Para Sahabat dan pengikut mereka (Tabi'in dan Tabi'tabi'in)
menjunjung tinggi periwayatan hadis dan jalan hidup baginda
Amr bin Maimun memberitahu: Aku pergi mengunjungi Ibnu Mas’ud selama setahun, aku tidak pernah mendengarnya berucap "Rasulullah bersabda" tapi suatu hari beliau berkata dan mengalir di lisannya kalimat Rasulullah, saw, bersabda, kemudian kesedihan meningkat hingga aku melihat keringat menetes dari keningnya, kemudian beliau mulai menjelaskan isi hadis baginda. Mata Ibnu Mas’ud penuh air mata dan pembuluh darahnya jadi membesar.
Hakim Madinah, Ibrahim bin Abdullah bin Qusaym Al Ansari, memberitahu bahwa "Malik bin Anas kebetulan melewati Abu Hazim yang sedang mengajar beberapa kutipan kenabian. Malik minta izin untuk mendengarkan, namun tak ada tempat untuk duduk, Malik lantas berkata, "Aku tidak suka mendengarkan kutipan kenabian sambil berdiri."
Malik memberitahu bahwa seorang laki-laki datang kepada Ibnu Musayyab dan mendapati beliau sedang beristirahat. Laki-laki itu menanyakan sebuah kutipan kenabian tertentu, dimana Ibnu Musayyab duduk tegap dan memberinya kutipan. Orang itu berkata kepada Ibnu Musayyab, "Aku harap engkau tidak menyusahkan dirimu sendiri." Ibnu Musayyab menjawab, "Aku tidak suka menyampaikan kepadamu sebuah kutipan kenabian disaat sedang beristirahat."
Muhammad bin Sirin adalah orang yang suka tertawa tetapi ketika mendengar sebuah sabda Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dia menjadi rendah diri.
Abu Mus'ab berkata, "Malik bin Anas meriwayatkan hadis hanya jika beliau punya wudhu. Ini disebabkan rasa hormat Malik kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Setiap kali Malik bin Anas mengajar hadis, karena saking hormatnya, terlebih dahulu beliau berwudhu, mempersiapkan diri dan mengenakan jubah baru kemudian meriwayatkan hadis. Ketika ditanya mengapa melakukan itu, Malik menjawab, "Ini (hadis) adalah perkataan Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya."
Ketika orang-orang mengunjungi Malik, pelayan Malik datang kepada mereka dan bertanya, 'Syekh bertanya apakah kalian datang untuk mendengar kutipan kenabian atau karena mempunyai pertanyaan." Jika mereka mempunyai pertanyaan, Malik keluar untuk mendengarkan mereka, tetapi jika mereka ingin mendengar sebuah hadis terlebih dahulu Malik berwudhu, menggunakan parfum dan jubah yang bersih yang berlapis mantel warna gelap. Malik memakai serban dan kemudian meletakkan tudung mantelnya di atas kepala. Sebuah podium disiapkan untuk Malik dan beliau menuju para pengunjungnya dengan penuh kerendahan hati, sementara itu kayu gaharu dibakar hingga Malik selesai mengajar perkataan kenabian (hadis). Ketika ditanya mengapa melakukan itu, Malik menjawab, "Saya suka menunjukkan rasa hormat saya pada ucapan Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan saya hanya akan mengajar mereka bila saya punya wudhu."
Malik tidak suka ditanya tentang hadis ketika sedang berjalan di jalan, tengah berdiri atau saat buru-buru. Malik berkata, "Saya suka memastikan bahwa orang-orang memahami perkataan Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya."
Abdullah bin Mubarok memberitahu kita bahwa disaat Malik meriwayatkan beberapa perkataan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, sebuah kalajengking menyengatnya enam belas kali. Wajah Malik berubah warna dan jadi pucat, tetapi hal ini tidak menghentikan Malik untuk melanjutkan pengajaran. Pada akhir pelajaran, setelah orang-orang pergi, Abdullah berkata kepadanya, "Saya melihat anda melakukan sesuatu yang luar biasa hari ini!" Malik menjawab, "Ya, saya menahannya karena untuk menghormati Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya."
Ibnu Mahdi tengah berjalan dengan Malik ke Al-Aqiq. Ibnu Mahdi menanyai Malik suatu hadis namun Malik mencelanya seraya berkata, "Engkau dimataku terlalu baik, bertanya tentang ucapan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, sementara kita sedang berjalan. "
Abdullah bin Saleh mengatakan, "Malik dan Al-Laits hanya menuliskan hadis (Perkataan kenabian) ketika mereka punya wudhu." Dirar bin Murroh juga bilang kalau mereka tidak suka mengajarkan Perkataan Kenabian jika tidak punya wudhu.
Nabi Muhammad peduli pada keluarga, istri dan keturunannya
Seseorang dianggap baik bila peduli pada keluarganya. Demikian pula Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, yang peduli dan sayang pada keluarga, istri dan keturunannya. Karena itulah baginda mendorong orang-orang agar mencintai mereka. Jadi berbakti dan menghormati mereka menjadi bagian dari penghormatan dan pengabdian kepada baginda. Generasi permulaan Islam (para Sahabat, Tabi'in dan Tabi'tabi'in) telah berbakti serta menghormati keluarga, para istri dan keturunan baginda.
Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, wahai Ahlulbait (Ahli Rumah Nabi), dan membersihkanmu sebersih-bersihnya." (Al-Ahzab, 33:33). Allah juga memberitahu kita, "Para istrinya (Nabi Muhammad) adalah ibu-ibu mereka." (Al-Ahzab, 33:6).
Zaid bin Arqam menceritakan, suatu hari Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Demi Allah, aku memohon kepadamu untuk Ahli Rumahku!" dan baginda mengucapkannya tiga kali. Ketika Zaid ditanya siapa yang dimaksud "Ahli Rumah baginda", Zaid menjawab, "Keluarga Ali, keluarga Ja'far (bin Abu Thalib), keluarga Uqayl (bin Abu Thalib), dan keluarga Abbas."
Tak lama sebelum meninggal dunia, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabat baginda, "Aku meninggalkan sesuatu kepadamu. Berpeganglah padanya niscaya kamu tidak akan tersesat: Kitab Allah, keluargaku dan Ahli Rumahku. Berhati-hatilah mengikuti instruksiku mengenai mereka."
Umar bin Salamah meriwayatkan bahwa ayat, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, wahai Ahlulbait (Ahli Rumah Nabi), dan membersihkanmu sebersih-bersihnya." (Al-Ahzab, 33:33) diturunkan di rumah bunda Ummu Salamah, semoga Allah meridhainya, dimana Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memanggil putri baginda, Siti Fatimah dan anak-anak beliau, Hasan dan Husain, lalu membungkus mereka bertiga dengan kain selimut sedang Ali berdiri di belakang baginda, kemudian baginda berkata, "Ya Allah, mereka ini adalah Ahli Rumahku, hilangkanlah semua kotoran dari mereka dan bersihkan mereka sebersih-bersihnya."
Saad bin Abi Waqqosh membicarakan ayat dimana terdapat tantangan dari Allah, "Siapa yang membantahmu tentang ia (nabi Isa) sesudah pengetahuan telah datang kepadamu, maka katakanlah, 'Marilah memanggil anak-anak kita dan anak-anakmu, kaum wanita kita dan kaum wanitamu, diri kita dan dirimu, kemudian marilah merendahkan hati berdoa, agar laknat Allah ditimpakan atas mereka yang berdusta." (Ali Imron,3:61). Saad mengatakan ketika ayat ini turun, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memanggil Ali, Hasan, Husain dan Siti Fatimah lalu berkata, "Ya Allah, mereka ini keluarga saya."
Mengenai pangkat Ali, semoga wajahnya dimuliakan Allah, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Barangsiapa hendak memberiku cinta dan kemenangan, maka berikanlah kepada Ali. Ya Allah, berilah kemenangan dan cinta untuk siapa saja yang memberinya kemenangan dan cinta, dan musuhilah siapa saja yang menjadikannya sebagai musuh."
(Sisipan Syeikh Darwish: Hadis ini terdapat didalam Musnad Ahmad dan Ibnu Hibban serta Nisa'i dengan rantai para perawi (sanad) yang sahih, dan juga telah diriwayatkan banyak perawi lainnya. Hafiz Ibnu Hajar berkata, Hafiz ibnu Oqda telah menghimpun hadis tersebut dalam sebuah buku yang sebagian besar kutipannya adalah Sahih (otentik) atau yang dihukumi sebagai Hasan (bagus). Suyuti mengatakan hadis tersebut adalah Mutawatir (dari masa ke masa diriwayatkan banyak perawi) sedangkan Hafiz Zahabi bilang hadis tersebut mempunyai rantai perawi (sanad) yang bagus.
Dalam hadis ini, terdapat kalimat bahasa Arab yang berbunyi "mowalah" yang artinya adalah cinta dan dukungan secara Islami, bukannya menunjuk seseorang untuk menjadi khalifah, meski kemudian Imam Ali terpilih sebagai Khulafaur Rosyidin (khalifah yang terbimbing) yang keempat. Ada empat orang yang terpilih dan disebut sebagai Khulafaur Rosyidin, namun orang-orang Syiah 12 imam mengklaim bahwa tiga khalifah beserta kaum Muhajirin dan Ansor telah melakukan kesalahan dengan memilih khalifah selain Imam Ali dan mengikrarkan kesetiaan pada mereka, karena menurut mereka, Imam Ali yang seharusnya menjadi khalifah pertama. Dengan pemahaman semacam itu, orang Syiah 12 imam memperoleh kemurkaan Allah dan Nabi-Nya karena telah menuduh generasi terbaik yang telah menyebarkan Al-Qur'an dan sunnah yang telah diridhai oleh Allah)
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah berkata kepada Abbas, paman baginda, "Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, keimanan tidak akan masuk kedalam hati seseorang sampai ia mencintaimu untuk Allah dan Rasul-Nya.
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memegang tangan Usamah bin Zaid dan Hasan, kemudian berdoa, "Ya Allah, saya mencintai keduanya, maka tolong cintailah mereka."
Abu Bakar berkata, "Hormatilah Muhammad dengan menghormati Ahli Rumah baginda." Abu Bakar juga menyatakan, "Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, keluarga dekat Rasulullah lebih kusayangi daripada familiku sendiri."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabatnya, "Allah mencintai orang-orang yang mencintai Hasan." Merujuk pada dua cucu baginda, Hasan dan Husain serta orangtua mereka, baginda bersabda, "Barangsiapa mencintai keduanya ini, ayah dan ibu mereka, maka akan bersamaku didalam derajatku pada Hari Kiamat." Semoga Allah meridhai mereka.
Tentang Quraisy, baginda bersabda, "Barangsiapa merendahkan Quraisy, Allah akan merendahkan mereka." Baginda juga berkata, "Utamakanlah Quraisy dan jangan mendahului mereka."
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, berkata kepada Ummu Salamah, "Jangan menggelisahkanku dengan menggelisahkan Aisyah."
Sewaktu melihat Abu Bakar meletakkan Hasan di pundaknya, Uqbah bin Al Harits berkata, "Demi ayahku, Hasan mirip dengan Nabi! ia tidak mirip dengan Ali!" Ali hanya tertawa. Uqbah mengucapkan kata-kata ini dua hari setelah baginda wafat ketika Ali berjalan disamping Abu Bakar setelah Abu Bakar terpilih sebagai khalifah.
Ibu Zaid bin Tsabit meninggal dunia dan selepas acara pemakaman, Zaid mengambil bagal untuk dikendarai. Ibnu Abbas datang dan memegang sanggurdi bagal Zaid. Dengan sopan, Zaid berkata, "Mari pergi keponakan Rasulullah." Ibnu Abbas kemudian berkata, "Beginilah cara kita bersikap dengan orang-orang berilmu." Lalu Zaid mencium tangan Ibnu Abbas dan berkata, "Demikianlah saya diperintahkan bersikap dengan Ahli Rumah baginda."
Ketika Umar bin Khattab membagi-bagikan harta rampasan perang, Umar memberi Abdullah, anaknya, tiga ribu sedang Usamah bin Zaid diberinya tiga ribu lima ratus. Abdullah bertanya kepada ayahnya, "Mengapa engkau memberi Usamah lebih banyak? Demi Allah, ia tidak berjuang dalam pertempuran sebelumku." Ayahnya menjawab, "Itu karena Zaid lebih disayang Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, daripada ayahmu, dan Usamah lebih disayang oleh baginda daripada kamu, jadi aku lebih memilih yang dicintai Rasulullah daripada yang kucintai."
Ibnu Abbas diberitahu, "Seseorang telah meninggal dunia." merujuk pada salah satu istri Nabi, semoga Allah meridhai mereka. Kemudian Ibnu Abbas bersujud dan orang-orang disekelilingnya bertanya, "Mengapa engkau bersujud pada waktu ini?" (saat itu sedang gerhana). Ibnu Abbas menjawab, "Bukankah Rasulullah bersabda, 'Bila kamu melihat sebuah tanda maka bersujudlah'. Apakah tanda yang lebih besar daripada perginya salah seorang istri Nabi."
Abu Bakar dan Umar mengunjungi Ummu Aiman, yang dulunya adalah pelayan baginda, dan mereka berkata, "Rasulullah biasa mengunjunginya."
Menghormati para Sahabat Nabi dan mengetahui hak-hak mereka
Mengetahui hak-hak para Sahabat termasuk bagian dari penghormatan dan kepatuhan kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya. Sepatutnya umat baginda menghormati para Sahabat Nabi, mengikuti mereka, mengenali hak-hak mereka, memuji mereka, mendoakan mereka dan menjauhkan diri dari mendiskusikan perbedaan mereka, serta menunjukkan permusuhan pada orang-orang yang benci terhadap mereka.
Mengikuti para Sahabat berarti mengikuti Nabi Muhammad, maka sudah seharusnya menyangkal kesesatan orang-orang Syiah dan para innovator (ahli bid'ah), demikian pula menyangkal hal-hal yang diperkenalkan para orientalis yang menjadi racun halus bagi umat Islam, serta menyangkal siapapun yang mencoba menurunkan harga diri para Sahabat Nabi.
Jika ada pelapor maupun sejarawan yang melaporkan suatu hal yang merendahkan para Sahabat, secara samar maupun terang-terangan, maka sepatutnya kita berpaling dari mereka dan tidak mengambil pendapat mereka. Bila seseorang membuat pernyataan mengenai perbedaan yang terjadi diantara mereka, cara yang sepatutnya dilakukan adalah mengambil penafsiran yang terbaik.
Tak sepatutnya berbicara yang buruk tentang para Sahabat maupun mencela mereka, yang paling tepat adalah menyebut-nyebut kebaikan, keutamaan dan sifat-sifat terpuji mereka, dan berdiam diri mengenai hal-hal lainnya. Untuk ini, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah bersabda, "Setiap kali para Sahabatku disebut, tahanlah lisanmu."
Allah berfirman,
"Muhammad adalah Utusan Allah. Mereka yang bersamanya keras menghadapi orang-orang kafir, tetapi berbelas kasih sesama mereka." (Al-Fath, 48:29).
"Para pendahulu yang awal (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan yang mengikuti mereka didalam kebajikan, Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada-Nya." (At-Taubah, 9:100).
"Sungguh, Allah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon dan Dia mengetahui apa yang didalam hati mereka." (Al-Fath, 48:18).
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah." (Al-Ahzab, 33:23).
Hudzaifah mendengar Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Ikutilah mereka yang setelahku, Abu Bakar dan Umar."
(Sisipan Syeikh Darwish: Hadis sahih ini merupakan indikasi bahwa Abu Bakar hendak menjadi khalifah yang pertama dan Umar yang kedua)
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Takwalah kepada Allah, Takwalah kepada Allah! Jangan jadikan para Sahabatku sebagai target setelahku! Barangsiapa mencintai mereka maka cintailah mereka karena mereka mencintaiku, dan barangsiapa membenci mereka maka sama dengan kebencian kepadaku. Siapa yang menyakiti mereka, maka menyakiti aku. Barangsiapa melakukan sesuatu yang menyakitkan aku maka hal itu seperti menyakitkan bagi Allah. Barangsiapa melakukan sesuatu yang tampak menyakitkan bagi Allah maka akan tersambar."
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, memperingatkan, "Jangan mencaci para Sahabatku. Jika ada orang yang mampu berinfak emas seberat Gunung Uhud, tidak akan pernah mencapai dua pertiga atau bahkan setengah dari infak biji-bijian mereka."
Malik bin Anas, seorang pakar hukum dan yang lainnya berkata, "Siapa saja yang membenci dan mencaci para Sahabat maka tidak berhak atas perbendaharaan orang-orang Islam. Hal tersebut nampak dalam ayat berikut,
"Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu; Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya." (Al-Hasyr, 59:6-7)
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka berkata, 'Penguasa kami! ampunilah kami, dan saudara-saudara kami yang lebih dulu beriman, jangan jadikan kedengkian didalam hati kami terhadap mereka yang beriman.'" (Al-Hasyr, 59:10) Malik juga berpendapat, orang yang memicu kemarahan para Sahabat Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah orang yang tidak beriman, ini didasarkan pada ayat yang berbunyi, "Untuk menimbulkan kemarahan orang-orang kafir melalui mereka." (Al-Hujurot, 48:29).
Abdullah bin Mubarak berkata, "Ada dua sifat baik yang akan membawa keselamatan bagi seseorang, yaitu berkata benar dan mencintai para Sahabat Muhammad."
Ayyub Sakhtiyani berkata, "Barangsiapa memuji para Sahabat Muhammad dengan pujian yang baik maka bebas dari kemunafikan. Barangsiapa melecehkan salah satu Sahabat, Tabi'in dan Tabi'tabi'in (tiga generasi awal Islam) maka telah menentang sunnah (Cara Kenabian) dan merupakan seorang ahli bid'ah (inovator). Aku khawatir amal perbuatan orang yang melecehkan mereka tidak akan naik ke langit sampai ia mencintai mereka semua dan hatinya membenarkan."
Tentang orang-orang Ansar, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Maafkan kesalahan mereka dan terimalah dari perbuatan baik mereka."
Malik bin Anas berkata, "Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, mengajarkan para pengikutnya akhlak yang mulia. Allah telah membimbing baginda dengan akhlak yang mulia, dan menjadikan baginda sebagai rahmat bagi semesta alam. Dalam kegelapan malam, baginda pergi ke Baqi' (tanah pemakaman dimana banyak keluarga dan Sahabat baginda dikebumikan) dan berdoa supaya mereka diampuni. Demikianlah yang diperintahkan Allah kepada baginda. Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memerintahkan umatnya agar memiliki rasa cinta dan persahabatan dengan mereka serta menentang siapapun yang memusuhi mereka."
Benda dan tempat bersejarah yang terkait dengan Nabi mesti dihormati
Menghormati segala benda dan tempat yang berkaitan dengan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, baik di Mekah, Madinah atau tempat lainnya, juga termasuk bagian dari penghormatan dan penghargaan untuk baginda.
Karena begitu hormatnya kepada baginda, Malik tidak mengendarai kendaraan selama di Madinah. Malik berkata, " Aku malu kepada Allah, bila menginjak-injak dengan kaki binatang (hewan kendaraan) diatas tanah dimana Rasulullah dikebumikan."
Seorang pria di Madinah berkata, "Tanah Madinah buruk." Pernyataan mengejutkan ini menyebabkan Malik menjatuhkan keputusan melawannya bahwa orang itu mesti dipukul dan dipenjarakan. Orang itu mempunyai koneksi(hubungan) dengan para pejabat Madinah namun Malik tidak menarik kembali keputusannya dan berkata, "Ia mengklaim(menuntut) tanah dimana Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dimakamkan tidak baik!"
Didalam hadis sahih diceritakan bahwa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah bersabda tentang Madinah, "Barangsiapa melakukan suatu inovasi di Madinah atau memberi naungan pada seorang inovator maka menjadi sasaran laknat Allah, para Malaikat dan semua orang. Allah tidak akan menerima pertukaran atau balasan apapun darinya."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Barangsiapa bersumpah diatas mimbarku dengan suatu kebohongan maka akan disediakan tempat duduknya dari Api."
Seorang syekh yang saleh pergi haji dengan berjalan kaki. Ketika ditanya mengapa melakukan hal itu, ia menjawab, "Seorang hamba yang berdosa tidak datang ke rumah tuannya dengan berkendara! Seandainya aku bisa berjalan di atas kepalaku, aku tidak akan berjalan di atas kakiku!"
Penting sekali memuliakan dan menghormati tempat-tempat turunnya Wahyu, tempat dimana Malaikat Jibril dan Mikail berkunjung, tempat dimana para malaikat turun, tempat terdengarnya suara-suara peribadatan dan pengagungan, tanah penuh berkah yang ada disekeliling jasad Junjungan seluruh manusia, dan tempat-tempat dimana Agama Allah dan kutipan kenabian Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, tersebar.
Penting pula menghormati dan memuliakan berbagai tempat dimana ayat-ayat Al-Qur'an dipelajari, masjid tempat didirikannya solat, tempat yang menjadi saksi kebajikan dan perbuatan baik, tempat yang menjadi saksi bukti-bukti dan mukjizat, tempat yang terkait dengan ritual agama Islam dan ibadah haji serta jejak-jejak peninggalan baginda, tempat dimana baginda tinggal yang nubuatnya memancar dan gelombang nubuatnya mengalir, tempat yang menjadi saksi Risalah (Pesan), dan bumi yang pertama kali tersentuh kulit Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, setelah kematiannya - keharuman tempat-tempat tersebut, bangunan dan dinding-dindingnya hendaknya dihirup dan dicium.
"Wahai kediaman Rasul terbaik yang menerima ayat-ayat
Melalui engkau umat manusia mendapatkan bimbingan
Kerinduanku kepadamu membara dan menggelora
Hasrat yang tak tertahankan berkobar menyala-nyala
Seluruh jiwaku telah dipenuhi dengan janji untuk berziarah
Pada dinding dan tempat-tempat yang pernah kau singgahi
Biarlah janggutku yang rapi ini dipenuhi dengan debu
Untuk banyaknya ciuman dan hembusan nafas
Andai bukan karena para penghalang dan pencaci, aku akan
Selalu berziarah, bahkan jika harus menyeret diatas pipiku.
Tetapi aku diberi hadiah dari penghormatan yang kurayakan
Untuk gedung-gedung bangunan dan kamar-kamar itu
Yang aromanya lebih wangi dan murni daripada kesturi yang terharum
Yang senantiasa melingkupinya setiap pagi dan sore
Melimpah untuknya solawat yang paling terbaik dan istimewa
Beserta kesejahteraan dan keberkatan yang terus meningkat."
KEWAJIBAN MENDOAKAN NABI MUHAMMAD
DISARIKAN DARI
KESEMBUHAN
SAHIH SHIFA
Karya
Hakim Agung Abulfadl Iyad,
Wafat (1123 M / 544 H)
Periwayat Hadis
Muhaddis Agung Hafiz Abdullah Bin Siddiq
Perevisi
Muhaddis Abdullah Talidi
Adaptasi
Oleh
Abdi Hadis Syaikh Ahmad Darwish (Arab/ Inggris)
Anne Khadeijah (Inggris)
Siti Nadriyah (Indonesia)
Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi.
@ BAB: KEWAJIBAN MENDOAKAN NABI
103. BAB: HUKUM, KEUTAMAAN DAN MAKNA BERSOLAWAT KEPADA NABI
Syeikh Ahmad Darwish menambahkan: "Perlu diketahui, kata "solat" mempunyai dua makna yang berbeda. Yang pertama ialah kewajiban solat untuk Allah, dan yang kedua, makna solat adalah solawat kepada Nabi. Solawat dari Allah dan para Malaikat-Nya bermakna pujian, sedang solawat dari orang-orang beriman berarti memuji dan mendoakan baginda."
Allah memberitahu kita, "Sungguh Allah, dan para malaikat-Nya bersolawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersolawatlah kepadanya, dan lafalkan kesejahteraan yang melimpah ruah." (Al-Ahzab,33:56).
Untuk makna ayat diatas, Ibnu Abbas mengatakan, "Allah dan para Malaikat-Nya melimpahkan keberkatan untuk Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya.
"Asal solawat ialah permohonan rahmat. Allah bersolawat berarti Allah melimpahkan rahmat. Para Malaikat-Nya bersolawat berarti kelembutan dan doa untuk rahmat Allah." ujar Al Mubarrod.
Dalam sebuah hadis dikatakan, siapapun yang bersolawat kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, saat menunggu dimulainya solat, maka para Malaikat berdoa untuknya dan mereka berucap, "Ya Allah, ampunilah dia! Ya Allah, kasihanilah dia."
Abu Bakr Al-Qusyairi mengatakan, "Solawat dari Allah, untuk orang-orang selain baginda adalah suatu rahmat sedang untuk Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah pangkat dan kemuliaan yang meningkat."
Abul Aliyah menjelaskan, "'Solawat' Allah untuk Nabi adalah puji-pujian untuk baginda didepan para Malaikat-Nya, sedangkan 'solawat' para malaikat adalah doa untuk baginda."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, membuat perbedaan pada kata "solawat", yang satu bermakna "doa", satunya lagi bermakna "barokah". Ada indikasi(pertanda) kalau solawat juga ditujukan untuk keluarga baginda.
Solawat dan salam yang diperintahkan Allah kepada para penyembah-Nya yaitu agar mereka membacanya untuk Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, mengandung tiga arti:
1. Kesejahteraan untukmu dan besertamu (baginda).
2. Salam untuk perlindungan, penjagaan dan pemeliharaanmu. Salam disini adalah nama Allah, ini berarti semoga Allah senantiasa melindungi, menjaga dan mengasihi baginda.
3. Orang-orang hendaknya berserah diri kepada baginda dan dituntun oleh baginda, pujian dan kesejahteraan atasnya, sebagaimana yang terdapat didalam firman Allah, "Maka demi Penguasamu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikanmu hakim didalam ketidaksepakatan di antara mereka, kemudian mereka tidak mendapati keberatan dalam diri mereka terhadap apa yang kamu putuskan, dan mereka menyerahkan dengan sepenuhnya." (An-Nisa',4:65).
Dostları ilə paylaş: |