Kesimpulan mukjizat Nabi Muhammad
Mukjizat dan tanda-tanda kenabian baginda Muhammad tak terhitung jumlahnya. Meski hanya beberapa saja yang disajikan, kiranya telah mencukupi, karena jika semuanya disebutkan, tentu akan membutuhkan berjilid-jilid buku.
Mukjizat Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, lebih gemilang daripada nabi mulia lainnya dalam dua hal. Pertama, baginda diberi mukjizat yang terlalu banyak untuk bisa dihitung. Kedua, baginda telah diberi mukjizat yang serupa atau yang lebih hebat dari nabi lainnya. Banyak orang yang tertarik pada fakta ini. Anda akan mampu membuktikannya dengan mempelajari bagian ini, sekaligus mengetahui mukjizat yang diberikan kepada para nabi mulia.
Mengenai jumlah mukjizat baginda yang sangat banyak, hendaknya disadari bahwa semua bagian Al-Qur'an adalah mukjizat. Al-Quran berisi 6.236 ayat, dan setiap ayatnya adalah mukjizat. Allah menantang, "Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur'an itu jika mereka orang-orang yang benar." (At-Thur,52:34) atau, "Datangkan sebuah surah yang sepertinya." (Al-Baqoroh,2:23).
Diantara keajaiban alami Al-Qur'an adalah susunan kata-katanya yang fasih dan sopan, sehingga masing-masing bagian mengandung keajaiban ganda.
Sisi lain keajaiban alami Al-Qur'an adalah bahwa Al-Qur'an melaporkan pengetahuan hal-hal yang gaib. Hanya dalam satu surah saja, dapat ditemukan banyak laporan, dan setiap laporan adalah suatu keajaiban tersendiri, sehingga jumlah mukjizat sekali lagi semakin meningkat. Tidak dapat dipastikan besarnya jumlah mukjizat yang terkandung didalam Al Qur'an, begitu agungnya sampai-sampai bukti-buktinya tidak dapat dicakup, terutama bila diamati ada ayat-ayat yang akan terealisasi pada abad kemudian sebagai tanda bagi orang-orang dimasa itu.
Kutipan kenabian mengandung rincian mukjizat Al-Quran serta aspek-aspek menakjubkan kehidupan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Aneka mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, benar-benar jelas dan tak bisa dibantah. Para rasul sebelumnya diberi mukjizat yang berkaitan dengan masa mereka yang melampaui ilmu unggulan umat mereka. Sebagai contoh, nabi Musa, kesejahteraan atasnya, diberi mukjizat yang mirip keahlian para tukang sulap dan ahli sihir pada zaman beliau. Nabi Musa menghadirkan mukjizatnya kepada (Fir’aun dan) mereka karena pada masa itu, ilmu sihir tengah mencapai puncaknya. Apa yang dibawa nabi Musa telah mengalahkan segala jenis sihir yang ada dan para ahli sihir tidak ada yang mampu menyainginya, dan mereka kemudian menyerah.
Hal yang sama berlaku untuk nabi Isa (Yesus), kesejahteraan atasnya. Orang-orang pada masa beliau unggul dalam ilmu kedokteran. Jadi, ketika dengan izin Allah, nabi Isa membawa mukjizat penyembuhan di luar jangkauan ilmu-obat-obatan mereka, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang buta dan lepra tanpa menggunakan obat, ini adalah tanda bagi orang-orang bahwa apa yang dibawa nabi Isa memang dari Allah.
Keadaan yang sama berlaku untuk mukjizat para nabi mulia lainnya, kesejahteraan atas mereka. Dalam setiap kejadian, berbagai mukjizat ini adalah tanda bagi manusia bahwa orang yang berdiri dihadapan mereka dan yang diberi anugerah mukjizat adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah untuk umat manusia yang sudah seharusnya diikuti.
Allah mengutus Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, pada masa ketika ilmu pengetahuan yang menonjol ada empat macam: ilmu retorika (seni penggunaan kata yang indah dalam pidato), ilmu syair, ilmu sejarah, dan ilmu prediksi (ramalan). Seperti disebutkan sebelumnya, Al-Qur'an telah mengungguli segala bentuk bahasa Arab dan melesat diluar jangkauan empat kategori tersebut, yang tidak mungkin untuk ditiru, kefasihan Al-Qur'an jauh di luar kemampuan kebahasaan mereka, dengan komposisi yang unik dan gaya bahasa tak pernah terdengar sebelumnya. Orang-orang Arab tidak mampu membuat perbandingan segala aspek Al-Qur'an.
Al-Qur'an mengandung berita tentang makhluk hidup, beraneka peristiwa dan kejadian, pengungkapan hal-hal yang tersembunyi, rahasia batin manusia, yang semuanya terbukti benar, sehingga kritikus (seorang yang ahli mempertimbangkan baik buruknya sesuatu) paling tajam sekalipun tidak bisa bersuara.
Aneka ramalan dan prediksi para peramal, dari sepuluh kali hanya satu yang ditemukan ketepatannya, dan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah membuat mereka tak berkutik. Baginda telah memutus sumber-sumber praktek penyadapan setan melalui meteor yang merajam mereka dan penjagaan bintang-bintang.
Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, membawa ragam berita generasi terdahulu juga nabi-nabi sebelumnya. Baginda telah memberitahu bangsa-bangsa yang telah lenyap dan berbagai kejadian yang diluar jangkauan siapa saja, bahkan yang paling ahli sekalipun yang telah mengabdikan umurnya untuk mempelajari bangsa-bangsa masa lampau.
Al-Qur'an adalah sebuah mukjizat. Setiap bagian dari Al-Qur'an juga adalah mukjizat yang menakjubkan. Al-Qur'an tetap terjaga dan tidak akan ternoda hingga Hari Kiamat. Al-Qur'an menyediakan bukti yang jelas untuk setiap bangsa. Didalam Al-Qur’an telah tercatat perkara-perkara yang gaib, ini termasuk aspek Al-Qur’an yang tak tertandingi. Siapapun yang menyelidiki aneka hal yang didalam Al-Qur’an, tetap tak akan dapat menghentikan segala perkara yang hendak terjadi.
Belum pernah ada sebuah era yang berlalu tanpa kebenaran Al-Qur'an dijadikan nyata. Melalui pembacaan Al-Qur'an, keimanan semakin tebal dan bukti kebenaran Al-Qur’an semakin jelas. Mendengar dan melihat langsung dengan mata kepala tidak dapat dikatakan sama, karena dengan menyaksikan kebenaran Al-Qur’an, keyakinan jadi semakin meningkat.
Mukjizat para nabi sebelumnya telah lama memudar, mukjizat mereka hanya selama masa kenabian mereka saja, sedangkan mukjizat terbesar Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, yaitu Al-Qur'an tidak akan pernah luntur. Tanda kebenaran Al-Qur'an terus-menerus muncul dan tidak akan pernah hilang.
Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Setiap nabi diberi suatu jenis mukjizat yang dipercayai umatnya. Aku telah diberi Wahyu yang dikirim Allah kepadaku, dan harapanku bahwa di hari kiamat aku akan menjadi yang terbanyak pengikutnya." Perkataan Kenabian ini jelas dan kuat. Seperti kita ketahui, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, adalah pamungkas semua nabi dan diutus sebagai rahmat bagi seluruh dunia. Dalam hadis ini ada indikasi (pertanda) bahwa baginda sedang berdoa agar menjadi nabi yang memiliki umat yang terbanyak, dan agar umatnya mendapatkan rahmat Allah dalam kehidupan ini serta meraih kebahagiaan di Kehidupan Abadi.
SAHIH SHIFA
KESEMBUHAN
Seri ke-16
HAK NABI MUHAMMAD
ATAS UMAT MANUSIA
Karya
Hakim Agung Abulfadl Iyad
wafat tahun 1123M / 544H
Periwayat Hadis
Muhaddis Agung Hafiz Abdullah Bin Siddiq
Perevisi
Muhaddis Abdullah Talidi
Diadaptasikan oleh
Abdi Hadis Syekh Ahmad Darwish (Arab)
Anne Khadeijah (Inggris)
Siti Nadriyah (Indonesia)
Copyright © 1984-2013 Allah.com Muhammad.com. Hak Cipta dilindungi
HAK NABI MUHAMMAD ATAS UMAT MANUSIA
Kewajiban Percaya dan Mematuhi Nabi
serta Mengikuti Jalan Nabi (Sunnah)
Risalah yang dibawa Nabi Muhammad telah kukuh kebenarannya, maka wajib untuk beriman kepada baginda dan kebenaran risalahnya, serta menerima ajaran dan Wahyu yang dibawa oleh baginda untuk umat manusia.
Allah memberitahu kita untuk, "Berimanlah kepada Allah, dan Rasul-Nya, dan cahaya yang Kami turunkan." (At-Taghobun,64:8). Dia berbicara tentang Nabi seraya berfirman, "Sungguh Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan; agar kamu semua beriman kepada Allah, dan Rasul-Nya serta mendukungnya, dan memujanya, dan bertasbih kepada-Nya (Allah) di waktu pagi dan petang." (Al-Fath,48:8-9). Dia juga berfirman, "Berimanlah kepada Allah, dan Rasul-Nya, Nabi buta huruf." (Al-A'raf,7:158).
Dari ayat-ayat diatas, setiap orang jadi mengetahui bahwa ada kewajiban mempercayai Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Keimanan tidak lengkap tanpanya karena keimanan hanya berlaku dengan beriman pada Keesaan Allah dan menerima serta beriman pada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya. Allah memperingatkan, "Dan barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh Kami telah menyediakan Api yang menyala-nyala untuk orang-orang kafir." (Al-fath,48:13).
Abu Hurairah mendengar Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi (penyembahan berhala) orang-orang sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan percaya kepadaku serta apa yang aku bawa. Apabila mereka melakukan ini, darah dan harta mereka terlindungi dariku, kecuali bila hak Islam dilanggar, perhitungan mereka adalah dengan Allah."
Beriman kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, berarti bersaksi pada kenabian baginda dan Risalah Allah yang dipercayakan kepada baginda, serta mendukung segala yang dibawa baginda dan diucapkan baginda.
Apa yang didalam hati kemudian lahir menjadi kesaksian pada lisan bahwa baginda benar-benar Utusan Allah, pujian dan kesejahteraan atasnya.
Makna keimanan ini telah disahkan oleh hadis dimana Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad dan berkata, "Beritahu aku tentang Islam." Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menjawab, "Yaitu engkau bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah ...." Lalu Jibril bertanya tentang arti iman dan baginda menjawab, "Yaitu bahwa engkau percaya kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya ..."
Beriman kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menyiratkan penerimaan hati, adapun Islam hanya sekedar ucapan di lisan. Bagaimanapun, jika kesaksian hanya di lisan saja tanpa penegasan di hati, sama saja dengan kemunafikan.
Allah berbicara tentang orang-orang munafik seraya berfirman, "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, 'Kami bersaksi bahwa engkau adalah Utusan Allah.' Allah mengetahui bahwa engkau (Muhammad) benar-benar Utusan-Nya, dan Allah bersaksi bahwa orang-orang munafik benar-benar pendusta." (Al-Munafiqun,63:1).
Orang-orang munafik telah berbohong dengan lidah mereka, dan menyembunyikan apa yang sebenarnya di lubuk hati mereka, maka kesaksian mereka tidak memiliki manfaat di akhirat (Kehidupan Abadi) karena kesaksian mereka tidak lengkap dan mereka akan bergabung dengan orang-orang kafir. Adapun hukuman mereka, kelak berada di Api neraka paling dalam, di bawah orang-orang kafir. Namun dalam kehidupan ini, karena mereka telah mengucapkan kesaksian secara lisan, orang-orang tersebut dihukumi para hakim Islam sebagai orang-orang Islam, karena para hakim tidak mempunyai akses untuk melihat apa yang sebenarnya dihati mereka.
Para hakim telah melarang untuk menyelidiki realitas (kenyataan) kesaksian seseorang, karena baginda telah mengecam tindakan seseorang dengan menanyainya, "Apakah engkau telah membelah hatinya?" Kesaksian secara lisan adalah bagian dari Islam sedang penegasan hati adalah bagian dari keimanan.
Kewajiban mematuhi Nabi Muhammad
pujian dan kesejahteraan atasnya
Wajib atas semua orang Islam untuk patuh kepada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya. Kewajiban ini telah diperjelas didalam Al-Qur'an yang diturunkan kepada baginda. Allah berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah berpaling darinya padahal kamu mendengar." (Al-Anfal,8:20).
"Katakanlah, 'Taatilah Allah, dan taatilah rasul ..... Jika mentaatinya, kamu akan terbimbing." (An-Nur,24:54).
"Taatilah Allah dan Rasul agar kamu dirahmati." (Ali-Imron,3:132).
"Barangsiapa mentaati Rasul, sesungguhnya dia telah mentaati Allah." (An-Nisa',4:80).
"Apapun yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah." (Al-Hasyr,59:7).
"Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul, maka mereka bersama orang-orang yang dinikmatkan oleh Allah." (An-Nisa',4:69).
"Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati, dengan izin Allah." (An-Nisa',4:64).
Dalam ayat-ayat tersebut, secara jelas Allah menyatakan bahwa ketika seseorang mematuhi Utusan-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya, sebenarnya juga sedang mematuhi Allah. Patuh terhadap apapun yang diperintahkan Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan tidak melakukan apapun yang dilarang baginda adalah sama seperti patuh kepada Allah. Allah juga telah berbicara tentang penghargaan untuk ketaatan tersebut dan memperingatkan hukuman yang akan jatuh pada siapa saja yang durhaka.
Para ulama' dan imam berpendapat bahwa mematuhi Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, berarti berpegang teguh pada jalan kenabian baginda dan tunduk pada apa yang dibawa baginda. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak mengirim seorang Utusan pada suatu umat tanpa menempatkan kewajiban atas mereka agar mentaati Utusan-Nya tersebut dan bahwa melalui Rasul, seseorang sedang mematuhi Allah.
Abu Hurairah mendengar Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Barangsiapa mentaatiku maka telah mentaati Allah. Barangsiapa mendurhakaiku maka telah mendurhakai Allah. Barangsiapa mentaati wakilku maka telah mentaatiku dan siapa yang mendurhakai wakilku maka telah mendurhakaiku."
Mentaati rasul, pujian dan kesejahteraan atasnya, menjadi bagian dari mentaati Allah, karena Allah telah memerintahkan bahwa baginda adalah yang harus dipatuhi.
Adapun untuk orang-orang kafir yang menentang Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, Allah memberitahu kita, "Pada Hari wajah mereka dibolak-balikkan didalam neraka, mereka akan berkata, 'Seandainya saja kami mentaati Allah dan mentaati Rasul!.'" (Al-Ahzab,33:66), tetapi hal itu sudah terlambat, angan-angan mereka tidak akan bermanfaat bagi mereka, kelak menjadi sumber penyesalan yang tak ada henti-hentinya.
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, juga bersabda, "Apabila aku melarangmu melakukan sesuatu, maka tinggalkanlah. Apabila aku memerintahkanmu melakukan sesuatu, lakukanlah sebanyak yang kamu mampu."
Abu Hurairah ingat saat Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, membicarakan Surga, dan bersabda, "Semua umatku akan masuk surga kecuali mereka yang menolak." Para Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang akan menolak?" Baginda menjawab, "Siapa saja yang mentaatiku akan masuk surga sedangkan siapa saja yang mendurhakaiku maka telah menolak."
Di waktu yang lain, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabatnya, "Perumpamaanku dan perumpamaan apa yang Allah telah mengirimku dengannya adalah seperti orang yang datang kepada kaumnya seraya berkata, 'Wahai orang-orang, aku telah melihat tentara dengan mataku kepalaku sendiri, dan aku adalah seorang pembawa peringatan - selamatkanlah dirimu sendiri!' Sekelompok orang-orangnya mematuhinya dan bepergian disenja hari, mereka pergi pada waktu luang mereka dan terselamatkan. Kelompok lain menolaknya dan tetap tinggal. Tentara tiba dipagi hari dan mereka dimusnahkan. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mentaatiku dan mengikuti apa yang aku bawa, serta perumpamaan orang-orang yang tidak taat kepadaku dan mendustakan apa yang aku bawa."
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menarik kiasan lain seraya bersabda, "Perumpamaan itu juga sama dengan seseorang yang membangun sebuah gedung kemudian menyiapkan jamuan mewah di dalamnya dan mengundang orang-orang melalui seorang penyeru. Barangsiapa menjawab seruan maka memasuki gedung dan makan jamuan tersebut, sedang barangsiapa tidak menjawab seruan, maka tidak masuk ke gedung dan tidak memakan jamuan."
"Penyeru" tersebut adalah Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, sedangkan "gedung" pada hadis diatas merujuk pada Surga. Barang siapa patuh pada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, maka telah mematuhi Allah, dan barangsiapa mendurhakai Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, maka sungguh telah mendurhakai Allah.
Kewajiban mematuhi, mengamalkan,
dan mengikuti bimbingan Nabi Muhammad
pujian dan kesejahteraan atasnya
Allah berfirman,
"Katakanlah, 'Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah akan mencintaimu, dan mengampuni dosa-dosamu." (Ali-Imron,3:31).
"Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi buta huruf yang beriman kepada Allah dan Kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kamu terbimbing." (Al-A'rof,7:158).
"Maka demi Penguasamu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikanmu hakim dalam ketidaksepakatan diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati keberatan didalam diri mereka terhadap apa yang kamu putuskan, dan mereka berserah diri sepenuhnya." (An-Nisa',4:65).
Allah berfirman, "Pada Rasulullah, benar-benar terdapat teladan yang bagus bagimu untuk siapa yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir." (Al-Ahzab,33,21).
Beberapa ulama menjelaskan 'teladan yang bagus' berarti tokoh panutan yang sudah sepatutnya untuk ditiru yaitu dengan mengikuti jalan kehidupannya dan tidak menentangnya, baik dalam kata-kata atau perbuatan.
Oleh karena itu, barangsiapa mengikuti perintah Allah untuk mencontoh Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah dijanjikan oleh-Nya bahwa mereka akan terbimbing, karena Allah mengutus baginda dengan bimbingan-Nya dan Agama kebenaran untuk menyucikan kita, dan untuk mengajari kita kitab suci Al-Qur'an beserta hikmat kebijaksanaan, yang semuanya itu membimbing ke jalan yang lurus.
Dari ayat ini, "Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), Allah akan mencintaimu, dan mengampuni dosa-dosamu." (Ali-Imron,3:31) dipahami bahwa siapapun yang mengikuti Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, dan lebih mengutamakan baginda melebihi segala keinginan pribadi dan kehendak hati, maka akan diampuni dan dicintai oleh Allah. Dasar kuatnya keimanan adalah ketundukan kepada Nabi Muhammad, pujian dan kesejahteraan atasnya, disertai kepuasan pada hukum baginda dan tidak bertentangan dengan baginda.
Kecintaan seorang penyembah kepada Allah dan Rasul-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya, terletak pada ketaatan dan kerelaan dengan perintah segala Allah dan Nabi-Nya, pujian dan kesejahteraan atasnya, untuk penyembah yang semacam ini, Allah mencurahkan kasih sayang-Nya dengan mengampuni mereka serta memberkati mereka dengan rahmat-Nya. Perhatian kita dibawa pada fakta bahwa cinta dari Allah terwujud dalam bentuk anugerah perlindungan dan kesuksesan , sedangkan cinta seorang hamba terwujud dalam bentuk ketaatan.
Seorang penyair menulis:
"Apakah kamu tidak mematuhi Allah, padahal kamu mengaku mencintai-Nya?
Demi hidupku, ini sebuah logika yang aneh!
Jika cintamu sudah benar, niscaya kamu mematuhi-Nya.
Seorang pecinta mematuhi siapa yang dicintainya."
Cinta seorang penyembah diekspresikan (ditunjukkan) dalam bentuk pengagungan kepada Allah serta ketakwaan kepada-Nya, sedangkan cinta Allah untuk penyembah-Nya adalah rahmat yang Dia anugerahkan bersamaan dengan kepedulian untuknya.
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memperingatkan, "Kalian mesti mengikuti sunnahku dan jalan para khalifah yang terbimbing dalam kebenaran. Berpegang teguhlah padanya dan hati-hatilah dengan hal-hal yang baru. Hal-hal yang baru adalah inovasi (bid'ah) dan setiap inovasi (yang tidak sesuai dengan prinsip keislaman) adalah kesesatan."
Sebagai tambahan, imbauan Jabar yang telah mendengar baginda bersabda, "Setiap kesesatan adalah didalam Api."
(Sisipan Syeikh Darwish: Para ulama bilang, ada inovasi sesuatu hal yang baru (bid'ah) yang positif dan ada yang negatif. Yang sesuai dengan prinsip keislaman adalah positif, sedangkan yang negatif bertentangan dengan prinsip keislaman. Dalam hukum Islam, inovasi (bid'ah) dikelompokkan menjadi lima macam hukum, yaitu: wajib, haram (dilarang), sunah (disukai), makruh (tidak disukai) dan mubah (boleh melakukannya dan boleh tidak melakukannya).
Abu Rafi' meriwayatkan bahwa Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memberitahu para Sahabatnya, "Jangan biarkan siapapun darimu berbaring diatas tempat tidurnya, dimana berita perintahku telah datang kepadanya, baik yang aku perintahkan maupun yang aku larang, tetapi nantinya ia akan berkata, 'Saya tidak tahu, saya hanya mengikuti apa yang ditemukan didalam Kitab Allah'."
(Sisipan Syeikh Darwish: Betapa menyedihkan, di Syria dan beberapa negara barat, telah muncul sebuah doktrin inovasi yang palsu. Para penganut inovasi palsu ini, memakai "T" shirt yang mendeklarasikan pernyataan, misalnya, "Ahli Al-Qur'an". Orang-orang tersebut tidak bisa dianggap mewakili klaim mereka, malah kenyataannya mereka adalah kebalikannya)
Bunda Siti Aisyah, semoga Allah meridhainya, memberitahu bahwa Rasulullah, pujian dan kesejahteraan atasnya, telah melakukan suatu perbuatan dalam rangka meringankan urusan para pengikutnya. Bagaimanapun, ada orang-orang yang tidak mau berbuat seperti yang telah diajarkan baginda itu. Ketika berita itu sampai pada Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, baginda memuji Allah kemudian berkata, "Apa pendapatmu tentang orang-orang yang menjauhkan diri dari sesuatu yang telah aku lakukan? Demi Allah, pengetahuanku tentang Allah adalah lebih besar daripada mereka dan ketakutanku kepada Allah lebih besar daripada mereka!"
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Barang siapa meninggalkan sunnahku maka bukan termasuk golonganku."
(Sisipan Syeikh Darwish: Ketika kita mengetahui baginda mengerjakan suatu amal perbuatan, kita hendaknya mengikuti sebanyak yang kita bisa, tetapi jika baginda memerintahkan agar tidak melakukan sesuatu, kita hendaknya segera berhenti dan tidak melakukannya. Namun, jika baginda tidak melakukan suatu perbuatan, tidak ada kewajiban bagi kita menahan diri melakukannya, kecuali ada perintah yang berisi larangan mengerjakannya)
Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, memperingatkan masa yang akan datang seraya bersabda, "Bani Israel terbagi menjadi tujuh puluh dua sekte. Umatku akan terbagi menjadi tujuh puluh tiga, semuanya akan berada didalam Api neraka kecuali satu." Para Sahabat bertanya siapakah yang satu itu, kemudian baginda menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang menegakkan dirinya pada apa yang aku lakukan dengan para sahabat ku saat ini."
(Sisipan Syeikh Ahmad Darwish menambahkan: Sebagian besar aliran telah muncul dan kemudian lenyap. Beberapa aliran memiliki perilaku yang baik, seperti tidak berbohong atau menipu. Namun ini tidak bisa dikatakan untuk orang-orang Khawarij yang fahamnya telah dihidupkan kembali oleh Ibnu Taimiyah dan kemudian diikuti orang-orang Wahabi, dimana mereka dikenal dengan penyimpangan, pengada-adaan dan pemalsuan literatur (kesusastraan) dan keyakinan Islam.
Contoh yang sangat menonjol penyimpangan, kepalsuan dan kebohongan orang-orang Wahabi ditemukan pada sebagian besar buku-buku referensi (petunjuk)utama keislaman yang sudah mereka ubah isinya. Mereka telah merubah kata-katanya, padahal referensi tersebut sering dijadikan sumber sandaran umat Islam. Orang-orang Wahabi mengambil aneka referensi tersebut, kemudian menyelipkan kata-kata yang sudah mereka palsukan dan mencetak ulang referensi tersebut, sehingga mereka bisa memperdaya dan menyesatkan para pembaca.
Sebagai contoh, orang-orang Wahabi mengklaim bahwa sebagian besar ulama elit Islam - lebih dari 1232 orang ahli Hadis (Al-Hafiz) - menyimpang dari keyakinan Islam meskipun para ulama elit ini diketahui telah mengikuti jalan Nabi Muhammad! Namun terbukti bahwa Wahabi memilih untuk hanya mensyiarkan dan mengikuti ajaran-ajaran cacat Ibnu Taimiyah - yang meninggal pada awal abad Islam ke 8 - dan membuat ajaran Ibnu Taimiyah sebagai kondisi yang penting untuk memahami Allah dan Rasul-Nya. Harap perhatikan peringatan ini! orang-orang Wahabi itu, sebenarnya merekalah para inovator (ahli bid'ah)yang sesat.
Para ulama tradisional mewaspadai buku-buku tradisional yang dicetak ulang dalam kurun 70 tahun terakhir karena penyimpangan halus dan pemalsuan Wahabi. Untuk alasan yang jelas para ulama membuat kebijakan untuk tidak menggunakan buku-buku mereka, sebaliknya para ulama’ ini bergantung pada buku-buku yang dicetak dibatu atau naskah tulisan tangan.
Contoh ketidakjujuran orang-orang Wahabi ditemukan didalam buku kumpulan doa karya Imam Nawawi yang telah mereka cetak ulang. Mereka menghilangkan uraian yang terkait dengan doa yang dibaca ketika berziarah ke makam Nabi, karena doktrin Ibnu Taimiyah melarang mengunjungi makam Nabi.
Tiga generasi permulaan Islam, terdiri dari para Sahabat Nabi, para pengikut mereka (Tabi'in), dan kemudian Tabi'tabi'in yaitu para pengikut Tabi'in.
Dari seluruh Tabi'in, Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, bersabda, "Uwes Al-Qorni adalah yang terbaik diantara Tabi'in." Perhatikan bagaimana Nabi, pujian dan kesejahteraan atasnya, menyebut kata "Tabi'in". Baginda tidak menggunakan kata "Salaf" dimana golongan Wahabi, merujuk generasi-generasi tersebut sebagai "Salaf", termasuk pula beberapa orang yang diketahui menyimpang dari sunnah (jalan kenabian) juga telah mereka anggap sebagai "Salaf".
Selain bukan dari golongan Sahabat Nabi, Ibnu Taimiyah juga bukan termasuk generasi setelah para Sahabat maupun sesudahnya (Tabi'in dan Tabi' tabi'in). Di abad Islam ke-8 Ibnu Taimiyah meninggal dunia, namun orang-orang Wahabi memujanya sedemikian rupa seolah-olah ia adalah pemimpin dari tiga generasi permulaan Islam. Mereka menjadikan Ibnu Taimiyah sebagai syarat memahami Wahyu Al-Qur'an dan Hadis, mereka juga memakai penafsiran Ibnu Taimiyah yang keliru tentang Ketuhanan sebagai standar mereka)
Dostları ilə paylaş: |