Bimbingan Nabi Muhammad yang dianut para Sahabat, Tabi'in dan Tabi'tabi'in (tiga generasi awal Islam) serta para imam Islam
Abdullah bin Umar ditanya, "Di dalam Al-Qur'an kami menemukan solat ketika sedang dalam ketakutan, dan solat di rumah, tetapi kami tidak dapat menemukan solat bagi seorang musafir." Ibnu Umar menjawab, "Wahai keponakanku, Allah mengutus Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, kepada kita ketika kita tidak tahu apa-apa, kita melakukan apa yang kita melihat baginda melakukannya."
Umar bin Abdul Aziz berkata, "Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, mempunyai cara kenabian (sunnah), empat khalifah yang datang sesudah baginda juga mempunyai cara yang pengambilannya adalah berdasarkan Kitab Allah. Bertindak sesuai dengan cara mereka merupakan ketaatan kepada Allah dan menguatkan Agama Allah. Tak sepatutnya merubah atau mengutak-atik cara kenabian atau menganggap pendapat para Sahabat berseberangan dengan baginda. Barangsiapa mengikuti cara mereka maka terbimbing, dan barangsiapa mencari pertolongan melalui cara mereka akan menjadi diantara orang-orang yang berjaya. Barangsiapa membelakangi cara mereka dan mengikuti suatu jalan selain daripada jalan mereka yang mukmin itu, maka Allah akan menyerahkan ia pada apa yang memalingkannya dan memanggangnya di neraka, dan itu seburuk-buruk tempat kembali."
Pada waktu kekhalifahan Umar bin Khattab, beliau mengirim surat kepada para gubernurnya, menyuruh mereka agar mempelajari hadis, ilmu Faro’id (ilmu yang berhubungan dengan pembagian warisan) dan dialek bahasa. Umar menulis, "Orang-orang akan mencoba berdebat denganmu (menggunakan Al-Qur'an), ketika hal ini terjadi atasilah mereka dengan cara kenabian. Orang-orang yang mengikuti cara Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, paling luas pengetahuannya tentang Kitab Allah. "
Imam Ali menggabungkan Haji dan Umroh bersama-sama dimana Utsman, yang tidak menyadari penggabungan tersebut bertanya, "Siapa yang memberitahu engkau untuk melakukan ini, sedang aku mencegah orang-orang melakukannya?" Dengan penuh hormat Ali menjawab, "Aku tidak meninggalkan cara Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan aku mengutamakan pernyataan baginda, bukan yang lainnya."
Berkenaan dengan firman Allah, "Jika kamu berselisih didalam sesuatu maka kembalikan itu kepada Allah dan Rasul." (An-Nisa',4:59), Athoo’ menjelaskan ini berarti bahwa dalam kasus adanya perselisihan, sudah sepatutnya mencari keterangan didalam Kitab Allah dan sunnah (cara kenabian).
Imam Syafi'i berkata, "Sunnah Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah hanya dengan mengikuti baginda."
Suatu hari, saat Umar sedang berdiri di depan Batu Hitam (Hajar Aswat) di Kabah, terdengar beliau berkata, "Kamu hanyalah sebuah batu, tidak bisa menolong dan tidak membahayakan. Jika aku tidak melihat Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, menciummu, aku tidak akan menciummu" lalu Umar mencium batu tersebut.
Abdullah bin Umar terlihat sedang membuat unta betinanya berbalik ke sekeliling suatu tempat tertentu. Beliau ditanya mengapa membuat untanya melakukan itu. Abdullah menjawab, "Aku tidak tahu. Suatu kali aku melihat Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, melakukannya, jadi aku pun melakukannya."
Abu Utsman Al Hiri berkata, "Barangsiapa menempatkan sunnah (cara kenabian) diatas dirinya, melalui perkataan atau perbuatan, maka ia akan berbicara dengan kebijaksanaan. Namun barangsiapa memberikan hawa nafsu wewenang diatas dirinya maka ia akan berbicara dengan inovasi jahat (bid’ah)."
Sahl At-Tustory menjelaskan mazhab fiqihnya seraya berkata, "Dasar sekolah kami ada tiga, yaitu mengikuti Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dalam perkataan dan perbuatan, makan makanan yang halal, dan menjadikan niat kita tulus ikhlas pada semua tindakan."
Pakar hukum Imam Ahmad bin Hanbal berkata, "Suatu hari aku berada dalam suatu jamuan, lalu orang-orang menanggalkan semua pakaian mereka dan pergi kedalam air. Aku lantas menerapkan sabda Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, yang berbunyi, 'Siapapun yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memasuki tempat mandi memakai kain sepinggang', jadi aku tidak telanjang. Malam itu aku mendapat mimpi nyata, yang mana sebuah suara berkata kepadaku, 'Wahai Ahmad, Allah telah mengampunimu, karena kamu telah menerapkan cara kenabian, dan Dia menjadikanmu seorang imam yang akan diikuti." Aku bertanya, "Siapakah engkau?" Dia menjawab, 'Jibril'"
Bahaya tidak mematuhi perintah Nabi Muhammad
pujian dan kesejahteraan atasnya
(Syeikh Ahmad Darwish menambahkan, "Sebelum membaca bagian ini, hendaknya dipahami bahwa setiap inovasi baik (bid’ah hasanah), yang mempromosikan kegiatan sesuai dengan prinsip keislaman adalah dianjurkan dan tidak disalahkan. Mereka yang mengatakan bahwa kegiatan yang mencerminkan prinsip keislaman adalah salah maka nyata sekali kekurangan mereka dalam ilmu keislaman. Kecerdasan mereka telah menggagalkan diri mereka sendiri.
Sehingga pendapat mereka menjadi cacat dan orang-orang yang fanatik ternyata kurang kasih sayang. Orang-orang semacam itu bersikeras pada pendapat bahwa jika Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak melakukan sesuatu, kita seharusnya tidak melakukannya, dan jika demikian maka orang-orang dari negara-negara yang jauh tidak akan bisa bepergian dengan perahu atau pesawat saat naik haji - merupakan salah satu rukun Islam - karena Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, hanya bepergian dengan berjalan kaki atau menaiki unta!"
Inovasi (bid'ah) yang tidak diterima adalah jika mengganti sunnah (cara kenabian) dan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip keislaman. Jika ada yang menganggap bahwa segala sesuatu yang tidak dilakukan oleh Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah inovasi yang buruk, walaupun diketahui sesuai dengan prinsip keislaman, maka ucapannya hanya berdasar ketidaktahuan belaka.")
Bila merubah sunnah Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, maka ini yang disebut sebagai kesesatan dan para pelakunya termasuk diantara ahli bid'ah (inovator sesat), karenanya mereka menjadi sasaran ancaman Allah. Allah memperingatkan, "Maka hendaklah waspada mereka yang menyalahi perintah-Nya, bahwa fitnah akan ditimpakan kepada mereka atau azab yang pedih menimpa mereka." (Al-Furqon,24:63).
Dia juga mengingatkan, "Barangsiapa menentang Rasul sesudah bimbingan diperjelas baginya dan mengikuti selain jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia pada apa yang memalingkannya dan Kami akan memanggangnya di neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nisa',4:115).
Abu Hurairah memberitahu kita saat-saat ketika Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menziarahi area pemakaman. Selama ziarah tersebut, baginda menggambarkan beberapa umatnya seraya bersabda, "(Pada Hari Pembalasan) sebagian akan diusir dari Telagaku bagaikan unta tersesat yang diusir pergi. Aku akan memanggil mereka, 'Kemarilah, datanglah ke sini!' Tetapi akan dikatakan, 'Setelahmu mereka membuat perubahan.' lantas aku akan berkata, 'Pergilah (menjauhlah), pergilah, pergilah!'"
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabatnya, "Barangsiapa menambahkan sesuatu pada perintahku, yang bukan bagian darinya, maka adalah seorang yang menyimpang."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, juga bersabda, "Barangsiapa memasukkan dalam perintahku hal-hal yang bukan bagian dari perintahku, maka dia tertolak (seorang pembelot)."
Anas melaporkan bahwa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Barangsiapa yang menghindari sunnahku maka bukan bagian dariku."
Abu Rafi' meriwayatkan bahwa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabatnya, "Jangan biarkan siapapun darimu ditemukan sedang berbaring di tempat tidurnya setelah mendengar instruksiku, baik perintah maupun larangan, lalu ia berkata, 'Saya tidak tahu, saya hanya mengikuti apa yang ditemukan didalam Kitab Allah.'"
Al-Miqdam berkata, "Apa yang diharamkan Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah seperti yang diharamkan oleh Allah."
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabatnya, "Mereka yang keterlaluan dalam berbicara akan dihancurkan."
Khalifah pertama, Abu Bakar As-Siddiq berkata, "Hal-hal yang biasa diperbuat Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, tak ada yang kuabaikan. Aku takut jika ada perintah yang kutinggalkan, aku akan menyimpang."
SAHIH SHIFA
KESEMBUHAN
Seri ke-17
PENTINGNYA MENCINTAI NABI MUHAMMAD
pujian dan kesejahteraan atasnya
Karya
Hakim Agung Abulfadl Iyad
wafat tahun 1123M / 544H
Periwayat Hadis
Muhaddis Agung Hafiz Abdullah bin Siddiq Al Ghumari
Perevisi
Muhaddis Abdullah Talidi
Diadaptasikan oleh
Abdi Hadis Syekh Ahmad Darwish (Arab)
Anne Khadeijah (Inggris)
Siti Nadriyah (Indonesia)
Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi
Pentingnya Mencintai Nabi Muhammad dan Menerima Nasehatnya
serta Memberinya saran disaat yang tepat
Allah berfirman, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, suku-suku bangsamu, harta kekayaan yang kamu peroleh, dagangan yang kamu takut tidak akan terjual, dan rumah-rumah yang kamu senangi adalah lebih kamu cintai daripada Allah, dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan perintah-Nya." (At-Taubah,9:24).
Ayat ini menunjukkan dorongan, nasehat, bukti dan indikasi(tanda) pentingnya mencintai Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Ayat ini kiranya mencukupi untuk menunjukkan bahwa mencintai baginda mempunyai porsi yang luar biasa. Nabi Muhammad berhak untuk dicintai, karena itu wajib bagi umat untuk mencintai baginda.
Anda bisa mengamati bagaimana Allah menegur mereka yang lebih mencintai sanak kerabat dan harta kekayaan daripada Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya. Allah mengakhiri peringatan-Nya dengan kata-kata ancaman "maka tunggulah sampai Allah mendatangkan perintah-Nya (yakni siksa-Nya)." Dari sini dapat dimengerti bahwa mereka yang cintanya untuk selain Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah tersesat dan tidak dibimbing oleh Allah.
Anas berkata, suatu hari Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda kepada para Sahabatnya, "Tak seorang pun dari kalian akan beriman hingga aku lebih dicintai olehnya daripada anak-anaknya, ayahnya dan semua orang."
Anas juga melaporkan, "Ada tiga hal yang apabila dimiliki oleh seseorang, niscaya mengalami manisnya iman. Yaitu, mencintai Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya, lebih dari apapun yang lain, dan mencintai seseorang demi keridhaan Allah semata, serta benci kembali pada kekafiran sebagaimana benci dilontarkan kedalam Api."
Suatu hari Umar bin Khattab datang kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan berkata kepada baginda, "Saya mencintai engkau lebih dari apapun kecuali jiwaku yang diantara dua sisiku." Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menjawab, "Tak seorang pun darimu akan beriman sampai aku lebih disayanginya daripada jiwanya sendiri." Umar segera menimpali, "Demi Yang telah menurunkan Kitab kepadamu, aku mencintaimu lebih dari jiwaku yang diantara dua sisi (tubuh)-ku." Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menjawab, "Sekarang wahai Umar (engkau telah mencapai hal itu)."
Sahl memperingatkan, "Jika seseorang tidak berpikir bahwa Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah junjungannya dalam segala hal atau mengira bahwa ia tidak berada di bawah hukum baginda, ia tidak akan merasakan manisnya jalan kenabian baginda, karena baginda bersabda, "Tak seorang pun dari kalian akan beriman sampai aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri."
Pahala mencintai Nabi Muhammad
pujian dan kesejahteraan atasnya
Anas memberitahu suatu kejadian ketika seorang pria datang kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan bertanya, "Kapan Hari Akhir akan datang, Wahai Rasulullah?" kemudian Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bertanya balik, "Apa yang kamu persiapkan untuk Hari Akhir?" Pria itu menjawab, "Saya tidak menyiapkan banyak solat, puasa atau amal untuk Hari Akhir, tetapi saya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, berkata kepadanya, "Kamu akan bersama yang kamu cintai."
Safwan bin Qudamah menceritakan peristiwa hijrahnya kepada baginda, sambil berkata, "Ketika saya berhijrah kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, saya datang kepada baginda dan berkata, 'Ya Rasulullah, berikan saya tangan anda,' lalu baginda memberikan tangan beliau, kemudian saya berkata, 'Ya Rasulullah, saya mencintai engkau.' Baginda menjawab, 'Seseorang adalah bersama yang dicintainya'". Abu Dzar mengatakan sesuatu yang serupa.
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memegang tangan cucunya, Al-Hasan dan Al-Husain, dan bersabda, "Barangsiapa mencintaiku dan mencintai keduanya ini, serta ayah dan ibu mereka, akan menerima derajat yang sama seperti diriku pada Hari Kiamat. "
Sebuah kabar baik ditularkan Anas yang meriwayatkan bahwa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Barangsiapa mencintaiku kelak akan bersamaku di Surga."
Para Sahabat dan pengikut mereka mencintai Nabi Muhammad
pujian dan kesejahteraan atasnya
Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabatnya, "Dikalangan umatku yang cintanya paling kuat adalah mereka yang datang setelahku. Ada sebagian diantara mereka yang akan menukar keluarga dan kekayaan mereka untuk melihatku."
Umar berkata kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, "Saya mencintai anda lebih dari diri saya sendiri."
Amr bin Al-Ash berkata, "Tidak ada yang lebih saya cintai daripada Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya."
‘Abdah, putri Khalid bin Ma'dan, berbicara tentang ayahnya, "Khalid tidak pernah tidur tanpa merindukan Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan kaum Muhajirin serta kaum Ansar, dan beliau menyebut nama setiap orang dari mereka. Khalid mengucap, 'Mereka adalah akar dan cabangku, hatiku merindukan mereka, aku telah merindukan mereka untuk waktu yang lama. Wahai Penguasaku, segerakan kembaliku kepada-Mu!'"
Ibnu Ishaq meriwayatkan, pada perang Uhud, ayah, saudara dan suami salah satu wanita Ansar, tewas saat berjuang bersama Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya. Namun, meski telah kehilangan mereka, kepedulian wanita itu hanya untuk keselamatan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya. Dengan cemas wanita itu menanyakan berita tentang baginda kemudian ia diberitahu, 'Segala puji bagi Allah, baginda sebaik yang anda harapkan.' Wanita itu menyahut, 'Tunjukkan kepadaku dimana baginda agar aku dapat melihatnya.' Ketika melihat baginda, ia berseru, 'Sekarang aku tahu engkau selamat, segala cobaan tak berarti apa-apa.'"
Suatu malam, Khalifah Umar pergi untuk memastikan bahwa semua rakyat dalam keadaan baik, dan kebetulan beliau melihat sebuah lampu menyala di rumah seorang wanita tua yang sedang memintal wol. Saat sedang bekerja, wanita tua itu berucap, "Pujian dari Yang Maha Bagus untuk Muhammad. Semoga salam sejahtera dan keberkatan senantiasa terlimpah kepada baginda. Aku berdiri dengan air mata sebelum fajar. Kalau saja aku tahu kapan kematian datang apakah tempat kediaman akan menggabungkan aku dengan kekasihku." Setelah mendengar kata-kata yang menyentuh ini, Umar duduk dan air mata berderai dari mata beliau.
Ketika kematian mendekati Bilal, istrinya berseru, "Wahai dukacita." Bilal menanggapi, "Oh alangkah senangnya, aku akan bertemu mereka yang kucintai, Muhammad dan golongannya!"
Ketika orang-orang Mekah membawa Zaid bin Datsinah keluar dari daerah Tanah Haram untuk membunuhnya, Abu Sufyan bin Harb berkata kepadanya, "Aku tanya kepadamu, demi Allah, tidakkah kamu berharap kalau Muhammad bersama kita sekarang ini, sehingga dia berada di tempatmu, dan kepalanya yang akan terputus, sedangkan kamu bisa bersama keluargamu?" Zaid (yang kemudian mati syahid) menjawab, "Demi Allah, aku tidak senang jika Nabi Muhammad berada di tempatnya yang ia berada sekarang sedang ia tertusuk sebuah duri, sedangkan aku duduk di antara keluargaku!" Abu Sufyan berkata, "Aku belum pernah melihat seseorang mencintai seseorang seperti cintanya para Sahabat Muhammad kepada Muhammad!"
Ibnu Abbas memberitahu kita mengenai seorang wanita dari Mekah yang datang kepada baginda di Madinah. Saat wanita itu tiba, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memintanya bersumpah bahwa ia meninggalkan rumah tidak disebabkan kemarahan suaminya maupun menginginkan (menyukai) suatu negeri (yakni negeri tempat tujuannya itu) dan membenci negeri yang lain (yakni negeri tempat asalnya yang ia tinggalkan), dan bahwa satu-satunya alasan kepergiannya adalah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Pada saat Ibnu Zubair terbunuh dan mati syahid, Ibnu Umar berdiri didekatnya dan berdoa supaya beliau diampuni seraya berkata, "Demi Allah, menurut apa yang kuketahui tentangmu, engkau adalah orang yang telah berpuasa, solat serta mencintai Allah dan Rasul-Nya", pujian dan kesejahteraan atasnya.
Tanda-tanda mencintai Nabi Muhammad
pujian dan kesejahteraan atasnya
Orang yang mengaku mencintai seseorang, akan lebih mengutamakannya dari semua orang serta menyukai apapun yang disukainya. Bila tidak demikian, maka cintanya tidak tulus dan ia hanya mengaku-ngaku saja. Tanda-tanda dibawah ini, akan terlihat pada orang yang sungguh-sungguh mencintai Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Sebuah tanda cinta untuk Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah mengikuti apa yang telah dicontohkan baginda, menerapkan sunnah (cara kenabian) dalam kata-kata dan perbuatan, serta patuh pada perintah baginda dan menghindari apapun yang dilarang baginda, juga meniru akhlak baginda di masa senang maupun susah, ketika untung atau rugi. Allah berfirman, "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Bila kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu." (Ali-Imron,3:31).
Orang yang mencintai Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, akan menyisihkan segala keinginan hawa nafsunya dalam rangka menegakkan hukum yang dibangun oleh baginda.
Allah berfirman, "Dan orang-orang yang telah menempati negeri itu (yakni kota Madinah) dan telah beriman (yang dimaksud ialah kaum Anshoor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)." (Al-Hasyr,59:9).
Jika seseorang memiliki kualitas yang bagus ini, maka ia memiliki cinta yang sempurna untuk Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya. Jika ditemukan sedikit berkurang dalam kualitas ini, maka cintanya tidak sempurna, tetapi bukan berarti tidak memiliki cinta tersebut. Buktinya ditemukan didalam perkataan baginda ketika seseorang hendak menghadapi hukuman karena minum minumam keras. Saat oknum(seorang) tersebut akan menerima hukumannya, seorang pria mengutuk si pelaku pelanggaran, lalu Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Jangan melaknatnya. Ia mencintai Allah dan Rasul-Nya."
Termasuk juga tanda mencintai Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah berulang kali menyebut baginda. Barangsiapa mencintai sesuatu, maka terus-menerus disebut di lidahnya.
Rindu bertemu Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah di antara tanda yang lain. Setiap pecinta merindukan untuk bisa bersama yang mereka cintai. Ketika orang-orang Asy’ariyyin tiba di Madinah, terdengar mereka bernyanyi, "Besok, kita akan bersama orang-orang yang kita cintai, Muhammad dan para Sahabatnya!"
Seperti halnya menyebut-nyebut Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, tanda lainnya adalah memuji dan menghormati baginda serta memperlihatkan kerendahan hati tiap kali baginda disebut, dan merendahkan diri sendiri ketika mendengar nama baginda. Kita diberitahu oleh Ishaq At-Tujiibiy bahwa setelah baginda meninggal dunia, setiap kali para Sahabat mendengar nama baginda mereka menjadi rendah hati, kulit mereka gemetar dan mereka menangis. Adapun para tabi’in (generasi setelah sahabat) ada yang melakukan hal-hal tersebut karena mencintai dan merindukan baginda (sama seperti para Sahabat), dan ada pula yang melakukannya karena disebabkan rasa hormat dan penghargaan (kepada beliau).
Di antara tanda mencintai baginda adalah mencintai orang-orang yang dicintai baginda yaitu ahli bait (keluarganya) baginda dan para Sahabat baginda - kaum Muhajirin dan Ansar. Orang yang mempunyai tanda ini akan ditemukan bermusuhan dengan orang-orang yang membenci mereka.
Juga di antara tanda-tanda mencintai beliau adalah cinta kepada siapa saja yang dicintai oleh Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan Orang-orang yang memiliki hubungan dengan beliau baik ahlu baitnya serta para Sahabatnya dari para Emigran (kaum Muhaajiriin) dan para Penolong (kaum Anshoor), serta memusuhi siapa saja yang memusuhi mereka, dan membenci siapa saja yang membenci mereka. Maka barangsiapa yang mencintai sesuatu (atau seseorang) maka pasti ia akan mencintai orang-orang yang dicintainya.
Untuk Al-Hasan dan Al-Husain, semoga Allah meridhai mereka, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, berdoa, "Ya Allah, saya mencintai mereka, maka cintailah mereka." Baginda telah bersabda, "Barangsiapa membenci mereka, maka membenci aku." Untuk Al-Hasan, Nabi berdoa, "Ya Allah, saya mencintainya, cintailah siapapun yang mencintainya."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, berkata kepada imam Ali, "Hanya orang beriman yang akan mencintaimu, dan hanya orang munafik yang akan membencimu." (Syeikh Darwish menambahkan: Hafiz Ibnu Hajar yang termasuk diantara perawi hadis tersebut, mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah telah menandai dirinya sendiri dengan kemunafikan, ini karena Ibnu Taimiyah mengetahui suatu hadis kemudian mengutipnya tetapi melakukan tindakan yang bertentangan dengan hadis tersebut. Jadi terbukti kalau Ibnu Taimiyah membenci Imam Ali. Di dalam buku yang terkenal susunan Syekh Al-Hafiz Ahmad Ghumari, telah terdaftar 16 kejadian terkait Ibnu Taimiyah memfitnah Imam Ali).
Mengenai salah satu keluarga baginda, Siti Fatimah, semoga Allah meridhainya, Nabi Muhammad bersabda, "Dia bagian dari diriku, barangsiapa membencinya, maka membenci aku."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu Siti Aisyah perihal Usamah bin Zaid, "Cintailah ia karena aku mencintainya."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, berbicara tentang orang-orang Ansar, seraya bersabda, "Tanda keimanan yang benar adalah cinta kepada Ansar, sedang tanda kemunafikan adalah benci kepada mereka."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Takwalah kepada Allah, Takwalah kepada Allah! Jangan jadikan para Sahabatku sebagai target (sasaran) setelahku! Barangsiapa mencintai mereka maka cintailah mereka karena mereka mencintaiku, dan barangsiapa membenci mereka maka sama dengan kebencian kepadaku. Siapa yang menyakiti mereka, maka menyakiti aku. Barangsiapa melakukan sesuatu yang menyakitkan aku maka hal itu seperti menyakiti Allah. Barangsiapa melakukan sesuatu yang tampak menyakitkan bagi Allah maka DIA akan menyiksanya."
Faktanya adalah ketika kita mencintai seseorang, maka kita mencintai segala sesuatu yang dicintai orang tersebut. Inilah yang sungguh terjadi dengan para Sahabat, Tabi'in dan Tabi'tabi'in (dua generasi yang mengikuti para Sahabat), sebab cinta mereka kepada baginda, mereka hanya mengerjakan segala hal yang diperbolehkan dan menahan hawa nafsu mereka.
Anas pernah melihat Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memilih sepotong labu, lalu Anas berkata, "Sejak hari itu aku mencintai labu."
Al Hasan, cucu baginda, telah pergi dengan Ja'far kepada Salma dan meminta Salma supaya menyiapkan makanan yang biasa dimakan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Umar memakai sepasang sandal yang terbuat dari kulit sapi, dan suka mencelup baju dengan warna kuning, karena ia pernah melihat Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, melakukannya.
Tanda lain mencintai baginda adalah benci terhadap siapapun yang membenci Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya, yaitu orang-orang yang memperlihatkan permusuhan terhadap Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya. Kaum mukminin yang memiliki tanda ini, menghindari semua yang menyimpang dari cara kenabian (sunnah), serta dalam pertentangan dengan orang-orang yang memperkenalkan inovasi (bid'ah) didalam cara kenabian (yang tidak sesuai dengan prinsip keislaman), mereka juga dalam pertentangan dengan orang-orang yang merasa berat dengan Hukum yang telah didirikan baginda.
Allah berfirman, "Engkau (Muhammad) tidak akan menemukan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya." (Al-Hasyr,58:22).
(Sisipan Syeikh Darwish: Ketika kita mengetahui baginda mengerjakan suatu amal perbuatan, kita hendaknya mengikuti sebanyak yang kita bisa, tetapi jika baginda memerintahkan agar tidak melakukan sesuatu, kita hendaknya segera berhenti dan tidak melakukannya. Namun, jika baginda tidak melakukan sesuatu, tidak ada kewajiban menahan diri untuk tidak melakukan hal tersebut kecuali bila diharamkan atau dilarang).
Para Sahabat Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah siap menghadapi setiap anggota keluarga mereka yang menentang baginda.
Tanda lain cinta Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, ialah mencintai Al-Qur'an yang dibawa oleh baginda dimana melalui Al-Qur’an, baginda dan orang-orang menjadi terbimbing. Ketika ditanya tentang Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, Siti Aisyah, semoga Allah meridhainya, berkata, "Akhlak baginda adalah Al-Qur'an." Termasuk bagian dari mencintai Al-Qur'an adalah mendengarkan bacaannya, bertindak sesuai dengannya, memahaminya, tetap dalam batas-batasnya, serta mencintai cara Nabi Muhammad (sunnah).
Sahl bin Abdullah membicarakan tanda ini seraya berkata, "Tanda cinta kepada Allah ialah mencintai Al-Qur'an. Tanda cinta Al-Qur'an adalah mencintai Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya. Tanda mencintai Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, yaitu cinta sunnah (cara kenabian) nya. Tanda cinta sunnahnya ialah mencintai Kehidupan Abadi (akhirat). Tanda cinta akhirat adalah membenci dunia. Tanda benci dunia yaitu tidak menimbun segala isi dunia kecuali untuk perbekalan dan apa yang diperlukan supaya tiba dengan selamat di Kehidupan Abadi."
Tanda yang lain cinta Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah mengasihani umat baginda dengan menasehati mereka secara baik dan berjuang untuk kepentingan mereka supaya bertambah baik serta menghapus segala sesuatu yang membahayakan mereka dengan cara yang sama seperti Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, "lemah lembut lagi penyayang pada orang-orang beriman." (At-Taubah,9:128).
Tanda cinta yang sempurna nampak pada umat baginda yang berzuhud (menjauhi dunia), mereka yang mampu melawan hawa nafsunya dan lebih memilih kemiskinan daripada daya tarik dunia.
Seorang pria datang kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan berkata, "Ya Rasulullah, demi Allah, aku mencintaimu." Baginda menjawab, "Kalau kamu mencintaiku, persiapkan dirimu untuk kemiskinan sebaagai suatu perisai, karena kemiskinan datang untuk siapa yang mencintaiku lebih cepat daripada mata air yang mengalir jatuh ke ujungnya." Abu Said Al-Khudri meriwayatkan perkataan yang sama.
Baginda menjawab, "Kalau kamu mencintaiku, bersiap-siaplah dengan perisai(datangnya) kemiskinan, karena kemiskinan datang lebih cepat untuk siapa yang mencintaiku daripada mata air yang mengalir jatuh ke ujungnya." Abu Said Al-Khudri meriwayatkan perkataan yang sama.
Dostları ilə paylaş: |