran apa yang telah Dia turunkan kepada baginda.
Tak satu pun dari mereka secara tulus merindukan kematian. Mereka bahkan sangat menginginkan bisa lari dari kematian. Namun Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya, dan ayat diatas semakin menguatkan mukjizat yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Ketika para uskup Kristen dari Najran datang kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, kebanyakan mereka tetap bersikeras dalam penolakan mereka untuk menerima Islam. Saat itulah Allah menurunkan ayat yang menantang mereka agar memohon diturunkan laknat atas siapapun yang berdusta.
Allah berfirman, "Maka barangsiapa membantahmu tentangnya sesudah pengetahuan datang kepadamu, maka katakanlah, 'Marilah memanggil anak-anak kita dan anak-anakmu, kaum wanita kita dan kaum wanitamu, diri kita dan dirimu, kemudian marilah merendahkan hati berdoa, agar laknat Allah ditimpakan atas mereka yang berdusta." (Ali Imron,3:61)
Uskup tertinggi mereka, Al Aqib, memperingatkan rekannya sesama uskup sambil berkata, "Kalian mengetahui baginda adalah seorang nabi. Sama sekali tak ada seorang nabi pun yang melaknat suatu kaum dan mereka bisa bertahan hidup setelahnya, tak peduli yang besar maupun yang kecil." Mereka tidak menerima tantangan dan memilih membayar upeti (jizyah, yakni semacam retribusi / pajak untuk orang-orang yang menolak beriman) sebagai ganti perlindungan selama tinggal di negara Islam.
Adapun untuk orang-orang Arab yang tak mau beriman, Allah menantang mereka seraya berfirman, "Dan jika kamu dalam keraguan dari apa yang Kami turunkan kepada penyembah Kami (Muhammad), hadirkan sebuah surah yang menyamainya, dan serulah para penolongmu dari selain Allah jika kamu adalah yang benar; Namun jika tidak melakukan dan tidak akan melakukan, maka waspadailah neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, disediakan bagi yang tidak beriman." (Al-Baqoroh,2:23-24)
Meski ayat diatas termasuk berkenaan dengan perkara gaib, namun ada indikasi nyata bahwa mereka tidak akan mampu menjawab tantangan-Nya.
Rasa kagum dan takut yang menggugah hati saat mendengarkan Al Qur'an
Sisi lain keunikan Al Qur'an adalah timbulnya ketakutan dihati orang-orang tak beriman yang mendengarkannya, sekaligus merangsang telinga untuk mendengarnya. Al Qur'an juga bisa menghentakkan kekaguman apabila dilantunkan kepada mereka sebab kemegahan dan kehebatannya.
Al Qur'an merupakan hal besar bagi mereka yang menolak dan mendustakannya, sehingga mereka merasa berat ketika mendengarkannya. Tentang mereka, Allah berfirman, "Dan Kami letakkan tutupan diatas hati mereka dan sumbatan ditelinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan ketika engkau menyebut Penguasamu sendirian didalam Al Qur'an, mereka berpaling kebelakang dalam keengganan." (Al Isro', 17:46)
Ketika mendengar Keesaan Sang Pencipta didalam pelantunan AlQur’an, orang-orang kafir semakin ingin menjauhkan diri darinya dan berharap segera dihentikan lantunannya, sebab kebencian mereka yang mendalam.
Sedangkan orang-orang yang beriman, mengalami ketakutan karena besarnya wibawa Al Qur'an sekaligus terpesona mengaguminya. Ketika dilantunkan, mereka semakin tertarik, merasa bersuka cita dan gembira. Al Qur'an menjadi sumber kegembiraan mereka, yang menyebabkan hati condong kepadanya dan membenarkannya. Allah berfirman, "Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Penguasa mereka kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah." (Az-Zumar,39:23).
Juga terdapat firman-Nya, "Seandainya Kami menurunkan AlQur'an ini diatas sebuah gunung, pasti kamu melihatnya merendah diri seraya hancur berkeping-keping disebabkan takut kepada Allah." (Al-Hasyr,59:21).
Ayat diatas menunjukkan ciri khas Al Qur'an, yakni mampu memikat seseorang meskipun tidak tahu artinya dan tidak paham maksudnya. Suatu hari seorang Nasrani (pengikut Nabi Isa) kebetulan melewati seseorang yang melantunkan Al Qur'an. Si Nasrani lantas berhenti dan menangis. Saat ditanya apa yang menyebabkannya menangis, ia menjawab, "Karena kefasihan dan kemerduannya meresap kedalam hatiku."
Banyak yang mengalami ketakutan sekaligus terpesona pada Al Qur'an. Seringkali ditemukan laporan tentang orang-orang yang memeluk Islam setelah pertama kali mendengar Firman Allah, namun ada pula yang malah mungkir dan berpaling.
Jubair bin Muth'im berkata, "Waktu magrib, aku mendengar Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, melantunkan surah "At-Thur (Gunung Thur)", saat sampai pada ayat, "Ataukah mereka diciptakan dari tanpa sesuatu? atau mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?; Atau, apakah mereka telah menciptakan langit dan bumi? Bahkan mereka tidak yakin; Atau, apakah harta karun Penguasamu dalam pemeliharaan mereka? ataukah mereka para pengendali?" (At-Thur,52:35-37). Begitu mendengarnya, hatiku jadi tergugah dan aku pun memeluk Islam.
Jubair juga berkata, "Itu pertama kalinya Islam menjadi penting dalam hatiku."
Suatu hari, Utbah bin Rabi'ah datang kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, untuk membahas Wahyu terbaru yang berbicara menentang penyembahan berhala sukunya. Baginda lalu melantunkan surah (Fussilat-Pembeda, surah ke 41) yang dimulai dengan ayat,
"Haa Miim; (Al-Qur’an ini) diturunkan dari Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang; Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui; yang membawa kabar gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mendengarkan; Dan mereka berkata, 'Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya, dan telinga kami sudah tersumbat, dan diantara kami dan engkau ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)';
Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Aku hanyalah seorang manusia sepertimu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhanmu adalah Satu Tuhan. Oleh karenanya, luruslah kepada-Nya dan mohonlah ampunan-Nya. Celakalah mereka yang musyrik; yang tidak membayar zakat dan mereka tidak percaya (kafir) akhirat; Sungguh mereka yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka upah tanpa terputus; Katakanlah, 'Apakah kamu benar-benar kafir pada Yang menciptakan bumi dalam dua hari, dan kamu adakan pula bandingan-bandingan bagi-Nya? itulah Penguasa semesta alam.';
Dan Dia menjadikan gunung-gunung yang kokoh di atasnya dan memberkahinya serta menakdirkan persediaan-persediaannya dalam empat hari, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya; Kemudian Dia menghendaki langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, 'Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.' keduanya menjawab, 'Kami datang dengan patuh.'; Kemudian Dia menetapkan tujuh langit dalam dua hari dan mewahyukan urusan di tiap-tiap langit. Kami menghiasi langit yang terendah (yang dekat bumi) dengan lampu-lampu dan penjagaan. Itu adalah takdir Yang Maha Perkasa, Maha Berilmu; Maka jika mereka berpaling, katakanlah, 'Aku telah memperingatkanmu dengan petir seperti petir (yang menyambar kaum) Aad dan Tsamud." (Fushshilat,41:1-13)
Utbah tidak tahan mendengarnya. Utbah segera meletakkan tangannya diatas mulut baginda, dan memohon kepada baginda supaya berhenti.
Dalam riwayat lain disebutkan, pada waktu baginda melantunkan Al Qur'an, Utbah mendengarnya sambil meletakkan kedua tangan dibelakang punggung dan menyandari tangannya itu. Hingga baginda sampai pada ayat sajadah, lalu baginda bersujud. Utbah tidak tahan menghadapi keadaan tersebut dan segera bangkit berdiri pulang ke keluarganya. Utbah menolak pergi ke orang-orang sukunya, hingga mereka mendatanginya dan Utbah minta maaf kepada mereka sambil berkata, "Demi Allah, dia (baginda Rasul) melantunkan beberapa kata kepadaku. Demi Allah, telingaku sama sekali tidak pernah mendengar yang semacam itu, lidahku kelu tak tahu harus berkata apa kepada dia."
Beberapa orang Arab berusaha menjawab tantangan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, untuk menyusun yang seperti Al-Qur'an, namun semuanya menjadi ketakutan, salah satunya adalah Bin Muqoffa', yang terkenal kefasihan lidahnya. Ketika memulai usaha penyusunannya, ia mendengar seorang anak laki-laki muslim melantunkan ayat Al Qur'an, "Dan dikatakan, 'Wahai Bumi, telanlah airmu, dan langit berhentilah!' air pun surut dan perkara telah terpenuhi." (Hud,11:44). Lantunan tersebut menimbulkan efek luar biasa dalam dirinya. Maka ia pulang dan menghancurkan apa yang telah disusunnya, sambil berkata, "Aku bersaksi bahwa Al Qur'an tidak untuk dipertentangkan, dan bukan merupakan kata-kata seorang makhluk!"
Di Andalusia, Spanyol, seorang pria bernama Yahya bin Hakam Al-Ghozzal, yang dikenal sebagai seorang penulis handal, berusaha mencoba menghasilkan sesuatu yang mirip dengan Al Qur'an. Dalam upaya melakukan niatnya, ia membaca surah "Al-Ikhlas (Keesaan - surah ke-112)" sebagai contoh bahan untuk ditandingi. Saat memulai penyusunan, tiba-tiba perasaan takut menyerangnya, dan ia pun menyatakan, "Ketakutan telah menghentikanku dan kelemahan telah membuatku menyesal dan bertobat."
Dostları ilə paylaş: |