Akhlak terpuji Nabi Muhammad
Pujian dan kesejahteraan atasnya
Beberapa sifat terpuji dan perilaku mulia bisa diperoleh dengan berusaha keras. Para ulama bersepakat bahwa orang yang memilikinya tentu berbudi luhur, meski hanya sedikit sifat dan perilaku terpuji yang dimilikinya akan menjadikannya sebagai orang yang layak dihormati. Hukum Islam memuji orang-orang tersebut, dan memerintah mereka tetap berperilaku terpuji serta menjanjikan mereka pahala dan kebahagiaan yang terus menerus. Beberapa sifat-sifat ini, digambarkan sebagai bagian dari sifat-sifat kenabian, namun umumnya dikenal sebagai "Akhlak yang baik". Akhlak yang baik terdiri dari kemampuan mengendalikan hawa nafsu dan tingkah laku yang seimbang, yang moderat dan tidak ekstrim.
Segala kesempurnaan akhlak terpuji telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Allah memuji kesempurnaan akhlak baginda dengan berfirman, "Dan sungguh engkau (Muhammad) benar-benar diatas budi pekerti yang luhur." (Al-Qalam,68:4).
Siti Aisyah, istri Nabi dan Ibu orang-orang beriman, semoga Allah meridhainya, menggambarkan akhlak terpuji Nabi seraya berkata, "Akhlak baginda adalah Al-Qur'an. Dia ridha dengan ridhanya Nabi dan marah dengan marahnya Nabi."
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Sahabat Anas telah memperhatikan segala perilaku baginda dan berkata, "Rasulullah adalah manusia yang paling bagus akhlaknya." Ali bin Abi Thalib juga mengatakan hal yang sama.
Para ulama Islam bersepakat sifat-sifat mulia yang terdapat didalam diri baginda merupakan pembawaan asli sejak lahir. Tanpa berusaha dan tanpa belajar dari orang lain, baginda telah mempunyai sifat mulia tersebut. Baginda menerima karunia itu melalui kemurahan Penguasanya sebagai hadiah istimewa.
Sifat-sifat serupa juga ada pada diri nabi Isa, Musa, Yahya, Sulaiman, dan para nabi mulia lainnya. Telah muncul sifat-sifat mulia sejak masa kanak-kanak mereka, dan berlanjut serta bertambah kokoh pada masa kenabian mereka. Sifat-sifat mulia melekat dalam diri mereka sejak mereka diciptakan, dan mereka juga telah diberi pengetahuan dan kebijaksanaan.
Allah berbicara tentang Nabi Yahya seraya berfirman, "'Wahai Yahya, ambillah Al Kitab secara kuat dan Kami telah memberinya Hukum selagi masih kanak-kanak." (Maryam,19:12). Para ahli tafsir berkomentar, sejak kecil Nabi Yahya telah diberi ilmu pengetahuan tentang Kitab Allah Yang Maha Tinggi.
Allah berfirman, "yang membenarkan Kalimat dari Allah." (Ali-Imran,3:39)
Allah memberi Nabi Yahya pengetahuan tentang Kitab-Nya, semenjak beliau masih kanak-kanak.
Sewaktu masih dalam buaian ibunya, Nabi Isa telah berbicara dan berkata, "Sungguh aku penyembah Alllah. Dia memberiku Al-Kitab dan menjadikanku seorang nabi." (Maryam,19:30).
Tentang Nabi Sulaiman, Allah berfirman, "Maka Kami memahamkannya pada Sulaiman, dan masing-masing telah Kami berikan Hukum dan Pengetahuan." (Al-Anbiya',21:79).
Nabi Sulaiman telah dianugerahi kemampuan dalam bidang hukum, sejak beliau masih kanak-kanak. Menengok sejenak kisah terkenal seorang wanita yang hendak dirajam, serta kisah perebutan bayi, dimana Nabi Daud (ayah Nabi Sulaiman) sependapat dengan keputusan yang dibuat Nabi Sulaiman. Imam At-Tobari mengatakan Nabi Sulaiman berusia dua belas tahun ketika menjadi seorang raja.
Allah berfirman, "Kami benar-benar telah memberi Ibrahim kebenarannya dari sebelumnya, dan Kami mengetahui dia." (Al-Anbiya', 21:51). Mujahid dan para ahli tafsir menjelaskan bahwa Allah memberi petunjuk Nabi Ibrahim semenjak beliau masih sangat muda.
Saat masih kecil Nabi Yusuf dilemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya. Mengenai Nabi Yusuf, Allah berfirman, "Dan telah Kami wahyukan kepadanya, engkau benar-benar akan mengabari mereka dengan urusan mereka ini, sedang mereka tidak menyadari." (Yusuf,12:15)
Uraian diatas hanyalah sekelumit contoh, masih banyak contoh lainnya yang tidak dipaparkan.
Baginda bersabda, "Aku tidak tergoda dengan praktek-praktek yang ada di zaman jahiliyyah, kecuali pada dua kesempatan, lalu Allah melindungiku dari keduanya, dan aku tidak pernah tergoda lagi. "
Semua nabi diberi kemampuan sempurna dalam mengendalikan urusan mereka. Keberkatan Allah meliputi mereka dan cahaya keimanan bersinar di hati mereka, sehingga memungkinkan mereka mencapai tujuan mereka. Mereka mampu menggapai tujuan, karena Allah telah memilih mereka untuk menjadi nabi-Nya, dan mengkaruniai mereka sifat-sifat mulia, yang mereka peroleh tanpa pengalaman atau latihan. Allah berfirman, "Dan ketika telah mencapai kedewasaannya dan matang pikiran, Kami memberinya Hukum dan Ilmu." (Al-Qasas,28:14).
Sebagian manusia, ada yang mempunyai pembawaan alami yang baik sejak lahir, namun biasanya hanya sedikit sifat mulia yang terdapat dalam dirinya. Orang yang terlahir dengan beberapa pembawaan yang baik, dengan mengharap pertolongan Allah, akan lebih mudah jika berusaha menyempurnakan sifat mulia tersebut. Bisa dilihat pada anak-anak yang diberi Allah bakat kepandaian, kejujuran, dan ada pula yang pemurah, dapat dipercaya, ataupun yang berperilaku bagus, namun juga ada yang memiliki sifat kebalikannya.
Dengan berusaha, berjuang keras dan berlatih secara langsung, akan dapat menutupi kekurangan seseorang, serta lebih menyempurnakan sifat-sifat mulianya. Ada perbedaan pendapat mengenai keadaan manusia yang biasanya lebih mudah kembali ke sifat aslinya. Para ulama generasi awal keislaman berbeda pendapat mengenai hal tersebut, apakah itu sifat yang melekat sejak lahir atau yang diperoleh dengan kerja keras. Imam Thobrooniy dan sebagian ulama lainnya berkata, "Akhlak yang baik itu melekat dan merupakan watak alami dalam diri para hamba Allah."
Sifat mulia dan akhlak terpuji sangat banyak macamnya. Yang dipaparkan disini hanyalah sebagian kecil saja, segala sifat yang mulia telah nyata terdapat didalam diri Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Kecerdasan Nabi Muhammad ber akar dari etikanya yang mulia
Pengetahuan dalam segala bentuknya berasal pada akal pikiran. Akal pikiran merupakan sumber inti datangnya ilmu pengetahuan dan keimanan. Akal pikiran yang cerdas menghasilkan pemahaman yang tajam, persepsi yang jelas, pengamatan yang jeli, kebenaran pendapat, kesadaran untuk memilih yang terbaik, perjuangan keras melawan hawa nafsu, pengambilan keputusan yang tepat, pengaturan efektif, pencapaian kebajikan, dan pengelakan dari kejahatan.
Di bagian sebelumnya, telah nampak tanda-tanda kecerdasan dan kedalaman pengetahuan baginda yang luar biasa. Ilmu baginda tidak dimiliki manusia lainnya dan tidak akan ada yang pernah memilikinya. Siapapun yang memanfaatkan waktu guna meneliti sifat-sifat baginda, akan mengenali dan membuktikan betapa sempurna kebesaran pangkat baginda.
Umat manusia hendaknya bercermin pada kehidupan baginda, perkataan baginda yang penuh hikmah, dan pengetahuan baginda yang tidak hanya tentang isi Kitab Taurat, tetapi juga Kitab Injil yang diberikan kepada Nabi Isa yang telah hilang, pengetahuan tentang berbagai Kitab yang telah diwahyukan, kebijaksanaan orang-orang bijak, kemampuan membedakan kebenaran dari kepalsuan, sejarah bangsa-bangsa masa lampau serta pertempuran mereka, kemampuan menggunakan ungkapan sehari-hari yang beragam, kemampuan dalam administrasi, penetapan Hukum Islam, serta contoh sopan santun dan kebiasaan terpuji baginda yang tak tertandingi.
(Sisipan Syeikh Darwish: Silakan tarik perhatian anda pada fakta bahwa Perjanjian Baru yang ditemukan didalam kitab orang Kristen ternyata bukan kitab Injil yang telah diberikan Allah kepada Nabi Isa (Yesus), melainkan adalah ajaran Paul. Paul bukan murid maupun kawan Nabi Isa . Paul bertanggung jawab atas rusaknya kemurnian ajaran-ajaran Yesus yang mengajarkan bahwa Allah adalah Satu, Sendirian, Pencipta segala sesuatu, dan tidak mempunyai sekutu. Paul telah mengganti Keesaan Allah dengan konsep tiga tuhan dalam satu dan menyebutnya trinitas.)
Di berbagai cabang ilmu pengetahuan, para ulama meneladani perkataan dan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, sebagai sebuah bukti, seperti dalam ilmu tafsir mimpi, ilmu pengobatan, tata cara pembagian warisan, garis keturunan, dan sebagainya. Insya Allah, lebih jelas lagi didalam bagian yang membahas mukjizat baginda.
Adalah sebuah fakta bahwa Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak bisa baca tulis, sampai kemudian Allah melapangkan dada baginda, memudahkan urusan baginda dan memperjelas bukti-bukti kenabian baginda, serta mengajari dan membuat baginda mampu melantunkan Al-Qur'an padahal sebelumnya baginda tidak mengetahui hal tersebut.
Sifat kecerdasan terpuji baginda telah dicapai dengan tanpa pergi menuntut ilmu, juga tanpa belajar, berlatih, maupun membaca kitab-kitab yang terdahulu. Ketika seseorang membaca dan mempelajari sifat baginda secara mendalam, hingga pada bukti-bukti kenabian baginda, tak akan meragukan fakta tersebut.
Kecerdasan baginda menyebabkan baginda teguh dalam hal-hal yang diajarkan Allah kepada baginda. Baginda menjadi berpengetahuan luas tidak hanya tentang masa lalu, tetapi juga aneka peristiwa dimasanya maupun di masa depan, dan baginda menjadi tenggelam dalam kekaguman atas kekuasaan Allah dan kehebatan alam malaikat-Nya.
Allah berfirman, " Dan Allah telah menurunkan kepadamu Kitab dan Hikmah, dan mengajarkanmu apa yang tidak kamu ketahui. Dan adanya anugerah Allah atasmu sangat besar." (An-Nisa,4:113).
Ketika orang-orang cerdas berusaha mengamati luberan karunia yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, sungguh membuat mereka terkagum-kagum. Lidah menjadi terdiam, tak mampu menggambarkannya apalagi memahaminya.
Kesantunan, kesabaran dan sikap pemaaf Nabi Muhammad
Pujian dan kesejahteraan atasnya
Diantara perilaku mulia baginda adalah santun, toleran, sabar dan pemaaf ketika diduga baginda akan menjatuhkan hukuman, serta kesabaran baginda menghadapi situasi yang sulit. Santun adalah kondisi ketenangan dan keteguhan hati ketika ada yang memprovokasi.
Toleran yaitu mampu memikul rasa sakit dan menahan diri ketika disakiti. Sedang sabar maknanya hampir sama. Sikap pemaaf berarti meninggalkan sikap menyalahkan dan mempertanyakan.
Semua sifat tersebut adalah karunia dari Allah kepada baginda. Allah berfirman, "Ambillah maaf, perintahkanlah kebiasaan baik, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh." (Al-A'raf,7:199).
Ketika ayat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, baginda meminta kepada malaikat Jibril untuk menguraikan maknanya. Malaikat Jibril menjawab, "Tunggu sampai aku bertanya kepada Yang Maha mengetahui." Setelah kembali, Malaikat Jibril berkata, "Wahai Muhammad, sungguh Allah menyuruhmu agar memperbaiki hubungan dengan orang yang memisahkan diri darimu, dan memberi kepada orang yang antipati terhadapmu, serta memaafkan kepada orang yang berbuat dzalim kepadamu."
Allah juga menyampaikan kepada baginda seraya berfirman,
"Dan bersabarlah atas apa yang menimpamu, sungguh itu diantara penentuan hal." (Luqman,31:17).
"Maka bersabarlah sebagaimana para rasul yang mempunyai keteguhan hati telah bersabar dan janganlah meminta disegerakan bagi mereka. Pada hari mereka melihat apa yang dijanjikan seolah-olah mereka tidak tinggal melainkan sesaat pada siang hari. (Al-Qur’an ini) sebuah Penyampaian! maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik." (Al-Ahqof, 46:35)
"Dan hendaklah mereka memaafkan dan mengampuni, tidakkah kalian menyukai bahwa Allah mengampuni untuk kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An-Nur,24:22).
"Dan untuk siapa yang bersabar dan mengampuni, sungguh demikian itu benar-benar diantara penentuan hal." (Asy-Syura,42:43).
Manusia paling baik sekalipun pernah mengalami kekhilafan dalam hidupnya. Namun baginda tidak pernah mengalami kekhilafan. Kesabaran baginda didalam masa-masa yang sulit walaupun semakin menghebat, malah tampak makin jelas, dan ketika orang-orang yang ingkar mencoba segala cara untuk menyakiti dan membahayakan baginda, hanyalah meningkatkan kesabaran baginda.
Bunda Siti Aisyah, istri baginda sekaligus ibu orang-orang beriman, semoga Allah meridhainya, berkata, "Setiap kali Rasulullah diberi pilihan antara dua hal, baginda selalu memilih yang paling mudah dari keduanya, selagi itu bukan dosa. Jika itu adalah dosa, maka baginda adalah orang yang paling jauh dari dosa. Baginda tidak pernah membalas dendam, tetapi jika kehormatan Allah telah dilanggar, baginda akan membalas dendam demi Allah."
Ada suatu kejadian ketika gigi baginda patah dalam pertempuran Uhud. Cedera merambah hingga ke wajahnya. Para Sahabat benar-benar tak tahan melihat kondisi baginda, dan mereka berkata, "Seandainya saja engkau berdoa untuk melaknat mereka!" Namun Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menjawab, "Sungguh aku tidak diutus untuk melaknat, akan tetapi aku diutus sebagai pengajak (kepada Allah) dan sebagai rahmat (belas kasih). Ya Allah! bimbinglah kaumku, sungguh mereka tidak tahu."
Berhenti sejenak dan perhatikanlah, kesempurnaan kasih sayang baginda, derajat penuh kebajikan (kesempurnaan luar dalam), keunggulan budi pekerti, kemurahan hati, kesabaran mutlak dan sikap toleran baginda dalam perkataan tersebut. Baginda menghadapi mereka tidak dengan kemarahan namun dengan memaafkan, menunjukkan kasih sayang dan belas kasih terhadap mereka, lalu mendoakan mereka dengan sebuah permohonan. Baginda memulai dengan kata-kata "bimbinglah", kemudian memberi maaf ketidaktahuan mereka dengan berkata, "sungguh, mereka tidak tahu."
Pada kesempatan yang lain, ada seorang lelaki menuduh baginda tidak adil dan berucap, "Berlaku adillah, ini adalah suatu pembagian yang tidak menghendaki Wajah Allah (ridho Allah)!" Jelas sekali ini pernyataan bernada provokasi, namun baginda menarik perhatian lelaki tersebut dalam cara yang sopan, dengan menegur dan mengingatkan seraya berkata, "Siapa yang akan adil jika aku tidak adil? sungguh aku akan gagal dan rugi jika tidak berlaku adil." Salah satu sahabat sangat marah dengan tuduhan orang itu, dan hendak memukulnya, tetapi Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, segera mencegah dan menghentikannya.
Ghourots bin Harits dan yang lainnya sedang membahas penyergapan di Dzaatur Riqo', dimana mereka berencana untuk membunuh Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya. Ketika mereka lewat dan menemukan baginda, mereka mendapati baginda sedang duduk di bawah sebuah pohon. Baginda tidak mencegah mereka semakin mendekat. Ghourots berdiri didepan baginda, dengan pedang terhunus di tangannya, Ghourots berkata, "Siapa yang akan melindungimu dariku!" Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menjawab, "Allah" lalu pedang terjatuh dari tangan Ghourots, kemudian Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, mengambilnya dan berkata, "Siapa yang akan melindungimu dariku?" Ghourots menjawab, "Hukumlah saya dengan cara yang baik", lalu Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, meninggalkannya dan telah memaafkannya. Ketika Ghouroth kembali ke sukunya, ia berseru, "Aku datang kepada kalian dari sisi manusia terbaik!"
Setelah penaklukan Khaibar, seorang wanita Yahudi meracuni daging yang telah ia siapkan untuk Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya. Daging tersebut kemudian berbicara kepada baginda dan memberitahu bahwa ada racun didalamnya. Wanita Yahudi itu akhirnya mengakui perbuatannya. Baginda memaafkan dan tidak menghukum wanita tersebut.
Seorang Yahudi yang pandai ilmu sihir bernama Labid bin A'som, telah didekati sesama orang Yahudi supaya meramu mantera yang mematikan guna membunuh Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya. Namun, para malaikat memberitahu baginda tindakannya tersebut, dan penyembuhan diturunkan kepada baginda. Setelah pulih dan kekuatan baginda telah kembali, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak menegur maupun menghukum Labid.
Abdullah bin Ubay termasuk di antara orang munafik Madinah, sepak terjangnya bersama orang munafik lainnya kerapkali merupakan pelanggaran yang serius, ditambah dengan hal-hal membahayakan yang mereka lakukan terhadap Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, namun baginda tidak mengambil tindakan menghadapi mereka. Bahkan ketika seorang Sahabat yang geram menyarankan, agar salah satu dari mereka hendaknya dihukum mati, baginda memandangnya seraya berkata, "Tidak, jangan sampai dikatakan bahwa Muhammad membunuh para Sahabatnya."
Sahabat Anas ingat suatu kejadian ketika beliau bepergian dengan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Baginda tengah mengenakan mantel tebal ketika seorang Badui menunggang naik dan menarik keras-keras jubah baginda hingga meninggalkan tanda di leher samping baginda. Si Badui berkata, "Wahai Muhammad, aku akan memuati dua untaku ini dengan harta Allah yang ada padamu, sungguh engkau tidak memuatkan untukku dari hartamu dan harta ayahmu." Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, diam sejenak lalu berkata, "Ini adalah harta Allah dan aku hamba-Nya." Baginda melanjutkan, "dan dituntut daripadamu wahai Badui apa yang telah kau lakukan kepadaku." Badui berucap, "Tidak" lantas Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bertanya "Kenapa tidak?" Badui menjawab, "Karena sungguh engkau tidak membalas perbuatan buruk dengan perbuatan buruk!" Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, tertawa, kemudian menyuruh agar unta yang satu dimuati dengan gandum, sedang yang lainnya dengan kurma.
Bunda Siti Aisyah berkata, "Saya sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, membalas ketidak adilan yang ditimpakan kepada baginda, selagi itu bukan termasuk melanggar kehormatan hak-hak Allah. Tangan baginda tidak pernah memukul sesuatu kecuali selama Perang Suci dijalan Allah, dan baginda tidak pernah memukul seorang pembantu maupun seorang wanita."
Suatu hari seorang laki-laki dibawa ke hadapan Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan baginda diberitahu, "Orang ini ingin membunuhmu!" Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, berkata kepadanya, "Janganlah takut! sekiranya kamu menginginkan itu, kamu tidak dikuasakan atasku."
Sebelum masuk Islam, Zaid bin Su'nah adalah seorang Yahudi. Ia pergi ke Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan menuntut pengembalian hutang. Zaid merenggut pakaian baginda dan menariknya dari bahu baginda, lalu menggeledah seluruh pakaian baginda serta berperilaku kasar kepada baginda, sambil mengatakan, "Wahai anak-anak Abdul Mutholib, kalian mengulur-ulur waktu!" Maka Umar bangkit dan mengusirnya sambil berbicara secara keras kepada Zaid. Baginda tersenyum dan berkata, "Wahai Umar, bukan sikap ini yang aku dan dia perlukan baik darimu. Suruhlah aku bagus dalam membayar dan suruhlah ia bagus dalam menagih." Kemudian baginda berkata, "Sisa hutangku kepadanya masih ada tiga." Dengan patuh dan hormat, Umar menyuruh bahwa Zaid hendaknya dilunasi dan ditambahkan kepadanya dua puluh takaran lebih disebabkan apa yang (kau lakukan tadi) telah menakutkannya. Karena inilah, Zaid lantas masuk Islam dan berkata, "Di antara tanda-tanda kenabian baginda, ada dua yang belum kulihat didalam diri baginda, yaitu bersikap santun ketika bertemu seseorang yang berwatak keras dan sikap bodoh (jahil) yang ditujukan kepada baginda malah lebih meningkatkan kesantunan baginda. Saya telah menguji baginda dalam dua hal tersebut, dan menemukan keduanya terdapat didalam diri baginda sebagaimana telah disifatkan didalam Kitab Taurat."
Uraian diatas hanyalah sebagian contoh dari sekian banyak perkataan kenabian yang menggambarkan sifat baginda yang toleran, sabar dan pemaaf. Bila ingin mempelajari lebih lanjut nilai-nilai mulia ini, bisa ditemukan didalam berbagai referensi yang mengupas perkataan kenabian (hadis) sahih beserta rantai perawinya (sanad). Semua menceritakan betapa dengan penuh kesabaran baginda menangani kekerasan, kesulitan dan cedera yang ditimpakan kepada baginda oleh orang-orang Quraisy, dalam masa yang dikenal sebagai "Zaman Jahiliyyah (Kebodohan)", dan kemudian Allah memberi baginda kekuasaan atas mereka, dengan membuat baginda meraih kemenangan.
Orang-orang Quraisy tetap keras kepala, meskipun menyadari mereka tidak akan menang, dan pemimpin mereka pun telah tiada. Namun Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, terus menerus memaafkan, dan mengabaikan tindakan jahat mereka. Baginda bertanya kepada mereka, "Apa yang kalian katakan tentang yang akan aku lakukan terhadap kalian sekarang?" Mereka menjawab, "Engkau baik hati, saudara yang mulia, dan sepupu yang mulia." Kemudian baginda berkata seraya mengutip ucapan Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya yang berbuat salah. ""Tidak ada celaan atas kalian hari ini." (Yusuf,12,92) Pergilah, kalian bebas."
Sahabat Anas bertutur, "Pada saat sholat Subuh, delapan orang dari Tan’im iasg berniat membunuh Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya. Mereka telah tertangkap tetapi Rasulullah membebaskan mereka. Allah menurunkan ayat, “dan Dia yang menahan tangan-tangan mereka darimu ….” (Al-Fath,48:24).
Abu Sufyan dan teman-temannya bertanggung jawab atas terbunuhnya Hamzah, paman Nabi, serta sejumlah banyak para Sahabat Nabi. Namun baginda memaafkannya. Kelembutan baginda tampak dalam kata-kata baginda ini,
“Wahai Abu Sufyan! Bukankah tiba waktunya bagimu mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah?” Abu Sufyan menjawab, “Demi ayahku, engkau, dan ibuku! Betapa toleran engkau, betapa engkau memelihara ikatan kekerabatan, betapa mulianya engkau!”
Fakta menunjukkan bahwa baginda adalah orang yang paling lambat marahnya dan paling cepat meridhai daripada semua manusia.
Kemurahan dan kedermawanan Nabi Muhammad
Pujian dan kesejahteraan atasnya
Kebajikan, kemuliaan, kedermawanan, dan toleransi mempunyai makna berdekatan, namun masing-masing memiliki makna lebih dalam dari yang terlihat, malah mungkin terbagi dalam beberapa cabang. Sebagai iasg, dikatakan bahwa kebajikan yaitu menginfakkan hal-hal yang penting dan berguna dengan senang hati, disebut juga keberanian, sedang kebalikannya adalah kehinaan. Adapun kemuliaan contohnya adalah dengan senang hati membebaskan orang dari hutang mereka, merupakan kebalikan dari kerendahan. Sedang kedermawanan adalah berinfak tanpa hitungan dan menjauhi memperoleh sesuatu yang tidak terpuji. Lawannya adalah kikir. Sifat-sifat mulia tersebut terdapat didalam diri Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Tidak ada seseorang dan tidak akan pernah ada seorang pun yang setara dengan baginda dalam sifat-sifat tersebut. Tak seorang pun yang pernah bertemu dengan baginda, kemudian ia menggambarkan baginda dalam sifat yang sebaliknya.
Jabir bin Abdullah berkata, “Tidak pernah baginda diminta sesuatu kemudian berkata ‘tidak’.”
Berkaitan dengan pemberian hadiah, Ibnu Abbas memberitahu bahwa baginda adalah manusia paling pemurah, dan kemurahan baginda semakin bertambah selama bulan Ramadhan. Ketika Malaikat Jibril menemui baginda, baginda menjadi lebih pemurah daripada angin yang bertiup.
Sahabat Anas berkisah tentang seorang laki-laki yang mendatangi baginda dan meminta baginda memberikan sesuatu kepadanya. Baginda memberikan kepadanya sekumpulan domba yang sedang merumput di antara dua gunung. Sekembalinya orang itu ke iasg halamannya, ia berseru, “Jadilah kalian orang Islam! Muhammad iasg hadiah orang yang tidak takut kemiskinan!”
Banyak orang yang telah baginda beri seratus unta. Untuk Sofwan, mula-mula baginda iasg seratus unta, kemudian memberinya lagi seratus. Sifat pemurah baginda sangat terkenal, bahkan sebelum diutus menjadi Nabi. Waroqoh bin Naufal berkata kepadanya, “Engkau menanggung orang yang tidak berdaya dan mengenyangkan fakir miskin.”
Setelah kekalahan suku Hawazin, baginda bukannya mempertahankan enam ribu tawanan (termasuk wanita dan anak-anak didalamnya), namun menyerahkan mereka semuanya ke suku mereka. Baginda iasg Abbas begitu banyak emas, sampai-sampai tidak ias dibawanya.
Suatu hari, seorang lelaki iasg dan meminta suatu pemberian dari baginda. Saat itu baginda tidak mempunyai sesuatu pun yang ias diberikan kepadanya, namun baginda tidak membiarkan lelaki itu kembali dengan tangan kosong dan berkata, “Tidak ada sesuatu pun disisiku, akan tetapi, belilah sesuatu atas namaku, aku akan membayarnya ketika telah mendapatkan uang.” Umar yang ada disitu berkata, “Allah tidak memaksa engkau melakukan apa yang engkau tidak kuasa atasnya.” Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak condong pada ucapan Umar, lalu seorang laki-laki Ansor berkata, “Ya Rasulullah, infakkanlah! Jangan takut sebuah pengurangan dari Pemilik Singgasana!” Kemudian baginda tersenyum dan tampak kegembiraan di wajah baginda. Kemudian baginda berkata, “Dengan inilah aku telah diperintahkan.”
Anas menuturkan bahwa Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, tidak pernah menyimpan sesuatu untuk hari esok.
Berita tentang kemurahan dan kedermawanan baginda sangat banyak sekali. Baginda tidak pernah menolak permintaan siapapun, sampai tak ada lagi yang ias diberikan.
Dostları ilə paylaş: |