SAHIH SHIFA
KESEMBUHAN
Seri ke-2
ALLAH MEMUJI NABI MUHAMMAD
Karya
Hakim Agung Abulfadl Iyad
wafat tahun 1123M / 544H
Periwayat Hadis
Muhaddis Agung Hafiz Abdullah Bin Siddiq
Perevisi
Muhaddis Abdullah Talidi
diadaptasi
oleh
Abdi Hadis Syaikh Ahmad Darwish (Arab/ Inggris)
Anne Khadeijah (Inggris)
Siti Nadriyah (Indonesia)
Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi.
Surah An-Najm (bintang) dan keistimewaannya
Allah berfirman, "Demi bintang tatkala terbenam; kawanmu tidak sesat dan tidak keliru; dan tidak berucap menurut hawa nafsu; ucapannya tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan; diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat; yang mempunyai keperkasaan, berdiri kokoh; dan dia (Jibril) berada di ufuk tertinggi; Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat; menjadi berjarak dua ujung busur panah atau lebih dekat; maka (Allah) mewahyukan kepada penyembah-Nya (Jibril) apa yang Dia wahyukan (kepada Nabi Muhammad);
Hati tidak berdusta apa yang dia lihat; apakah kamu membantahnya atas apa yang dia lihat; dan dia benar-benar melihatnya pada pendaratan lain; disisi Sidratulmuntaha; di dekatnya ada Surga tempat tinggal; saat Sidratulmuntaha diselubungi apa yang menyelubungi; pandangannya tidak membelok dan tidak melampaui; dia benar-benar telah melihat sebagian tanda-tanda terbesar Penguasanya." (An-Najm, 53:1-18.)
Terdapat perbedaan pendapat mengenai kata "bintang". Sebagian ulama mengatakan makna katanya tetap yaitu: bintang. Sementara lainnya berkata maknanya adalah: (penurunan) Al-Qur'an (secara berangsur-angsur).
Jelas sekali Allah telah bersumpah untuk bimbingan-Nya kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan kebenaran baginda dalam pelantunan Al-Quran, yang mana diturunkan bersama malaikat Jibril yang kuat dan perkasa, kepada baginda secara langsung dari Allah, dan bahwa baginda bebas total dari segala keinginan diri, yakni tidak pernah menuruti hawa nafsu.
Lalu, Allah menyatakan lagi keunggulan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dalam berbagai peristiwa di Malam Isra' Mi'raj, dan memberitahu pencapaian baginda di Sidratul Muntaha (Pohon Lote) dekat Surga tempat tinggal, serta kepastian pandangan baginda yang tidak menyimpang saat melihat sebagian dari tanda-tanda terbesar Penguasanya. Allah juga memberitahu kita peristiwa agung ini dalam ayat-ayat pembuka surah "Al-Isro' (Perjalanan Malam)."
Allah telah menyingkap kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, kerajaan gaib-Nya yang agung, sehingga pandangan baginda bisa menembus keajaiban alam malaikat, suatu keajaiban besar yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, serta tidak terjangkau akal manusia, meskipun hanya sekecil atom.
Tentang ayat, "Maka (Allah) mewahyukan kepada penyembah-Nya (Muhammad) apa yang Dia wahyukan." Ulama mempunyai pandangan, ayat ini mengandung sebuah pertanda anugerah dari Allah untuk Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan suatu penghargaan yang mengesankan (yang berupa wahyu).
Allah berfirman, "dia benar-benar telah melihat sebagian tanda-tanda terbesar Penguasanya." Pemahaman manusia yang terbatas tidak mampu menyerap rincian apa yang sebenarnya diwahyukan, dan akhirnya setiap usaha untuk menggambarkan tanda-tanda terbesar menemukan jalan buntu.
Allah telah menyebutkan status Nabi Muhammad yang memang benar-benar suci, dan perlindungan yang didapatkan baginda selama Perjalanan di Malam Isro' Mi'roj.
Berkenaan dengan hati baginda, Allah berfirman, "Hatinya tidak berdusta apa yang dia lihat". Allah juga berfirman tentang lisan baginda, "dan tidak berucap menurut hawa nafsu", dan berfirman tentang pandangan baginda, "Pandangannya tidak membelok dan tidak melampaui."
Sumpah Allah demi bintang, demi malam, dan demi pagi bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah dan dibawa oleh Malaikat Jibril dan bahwa Nabi-Nya tidak gila
Allah berfirman, "Sungguh, Aku bersumpah demi bintang-bintang; yang beredar dan terbenam; demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya; dan demi subuh apabila fajar mulai menyingsing; sungguh itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) Utusan Mulia (Jibril); yang mempunyai kekuatan, berkedudukan tinggi di sisi Pemilik Singgasana; dipatuhi di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya; Temanmu (Muhammad) bukanlah orang gila; Benar-benar dia telah melihatnya di ufuk yang nyata; dan dia (Muhammad) tidak menahan (dalam menerangkan) atas yang gaib; dan itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk." (At-Takwir, 81:15-25).
Para ulama' menjelaskan makna ayat-ayat itu tertuju pada Malaikat Jibril, yaitu ketika Allah bersumpah dengan kalimat "Utusan Mulia". Malaikat Jibril memiliki pangkat yang tinggi disisi Allah dan telah diberi kekuatan untuk mengirimkan Wahyu.
Kedudukan Malaikat Jibril aman dan kokoh disisi Penguasanya. Malaikat Jibril "dipatuhi" di langit, dan "dipercaya" untuk mengirimkan Wahyu. Ini merupakan beberapa kelebihan Malaikat Jibril.
"dia telah melihatnya" berarti Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, melihat Malaikat Jibril dalam rupa yang sebenarnya.
Ayat selanjutnya, "dan dia (Muhammad) tidak menahan (dalam menerangkan) atas yang gaib." Jadi Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak meragukan hal-hal yang gaib. Ulama lainnya bilang baginda tidak menahan diri dalam berdoa kepada Allah.
Allah bersumpah demi Pena bahwa baginda mempunyai akal pikiran yang sehat dan pahala tak terbatas disisi Penguasanya, serta berbudi pekerti paling luhur.
Sumpah besar lainnya ditemukan didalam surah "Al-Qalam (Pena)", dimana Allah memulai dengan huruf "Nun" yang misterius maknanya. "Nun; demi pena dan apa yang mereka tulis; berkat nikmat Penguasamu, engkau bukanlah orang gila; dan sungguh bagimu benar-benar pahala yang tiada putus-putusnya; dan sungguh engkau (Muhammad) benar-benar diatas budi pekerti yang luhur." (Al-Qalam,68:1-4).
Orang-orang kafir memandang rendah pada baginda, pujian dan kesejahteraan atasnya. Mereka berpaling dari baginda dan menyerangnya dengan banyak kebohongan. Dalam ayat tersebut, Allah bersumpah dengan sumpah yang besar bahwa Nabi pilihan-Nya, bebas dari segala kecaman mereka.
Allah menyenangkan hati baginda, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan meningkatkan harapan baginda, ketika secara lembut menyamankan baginda seraya berfirman, "Berkat nikmat Penguasamu, engkau bukanlah orang gila." Ayat ini memperlihatkan perkataan yang penuh sopan santun dan mengandung suatu penghargaan tinggi.
Allah memberitahu baginda, pujian dan kesejahteraan atasnya, "dan sungguh bagimu benar-benar pahala yang tiada putus-putusnya." Allah telah menganugerahkan keberkatan dan kenikmatan abadi kepada baginda. Pahala yang tiada putus-putusnya dan tak terhitung banyaknya diberikan kepada baginda, dan Allah tidak mengungkit-ungkit segala pemberian-Nya kepada baginda.
Ayat selanjutnya memperlihatkan pengesahan besar dari Allah yang menguntai sifat-sifat terpuji baginda, "dan sungguh engkau (Muhammad) benar-benar diatas akhlak yang luhur." Terlepas dari makna aslinya, para ulama memberitahu, akhlak yang luhur berarti akhlak Al-Qur'an, akhlak Islam, tabiat yang mulia dan tidak ada yang lebih penting bagi Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, selain Allah semata.
Allah memuji Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, yang telah menerima secara mutlak segala keberkatan yang diberikan kepadanya, serta memberinya keutamaan dengan menghiasi baginda karakter yang agung tersebut.
"Maha Suci Allah, Yang lemah lembut lagi Maha Mulia, Yang Maha Membaguskan, Maha Dermawan lagi Maha Terpuji, yang memudahkan dan membimbing manusia berbuat kebajikan. Dia memuji dan memberi pahala siapapun yang melakukan kebaikan. Maha Suci Allah! berkat, nikmat dan karunia-Nya melimpah ruah!".
Hati baginda, pujian dan kesejahteraan atasnya, terhibur, ditengah ancaman dan gangguan yang tiada hentinya menimpanya, dengan firman Allah berikut, "Maka kelak kamu akan melihat dan mereka pun akan melihat; siapa di antara kamu yang gila; sungguh Penguasamu, Dia lebih Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya; dan Dia lebih Mengetahui orang-orang yang terbimbing. (Al-Qalam, 68:5-7)
Setelah memuji Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, Allah menyingkap kedok orang-orang yang memusuhi baginda dengan mewahyukan kehinaan perangai mereka dan kejahatan mereka melalui penyebutan sepuluh atau lebih sifat-sifat buruk mereka.
Allah berfirman, "Janganlah mematuhi orang-orang yang mendustakan; mereka menginginkan supaya kamu berkompromi maka mereka berkompromi; dan janganlah mematuhi setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina; pencela berjalan dengan menghasud; menghalangi pada kebaikan, yang melampaui batas lagi banyak dosa; yang kaku, sesudah itu terkenal jahat; karena ia mempunyai harta dan anak-anak; apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: 'dongengan orang-orang dahulu kala'." (Al-Qalam, 68:8-15).
Ayat berikut ini memberitakan bahwa hukuman dan kehancuran mereka akan segera datang.
"Kelak Kami menandainya diatas belalai." (Al-Qalam,68:16).
Firman Allah ini jauh lebih efektif daripada apapun yang akan diucapkan dan dilakukan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, disamping juga membingungkan orang-orang yang memusuhi baginda. Jadi kemenangan yang diberikan Allah kepada baginda, jauh lebih tinggi daripada kemenangan yang bisa diperoleh dengan usaha baginda sendiri.
Firman Allah tentang sifat nabi Muhammad
yang penuh belas kasih dan murah hati
Allah berfirman, "ToHa; Kami tidak menurunkan Al-Qur'an kepadamu untuk menyengsarakan." (Toha,20:1-2) Kata "ToHa" huruf-hurufnya terpisah ('To' dan 'Ha'). Tafsir yang akurat mengungkap makna "Toha" yaitu "Wahai lelaki", pendapat ini diriwayatkan oleh ulama generasi setelah Sahabat (Tabi'in) serta ulama besar Jarir At-Tobari, gurunya para ahli tafsir.
Dalam surah yang lain, Allah berfirman tentang Nabi-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya,
"Maka barangkali kamu akan membinasakan dirimu dengan duka cita atas berpalingnya mereka sekiranya mereka tidak beriman dengan keterangan ini (Al Qur'an)." (Al-Kahf,18:6).
"Barangkali kamu akan membinasakan dirimu bilamana mereka bukan orang-orang yang beriman; Jika Kami kehendaki, niscaya menurunkan atas mereka pertanda dari langit, maka senantiasa batang leher mereka tunduk kepadanya." (Asy-Syu'ara,26:3-4).
Allah juga berfirman, "Maka sampaikanlah terang-terangan apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang musyrik; Sungguh Kami mencukupimu dari orang-orang yang mengejek; mereka yang menjadikan tuhan yang lain bersama Allah, maka kelak mereka mengetahui; dan sungguh Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit sebab apa yang mereka ucapkan." (Al-Hijr,15:94-97).
"Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tahu kepada orang-orang yang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya hukuman-Ku itu." (Ar-Ra'd,13:32)
Makki menjelaskan, "Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, menderita disebabkan orang-orang kafir, maka Allah menurunkan ayat-ayat tersebut untuk menghiburnya, sehingga menjadi mudah untuknya, dan pada saat yang sama Dia memberitahu akibat bagi mereka yang keras kepala.
Hiburan serupa terdapat dalam firman Allah berikut ini:
"Dan jika mereka mendustakanmu, maka sungguh telah didustakan rasul-rasul sebelum kamu, dan kepada Allah segala urusan dikembalikan." (Fatir, 35:4).
"Demikianlah, tidak datang seorang rasul kepada orang-orang sebelum mereka, melainkan mereka berkata, 'ia seorang penyihir, atau orang gila!" (Az-Zariyat, 51:52)
Selain sebagai pelipur bagi baginda, ayat tersebut sekaligus memberitahu bahwa para nabi dan rasul sebelumnya juga mengalami hal yang sama.
Adapun untuk orang-orang yang keras kepala, Allah telah menjadikan perkara itu mudah bagi Nabi-Nya, dengan berfirman, "Berpalinglah dari mereka, maka kamu tidak disalahkan." (Adz-Dzariyat, 51:54). Dengan kata lain, Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah mengirimkan Pesan Allah (Risalah), berarti telah menjalankan tanggung jawabnya maka tidak disalahkan.
Belas kasih Allah selanjutnya dinyatakan dalam ayat berikut, sebagaimana tampak pada beberapa ayat lainnya, "Dan bersabarlah pada ketetapan Penguasamu, sungguh kamu dibawah Pandangan Kami." (At-Tur, 52:48).
Ayat ini memperlihatkan bahwa baginda secara terus menerus berada dibawah penglihatan dan perlindungan Allah, dan hendaknya tetap sabar dengan kezaliman yang mereka lakukan. Allah menghibur Nabi-Nya dengan cara yang sama di banyak ayat lainnya.
Kedudukan Nabi Muhammad yang melebihi nabi mulia lainnya
Pujian dan kesejahteraan atas semua nabi Allah
Allah berfirman, "Dan ketika Allah mengambil perjanjian para nabi, 'Manakala Aku telah memberikanmu Kitab dan Hikmah. Kemudian datang kepadamu seorang rasul (Muhammad) membenarkan pada apa yang bersamamu, kamu benar-benar akan beriman dengannya dan benar-benar menolongnya. Dia berfirman: 'Apakah kamu setuju dan mengambil perjanjian-Ku atas yang demikian itu?' Mereka menjawab: 'Kami setuju'. Dia berfirman: 'Maka bersaksilah dan Aku menyertaimu diantara yang bersaksi'." (Ali-Imran,3:81).
Abul Hasan Al-Qobisi menarik perhatian kita pada kenyataan, bahwa dalam ayat ini, Allah memilih Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, melebihi semua nabi dan rasul mulia yang lain, keunggulan ini tidak diberikan pada selain baginda.
Para ahli tafsir mengatakan, Allah mengambil perjanjian dengan wahyu. Sebelum mengutus seorang nabi maupun rasul bagi umat, Allah telah menyebut tentang Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan sifat-sifatnya, serta mengambil perjanjian dari setiap nabi maupun rasul agar jika mendapatinya, mereka beriman kepadanya.
Juga dikatakan, para nabi dan rasul supaya menjelaskan pada umatnya masing-masing, dan mengambil perjanjian umat mereka agar menjelaskan pula pada generasi setelahnya.
Kalimat, "Kemudian datang kepadamu seorang rasul" ditujukan kepada Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani / Kristen yang sezaman dengan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan dizaman sesudahnya.
Ali bin Abi Talib dan sahabat lainnya menambahkan, sejak masa Nabi Adam, Allah telah membuat perjanjian dengan setiap nabi dan rasul, agar beriman dan membantu Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, jika muncul selama masa mereka. Ini berarti mereka pun berkewajiban mengambil perjanjian dengan umat mereka masing-masing.
As-Suddi dan Qotada menuturkan: beberapa ayat yang lain juga menggambarkan keutamaan baginda dengan cara yang serupa lebih dari satu kali.
Allah berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil dari para nabi perjanjian mereka dan dari kamu (Muhammad) dan dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami mengambil dari mereka perjanjian yang teguh." (Al-Ahzab, 33:7).
Dan, "Sungguh Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami mewahyukan kepada Nuh dan para nabi sesudahnya, dan Kami mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'kub dan suku bangsanya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami memberikan Dawud Kitab Zabur; dan para rasul, Kami telah mengisahkan mereka kepadamu sebelumnya, dan (sebagian) para rasul tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan Allah telah berfirman kepada Musa dengan pembicaraan (firman yang langsung didengarnya). Allah telah mengutus para rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada bagi manusia alasan untuk membantah Allah, setelah (pengutusan) rasul-rasul itu (yang mengenalkan mereka kepada Allah). Dan Allah Maha Perkasa lagi, Maha Bijaksana; akan tetapi Allah bersaksi pada apa yang Dia turunkan kepadamu. Dia telah menurunkannya dengan Ilmu-Nya, dan para malaikat menjadi saksi. dan cukuplah Allah sebagai saksi." (Al-Maidah, 4:163-166).
Allah memberi keutamaan yang lebih pada sebagian para rasul, sebagaimana nampak dalam ayat, "Rasul-rasul itu, Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, diantara mereka yang Allah telah berbicara dan meninggikan derajat beberapa mereka." (Al-Baqarah, 2:253).
Ayat tersebut merujuk pada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, karena baginda diutus untuk seluruh umat manusia. Allah juga menghalalkan rampasan perang bagi baginda (yang mana dilarang pada nabi-nabi sebelumnya) serta memberikan aneka mukjizat yang mengagumkan.
Tak ada seorang nabi pun yang diberi keutamaan dan kemuliaan selain Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, diberikan yang setara atau lebih tinggi. Allah telah menyebut nama baginda didalam Al-Qur'an memakai gelar seperti, 'Wahai Nabi', 'Wahai Rasul', sedang Dia menyebut para nabi mulia lainnya dengan nama mereka.
Umat manusia diperintah memuji Nabi Muhammad
dan penangguhan hukuman disebabkan olehnya
Pada periode ketika baginda tinggal di Mekah, Allah telah berfirman, "Dan tidaklah Allah menghukum mereka sementara kamu di tengah-tengah mereka ..." (Al-Anfal, 8:33).
Ketika baginda telah berhijrah (berimigrasi) dari Mekah ke Madinah, sebagian muslim masih tinggal di Mekah, maka bunyi firman selanjutnya adalah, "...dan tidaklah Allah menghukum mereka sedang mereka (masih) memohon ampunan." (Al-'Anfal, 8:33).
Beberapa tahun setelah hijrah, baginda memimpin para pengikutnya dalam perjalanan haji dari Madinah ke Mekah. Mereka berangkat tanpa bersenjata. Namun sebelum sampai di Mekah, mereka menghadapi perlawanan dari orang-orang kafir Mekah, dan dihalang-halangi masuk Mekah.
Umat Islam di Madinah tidak tahu kalau masih ada orang Islam yang tertinggal di Mekah, dan karena mereka, Allah menurunkan ayat, "Dan kalau bukanlah karena ada beberapa orang beriman laki-laki dan perempuan yang tidak kamu ketahui tentulah kamu akan membunuh mereka, yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa kamu sadari." (Al-Fath, 48:25)
Dari ayat-ayat ini, posisi terhormat Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, bisa diketahui dengan jelas. Jika bukan karena baginda, hukuman benar-benar segera turun pada penduduk Mekah, sebab Allah telah berfirman, "dan mengapa Allah tidak menghukum mereka." (Al-Anfal, 8:34). Hukuman mereka ditunda karena keberadaan baginda di tengah-tengah mereka, dan sebab keberadaan para pengikut baginda.
Setelah semua orang Islam berhijrah ke Madinah sebelum Mekah dibuka, yang tersisa di Mekah hanyalah orang-orang kafir, namun pada pembukaan kota Mekah, kaum muslimin meraih kejayaan, sedang orang-orang kafir dihukum dengan harus menerima kekalahan. Saat itulah, harta kekayaan milik orang-orang Islam, yang dulunya disita orang-orang kafir, dikembalikan lagi pada mereka.
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Aku adalah pengaman bagi para Sahabatku." Ini berarti pengaman dari bid'ah (inovasi), dan dari perselisihan serta kekacauan (fitnah).
Rasulullah adalah jaminan keamanan terbesar selama masa hidup baginda dan selama jalannya (sunnah) diikuti. Namun saat jalannya ditelantarkan dan ditinggalkan, maka akan datang bala bencana dan kekacauan (fitnah).
Dalam surah Al-Ahzab ("Kelompok-kelompok") terdapat ayat dimana Allah sendiri yang memperjelas nilai Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dengan berfirman, "Sungguh Allah, dan para malaikat-Nya bersolawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersolawatlah kepadanya, dan lafalkan kesejahteraan yang melimpah ruah." (Al-Ahzab,33:56).
Perhatikan bagaimana Allah memulai ayat dengan pertama kali merujuk kepada diri-Nya sendiri, dalam bersolawat untuk Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, kemudian menunjukkan bahwa para malaikat juga melakukan hal yang sama.
Siapapun akan menyadari betapa agungnya perintah untuk semua orang yang beriman agar bersolawat kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, yaitu memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan pujian, kemuliaan dan kesejahteraan untuk baginda.
Nabi Muhammad bersabda, "Dijadikan kesejukan mataku didalam solat"
Abu Bakar bin Faurok menjelaskan: “Allah bersolawat untuk Nabi Muhammad, demikian pula para malaikat-Nya, dan umat diperintahkan supaya bersolawat (berdoa memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan pujian, kemuliaan dan kesejahteraan) kepada Nabi Muhammad sampai Hari Kiamat.”
Solawat dari para malaikat bermakna memohonkan ampunan (untuk umat baginda), sedang solawat dari umat baginda berarti mendoakan baginda, dan rahmat Allah diturunkan kepada umat baginda.
"Orang-orang beriman bersolawat" berarti memintakan keberkatan untuk baginda. Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah mengajarkan para Sahabatnya tata cara bersolawat kepadanya.
Ada perbedaan antara kata berbahasa Arab "solat" yang berarti beribadah kepada Allah, dengan membungkuk dan bersujud, dan "solat" bermakna solawat yaitu memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan pujian, kemuliaan dan kesejahteraan kepada baginda.
Allah berfirman, "dan jika saling bantu membantu menghadapinya, maka sungguh Allah, Dia pelindungnya, dan Jibril, dan kaum mukminin yang saleh." (At-Tahrim,66:4). Kalimat, "kaum mukminin yang saleh", merujuk pada para nabi, para malaikat, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, sedang sisanya orang-orang beriman lainnya.
Kemuliaan Nabi Muhammad disebut didalam surah Al-Fath (Pembukaan)
Allah memulai surah "Pembukaan" dengan ayat-ayat,
"Sungguh, Kami telah membuka untukmu (Muhammad) pembukaan yang nyata; Allah mengampuni bagimu apa yang telah lalu dari dosamu dan apa yang akan datang, dan menyempurnakan nikmat-Nya atasmu, serta membimbingmu ke jalan yang lurus; dan Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat;
Dia yang telah menurunkan ketenangan didalam hati orang-orang beriman supaya bertambah keimanan bersama keimanan mereka, dan milik Allah bala tentara langit dan bumi, dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana; (karena rahmat-Nya) untuk memasukkan orang beriman laki-laki dan orang beriman perempuan kedalam taman-taman yang mengalir sungai-sungai dari bawahnya, mereka kekal di dalamnya, dan menutupi dari mereka kejelekan mereka.
Demikian itu kejayaan besar disisi Allah; dan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka terhadap Allah dengan sangkaan buruk, atas mereka giliran (nasib) buruk, dan Allah murka atas mereka dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka (neraka) Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali; Milik Allah bala tentara langit dan bumi, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana;
Sungguh Kami mengutusmu (Muhammad) sebagai saksi, dan pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan; supaya kamu semua beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menguatkannya, memuja-mujanya, dan bertasbihlah kepada-Nya pagi dan petang;
Orang-orang yang bersumpah setia kepadamu sesungguhnya mereka bersumpah setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. Barangsiapa yang melanggar, sesungguhnya ia melanggar atas dirinya sendiri, dan barangsiapa memenuhi perjanjiannya dengan Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar." (Al-Fath,48:1-10).
Ayat diatas tidak hanya memaparkan karunia, pujian dan kemuliaan martabat Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, tetapi juga mengupas keberkatan yang dianugerahkan Allah kepada baginda, meski hanya sekelumit saja yang mampu dipahami akal pikiran manusia.
Dalam pembukaan ayat, Allah memberitakan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, bahwa Dia akan membuat baginda meraih kejayaan atas musuh-musuhnya, serta meninggikan kalimat dan hukum-Nya.
Allah memberitahu kalau baginda menikmati status pengampunan serta status perlindungan dari perbuatan dosa, karenanya tidak akan diadakan perhitungan untuk segala tindakan baginda dimasa lampau maupun di masa yang akan datang.
Seorang cendekiawan Islam menjelaskan maksud ayat, "Allah mengampuni bagimu apa yang telah lalu dari dosamu dan apa yang akan datang," ialah Allah memberi status telah dimaafkan dan telah diampuni kepada baginda.
Status ini secara jelas ditujukan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dengan mengampuni dosa-dosa baginda meskipun baginda tidak memiliki dosa besar maupun kecil, bahkan setan (jin kafir) yang mengikuti baginda ikut memeluk Islam.
(Syekh Darwish menambahkan: Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya tiada manusia dimuka bumi ini, kecuali didampingi oleh saudaranya (Qarin) dari bangsa jin, dan saudaranya dari bangsa malaikat. Mereka (para Sahabat) bertanya: “Dan engkau juga wahai Rasulullah?”. Baginda menjawab: “Dan aku juga, akan tetapi Allah membantuku untuk menaklukkan saudaraku dari bangsa jin sehingga ia masuk Islam, dan sekarang ia hanya menyeru aku untuk melakukan kebaikan."
Dari hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud tersebut, bisa disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai saudara dari bangsa jin dan malaikat yang senantiasa mengikuti kemana saja manusia pergi. Saudara dari bangsa malaikat selalu mengajak pada kebaikan, sedangkan saudara dari bangsa jin selalu membisiki dan mengajak pada keburukan)
Penting sekali mempelajari status baginda yang telah dimaafkan dan status telah terlindungi yang saling bergabung satu sama lain. Perlu diingat, Allah melindungi baginda dari segala macam dosa besar atau kecil. Ini penting diketahui supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami unsur yang sangat penting dari sifat baginda ini.
Baginda, pujian dan kesejahteraan atasnya, hanya memerintahkan dirinya untuk berbuat kebaikan, jadi bahasan mengenai pengampunan hanya secara abstrak (menikmati status pengampunan tanpa adanya dosa), bukan sebagai alasan memperbaiki kesalahan karena nyatanya baginda tak berdosa sedikitpun. Sebagai gantinya, pengampunan akan turun kepada para Sahabat dan para pengikut baginda.
Baginda memperoleh status pengampunan atas apa yang telah terjadi dan yang belum terjadi. Disisi lain, Makki berkomentar, "Allah memberi karunia dan menjadikannya sebagai sebab untuk status pengampunan baginda. Segala sesuatu adalah berasal dari-Nya, tidak ada tuhan selain Dia. Karunia yang satu mengiringi karunia yang lain, dan baginda mendapatkan anugerah diatas anugerah lainnya."
Ayat selanjutnya, "dan menyempurnakan nikmat-Nya atasmu".
Dalam ayat ini, Allah memberitahu sempurnanya kenikmatan yang dianugerahkan kepada baginda, dengan pembukaan dua kota terpenting yaitu Mekah dan Thaif. Juga dikatakan itu berarti status baginda di kehidupan dunia, pertolongan dan pengampunan dari Allah, semakin meningkat.
Allah memberitahu penyelesaian keberkatan-Nya dengan menghinakan musuh-musuh baginda yang arogan, dan pembukaan dua kota terpenting, Mekah dan Thaif, dengan demikian status baginda kian terangkat, sebab baginda mendapat hidayah jalan yang lurus, yang pada akhirnya menuju Surga dan kebahagiaan di Kehidupan Abadi (akhirat).
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, selalu ditolong oleh Allah, namun pertolongan yang diterima baginda selama pembukaan kota Mekah dan Thaif jauh lebih hebat.
Orang-orang beriman mendapatkan karunia dari Allah, yang dengan rahmat-Nya, Dia menurunkan ketenangan dan ketentraman di hati mereka, sehingga semakin meningkatkan keimanan mereka.
Allah memberi kabar terbaik - berupa kejayaan dan kemenangan besar - bagi orang-orang beriman laki-laki maupun perempuan bahwa Allah mengampuni mereka dan menutupi dosa-dosa mereka, serta mengganjar mereka Surga yang mereka kelak akan hidup abadi didalamnya. Kemudian Allah membahas hukuman bagi orang-orang munafik dan orang-orang musyrik di dunia maupun di akhirat, mereka dilaknat dan jauh dari rahmat-Nya, dan tempat kembali mereka kelak adalah menempati tempat terburuk di Neraka.
Orang-orang munafik dan orang-orang musyrik akan mendapatkan hukuman di dunia dan di akhirat, mereka dilaknat dan jauh dari rahmat-Nya, dan tempat kembali mereka kelak adalah menempati tempat terburuk di Neraka.
Allah berfirman, "Sungguh Kami mengutusmu (Muhammad) sebagai saksi, dan pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan." Dalam ayat ini, Allah menyebutkan keistimewaan dan karakter utama Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, yang kelak menjadi saksi menghadapi umatnya, karena baginda yang menyampaikan kepada mereka, risalah yang dipercayakan kepadanya oleh Allah.
Dikatakan bahwa baginda akan menjadi saksi bagi umatnya dalam pengesaaan Allah (tauhid), serta memberi kabar gembira pahala bagi umat baginda. Pengampunan bagi mereka yang teguh dalam kebaikan dan beriman kepada Allah, dan Nabi-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya, juga memperingatkan siksaan bagi musuh-musuh yang menentang baginda.
"Menguatkannya, memuja-mujanya," Kesepakatan ulama mengatakan kalimat ini tertuju pada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan bahwa baginda hendaknya didukung dan dijunjung tinggi oleh umatnya. Kemudian firman Allah, "dan bertasbihlah kepada-Nya pagi dan petang" bermakna, bertasbih kepada Allah di waktu pagi dan petang hari.
Ibnu Atho' berkata, "Surah Al-Fath berisi keanekaragaman keberkatan untuk baginda."
Contohnya, "pembukaan yang nyata" merupakan suatu tanda jawaban, "Mengampuni" adalah indikasi kecintaan, berarti bebas dari segala cacat dan cela; "Menyempurnakan nikmat" menjadi pertanda terpilihnya baginda dan keberkatan telah mencapai tingkat kesempurnaan; "Membimbingmu" yaitu sebuah indikasi persahabatan Allah dengan baginda, dan ajakan persaksian.
Ja'far bin Muhammad menjelaskan, termasuk keberkatan sempurna untuk Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah bahwa Allah menjadikan baginda sebagai kekasih-Nya. Allah juga bersumpah demi hidup baginda, penggantian hukum lainnya dengan yang dibawa baginda, dan mengangkat baginda pada derajat tertinggi.
Dan lagi, Allah telah melindungi baginda dalam Perjalanan Malam yang Menakjubkan (Isro' Mi'roj), sehingga pandangan baginda tidak menyimpang. Allah mengutus baginda untuk seluruh umat manusia, serta mengizinkan rampasan perang untuk umat baginda (yang mana sebelumnya dilarang untuk orang-orang Ahli kitab - Yahudi dan Nasrani).
Allah meninggikan baginda pada derajat dimana syafaatnya diterima, dan menjadikan baginda sebagai junjungan anak turun Nabi Adam, kedamaian kepadanya. Allah menempatkan nama Nabi Muhammad bersebelahan dengan Nama-Nya sendiri, dan keridhaan Allah terletak keridhaan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Allah menjadikan baginda sebagai salah satu dari dua rukun tauhid (Pengesaan Allah).
Ayat berikutnya, "bahwa orang-orang yang bersumpah setia kepadamu sesungguhnya mereka bersumpah setia kepada Allah." Ini merujuk pada mereka yang mengikrarkan kesetiaannya kepada baginda. Peristiwa ini dikenal dengan "Baiat Ar-Ridwan - keridhaan Allah. Ketika para Sahabat bersumpah setia kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, maka mereka bersumpah setia kepada Allah - kesetiaan adalah untuk Allah. .
(Sisipan Syeikh Darwish: Ada 1400 Sahabat yang mengikrarkan kesetiaan mereka dibawah pohon di Hudaibiyah. Nabi Muhammad, pujian kedamaian kepadanya, bersabda bahwa mereka semua telah diampuni dan tidak akan masuk neraka)
Janji itu diikuti dengan pernyataan, "Tangan Allah di atas tangan mereka". Kata "Tangan" adalah metafora dan melambangkan kekuasaan Allah, pahala dan kenikmatan dari-Nya, serta ikatan-Nya. Kata-kata tersebut memperkuat ikatan baiat (sumpah setia) mereka kepada baginda sekaligus menunjukkan keagungan orang yang mereka berbaiat dan memberikan kesetiaan kepadanya.
Dalam surah Al-Anfal "Harta rampasan perang" ayat 17 ada kemiripan kata-kata, "Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, akan tetapi Allah yang melempar." Terdapat majas metafora pada ayat tersebut, dimana terdapat kebenaran yang sesungguhnya, karena yang membunuh maupun yang melempar sebenarnya adalah Allah.
Allah adalah pencipta segala tindakan, dengan demikian Dia yang telah melempar, karena telah memberikan kekuasaan dan keputusan untuk melempar.
Tak seorangpun memiliki kekuasaan untuk melempar sedemikian rupa, sampai-sampai mata para musuh semuanya dipenuhi debu. Sehingga secara hakikat, yang membunuh mereka adalah para malaikat.
Ada yang menjelaskan makna ayat adalah kaum muslimin (orang-orang Islam) tidak membunuh mereka maupun melemparkan batu-batu atau pasir ke wajah mereka, namun Allah yang telah melemparkan ketakutan di hati mereka.
Ini berarti, keuntungan tindakan datang secara langsung dari tindakan Allah, dan pada hakikatnya Allah yang membunuh dan melempar, sedang para Sahabat sebagai pelaku dalam nama.
Dostları ilə paylaş: |