Ibrahim – semoga salam tetap atasnya – dan Raja Namrud 2: 258
[2.258] Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ المُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ المَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ المَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي القَوْمَ الظَّالِمِينَ (258)
@Tanda bagi manusia, Allah hanya cukup mengucapkan jadilah maka sesuatu yang dikehendakinya terjadi 2: 259
[2.259] Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِّلنَّاسِ وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (259)
@Allah memperlihatkan kepada Ibrahim bagaimana Dia membangkitkan orang mati 2: 260
[2.260] Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي المَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن قَالَ بَلَى وَلَكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءاً ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْياً وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (260)
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Kita lebih berhak untuk ragu-ragu daripada Ibroohiim, ketika ia berkata: “Wahai Tuhanku perlihatkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan orang-orang mati….”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhooriy dalam bab tafsir dan dalam bab permulaan penciptaan, dan Muslim dalam bab Iman dan bab keutamaan, dan yang selain mereka.
Makna lahiria hadits tersebut bahwasanya Kholiilulloh Nabi Ibroohiim – semoga salawat dan salam tetap terlimpah kepadanya dan kepada Nabi kita – ragu-ragu tentang tatacara penghidupan orang-orang mati, sedangkan ayat tersebut berbeda dengan makna ini. Maka para ulama telah mengarahkan hadits tersebut bahwa Ibroohiim tidak ragu seandainya ia ragu maka kita lebih pantas untuk ragu, akan tetapi sama sekali tidak hinggap sedikit pun keraguan, dan bagaimana bias seorang nabi dihinggapi oleh sifat ragu terhadap salah satu sifat dari sifat-sifat Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung, sedangkan mereka adalah para pemimpin orang-orang yang bertauhid (mengesakan Allah), semoga salawat dan salam dari Allah tetap atas mereka semuanya.
@Perumpamaan bagi orang yang memberikan sedekah dan balasannya 2: 261 – 274
[2.261] Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui
مَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (261)
يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ
Tujuh ratus sampai batas yang dikehendaki oleh Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung
Diriwayatkan dari Abu Mas’uud – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Datanglah seseorang dengan membawa seekor unta yang telah diberi tali kekang, lalu ia berkata: “Ya Rasululloh, unta ini saya infaqkan di jalan Allah. Maka Rasululloh bersabda: “Dengan ini engkau akan mendapatka pada hari kiamat tujuh ratus unta.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dalam bab kepemimpinan, dan An-Nasaa-iy dalam Al-Kubroo, dan lafazhnya milik Muslim.
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Setiap amal bani Adam akan dilipat-gandakan, satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kali ganda hingga tujuh ratus kali lipat hingga yang dikehendaki oleh Allah……”
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam bab puasa dan selainnya dengan panjang dalam bab keutamaan puasa, dan dalam masalah ini terdapat benyak hadits.
Dalam ayat yang mulia tersebut dan dua hadits di atas terdapat keutamaan sedekah dan infaq dan khususnya dalam jalan Allah, dan bahwasanya hal itu akan dilipat-gandakan bagi pelakunya pada hari kiamat hingga tujuh ratus kali lipat, dan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah membuat suatu permisalan denagn sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai dan setiap tangkai menumbuhkan seratus bulir.
[2.262] Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَا أَنفَقُوا مَناًّ وَلاَ أَذًى لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ (262)
@Berkata-kata baik dan memberi maaf 2: 263
[2.263] Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun
قُوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌ حَلِيمٌ (263)
يَتْبَعُهَا أَذًى
Mengungkit-ungkit pemberian
وَاللَّهُ غَنِيٌ حَلِيمٌ
Maha Kaya lagi Maha Bijaksana
[2.264] Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأَذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْـهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي القَوْمَ الكَافِرِينَ (264)
رِئَاءَ النَّاسِ
Bukan karena (ridho)Allah, supaya dikatakan: “Ia seorang yang dermawan atau saleh” yakni mengharap akan pujian dan sebutan.
صَفْوَانٍ
Semakna dengan shofaa yaitu batu yang permukaannya halus.
وَابِلٌ
Hujan deras
صَلْداً
Shold adalah batu yang tidak ada apa-apa di atasnya dan tidak ada tumbuhan sama sekali (tandus).
Diriwayatkan dari Abu Dzarr – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “ Ada tiga macam orang yang mana Allah tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat, dan tidak memandangnya serta tidak mensucikannya dan bagi mereka azab yang pedih: orang yang suka mengungkit apa yang telah ia beri, orang yang menjuntaikan sarungnya (hingga ke bawah mata kaki dengan sombong), dan orang yang mengembangkan barang dagangannya dengan sumpah palsu.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam bab Iman, Ahmad, Abu Daawuud dalam bab pakaian, At-Turmudziy dalam bab jual-beli, dan para ahli hadits lain selain Al-Bukhooriy.
Dalam hadits tersebut terdapat besarnya dosa maksiat-maksiat yang tersebut itu dan bahwa para pelakunya akan binasa dan dimurkai jika mereka tidak bertaubat. Sifat mengungkit-ungkit adlaah termasuk hal yang menyakiti perasaan orang yang diberi, oleh karena itu Allah Yang Maha Luhur menjadikannya dalam ayat ini sebagai hal yang dapat membatalkan pahala sedekah, yang mana Dia berfirman pada ayat yang sebelumnya:
قُوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى..... (263)
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima)…..” (Al-Baqoroh: 263)
@Sedekah diberikan untuk mengharap ridho Allah 2: 265
[2.265] Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (265)
وَتَثْبِيتاً
Kami mencari pahala dari Allah dan didasari keteguhan niat.
بِرَبْوَةٍ
Dataran tinggi yang keras dan rata. Dikatakan robwah itu robwah karena ia tinggi dan mengeras / menebal (dalam bahasa arab robaa-yarbuu).
أُكُلَهَا
Sesuatu yang dimakan
فَطَلٌّ
gerimis
@Berfikir (tafakkur) 2: 266
[2.266] Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَن تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِّن نَّخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (266)
إِعْصَارٌ
Angin kencang yang didalamnya terdapat hawa yang panas.
(266)
@Sedekah 2: 267
[2.267] Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنفِقُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُوا الخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِآخِذِيهِ إِلاَّ أَن تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (267)
وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ الأَرْضِ
Dari tanaman dan buah-buahan yang wajib dizakati
تَيَمَّمُوا
Kalian menuju
الخَبِيثَ
Yang rendah dan tidak bagus
إِلاَّ أَن تُغْمِضُوا فِيهِ
Maknanya: Sesungguhnya kalian tidak akan mengambil barang-barang hina ini dari orang yang berhutang padamu, dan tidak pula pada perdaganganmu kecuali dengan menambah takarannya jika ditukarkan dengan yang baik atau bagus.
(267)
Diriwayatkan dari Al-Baroo’ bin ‘Aazib – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Ayat tersebut turun berkenaan dengan kami, orang-orang Anshoor, kami adalah orang yang berkebun kurma, maka salah seorang kita membawa kurma untuk disedekahkan menurut kadar banyak dan sedikitnya (kurma yang dimilikinya). Adalah seorang ada yang membawa satu tandan kurma atau dua tandan lalu digantungkan di dekat Masjid. Sedangkan ahli shuffah (para sahabat yang dating dari jauh yang ditampung untuk tinggal di serambi Masjid Nabawiy) adalah orang-orang yang tidak memiliki makanan. Maka salah seorang dari mereka ketika datang, ia akan mengambil tongkat dan memukul tandan kurma (yang diletakkan di dekat Masjid) tersebut sehingga berjatuhanlah kurma-kurma yang hampir masak ataupun yang masak lalu ia makan. Dan sebagian orang yang tidak mencintai kebaikan datang dengan membawa tanda kurma yang berisi kurma yang buruk dan dengan tandan kurma yang telah rusak. Maka Allah Yang Maha Suci dan Maha Luhur menurunkan:
يا أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ.....
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik…..”
Al-Baroo’ berkata: “Seandainya salah seorang dari kalian diberi hadiah semacam itu maka ia tidak akan mengambilnya kecuali dengan memicingkan matanya atau dengan malu”, Al-Baroo’ berkata: “Maka setelah itu setiap orang dari kami memberikan sesuatu yang bagus yang ia punya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Turmudziy, Ibnu Maajah, Ibnu Jariir, Ibnu Abi Chaatim, Al-Chaakim dengan sanad yang sahih, dan dihasankan oleh At-Turmudziy serta disahihkan olehnya, dan juga disahihkan oleh Al-Chaakim menurut syarat Muslim dan disetujui oleh Adz-Dzahabiy.
Dalam ayat yang mulia di atas terdapat petunjuk bagi para hamba Allah untuk menginfakkan sebagian dari hasil usaha yang baik dan bagus yang ia sukai dan ia senangi, bukan sesuatu yang buruk dan rendah, yang mana ia sendiri tidak menyukainya, dan ia tidak akan menerimanya jika ia menerimanya dengan mudah (tanpa memilih-milih) atau jika ia memejamkan matanya.
@Janji atau sumpah setan 2: 268
[2.268] Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (268)
@Kebijaksaan 2: 269
[2.269] Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)
يُؤْتِي الحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْراً كَثِيراً وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا الأَلْبَابِ (269)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’uud – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Saya mendengar Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Tidak ada rasa hasud (yang diperbolehkan) kecuali dalam dua hal: seorang lelaki yang Allah berikan kepadanya harta lalu ia menghabiskannya dalam kebaikan, dan seorang yang diberikan hikmah (kebijaksanaan) lalu ia menghukum dengannya dan mengajarkannya kepada manusia.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhooriy dalam bab ilmu, Muslim dalam bab sholat.
Sedangkan Dallam riwayat Ibnu Umar: “dan seorang lelaki yang Allah berikan ia Al-Qur’an lalu ia menegakkannya siang dan malam (yakni membaca dan mengamalkannya).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhooriy dan Muslim, serta yang selain mereka.
Sedangkan dalam riwayat lain dari Abu Huroiroh: “Seorang lelaki yang Allah ajarkan kepadanya Al-Qur’an sedangkan ia membacanya di saat-saat siang dan malam hari.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Bukhooriy.
Hikmah atau kebijaksanaan dapat dipakai dalam beberapa makna, namun yang dimaksud di sini adalah pengetahun tentang Al-Qur’an, As-Sunnah, dan pengamalan keduanya. Adapun hdits di atas merupakan keterangan jelas bahwa yang dimaksud dengan hikmah adalah Al-Qur’an, dan tidak ragu lagi bahwasanya Al-Hadits (atau As-Sunnah) mengikutinya sebab ia merupakan penjelas bagi Al-Qur’an dengan ketentuan dari Al-Qur’an sendiri. Hasud yang dimaksud dalam hadits di atas adalah ghibthoh (iri dalam kebaikan) yaitu menginginkan apa yang dia lihat daripada kebaikan yang dimiliki oleh orang lain tanpa berkeinginan agar kebaikan itu hilang dari orang tersebut. Dan itu terpuji dan ia adalah berlomba-lomba dalam kebaikan.dan ayat yang mulia tersebut telah menyatakan bahwasanya barangsiapa yang diberi hikmah maka ia telah diberi sesuatu yang banyak. Semoga Allah Yang Maha Luhur menjadikan kita termasuk golongan mereka.
@Allah memiliki pengetahuan atas segala apa yang kita buat 2: 270
[2.270] Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat lalim tidak ada seorang penolong pun baginya
وَمَا أَنفَقْتُم مِّن نَّفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُم مِّن نَّذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ (270)
نَذَرْتُم
Nadzar adalah segala sedeka atau amal baik yang telah diwajibkan oleh seseorang atas dirinya sendiri pada jiwanya dari berbuat untuk mendekatkan diri pada Allah.
(270)
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ
Menampakkan shodaqoh.
Menampakkan shodaqoh yang diwajibkan (zakat) lebih baik daripada menyembunyikannya, dan menyembunyikan shodaqoh sunnah lebih baik daripada menampakkannya.
[2.271] Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (271)
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (271)
Maha Mengetahui, tiada yang tersembunyi bagi-Nya
Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Aamir – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Saya mendengar Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Orang yang mengeraskan bacakan Al-Qur’an seperti orang yang bersedekah secara terang-terangan, dan orang yang membaca Al-Qur’an secara perlahan sama dengan orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi.”
Hadits riwayat Ahmad, Abu Daawuud, At-Turmudziy, An-Nasaa-iy dengan sanad yang sahih.
Ayat yang mulia dan hadits yang mulia menunjukkan bahwa menyembunyikan sedekah lebih utama daripada menampakkannya. Sebab hal itu lebih dekat kepada keikhlasan dan penerimaan amal, dan lebih jauh dari riya’ (suka dilihat amalnya) dan ‘ujub (bangga diri dengan amal), sekaligus sebagai pemberitahuan bahwa menampakkannya bersama dengan keikhlasan adalah amal yang diterima juga dan termasuk hal-hal yang dapat menghapus dosa.
Dan sungguh telah datang keterangan dalam hadits tujuh golongan yang diberi naungan oleh Allah pada hari kiamat di bawah naungan-Nya, diantaranya: “Seorang yang bersedekah dengan sebuah sedekah yang ia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” Dan hadits ini terdapat dalam sahih Al-Bukhooriy dan sahih Muslim riwayat dari Abu Huroiroh.
@Sedekah itu dibalas oleh Allah 2: 272 – 274
[2.272] Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلأَنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ (272)
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Dahulu mereka tidak suka untuk memberikan sesuatu walaupun sedikit kepada kerabat mereka dari kalangan kaum musyrikin. Lalu mereka bertanya tentang itu maka mereka diberi keringanan dan turunlah ayat ini: laysa ‘alaika hudaahum hingga wa antum laa tuzhlamuun.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jariir, An-Nasaa-iy dalam kitab Al-Kubroo, Ibnu Abi Chaatim, Al-Chaakim, Al-Bayhaqiy dalam sunan-nya dengan sanad yang sahih, dan disahihkan oleh Al-Chaakim serta disetujui oleh Adz-Dzahabiy.
Ibnu Jariir – semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatinya – ia berkata tentang makna ayat tersebut: yang dimaksud oleh Allah Yang Maha Luhur adalah: “Bukanlah urusanmu, wahai Muhammad, memberi petunjuk kepada orang-orang musyrik agar mereka menerima Islam, sehingga engkau mencegah mereka untuk menerima sedekah sunnah, dan engkau tidak memberikan kepada mereka agar mereka masuk Islam karena sangat membutuhkan pemberian tersebut, akan tetapi Allah-lah yang memberi hidayat (petunjuk) kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari makhluk-Nya kepada Islam lalu Dia memberi mereka pertolongan kepada kebaikan. Maka janganlah engkau mencegah sedekah dari mereka. Yang dimaksud di sini daripada memberi orang-orang musyrik sebagian dari sedekah dan harta fay’ untuk menjinakkan mereka agar mereka masuk Islam. Dan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah menjadikan bagi mereka (orang-orang yang baru masuk Islam, lagi lemah imannya) bagian khusus dalam zakat yang mana Dia berfirman:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ.....(التوبة: 60)
Artinya: “Hanyasaja sedekah (yakni zakat) untuk orang-orang faqir, miskin, para ‘amil (petugas) zakat, orang-orang yang dijinakkan hatinya (untuk masuk Islam, atau mu-allaf)……” (Q.S At-Tawbah: 60)
@
Dostları ilə paylaş: |