www.Muhammad.com
Surah Kedua: Al-Baqoroh (Sapi Betina)
سورة البقرة
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Semoga Allah mencurahkan sholawat, salam dan keberkahannya pada Junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, Sahabat, istri, dan kelompoknya
Surah yang mulia ini diturunkan di Madinah, termasuk surah paling panjang di dalam Qur’an yang agung, karena ayatnya berjumlah 286 ayat. Surah ini termasuk induk dari tujuh surah yang panjang, yang paling utama, yang paling mencakup semua tujuan-tujuan, dasar-dasar dan pondasi agama, sehingga tidak ada satu pun dari tema atau tujuan Al-Qur’an kecuali tersebut di dalam surah ini, baik secara global ataupun terperinci.
Surah ini mencakup pokok-pokok agama seperti keimanan pada Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya, dan Hari Akhir, Dalam surah ini juga banyak sekali menyebutkan nama-nama dan sifat-sifat Allah. Bahkan Nama “Allah” sendiri disebutkan sekitar dua ratus lima puluh kali, dan nama “Robb” (tuhan) di dalamnya diulang sebanyak tiga puluh tujuh kali, dan di dalam surah ini pula disebutkan nama-nama dan sifat-sifat seperti Ar-Rohma>n (Maha Pengasih), Ar-Rohi>m (Maha Penyayang), Al-Ghofu>r (Maha Pengampun), At-Tawwa>b (Penerima Taubat), Ar-Rouf (Yang Maha Pengasih), Al-‘Azi>z (Yang Maha Mulia), Al-Haki>m (Yang Maha Bijaksana), Al-‘Ali>m (Maha Mengetahui), Al-Ghoniy (Yang Maha Kaya), Al H}ami>d (Yang Maha Terpuji), Al-‘Aliy (Yang Maha Tinggi), Al-‘Adhi>m (Yang Maha Agung), Al-H}ayy (Yang Maha Hidup), As Sha>kir (Yang berterima kasih), As-Shadi>d (Yang Maha Kuat), Al-Badi>’ (Yang Maha Indah), Al-Wa>si’ (Lapang), As-Samii>’ (Yang Maha Mendengar), An-Nashi>r (Maha Penolong), Al-Bas}i>r (Yang Maha Melihat), Al-Ba>ri’ (Maha Membuat), Al-Muh}i>t} (Yang Maha Meliputi), Al-Qo>dir (Yang Maha Kuasa), Al-Wa>h}id (Yang Maha Esa), dan lain sebagainya.
Surah ini membahas tentang kerasulan (pengutusan nabi dan rasul), Al-Qur’an, Surga, Neraka. Dan di dalamnya juga membicarakan tentang sholat, puasa, zakat, haji, hukum-hukum rumah tangga, ekonomi, sumpah, nadzar, makanan, minuman, denda, wasiat, penggadaian, hutang, persaksian, dan lain sebagainya yang termasuk akhlak-akhlak, keutamaan-keutamaan, dan tujuan-tujuan syariat. Hal inilah yang membuat Abdullah bin Umar ra tetap mau mempelajarinya selama delapan tahun.
Keistimewaan surah Al-Baqoroh
Surah ini memiliki keistimewa daripada surah-surah lain. Sebagian surah ini diturunkan di Mekah dan sebagian lain diturunkan di Madinah, dengan beberapa keistimewaan yang tidak terdapat pada surah lainnya, antara lain:
1. Menyebutkan tingkatan manusia yakni dalam masalah hidayah (petunjuk) dan kesesatan, dan hal itu ada pada permulaan awal surah sampai ayat dua puluh. Mereka adalah: orang-orang mukmin yang murni, orang-orang kafir yang murni, dan orang-orang munafik.
2. Menyebutkan perumpamaan yang pertama kali dalam Al-Qur’an dan memberi perumpamaan orang-orang munafik dengan api dan air. Lihat ayat 17-20
3. Awal mula wahyu Allah yang ditujukan pada semua hambanya dengan memerintahkan mereka agar menyembah-Nya, ayat 21
4. Menyebutkan nyamuk dan rahasia dibalik perumpamaan nyamuk tersebut, ayat 26
5. Menyebutkan permulaan ayat tentang karunia Allah yang diberikan kepada hamba-hambanya, bahwa semua yang ada di bumi diciptakan untuk mereka dengan baik karena kemurahan Allah dan anugerah bagi hambanya, ayat 29
6. Diistimewakan dengan mengisahkan cerita nabi Adam – semoga salam tetap atasnya – bersama para malaikat – semoga salam tetap terlimpah atas mereka – dan iblis yang terlaknat, diantara semua surah-surah yang diturunkan di kota Madinah, dan cerita itu disebutkan dan diulang pada surah yang diturunkan dikota Mekah, ayat 30-39
7. Pemberitahuan Allah kepada para malaikat-Nya bahwasanya Allah akan menjadikan dibumi seorang Khalifah, ayat 30
8. Nikmat Allah kepada nabi Adam, as, dan pengagungan serta pemuliaannya dengan mengajari nabi Adam beberapa nama dan penyebutannya, ayat 31-33
9. Allah menyebut bani Israil dan mengingatkan mereka akan kenikmatan yang telah Allah berikan pada mereka, hal itu sekitar sepertiga surah, yang berada pada permulaan ayat 40 sampai akhir ayat 123
10. Celaan bagi orang yang memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan dan kebajikan tapi dia melupakan dirinya sendiri, ayat 44
11. Menceritakan tentang kisah bani Israil dan perkataan mereka kepada nabi Musa –semoga salam tetap atasnya –: “Kami tidak puas dengan satu macam makanan saja maka berdoalah pada tuhanmu agar mengeluarkan apa-apa yang tumbuh dibumi untuk kita”, ayat 61
12. Menceritakan kisah tentang sapi, penghidupan orang yang telah mati, pemberitahuannya tentang orang yang telah membunuhnya, dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, ayat 67-73
13. Menceritakan tentang ayat (tanda kebesaran) Allah yaitu berupa terbelahnya batu disebabkan takut kepada Allah dan kebesaran-Nya serta keluarnya sungai-sungai dan sumber-sumber air dari batu tersebut dengan pancarannya yang deras, kemudian jatuhnya dan terpecahnya batu tersebut berkeping-keping karena takut pada Allah. Lihat ayat 74
14. Bahwasanya orang Yahudi itu manusia yang paling rakus (tamak) manusia terhadap kehidupan dunia ini jika dibandingkan dengan umat-umat lain, ayat 96
15. Permusuhan orang-orang Yahudi dengan malaikat Jibril itu merupakan permusuhan yang jelas (tampak), ayat 97 dan 98
16. Pernyataan bahwa nabi Sulaiman suci atau bersih dari sihir. Hal ini karena orang-orang Yahudi menghubungkan sihir itu dengannya secara dusta dan bohong, ayat 102
17. Menyebutkan tentang Harut dan Marut dan apa yang ditugaskan kepada mereka berdua untuk mengajari sihir (sebagai ujian untuk manusia) setelah mereka berdua memberikan nasehat, ayat 102
18. Disyariatkannya naskh (pembatakan atau penggantian satu hukum dengan hukum lain yang lebih baik) dalam Islam bahwasanya Allah mendatangkan dengan sesuatu yang lebih baik dari yang dinasakh itu atau dengan sesuatu yang sebanding dengannya, ayat 106
19. Menerangkan bahwasanya tidak ada seorangpun yang lebih zalim (aniaya) dari orang yang telah mencegah manusia untuk mengingat Allah di masjid-masjid, ayat 114
20. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak rela pada orang-orang Islam sampai orang Islam menjadi seperti mereka, ayat 120
21. Doa kekasih Allah (Nabi Ibrahim) – semoga Allah meridhoinya – akan terutusnya Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluaga beliau – ayat 129
22. Wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub – semoga salam tetap atas keduanya – kepada anak-anaknya agar mengikuti agama Islam dan teguh di dalam agama Islam hingga (datangnya) kematian, ayat 132
23. Cerita pemindahan kiblat dan kririkan orang-orang Yahudi yang terjadi ketika itu; dan kewajiban untuk menghadap kiblat dan mengarahkan diri kepadanya dari segala arah penduduk bumi, ayat 142-150
24. Allah mengutamakan umat Muhammad bahwasanya mereka merupakan umat moderat (pertengahan) yakni yang baik dan adil, ayat 143
25. Disyariatkannya mengucapkan lafadz “Istirja’ (Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Rooji’uun) ketika ditimpa musibah, dan pahala orang sabar ketika mengalami musibah, ayat 153-157
26. Penyebutan tentang bukit Shofaa dan Marwah serta sa’iy diantara keduanya dan keduanya merupakan simbol agama Allah, ayat 158
27. Hukum bagi orang yang menyembunyikan ilmu dan agama yang benar yang telah diturunkan oleh Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung, ayat 159-160
28. Menerangkan tentang hukum yang berkaitan dengan darah (penghilangan nyawa), dan bahwasanya Qishash (hukuman balasan yang setimpal) bagi orang yang membunuh merupakan kehidupan bagi ummat manusia (sebab akan meninggalkan efek jera), ayat 178, 179
29. Menerangkan tentang kewajiban puasa Ramadhan, dan hukum-hukumnya, ayat 183-187
30. Menerangkan tentang i’tikaf (berdiam diri dalam masjid dengan niat ibadah) dan sebagian hukum-hukumnya. I’tikaf itu hanya sah jika di masjid, ayat 187
31. Pelarangan terhadap pemberian suap kepada penegak hukum untuk mengambil harta manusia atau orang lain secara dosa, ayat 188
32. Allah menciptakan bulan sabit dan rahasia yang ada didalamnya, serta hukum-hukum yang berkaitan dengannya, ayat 189
33. Perintah Allah untuk berperang, dan larangan untuk berperang di tanah haram Mekah kecuali untuk mempertahankan diri (dari serangan yang datang lebih dahulu), ayat 190-194
34. Larangan untuk menjerumuskan (melemparkan) diri pada kehancuran (atau kebinasaan), dan hal ini berlaku secara umum, ayat 195
35. Kewajiban untuk menyempurnakan haji dan umrah bagi orang-orang yang sudah masuk kepada keduanya, ayat 196
36. Pemboikotan dalam haji dan umrah serta hal-hal yang diharuskan pada saat itu, ayat 196
37. Disyariatkannya pembayaran fidyah (tebusan) diwaktu haji dan umrah bagi orang yang melakukan hal-hal yang diharamkan (pada saat ihram hajji atau umrah), ayat 196
38. Disyariatkannya haji secara tamattu’ (umrah dahulu kemudian haji) dan apa-apa yang berkaitan dengannya, ayat 196
39. Menerangkan tentang waktu-waktu haji (miiqoot zamaniy), ayat 197
40. Dibolehkannya berdagang ketika haji dan hal itu tidaklah berdosa, ayat 198
41. Disyariatkannya untuk meninggalkan Arafah (setelah wuquf) dan singgah di Muzdalifah, ayat 198 dan 199
42. Disyariatkan untuk menyebut nama Allah di hari-hari yang telah ditentukan yakni hari-hari ketika berada di Mina (hari tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzul Chijjah), ayat 200-203
43. Menerangkan ayant yang pertama kali turun tentang tercelanya minuman keras dan berjudi, ayat 219
44. Larangan menikahi wanita-wanita musyrik dan pelarangan untuk menikahkan laki-laki musyrik, ayat 221
45. Penyebutan tentang haid, dan larangan untuk mendatangi (mengumpuli) perempuan yang sedang haid sampai mereka suci (bersuci atau mandi besar), ayat 222
46. Allah menjadikan perempuan (ibarat) sebagai ladang bagi kaum laki-laki, ayat 223
47. Penjelasan tentang iilaa‘ yaitu sumpah untuk tidak menggauli istri, ayat 226 dan 227
48. Penjelasan tentang ‘iddah (masa tunggu setelah perceraian) bagi wanita (yang masih berada dalam usia haid) yang dicerai yang mana mereka ber‘iddah dengan hitungan tiga kali suci, ayat 228
49. Penjelasan bahwa suami yang telah mencerai isterinya memiliki hak untuk merujuk kembali istri yang telah dicerainya itu selama masih berada dalam masa ‘iddah, apabila keduanya menginginkan perdamaian, ayat 228
50. Penyebutan hak-hak suami-isteri, dan bahwasanya masing-masing dari mereka mempunyai hak atas yang lainnya, ayat 228
51. Penjelasan macam-macam talak (perceraian), dalam hal ini suami masih memiliki hak untuk rujuk, ayat 229
52. Pensyari’atan khulu’ (talak tebus) dan penebusan sang istri atas dirinya dari sang suami jika keduanya takut tidak adanya keharmonisan dan tidak mampu untuk menjaga hak-hak suami-istri, ayat 229
53. Penjerlasan tentang perceraian yang mana dengannya seorang istri menjadi haram bagi suaminya (yakni tak bisa merujuknya kembali), ayat 230
54. Larangan untuk membahayakan istri (dalam bentuk apapun, baik secara fisik maupun mental atau kejiwaan) karena hal itu merupakan suatu penghinaan terhadap ayat-ayat Allah, ayat 231
55. Larangan untuk mencegah seorang istri untuk kembali pada suaminya yang pertama setelah diceraikan yang mana keduanya saling menginginkan dan keadaan menjadi baik antara keduanya, ayat 232
56. Penjelasan tentang masa penyusuan yang disyariatkan diantara suami-istri, ayat 233
57. Penjelasan tentang iddahnya seorang istri yang ditinggal mati oleh suaminya, ayat 234
58. Larangan untuk melamar perempuan di masa iddahnya, ayat 235
59. Hukum syari’at (kebolehan) talak sebelum penentuan mahar (mas kawin) dan sebelum terjadinya hubungan suami istri, dan aturan cerai sebelum terjadinya hubungan suami istri dan sebelum penentuan mahar atau mas kawin, dan apa yang wajib dalam hal tersebut 236 dan 237
60. Diwajibkannya untuk menjaga sholat wustho yaitu sholat asar, 238
61. Kisah bani Israil yang mana mereka keluar dari rumah-rumah mereka karena takut kematian kemudian Allah mematikan mereka lalu menghidupkannya, ayat 243
62. Penyebutan kisah T{olu>t bersama Jalu>t dan pelajaran yang dapat diambil dari cerita itu, ayat 246 – 252
63. Penyebutan tentang ayat kursi yang merupakan ayat paling mulia dalam Al Qur’an, ayat 255
64. Penyebutan tentang kisah orang durhaka yang menantang nabi Ibrahim dalam urusan Tuhannya, ayat258
65. Kisah seorang laki-laki yang lewat di suatu desa yang telah hancur, kemudian Allah mematikan orang itu selama seratus tahun kemudian menghidupkannya kembali, dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita itu, ayat 259
66. Kisah tentang kekasih Allah (Kholiilulloh, yaitu nabi Ibrahim) – semoga salawat dan salam tetap bersamanya – bersama burung-burung dan bukti kuasa Allah dalam menghidupkan mereka, ayat 260
67. Pelipat-gandaan pahala sedekah sampai tujuh ratus kali lipat, ayat 261
68. Celaan terhadap sikap mengungkit-ungkit dalam bersedekah, dan sesungguhnya itu dapat menggugurkan pahalanya, ayat 262 – 264
69. Sebuah perumpamaan yang sangat indah bagi orang yang suka bersedekah dan sedekah itu sendiri, ayat 265 – 266
70. Barangsiapa yang telah diberi hikmah (kebijaksanaan, yakni ketepatan antara perbuatan dan perkataan) maka dia telah diberi kebaikan yang banyak, ayat 269
71. Pengharaman bermuamalah dengan cara riba dan ancaman keras bagi orang yang berbuat riba, ayat 275 – 279
72. Petunjuk untuk memberi penangguhan (atau menunggu) orang yang kesusahan dalam membayar hutang atau memaafkannya, ayat 280
73. Penyebutan ayat yang paling terakhir turun dari ayat-ayat Al Qur’an secara mutlak, ayat 281
74. Penyebutan ayat yang paling besar yang ada dalam Al Qur’an yakni ayat yang menerangkan tentang hutang piutang, ayat 282
75. Penjelasan tentang orang yang bersaksi dan tentang kesaksian, serta hal-hal yang berkaitan dengan itu, ayat 282 dan 283
76. Disyari’atkannya gadai (rungguhan) ketika tidak adanya kepercayaan, ayat 283
77. Penyebutan tentang akhir surah Al-Baqoroh dan keutamaan-keutamaan yang datang mengenai ayat itu, ayat 284 – 286
Inilah sebagian kesimpulan yang bisa diambil dari surah yang agung ini yang tidak terdapat pada surah lainnya. Bagi seseorang yang menelitinya dengan penuh penghayatan, bisa jadi akan menemukan kesimpulan lain yang belum kami sebutkan. Hanya kepada Allah kami meminta pertolongan
Keutamaan surah Al-Baqoroh
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
Artinya: “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian itu kuburan, sesungguhnya setan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surah Al Baqoroh.“
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dalam bab solat. Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi dalam bab Keutamaan Al-Qur’an dengan redaksi:
إِنَّ الْبَيْتَ الَّذَيْ تُقْرَأُ الْبَقَرَةُ فِيْهِ لاَ يَدْخُلُهُ شَيْطَانٌ
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibaca surah Al Baqarah maka setan tidak akan memasukinya.“
"Jangan kalian jadikan rumah kalian itu kuburan", kalimat ini mengandung dua pengertian, yaitu: jangan kalian tinggalkan sholat di dalam rumah seperti kuburan-kuburan (sebab makruh seseorang salat di pekuburan) atau jangan mengubur orang mati di rumah kalian sehingga kalian menjadikan rumah kalian itu kuburan.
Hadis di atas terdapat keutamaan surah Al Baqarah. Karena keagungan surat ini dan karena rahasia-rahasia dan kekuatan nur (cahaya) ilahi yang ada dalamnya, membuat setan lari dari rumah yang dibacakan surah Al Baqarah. Keutamaan ini tidak terdapat di surah yang lainnya.
Diriwayatkan dari Abi Umamah ra. beliau berkata: Aku mendengar Nabi SAW bersabda:
اِقْرَأُوا الْقُرْآنَ فإنَّه يَأْتِي شفِيْعًا لأَصْحَابِهِ، اِقْرَأُوْا الزَّهْرَاوَيْنِ: اَلْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ، فَإِنَّهُمَا يَأْتِيَانِ يَوْمَ القيامة كَأنهما غمامتان أو غيايتان أَوْ فَرْقَانِ مِنّ طَيْرٍ صَوَافَّ، تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا، اِقْرَأُوا الْبقَرَةَ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ يَسْتَطِيْعُهَا اْلَبَطَلَةُ
Artinya: “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan menjadi syafa’at (penyelamat) bagi orang yang membacanya, bacalah Az-Zahrowain (dua yang cerah / terang) yaitu surah Al Baqarah dan surah Ali Imron, karena keduanya akan datang Hari Kiamat seperti awan, atau seperti dua naungan atau dua kelompok burung dan berbaris yang melindungi pembacanya. Bacalah surah Al Baqarah karena jika kalian melakukannya, kalian akan mendapatkan barokah, dan apabila meninggalkannya akan mendapatkan kerugian dan sihir pun tidak mampu menembusnya.“ (HR. Ahmad dan Muslim dalam bab solat)
Diriwayatkan dari Nuwas bin Sam’an semoga Allah meridhoinya, berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
يُؤْتَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالْقُرْآنِ وَأَهْلِهِ الَّذِيْنَ كَانُوا يَعْمَلُوْنَ بِهِ فِي الدُّنْيَا تَقَدَّمَهُ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ وَ آلِ عِمْرَانَ
Artinya: “Pada Hari Kiamat nanti, Al Qur’an dan pembaca yang mengamalkan isinya di dunia akan didatangkan, sedangkan surah Al Baqarah dan surah Al Imron berjalan didepannya.“ Rasulullah SAW membuat suatu perumpamaan untuk surah Al Baqarah dan surah Al Imron dengan tiga perumpamaan yang aku tidak akan pernah melupakannya. Beliau bersabda:
كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ ظُلَّتَانِ سَوْدَاوَانِ بَيْنَهُمَا شَرْقٌ، أَوْ كَأَنَّهُمَا فَرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا
Artinya: ”Keduanya bagaikan awan atau naungan yang hitam, diantara keduanya terdapat cahaya, atau mereka bagaikan burung yang membentangkan sayapnya dan berbaris untuk melindungi pembacanya, keduanya membela orang yang membacanya.“(HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi dalam bab Keutamaan-keutamaan Al Qur’an)
Kedua hadits di atas mengandung penjelasan tentang keutamaan surah Al Baqarah dan surah Ali Imron. Kedua surah itu akan datang pada Hari Kiamat membela orang yang membacanya dan yang menghafalnya. Kedua ayat itu juga akan memayungi orang tersebut dari segala keburukan. Kedua hadits juga menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang membaca Al Qur’an yang mengamalkan isinya, dan Al Qur’an itu akan menjadi syafa’at (penolong) mereka. Semoga Allah menjadikan kita orang yang paling mulia di antara golongan orang yang membaca Al Qur’an dan menegakkan hak-haknya, senantiasa menghalalkan apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya, dan orang-orang yang membaca Al Qur’an dengan sebenar-benarnya baik di siang hari maupun di malam hari. Amin!
Ayat Kursi
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab ra. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
أَبَا الْمُنْذِرِ، أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ أَعْظَمُ؟
Artinya: “Wahai Abul Mundzir! Ayat manakah dari kitab Allah yang paling agung?“
Aku menjawab: “ِAlloohu laa-ilaaha illaa huwal h{ayyul Qoyyuum (Allah, tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri; yakni: Ayat Kursi)“. Kemudian dia memegang dadaku dan berkata: “Selamat atas pengetahuanmu wahai Abul Mundzir“, kemudian beliau meneruskan sabdanya:
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ لِهذِهِ الآيَةِ لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ
Artinya: “Demi Dzat dimana jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya ayat ini memiliki lidah dan dua bibir yang mensucikan Allah Yang Maha Merjai, di kaki Arsy.“ (HR. Ahmad dan Muslim dalam bab sholat, dan Abu Dawud)
Hadis di atas menjelaskan tentang keutamaan Ayat Kursi. Ayat kursi adalah ayat yang paling agung dalam Al Qur’an, karena mencakup nama-nama dan sifat-sifat ketuhanan seperti sifat H{aya>t (Maha Hidup), Wah}da>niyyah (Maha Esa), ‘Ilm (Maha Tahu), Mulk (Maha Merajai atau Memiliki), al-Qudroh (Maha Berkuasa) dan juga sifat al-Iro>dah (Maha Berkehendak).
Diriwayatkan dari Abi Umamah ra. ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كَلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ
“Barangsiapa membaca ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu (wajib) maka tidak ada yang mencegahnya masuk surga kecuali maut.“(HR. An-Nasa>'iy dalam kitab ‘Amalul Yawmi Wal Laylah, Ath-Thobrooniy, dan Ibnu Chibbaan, sebagaimana Al-Mundziriy juga menisbatkan riwayat hadits ini kepada mereka tersebut dan berkata: “Sanad salah satunya sahih.“ Dan juga dikuatkan oleh Al-Haytsamiy dalam Al-Majma‘. Hadits ini memiliki beberapa jalur periwayatan dan hadits pendukung lainnya di antaranya yang diriwayatkan oleh Al-Mughiiroh bin Syu’bah yang dicatat oleh Abu Nu’aim dalam Al-Chilyah-nya, sedangkan sanadnya lumayan.)
Dalam hadis tersebut terdapat keutamaan membaca ayat ini setiap selesai sholat dan hal itu dapat mengantarkan seseorang masuk surga. Berikutnya ada sebuah hadits dari Abu Huroiroh dan yang lainnya (tentang Ayat Kursi ini) insya> Allah.
Akhir Surah Al Baqoroh
(ayat 285 dan 286)
Diriwayatkan dari Abi Musa – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda:
اَلآيَتَانِ مِنْ آخِرِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ مَنْ قَرَأَ بِهِمَا فِيْ لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surah Al Baqarah di malam hari maka keduanya akan mencukupinya (dari sholat malam, atau dari membaca Al Qur’an, atau dari keimanan).“(HR. Ahmad dan Bukhori dalam bab Keutamaan Surah Al-Baqoroh, diriwatkan juga oleh Imam Muslim dalam bab Sholat, At-Tirmidziy, Ad-Daarimiy, dan sebagainya)
Dari Abdullah bin Abbas ra. berkata: “Ketika Jibril berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba terdengar suara dari atas, maka malaikat Jibril mengangkat pandangannya ke arah langit dan berkata: “Pintu langit telah terbuka, padahal pintu tersebut belum pernah terbuka sama sekali sebelumnya. Kemudian turunlah malaikat dari pintu langit itu dan mendatangi Nabi SAW seraya berkata: “Aku memberi kabar gembira bahwa engkau diberi anugerah dua cahaya, yang belum pernah diberikan kepada nabi-nabi sebelummu, yakni: Pembuka Al Qur’an (Al-Faatichah) dan akhir surah Al Baqarah, sungguh tidaklah dibaca satu huruf dari dua surah itu kecuali aku berikan padanya (barokah, rahasia, dan pahala). (HR. Imam Muslim)
Diriwayatkan dari Abi Jam’ah ra. berkata: ”Kami makan siang bersama Rasulullah SAW dan Ubaidah bin Al-Jarrooch bersama kami, maka dia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang lebih baik dari kami? kami telah masuk Islam bersamamu dan telah berperang bersamamu.” Maka Nabi menjawab:
نَعم، قَوْمٌ يَكُوْنُوْنَ مِنْ بَعْدِكُمْ، يُؤْمِنُوْنَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِيْ
Artinya: “ya ada, mereka adalah kaum setelah kalian, mereka beriman kepadaku padahal belum pernah melihatku.”(HR. Imam Ahmad dan Hakim dengan sanad yang sahih, sedangkan An-Nuur mengetengahkan hadits ini dalam Al-Majma’ dengan periwayatan Ahmad, Abu Ya’laa, Ath-dan Thobroniy, An-Nuur berkata: “(Periwayatan ini) melalui beberapa sanad dan salah satu sanad Ahmad adalah sahih.”
Hadis di atas didukung oleh hadis lain dari sayyidina Umar ra. ia berkata: ”Aku bersama Nabi dan Nabi berkata, “Beritahu aku siapakah orang yang paling utama keimanan” maka mereka menjawab, “Malaikat, wahai Rasulullah!” maka Rasul berkata, “Mereka memang demikian, namun mereka pantas untuk itu, tidak ada yang menghalangi mereka untuk beriman, sedangkan Allah telah memberikan kedudukan yang telah mereka dapatkan, namun orang itu adalah selain mereka.” Kemudian para sahabat menyebutkan para nabi, dan para syuhada’ (orang-orang yang mati syahid) kemudian Nabi pun bersabda:
أَقْوَامٌ فِيْ أَصْلاَبِ الرِّجَالِ يَأْتُوْنَ مِنْ بَعْدِيْ يُؤْمِنُوْنَ بِيْ وَلَمْ يَرَوْنِيْ، وَيُصَدِّقُوْنِيْ وَلَمْ يَرَوْنِيْ، يَجِدُوْنَ الْوَرَقَ الْمُعَلَّقُ فَيَعْمَلُوْنَ بِمَا فِيْهِ، فَهؤُلاَءِ أَفْضَلُ أَهْلِ اْلإِيْمَانِ إِيْمَانًا
Artinya: “mereka itu adalah kaum yang datang setelahku, beriman kepadaku padahal mereka belum pernah melihatku, mereka mempercayaiku padahal mereka belum pernah memandangku, mereka mendapatkan lembaran yang diangkat (Wahyu Allah) dan mereka mengamalkan isinya, mereka itulah golongan yang tingkat keimanannya paling tinggi (pada Allah dan Rasul-Nya)”(HR. Abu Ya’la, Bazzar dan Hakim; dan disahihkan serta dihasankan oleh An-Nuur dalam Al-Majma’. Hadits ini masih memiliki hadits pendukung lain yaitu yang diriwayatkan dari Anas oleh Al-Bazzaar, dan juga diriwayatkan dari Ibnu Umar oleh Al-Hasan bin Arofah)
Diriwayatkan dari Abi Umamah ra. berkata: “Rasulullah SAW bersabda:
طُوْبَى لِمَنْ رَآنِيْ وَآمَنَ بِيْ، وَطُوْبَى سَبْعَ مَرَّاتٍ لِمَنْ لَمْ يَرَنِيْ وَآمَنَ بِيْ.
Artinya: “Beruntunglah orang yang pernah melihatku dan dia beriman padaku dan beruntung…(kata-kata ini diulang oleh Rasul sampai tujuh kali) bagi orang yang belum pernah melihatku tapi dia beriman padaku.”(HR. Imam Ahmad, Ath-T{oya>lisiy, dan Ibnu H{ibba>n; Al-Haythamiy berkata: Para perawinya adalah perawi hadits sahih.” Sedangkan hadits ini juga memiliki pendukung berupa hadits-hadits lain, yaitu dari Anas, Abu Sa’iid Al-Khudriy, dan Abu ‘Abdurrochmaan Al-Juhaniy)
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid berkata: “Kami bersama Abdullah bin Mas’ud sedang duduk-duduk. Kami menyebutkan para sahabat Nabi SAW dan hal-hal yang telah lampau, kemudian Abdullah berkata: “Sesungguhnya perkara (kelebihan) Rasulullah itu jelas (tampak) bagi orang yang telah melihatnya, dan demi Dzat, tiada Tuhan selain-Nya, tidak ada iman yang lebih utama daripada iman dengan yang ghaib (yakni iman kepada Nabi padahal ia tidak melihat dan tidak hidup semasa dengan Nabi).” Kemudian ia membacakan ayat:
ألم (1) ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين (2) الذين يؤمنون بالغيب...الفلحون (5)
(HR. Sa'i>d bin Mans}u>r, Ibn H{a>tim dan al-H{a>kim)
Hadits-hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan iman kepadas sesuatu yang gahib dan itu adalah salah satu sifat orang-orang yang bertaqwa. Sedangkan yang dimaksud ’hal-hal yang gahib’ dalam ayat ini adalah sesuatu yang ghaib menurut pandangan kita dan tidak bisa kita tangkap dengan panca indera. Hal ghaib itu mencakup: iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, Hari Akhir, takdir baik dan buruk, Hari akhir, kehidupan setelah kematian, Kebangkitan, perjumpaan dengan Allah, Hari Pembalasan, surga, neraka dsb. Semua itu adalah ghaib (tidak bisa kita lihat atau belum kita temui), oleh karena itu mempercayai dan membenarkan semua itu merupakan pondasi dari sifat orang-orang yang bertakwa. Mereka akan mendapatkan keberuntungan dari keimanan mereka itu.”
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Firman-Nya Yang Maha Luhur:
[2.1] Alif Laam Miim
(الـم) : Lafadz ini merupakan salah satu nama Al Qur’an. Ada yang berpendapat bahwa lafadz ini adalah pembuka Al Qur’an, sumpah. Ada juga yang berpendapat lafadz ini termasuk rahasia Allah yang tidak mengetahuinya kecuali hanya Allah semata
Dostları ilə paylaş: |