1337 Hadis Sahih, 900 Keistimewaan, 830 Tafsir


Al-Qur’an diverifikasi (dikukuhkan) oleh Allah 2:2



Yüklə 2,05 Mb.
səhifə3/16
tarix26.10.2017
ölçüsü2,05 Mb.
#14081
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   16

Al-Qur’an diverifikasi (dikukuhkan) oleh Allah 2:2

[2.2] Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa

         

: (ذَلِكَ الكِتَابُ) Al Qur’an

(لاَ رَيْبَ فِيهِ) : Tidak ada keraguan

: (هُدًى) Cahaya, atau petunjuk

(لِّلْمُتَّقِينَ) : Orang-orang yang takut
Sifat-sifat orang-orang yang tidak beriman (kafir) 2: 6 & 7

[2.6] Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman

           

(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا) Mereka yang ingkar (kafir). Secara bahasa kata kufr berarti: menutup

(سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ) Sama saja, yakni ini seperti itu. Terambil dari kata At-Tasaawiy (persamaan)

(أَأَنذَرْتَهُمْ) Kamu peringatkan mereka

[2.7] Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat

              

(خَتَمَ اللَّهُ) :Allah menyegel (mencap)

(عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ) : Ghisha>wah: penutup.



Penipuan orang-orang munafik dan permisalan tentang mereka 2: 8-16

[2.8] Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman

           

(yakni orang-orang munafiq yang menampakkan keimanan di lisannya dan namun menyimpan atau menyembunyikan kekafiran di hatinya)


[2.9] Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar

          

(يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا)

Mereka menampakkan apa yang bukan dihati mereka (untuk menipu Allah dan Nabi serta orang-orang beriman, namun Allah pun menipu mereka yakni Allah melarang (Nabi dan kaum muslimin untuk) untuk membunuh dan merampas harta mereka (orang-orang munafiq itu)sebab keislaman yang mereka tampakkan, hal itu untuk memperdayakan mereka (menarika mereka perlahan-lahan ke arah kebinasaan / istidrooj), hingga mereka (semakin terjerumus pada kekafiran dan meninggal dunia dalam keadaan demikian sehingga)bertemu Allah dalam keadaan kafir.


: (وَمَا يَشْعُرُونَ) mereka tidak mengetahui (mengerti atau merasa)
[2.10] Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta

             

(فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ) : Marad}: semakna dengan kata “saqom” yang berarti: Penyakit (yakni sakit fisik) namun disini maknanya keraguan dalam kepercayaan hati mereka

(أَلِيم) : Yakni Menyakitkan

[2.11] Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."

           


ْ: ( لاَ تُفْسِدُوا) (janganlah kalian merusak atau membuat kerusakan)

Lafadz al-Isla>h} (memperbaiki atau memperbuat kebaikan) merupakan lawan kata dari al-Ifsa>d yang berarti kerusakan, yakni pekerjaan yang tidak diridhai Allah dan membahayakan manusia.


[2.12] Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar

       

[2.13] Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu

                    

: (السُّفَهَاءُ)

Kata sufahaa’ ialah bentuk jama’ dari kata safiih yakni Orang-orang bodoh, yang lemah pikirannya, pengetahuannya dangkal sehingga tidak mengerti mana yang bermanfaat dan mana yang madharat. (bahaya). (karena ketidak mengertiannya ini terkadang mereka menyangka dirinya berbuat baik padahal sebenarnya ia sedang berbuat keburukan)


[2.14]Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok"

                


(مُسْتَهْزِئُونَ) :Kata mustahzi'u>n semakna dengan kata sa>khiru>n yakni mereka mengejek.

[2.15] Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka

اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)

َيَمُدُّهُمْ :Allah mengulur-ulur (siksa) mereka (dengan memberi mereka kenikmatan dunia) dan dengan demikian menambah mereka (terjerumus) dalam kedurhakaan


فِي طُغْيَانِهِمْ : Kata tughyaan adalah berwazan fa’laan terambil dari kata Thoghoo fulaan (yakni si Fulan telah keterlaluan)yakni jika ia melakukan hal-hal yang melampaui batas dan durhaka (atau zalim)
يَعْمَهُونَ (15) :yang buta jiwanya; yang tersesat
[2.16] Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)


اشْتَرَوُا :(mereka telah membeli) maksudnya mereka mengambil

الضَّلالَةَ :(artinya: kesesatan)yakni maksudnya kekafiran

بِالْهُدَى :(artinya: dengan petunjuk) maksudnya: dengan keimanan

فَمَا رَبِحَت :(kata robichat terambil dari kata ar-ribch, sedangkan) Kata ar-ribch (untung) adalah lawan kata al-khosaaroh (rugi) dalam perdagangan.

مُهْتَدِين :Muhtadiin semakna dengan rusyadaa’ Yakni Orang cerdik atau orang yang dapat petunjuk

@Perumpamaan tentang orang yang yang menjual-belikan (menukar) petunjuk (agama, dengan kesesatan)

[2.17] Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَاراً فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ (17)

: مَثَلُهُمْ Kata matsal semakna dengan kata syabah yakni seperti atau semisal.


[2.18] Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ (18)


[2.19] atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir

أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ المَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19)

أَوْ كَصَيِّبٍ :Kata shoyyibun dalam ayat itu berarti: hujan, berasal dari kata shooba (al-mathoru)-yashuubu-showban, yakni: turun hujan seperti hujan apabila turun, seperti kata: sayyidun, yang berasal dari kata: saada-yasuudu dan juga jayyidun yang berasal dari kata: jaada-yajiidu
مِّنَ الصَّوَاعِقِ : Kata ash-showaa’iq jama’ dari shoo’iqoh yang mana asal maknanya adalah: segala sesuau – baik berupa api atau sebagainya – yang dahsyat yang menghantarkan kepada kebinasaan dan hiloangnya akal (tak sadarkan diri) atau kehilangan fungsi salah sau anggota tubuh.ُ

مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19) :(Muh}i>th berasal dari kata ih}a>thoh)Ih}a>thoh bermakna berkumpul dan mengelilingi(meliputi) atas segala sesuatu.


[2.20] Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu

يَكَادُ البَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (20)

يَكَادُ البَرْقُ :Kaada (yakaadu) scara dalam bahasa arab berarti: hampir (qooroba).
: يَخْطَفُ (kata yakhtofu disini berarti)menyilaukan, asalnya dari kata al-khothf maknanya mengambil.
: قَامُوا(Qoomuu artinya : mereka telah berdiri)disini ia bermakna waqofuu (berdiri)dan tahayyaruu (bingung).
Dari Abi Sa’id Al Khudri RA. berkata: Rasulullah SAW bersabda:

اَلْقُلُوْبُ أَرْبَعَةٌ: قَلْبٌ أَجْرَدُ مِثْلُ السِّرَاجِ يُزْهِرُ، وَقَلْبٌ أَغْلَفُ مَرْبُوْطٌ عَلَى غِلاَفِهِ، وَقَلْبٌ مَنْكُوْسٌ، وَقَلْبٌ مُصَفَّحٌ. فَأَمَّا الْقَلْبُ اْلأَجْرَدُ فَقَلْبُ الْمُؤْمِنِ فَسِرَاجُهُ فِيْهِ نُوْرُهُ، وَأَماَّ الْقَلْبُ الأَغْلَفُ فَلَقْبُ الْكَافِرِ، وَأَمَّا الْقَلْبُ الْمَنْكُوْسُ فَقَلْبُ الْمُنَافِقِ الْخَالِصِ عَرَفَ ثُمَّ أَنْكَرَ، وَأَمَّا الْقَلْبُ الْمُصَفَّحُ فَقَلْبٌ فِيْهِ إِيْمَانٌ وَنِفَاقٌ، فَمَثَلُ اْلإِيْمَانِ فِيْهِ كَمَثَلِ الْبَقْلَةِ يَمُدُّهَا الْمَاءُ الطَّيِّبُ، وَمَثَلُ النِّفَاقِ فِيْهِ كَمَثَلِ الْقَرْحَةِ يَمُدُّهَا الْقَيْحُ وَالدَّمُ، فَأَيُّ الْمَادَّتَيْنِ غَلَبَتْ عَلَى اْلأُخْرَى غَلَبَتْ عَلَيْهِ.

“Hati itu ada empat, hati yang bersih seperti lampu yang terang, hati yang tertutup dan terikat dengan tutupnya, hati yang terbalik, dan hati yang terbuka. Adapun hati yang bersih adalah hati orang mukmin, di dalam hatinya terdapat cahaya, adapun hati yang tertutup adalah hati orang kafir dan hati yang terbalik adalah hati orang munafik yang mana mereka telah mengetahui kebenaran tapi mereka mengingkarinya, dan adapun hati yang terbuka adalah hati yang terdapat keimanan dan kemunafikan, perumpamaan iman di dalam hati tersebut bagaikan sayuran yang diairi dengan air yang baik, dan perumpamaan kemunafikan di dalam hati bagaikan luka yang dialiri dengan darah dan nanah maka manakah dari kedua materi ini yang dapat mengalahkan yang lainnya, dialah yang menjadi pemenang.”
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thobroni, dan dinilai sebagai hadits hasan oleh Ibnu Katsir.
Allah membuka surah yang mulia ini dengan empat ayat tentang sifat orang-orang mukmin, dua ayat tentang orang kafir, tiga belas ayat tentang orang munafik, dengan itu maka manusia dalam hal hubungan mereka dengan petunjuk dan kesesatan terbagi menjadi tiga macam:
Yang mana orang munafik terbagi menjadi dua macam: orang-orang munafik asli yang mana mereka diumpamakan seperti api

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي….. (17)

Dan orang-orang munafik yang ragu-ragu, kadang keimanan mereka menyala dan kadang keimanan mereka padam, dan mereka diumpamakan seperti air.

أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ….. (19)

Dan hadis yang telah disebutkan secara terperinci tentang sifat dari golongan-golongan ini telah menjelaskan golongan tersebut. Ibnu Katsir (semoga Allah merahmatinya) berkata dalam tafsirnya: Maka telah diringkas dari kumpulan ayat-ayat ini bahwa orang mukmin itu ada dua macam: orang-orang yang muqorrob (didekatkan oleh Allah) dan orang-orang abroor (suka berbuat baik); dan bahwa orang kafir juga ada dua macam: orang yang mengajak (pada kekafiran) dan orang yang ikut-ikutan (kepada ajakan tersebut); dan orang-orang munafik juga ada dua macam: orang munafik asli dan orang munafik yang memiliki sedikit sifat munafik.
Sebagaimana terdapat dalam dua kitab sahih (Al-Bukhooriy dan Muslim), diriwayatkan dari Abdulloh bin ‘Amr dari Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau –:

“Ada tiga tanda, jika seseorang mempunyai ketiga tanda itu maka dia termasuk orang munafik yang murni dan orang yang di dalamnya terdapat salah satu dari ketiganya maka pada dirinya ada satu sifat dari orang munafik hingga dia bisa meninggalkan sifat itu yaitu: orang yang apabila dia berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia melanggarnya, dan apabila dia diberi kepercayaan dia berkhianat.”


Begitulah Ibnu Katsir meriwayatkannya. Adapun dalam hadis Al-Bukhooriy dan Muslim tersebut: “Ada empat tanda, barangsiapa yang memiliki keempat tanda itu… “ dalam riwayat ini: “apabila berjanji dia berkhianat, dan apabila bertengkar dia berbuat jahat (mendendam).” Memang di dalam Al-Bukhooriy dan Muslim juga terdapat riwayat: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia melanggar, dan apabila dipercaya dia berkhianat”, namun riwayat ini dari Abu Huroiroh bukan dari Ibnu ‘Umar. Sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah.

@Allah telah memerintahkan kita untuk hanya menyembah-Nya dan mengingatkan kita bahwa hanya Dia Yang Menciptakan kita 2: 21-22

[2.21] Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُم لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21)

[2.22] Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kaliandan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (22)

فِرَاشاً :Sebagai permadani (alas) dan tempat berpijak

وَالسَّمَاءَ بِنَاءً :Langit dibangun diatas bumi seperti bentuk kubah yakni ia berfungsi sebagai atap diatas bumi

أَندَاداً :Jama’ dari kata: nidd yang berarti: yang sebanding, yang sama, atau atau yang setara

Firman Allah Yang Maha Luhur:

فَلاَ تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَاداً …. (22)

Dari Ibn Mas’ud RA: “Aku bertanya pada Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dosa apa yang paling besar menurut Allah?” Beliau menjawab: “Kamu mempersekutukan Allah sedangkan Allah telah menciptakanmu” aku berkata: “Hal itu sungguh dosa besar.” Lalu aku bertanya lagi: “Kemudian dosa apa lagi?” Beliau menjawab: “Kamu membunuh anakmu karena takut akan makan bersamamu (kurang).” Aku berkata: “Dosa apa lagi?” Beliau menjawab: “Kamu berzina dengan istri tetanggamu.”
Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhooriy dalam bab tafsir, adab, diat (denda), dan tauhid; juuga diriwayatkan oleh Muslim dalam bab iman, Abu Dawud, At-Tirmidziy dalam tafsir surat Al-Furqoon dan juga An-Nasa-iy dalam tafsirnya.
"Adapun yang keterangan dalam ayat ini adalah sabda beliau: “Kamu menjadikan bagi Allah tandingan….” maka menjadikan sekutu bagi Allah itu adalah dosa yang paling besar secara mutlak, kemudian pada urutan setelahnya adalah membunuh jiwa secara tidak benar, dan paling kejinya hal itu adalah yang merajalela pada masa Jahiliyah, yakni pembunuhan anak-anak karena takut akan makanan mereka (yakni takut miskin), kemudian pada urutan berikutnya adalah dosa zina yang. Hal itu merupakan dosa besar yang sangat keji, dan zina yang paling besar dan paling keji adalah berzina dengan istri tetangga. Padahal Islam memerintahkan untuk berbuat baik, memuliakan, menjaga hak-hak tetangga, serta menjaga kehormatannya. Urutan dosa-dosa besar ini tidaklah secara mutlak, maka meninggalkan sholat walaupun satu sholat itu merupakan dosa paling besar daripada membunuh jiwa seseorang disisi Allah, serta lebih besar dari zina, dan melakukan riba juga lebih besar daripada zina.
@Allah menantang seluruh manusia jika mereka masih meragukan tentang keotentikan Al-Qur’an maka hendaklah mereka buat satu surat seperti Al-Qur’an 2: 23 & 24

[2.23] Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolong kaliaan selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar

وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَداءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (23)

: شُهَداءَكُم Orang yang bersaksi untuk kalian dan para penolong kalian

[2.24] dan jika kalian tidak dapat membuat (nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat (nya), maka peliharalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir

فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا وَلَن تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24)

النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا :Kayu bakarnya

وَالْحِجَارَةُ :Batu yang dimaksud di sini adalah bebatuan belerang yang berada di dalam neraka Jahannam

: أُعِدَّتْ Disiapkan atau dihadirkan
@kabar gembira tentang surga 2: 25

[2.25] Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقاً قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهاً وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (25)

وَبَشِّرِ :dan berilah kabar gembira

(Terambil dari kata bisyaaroh) Asal dari Al-Bisyaaroh artinya adalah kabar yang menggembirakan yang yang datang terlebih dahulu

الصَّالِحَاتِ : jama’ dari ash-shoolichah yakni amal yang baik

: جَنَّاتٍ Jannaat semakna dengan basaatiin artinya: kebun-kebun

وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهاً :Sebagian satu menyerupai sebagian yang lain dalam kebaikan dan keindahannya bukan dalam kerendahan kualitasnya
أَزْوَاجٌ : مُّطَهَّرَةٌ(Pasangan-pasangan yang suci) pasangan seorang laki-laki adalah isterinya. “Yang Suci” yakni dari kotoran, haid, dan sebagainya

: خَالِدُونَ semakna dengan baaquun artinya: mereka kekal.


@Perumpamaan 2: 26-27

[2.26] Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهَُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيراً وَيَهْدِي بِهِ كَثِيراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الفَاسِقِينَ (26)

: الفَاسِقِينَ (Fasiqiin berasal dari kata al-fisq) Kata Al-Fisq dalam bahasa arab bermakna keluar dari sesuatu, dan orang munafik dinamakan fasik karena mereka keluar dari ketaatan pada Tuhannya.


[2.27] (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi

الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَئِكَ هُمُ الخَاسِرُونَ (27)

: يَنقُضُونَ(artinya: membatalkan)maksudnya di sini: merusak atau menghalalkan.
@Tantangan Allah 2:28

[2.28]Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28)
@Penciptaan 2: 29

[2.29] Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)

اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ :Dikatakan: istawaa bermakna naik.

فَسَوَّاهُنَّ: menciptakan langit dan mengokohkannya
@Para Malaikat mempelajari (mengetahui) baha Allah hendak meletakkan seorang khalifah di muka bumi 2: 30

[2.30] Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ (30)

خَلِيفَةً :Kata kholiifah berwazan fa’iilah dari perkatan: kholafa fulaanun fulaanan fil amri si fulan menggantikan posisi si fulan dalam perkara itu dan lafadz “Kholifah” disini adalah Nabi Adam, dan orang-orang yang mengganti posisinya atau berdiri bersamanya dalam mentaati Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung.

َيَسْفِكُ :Membolehkan dan menumpahkan (darah) tanpa adanya kebenaran (yakni tanpa ada alasan yang dibenarkan dalam syari’at)

: الدِّمَاءَ(darah-darah yang dimaksud di sini adalah darah-darah manusia.

: نُسَبِّحُkami bertasbih yakni kami mengagungkan

setiap zikir kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung itu merupakan tasbih dan sholat. Asal tasbih menurut mereka adalah mensucikan dari penyandaran sifat-sifat yang bukan merupakan sifat-sifat yang layak bagi Allah

: وَنُقَدِّسُ لَكَ Lafadz “At Taqdiis” berarti pengagungan dan penyucian. Sebagian ulama' mengatakan: makna taqdiis adalah sholat.
@Kisah Nabi Adam 2: 31-39

[2.31] Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"

وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى المَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ(31)
الأَسْمَاءَ كُلَّهَا :nama-nama seluruhnya

Nama segala sesuatu seperti unta, kambing, burung gagak, dan apapun yang memiliki nama

أَنْبِئُونِي :sebutkanlah oleh kalian kepadaku

Yakni kabarkanlah atau beritahukanlah padaku


Diriwayatkan dari Abu Musa - semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – berkata: “Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan Nabi Adam dari segenggam tanah yang diambil dari bumi, dan datanglah anak-anak Nabi Adam menurut ketentuan tanah tersebut, diantara mereka ada yang berkulit merah, putih dan hitam serta ada pula yang antara kedua warna tersebut, ada yang mudah atau santun akhlaknya, ada pula yang sulit lagi keras, ada yang jelek dan baik (terpuji dan tercela).”
Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daawuud dalam As-Sunnah, At-Tirmidziy dalam tafsir, Ibnu Chibbaan, Al-Chaakim, dan lain-lain, dan disahihkan serta dihasankan oleh At-Turmudziy.
Hadis ini menjelaskan tentang asal mula manusia, serta perangai dan akhlak yang dimiliki oleh mereka, sesungguhnya hal itu tergantung tanahnya, dan tentang tema ini ada beberapa hadits yang nanti juga akan kami sebutkan terkait dengan Nabi Adam. Adapun firman Allah Yang Maha Luhur:

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً

(kami ciptakan dibumi seorang khalifah) menunjukkan bahwasanya manusia sangatlah membutuhkan khalifah (pengganti) yang “menggantikan” Allah dalam menjalankan syari’at Allah dibumi, baik dalam melaksanakan hukum secara adil, serta melaksanakan semua kepentingan-kepentingan agama dan dunia. Adapunn bab (pembahasan) tentang kekhalifahan (kepemimpinan) itu luas sekali, yang mana bab itu memiliki beberapa hukum dan syarat, dan dalam topik ini ada macam-macam hadits.
Dari Anas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – bahwa Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Orang-orang yang beriman akan dikumpulkan pada hari kiamat berkata: “Andaikan kita bisa meminta syafa’at (pertolongan) pada Allah, agar dia memberi kenyamanan (mengistirahatkan) kita dari tempat kita ini, maka mereka pun mendatangi Nabi Adam dan berkata: “Wahai Nabi Adam, engkau adalah ayah manusia, Allah telah menciptakan kamu dengan kekuasaan-Nya, para malaikat sujud padamu dan Allah juga mengajarimu nama-nama segala sesuatu, maka mintalah syafa’at (pertolongan) untuk kami kepada Tuhanmu hingga kita diistirahatkan (dibebsakan) dari tempat kita ini (yakni machsyar). Dikutip dari sebuah hadits yang panjang.
Diriwayatkan oleh Ahmad, dan Bukhari dalam kitab Tafsir dan dalam bab hal-hal yang melembutkan hati dan dalam bab Tauhid, imam Muslim dalam bab Iman, Nasa’i dalam kitab Al-Kubro, dsb.
Perkataan “kamu ayah manusia” ini merupakan penyangkalan akan perkataan Darwin dan pengikutnya yang mana mereka meyakini bahwa asal manusia adalah dari kera, semoga Allah melaknat mereka dan merendahkan mereka.
Perkataan “Allah mengajarimu nama segala sesuatu” bahwa Allah mengajari nabi Adam semua nama-nama benda, dan lain-lain, dari apa yang akan ada dari macam-macam benda dan dengan semua bahasa-bahasa penduduknya dan hal itu merupakan pemuliaan yang paling besar dari Allah kepada Nabi Adam, dan Allah melimpahkan nikmat-nikmat-Nya dan mengutamakannya dengan hal itu di atas semua para malaikat yang mulia.
Firman Allah Yang Maha Luhur:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ …

Itu merupakan sebuah perkataan yang lugas (jelas) bahwa Allah mengajak bicara para malaikat dengan apa yang telah disebutkan dan mereka menjawabnya dengan yang telah tertera di dalam ayat itu, dan sungguh telah tersesat kaum-kaum modern yang rasionalis (yang mendasarkan pemahamannya hanya berdasarkan akal saja, sehingga mereka sangat mendewa—dewakan akalnya, maka segala yang tidak masuk akal mereka tidak mau menerimanya) maka mereka menyangkal hal itu dan akal mereka yang sempit tidak menerimanya, mereka berkata bahwa itu hanyalah perumpamaan saja, Allah Maha Suci dari perkataan mereka.
Arti dari ayat: Sebutkanlah wahai Utusan-Ku (Muhammad) kepada kaummu ketika Tuhanmu berkata pada para malaikat-Nya: “Aku menciptakan dibumi seorang kholifah yang “menggantikan”-Ku dalam melaksanakan hukum-hukum-Ku di bumi. Maka para malaikat menjawab dengan nada heran dan meminta penjelasan: “Bagaimana engkau menciptakan seorang khalifah dari orang yang akan membuat kerusakan di atas bumi dengan melakukan maksiat, menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah sedangkan kami mensucikan Engkau dari hal-hal yang tidak pantas bagi-Mu dengan memuji-Mu dan mengagungkan perintah-Mu dan mensucikan penyebutan-Mu.”
Allah berkata pada mereka: “Aku lebih mengetahui kebaikan-kebaikan dan hikmah di dalam penciptaan itu yang tidak kalian ketahui.” Dan Allah mengajari nabi Adam nama-nama semuanya hingga piring besar dan kecil, gayung, dan sesuatu yang dijahit. Kemudian Allah menyodorkan hal-hal yang telah diberi nama itu kepada malaikat dan Allah berkata pada para malaikat: “Beritahu Aku nama-nama ciptaan-Ku yang telah kalian lihat?!”
Maka para malaikatpun mengaku bahwa mereka tidak mengetahuinya dan berkata: “Maha Suci Engkau dengan penyucian terhadap-Mu dari segala kekurangan, sedangkan kami tidak mengetahui kecuali apa yang telah Engkau ajarkan pada kami dan Engkau Maha Mengetahui, tidak ada satu pun yang samar bagi-Mu, Maha Bijaksana Engkau, Engkau tidak mengerjakan sesuatu kecuali di dalamnya terdapat Hikmah.
Maka Allah berkata: “Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka tentang nama-nama yang mereka tidak mampu untuk mengetahuinya, dan mereka mengaku dengan kelemahan mereka untuk mencapai derajat itu,” maka Adam pun memberitahu mereka tentang hal-hal tersebut.
Dan di dalam pemberitahuan Allah pada cerita ini menunjukkan akan pemuliaan dan pengagungan Allah terhadap nabi Adam – semoga salam tetap atasnya – di atas para malaikat, dan hal itu karena ilmu yang Allah berikan kepada ruhnya yang suci. tidak ada yang mengetahuinya meskipun malaikat sekalipun. Dalam hal ini juga mengandung pemuliaan untuk semua manusia, oleh karena itu Allah Yang Maha Luhur berfirman:

عَلَّمَ الإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

(Allah mengajari manusia apa-apa yang tidak mereka ketahui). Maka segala puji bagi Allah, dengan suatu pujian yang banyak, baik, penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana Dia suka dan menurut keridhoan-Nya.
[2.32] Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana

قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ العَلِيمُ الحَكِيمُ (32)

: إِنَّكَ أَنْتَ العَلِيمُ Allah mengetahui apa yang tidak mereka ketahui tanpa diajari

: الحَكِيمُ (32)Yang Maha Bijaksana, Yang Memiliki kebijaksanaan


@Allah mengajarkan Adam nama segala sesuatu 2: 33

[2.33]Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (33)

: تُبْدُونَ Mereka menampakkan

: تَكْتُمُونَ Mereka sembunyikan
@Pembangkangan Iblis, ayah dari sekalian jin, dan dosanya yang paling besar yakni kesobongan 2: 34

[2.34] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ (34)

: اسْجُدُوا Berasal dari lafadz “sujud” yang berarti tunduk terhadap yang disembah, dan mengagungkannya

: إِبْلِيسَ Berasal dari kata iblaas yang berarti: yang terputus dari kebaikan, dan juga berarti: penyesalan, dan kesedihan

: أَبَى Tercegah (mencegah dirinya)

: وَاسْتَكْبَرَ Mengikuti wazan istaf’ala terambil dari kata kibr yang artinya: sombong.
Diriwayatkan dari Abu Hurayrah – semoga Allah meridhoinya – berkata: “Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Apabila anak Adam membaca surah As-Sajdah atau ayat sajdah (yakni ayat-ayat yang mengandung perintah atau berita tentang sujud) lalu dia bersujud, maka setan akan menyendiri dan menangis seraya berkata: “Alangkah celakanya aku! anak Adam diperintah untuk sujud dan mereka sujud maka bagi merekalah surga itu, dan aku diperintah untuk sujud tapi aku tidak melaksanakannya maka bagikulah neraka itu. (Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, Muslim dalam bab Iman, Ibn Khuzaimah dan Ibn Majah)
Dalam hadis itu terdapat keutamaan sujud ketika pada bagian ayat Sajdah dibaca. hal itu dapat menyebabkan seseorang masuk surga dan sujud itu dapat membuat setan marah, dan pengakuan iblis bahwa mereka termasuk penghuni neraka karena mereka enggan sujud ketika diperintah oleh Allah untuk sujud bersama para malaikat – semoga salam tetap atas mereka –
Sujud yang diperintahkan ini adalah sujud secara hakiki karena hal itu untuk memuliakan, mengagungkan, menghormati, pemberian salam kepada Nabi Adam AS dan bentuk ketaatan kepada Allah karena hal itu termasuk melaksanakan perintah Allah, dan Allah memerintahkan para hamba-Nya sesuai kehendak-Nya. Pendapat ini dikuatkan oleh Ar-Rooziy dan Ibnu Katsiir namun dilemahkan oleh yang lainnya.
Sedangkan iblis enggan sujud karena sombong dan iri terhadap Nabi Adam AS. Iblis melakukan qiyas (analogi atau perbandingan, yakni “aku lebih baik darinya sebab aku diciptakan dari api sedangkan dia, yakni Adam, dari tanah”) meskipun terdapat nash ilahi yang jelas (yaitu perintah dari Allah untuk sujud kepada Adam). Maka Iblis pun kafir karenanya dan termasuk orang-orang yang merugi dan putus asa. Oleh karena itu ia disebut iblis yang terambil dari kata iblaas yang salah satu artinya adalah keputus-asaan, dan iblis adalah makhluk yang pertama kali bermaksiat pada Allah dengan sengaja dan makhluk yang pertama kali berbuat sombong dan iri, dan juga makhluk yang pertama kali memakai Qiyas sebagai dalil dalam melawan nash (teks Al-Qur’an maupun hadits) dan dalil yang sahih. Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan-perbuatan keji ini. Amin.
[2.35] Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (35)

:رَغَداً Makna roghod adalah kehidupan yang lapang.

هَذِهِ الشَّجَرَةَ : Ada yang mengatakan: itu adalah tangkai padi (yang disebut oleh syetan dengan pohon kekekalan. Nabi Adam lupa bahwa pohon tersebut dilarang untuk dimakan)


Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Telah berhujjah (berdebat) Nabi Adam dan Nabi Musa, maka Nabi Musa berkata pada Nabi Adam: “Wahai Adam, Allah telah menciptakan kamu dengan kekuasaan-Nya, kemudian meniupkan ruh padamu, kemudian Allah berkata, “Jadilah” maka terjadilah kamu, kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud padamu dan berfirman:

اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Artinya: “tinggallah kamu dan istrimu di surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.” (Q.S Al-Baqoroh: 35)

Dan Allah juga melarangmu untuk mendekati satu pohon dan engkau melanggarnya (sehingga menyebabkan kami diturunkan ke dunia).” Maka Nabi Adam menjawab: “Wahai Musa, apakah kamu tidak tahu sesungguhnya Allah telah mentakdirkan hal ini sebelum menciptakan aku?”

Rasulullah SAW berkata: Sungguh Nabi Adam telah mengalahkan Nabi Musa dalam berhujjah, sungguh Nabi Adam telah mengalahkan Nabi Musa dalam berhujjah, sungguh Nabi Adam telah mengalahkan Nabi Musa dalam berhujjah.”
Perkataan nabi Musa: maka kamu bermaksiat, yakni hal itu dikarenakan kealpaan dari nabi Adam, sebagaimana Allah berfirman

فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْماً (طه-115)

Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami perintahkan [yakni perintahnya seperti yang tersebut dalam surah Al-Baqoroh ayat 35 di atas] kepada Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat.

.

Dan perkataan Rasulullah: nabi Adam telah mengalahkan nabi Musa dalam berhujjah, karena nabi Musa telah mencela nabi Adam atas perbuatan yang telah nabi Adam lakukan atas dasar lupa dan juga dikarenakan oleh ketentuan yang telah ditetapkan Allah sebelumnya, dan Allah telah mengampuni nabi Adam dan menjadikan nabi Adam dekat dengan-Nya, barangsiapa dalam keadaan seperti itu juga maka perbuatannya itu tidaklah tercela baginya (sebab dilakukan karena lupa).


Dan dalam hadis tersebut menunjukkan bahwasanya Allah telah menetapkan segala sesuatu, dari kebaikan, kejahatan, ketaatan dan kemaksiatan. Dan didalam ayat yang mulia itu, menunjukkan bahwa surga yang ditempati nabi Adam adalah surga yang dijanjikan, yang mana Allah telah menyiapkan bagi kekasih-kekasih-Nya yang beriman dan ini menurut Ahlusunnah.
[2.36] Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan"

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (36)

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ :

Menggelincirkan, kata azalla berasal dari kata zalla arrojulu fil amri (tergelincir orang itu dalam perkara ini) yakni jika ia melakukan kesalahan dan kekhilafan serta melakukan apa yang seharusnya tidak ia kerjakan. Adapun kata azallahu ghoiruh (orang lain menggelincirkannya) yakni jika orang lain itu merupakan sebab ia tergelincir.

: وَمَتَاعٌ Bekal hidup atau harta benda (kesenangan)

إِلَى حِينٍ (hingga masa yang ditentukan) yakni hingga mati.


Dari Abu Hurairah RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik hari di mana matahari terbit pada hari itu adalah hari Jum’at, karena pada hari itu diciptakan nabi Adam, nabi Adam dimasukkan ke Surga dan pada hari itu pula nabi Adam dikeluarkan dari Surga.”
Firman Allah Yang Maha Luhur:

فَأَزَلَّهُمَا

Yakni setan telah menggelincirkan Nabi Adam dan Hawa, dan bersumpah pada mereka bahwa dia adalah penasehat bagi mereka sebagaimana dalam surah Al A’rof dan firman Allah Yang Maha Luhur:

فَأَخْرَجَهُمَا..…

Yakni hal tersebut adalah penyebab terusirnya Adam dan Hawa dari Surga dan dari kehidupan yang menyenangkan, maka Allah berfirman: “Turunlah ke bumi karena di tempat itulah hidup dan mati kalian, sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al A’rof:

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ (25)

Artinya: “Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.” (Q.S Al-A’roof: 25)

Dan Allah juga berfirman dalam surat Thoo Haa:

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى (55)

Artinya: “Dari bumi (tanah) Itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,” (Q.S Thoohaa: 55)


Hadis itu menunjukkan bahwa Nabi Adam dikeluarkan dari surga pada hari jum’at sama seperti Allah menciptakannya pada hari itu, dan begitu pula hari itu merupakan akhir dari kehidupan ini, maka awal dan akhir penciptaan manusia terjadi pada hari Jum’at, sebagaimana pada hari itu juga akan terjadi tiupan yang mengagetkan dan membuat pingsan, kemudian juga terjadinya Hari Kiamat yang menunjukkan bahwa hari itu (yakni hari jum’at) memiliki kemuliaan.
[2.37]Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang

فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (37)

: فَتَلَقَّى Mengambil dan menerima. Terambil dari kata talaqqo ar-rojula (ia menyambut laki-laki itu) yakni jika ia menyambut atau menjemputnya ketika lelaki itu tiba dari bepergian.

فَتَابَ


Terambil dari kata at-tawbah yang maknanya: kembali berbuat (kembali kepada) ketaatan.

[2.38] Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati"

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعاً فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ (38)
@Penghuni Neraka 2: 39

[2.39] Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya

وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (39)
@Perjanjian dengan Bani Israil 2: 40 – 41

[2.40] Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ (40)

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ

Yakni nabi Ya’kub AS. Beliau dipanggil “Isra’il” ; Julukan yang memiliki arti hamba Allah

وَأَوْفُوا بِعَهْدِي :Yakni Perjanjian mereka pada Allah yaitu untuk mengikuti agama Islam

أُوفِ بِعَهْدِكُمْ :Allah meridhai mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga

وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ : Maka hendaknya kalian takut.


Dari Ibn Abbas RA berkata: “Sekelompok orang Yahudi datang kepada Nabi dan Nabi berkata pada mereka, “Apakah kalian tahu bahwa yang dimaksud dengan Israil adalah Nabi Ya’kub?” Orang Yahudi menjawab, “Ya” maka Nabi berkata, “Maka saksikanlah (bahwa kalian pun tahu bahwa Israil yang dimaksud adalah Ya’kub).”
Hadis itu menunjukkan bahwa yang dimaksud lafadz Israil adalah nabi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim AS. Tidak ada perbedaan pendapat di antara semua kalangan umat yang menisbatkan (membangsakan diri) pada syari’at Tuhan mengenai hal itu., bahwa Anak-anak Israil adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani (yang asli) serta anak cucu mereka.
[2.41] Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa

وَآمِنُوا بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَناًّ قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ (41)


@Syarat-syarat 2: 42 – 46

[2.42] Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui

وَلاَ تَلْبِسُوا الحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (42)

وَلاَ تَلْبِسُوا الحَقَّ بِالْبَاطِلِ

Kata talbisu terambil dari kata al-labs
[2.43] Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang ruku’

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (43)

وَآتُوا :Tunaikanlah (laksanakanlah) dan berikanlah

الزَّكَاةَ :Berkembangnya harta dan berbuah

وَارْكَعُوا :Tunduklah kalian
[2.44] Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (44)

: بِالْبِرِّ Dengan kebaikan dan perbuatan yang sholeh

تَتْلُونَ :Mereka mempelajari dan membaca

الكِتَابَ :Yang dimaksud disini adalah kitab Taurat

تَعْقِلُونَ :Kalian memahami


Dari Anas RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Ketika Allah mengisra’kanku (memperjalankan aku di malam hari), aku melewati suatu kaum yang menggunting (memotong) bibir-bibir mereka dengan gunting yang terbuat dari neraka, Rasul berkata: “Aku bertanya: “Siapakah mereka? Mereka menjawab: “Mereka adalah ahli pidato dari umatmu yang termasuk ahli dunia (hanya mengejar ketenaran dan harta), mereka menyuruh manusia untuk berbuat kebaikan tapi mereka melupakan diri mereka sendiri, padahal mereka membaca Al Qur’an, apakah mereka tidak berpikir?”
Dan diriwayatkan dari Usamah bin Yazid RA berkata: “Aku mendengar Rasulullah bersabda: Pada Hari Kiamat ada seorang laki-laki yang dilemparkan ke dalam neraka hingga ususnya terurai, kemudian ia diseret berkeliling dengan ususnya seperti keledai yang berkeliling di sebuah penggilingan. Ia diseret untuk berkeliling ke seluruh penghuni neraka. Mereka (para penghuni neraka) berkata: “Wahai fulan, apa yang telah menimpamu? Bukankah kamu yang dahulu telah menyuruh kita berbuat kebaikan dan melarang kita dari kemungkaran? Maka dia (orang itu) menjawab: “Aku dahulu menyuruh kalian agar berbuat baik tapi aku tidak melakukannya, dan aku melarang kalian dari kemungkaran tapi aku malah mendatanginya”.
Kandungan dua hadis dia atas sama dengan kandungan ayat Al Qur’an, di dalamnya terdapat ancaman yang menakutkan dan teguran bagi orang yang memerintahkan manusia untuk berbuat kebaktian dan kebajikan serta melarang mereka dari berbuat keji dan mungkar, akan tetapi mereka melupakan diri mereka dan melanggar apa yang telah dia katakan pada mereka dengan mendatangi kemungkaran dan meninggalkan kebaikan sebagaimana yang telah terjadi pada para ahli ilmu di zaman sekarang ini.
Semoga Allah melindungi kita dari menjadikan ilmu sebagai bencana bagi kita, dan jika balasan ini bagi orang yang telah mengatakan kebenaran tapi dia tidak mengamalkan apa yang dikatakannya, maka bagaimana keadaan orang yang memutarbalikkan fakta dengan memerintahkan manusia untuk berbuat kemungkaran dan melarang mereka untuk berbuat baik seperti kebanyakan setan-setan yang berwujud orang alim yang mana mereka ditipu oleh kehidupan dunia dan diuji dengan mengikuti hawa nafsunya? Sesungguhnya perkara mereka itu – demi Allah – adalah amat keras (dalam siksanya) dan amat besar (dosanya).
@Sabar dan Sholat 2: 45 – 46

[2.45] Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الخَاشِعِينَ (45)

: لَكَبِيرَةٌ Sungguh berat


[2.46] (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (46)

يَظُنُّونَ :Dhon makna aslinya “dugaan” namun di sini maknanya adalah yakin.ia termasuk satu kata yang memiliki makna berlawanan.

@Peringatan Terhadap Bani Israil 2: 47 – 48

[2.47] Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى العَالَمِينَ (47)


[2.48] Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong

وَاتَّقُوا يَوْماً لاَّ تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئاً وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ (48)

: تَجْزِي Terambil dari kata al-jazaa’ yang maknanya: membalas dan mengganti

: شَفَاعَةٌ permintaan

عَدْلٌ :tebusan
@Bani Israil dan Fir’aun 2: 49 – 50

[2.49] Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu

وَإِذْ نَجَّيْنَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ العَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُم بَلاَءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ (49)

: يَسُومُونَكُمْ menggiring kalian dan merasakan kepada kalian

: أَبْنَاءَكُمْ Anak laki-laki kalian

: وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ Membiarkan anak perempuan kalian tetap hidup

: بَلاَءٌ Ujian dan cobaan, digunakan untuk menyatakan “kebaikan” dan “kejelekan”
[2.50] Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ البَحْرَ فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنظُرُونَ (50)

فَرَقْنَا بِكُمُ البَحْرَ

Kami membelah laut menjadi dua belas jalan untuk dua belas anak cucu (Ya’qub)

@Kekafiran Bani Israel dan Penyembahan mereka terhadap patung anak sapi 2: 51 – 54

[2.51] Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang lalim

وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ العِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (51)

وَاعَدْنَا

Kata waa’adnaa dengan wa’adnaa maknanya sama (yakni: berjanji)

مُوسَى


Semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam – adalah dua kata dalam bahasa qibthiy (koptik / Mesir)yang berarti air dan pohon, maka kata “mu” (dalam bahasa Mesir) berarti: “air”, sedangkan “sa” berarti “pohon” (atau kayu) [yakni menurut riwayat nabi Musa diberi nama Musa karena ia ditemukan oleh isteri fir’aun di sungai nil, antara air (sungai nil) dan kayu (kotak) tempat nabi musa dihanyutkan di sungai oleh ibu kandungnya karena takut diketahui oleh fir’aun yang ketika itu menerapkan pembunuhan terhadap semua bayi laki-laki dari bani Israil]
[2.52] Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur

ثُمَّ عَفَوْنَا عَنكُم مِّنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (52)


[2.53] Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk

وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (53)


[2.54] Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertobatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُم بِاتِّخَاذِكُمُ العِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُواْ أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (54)

: بَارِئِكُمْ Pencipta kalian, berasal dari kata baro-a yabru-u, maka ciptaan makhluk disebut bariyyah.
@Bani Israil di serang oleh petir karena kekafiran mereka 2: 55 – 56

[2.55] Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55)
جَهْرَةً :Terang-terangan
[2.56] Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur

ثُمَّ بَعَثْنَاكُم مِّنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (56)

بَعَثْنَاكُم

(kami bangkitkan kalian) yakni kami hidupkan kalian. Terambil dari kata al-ba’ts yakni membongkar sesuatu dari tempatnya.


@Kasih sayang Allah terhadap Bani Israil dan Allah mengirimkan kepada mereka Manna (sejenis madu) dan Salwa (semacam burung puyuh) 2: 57

[2.57] Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ المَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِن كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (57)

وَظَلَّلْنَا :Menaungi. Terambil dari kata azh-zhill yaitu sesuatu yang terjadi di bawah suatu benda yang terkena matahari (yakni bayangan)


الغَمَامَ : Mendung. yakni sesuatu yang menghalangi langit dan yang menyelimutinya serta menutupi wajahnya dari orang-orang yang melihatnya, baik itu awan atau yang semacamnya.

: المَنَّ Makanan yang turun pada mereka (bani isaril) sebagian mengatakan: minuman.

: وَالسَّلْوَى Jenis burung (semacam burung puyuh)
Diriwayatkan dari Sa’iid bin Zaid RA dari Nabi SAW. beliau bersabda: “Al-Kama-ah berasal dari manna (semacam madu) yang Allah turunkan untuk Bani Israil, dan airnya sebagai penyembuh untuk penyakit yang berasal dari ‘ain (mata yang tajam).”

[Al-Kama-ah, nama latinnya Terfeziaceae atau dalam bahasa inggris Truffle, itu satu jenis tanaman gurun musiman yang hanya tumbuh dengan sendirinya setelah hujan turun di gurun, dan hanya tumbuh di padang gurun, dan tumbuh di dekat tanaman gurun yang lain, cara tumbuh dan bentuknya hampir menyerupai kentang, besarnya beraneka-ragam, terkadang kecil seperti peluru dan terkadang besar biasanya sebesar jeruk, beratnya antara 30 hingga 300 gram.

Sedangkan yang dimaksud penyakit ‘ain adalah penyakit yang ditimbulkan karena pandangan tajam dari seseorang yang memiliki mata yang tajam. Dan ini nyata, sesuai dengan sabda Rasul bahwa ‘ain adalah benar. Yakni ada orang-orang tertentu yang terlahir memang memiliki pandangan mata yang tajam, yakni jika mereka memandang sesuatu atau seseorang kemudian ia mengaguminya maka barang yang dipandanginya itu akan rusak, atau orang yang dipandanginya itu akan sakit. Walloohu a’lam]
Al-Kama-ah adalah tanaman yang keluar dan tumbuh dengan sendirinya. Adapun maksud dari “ia berasal dari manna” adalah bahwa ia mirip dengan manna yang Allah turunkan kepada bani Israil ketika di gurun, persamaannya adalah yang mana kama-ah tumbuh dengan sendirinya tanpa ditanam dan dibudi-dayakan sebagaimana manna datang kepada bani israil dari langit tanpa usaha dan susah payah. Adapaun sabda beliau “airnya dapat menyembuhkan penyakit ‘ain” ini adalah sesuatu yang perlu diketahui tentang caranya, sedangkan dalam hadits tersebut tidak ada sedikitpun penjelasan tentang hal ini. Sedangkan Nabi telah bersabda: “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.”
@Bani Israil bermain-main dengan firman Allah 2: 58 – 59

[2.58] Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitulmakdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik"

وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ القَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَداً وَادْخُلُوا البَابَ سُجَّداً وَقُولُوا حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ المُحْسِنِينَ (58)

: القَرْيَةَ (desa) yang dimaksud adalah Baitul Maqdis

وَقُولُوا حِطَّةٌ :h}iththotun mengikuti wazan fi’latun, terambil dari kata h}aththo-yah}uththu, maksudnya: h}aththolloohu h}otooyaaka (semoga Allah menghapus semua dosa-dosamu). Sebagina mengatakan yang dimaksud kalimat h}iththoh (yang dapat menggugurkan dosa) adalah laa ilaaha illallooh.

: نَّغْفِرْ Kami tutup. Asal makan kata ghofr adalah menutup.

خَطَايَاكُمْ :Dosa-dosa

Kata khothooyaa adalah bentuk jama’ dari khothii'ah, seperti mathooyaa dan chasyaayaa keduanya bentuk jama’ dari kata: mathiyyah dan chasyiyyah. Jika dikatakan: khothi-a arrojulu maknanya adalah ia telah menyimpang dari jalan kebenaran.


Dari Abu Hurairah RA dari NabiSAW. beliau bersabda: “dikatakan kepada bani Israil, masuklah Baitul Maqdis dalam keadaan menunduk dan katakanlah chiththoh (artinya: hapuskanlah dosa kami ya Allah), maka mereka masuk sambil merangkak di atas pantat mereka dan mengganti kalimat yang diperintahkan dengan h}inthoh yang artinya satu biji gandum.
Ketika Yusya’ bin Nun menaklukkan Baitul Maqdis, dia diperintah oleh Allah – Yang Maha Mulia dan Maha Agung – untuk memerintah bani Israil memasuki tanah Haram (tanah yang dimuliakan yakni yerussalem, palestina) dengan cara tunduk dan tawadhu’ (rendah hati), membungkuk karena berterimakasih kepada Allah Yang Maha Luhur atas apa yang telah Allah berikan berupa kemenangan dan pertolongan atas musuh mereka, dan meminta pada Allah untuk menghapus dosa mereka, namun mereka mengganti apa yang telah diperintahkan sebagai bentuk pembangkangan dan ejekan mereka pada perintah Allah, maka Allah menyegerakan siksaan bagi mereka. Dan termasuk yang mereka ganti adalah kata chiththoh, mereka mengucapkan sebagai gantinya dalam bahasa mereka: hiththo samqoo dalam bahasa arab artinya: gendum yang merah lagi keras yang di dalamnya terdapat biji berwarna hitam.
[2.59] Lalu orang-orang yang lalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang lalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik

فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلاً غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزاً مِّنَالسَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (59)

: رِجْزاً azab
Dari Usamah, Sa’ad dan Khuzaimah bin Tsabit RA, mereka berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya penyakit Tho’un (wabah penyakit menular yang mematikan atau banyak memakan korban) yang mewabah merupakan teguran dan sisa azab. Allah tidak pernah mengazab suatu kaum dengan penyakit tersebut. Maka apabila di suatu negeri terjangkit penyakit itu sedangkan kaalian berada disana, maka kalian jangan keluar dari negeri itu untuk menghindar, dan apabila terjadi penyakit tersebut pada suatu negeri yang kalian tidak berada disana maka kalian jangan memasuki negeri tersebut.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dalam bab salam, sedangkan dalam riwayat Muslim yang lain dari Usamah: “Sesungguhnya penyakit (tho’uun) ini adalah azab. Sebagian ummat sebelum kalian disiksa dengannya dan setelah itu masih tersisa di bumi ini.” Sedangkan riwayat dari Sa’d bin Abi Waqqoosh seperti itu pula menurut Muslim. Adapun dalam riwayat lain yang juga dari Usamah: “Tho’uun adalah keburukan atau azab yang diutus kepada bani Israil atau atas ummat yang sebelum kalian….”
Tho’uun adalah setiap penyakit yang merata sebagai wabah yang menimpa hampir seluruh orang dalam suatu wilayah tertentu. Dan yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah serangan dari bangsa jin sebagaimana hadits: “Tho’un adalah sengatan (atau serangan) dari musuh-musuh kalian dari bangsa jin”.
Maksudnya adalah bahwa penyakit ini merupakan sisa siksaan yang Allah berikan pada bani Israil, ketika mereka membangkang perintah Allah dengan mengganti perkataan yang bukan diperintahkan pada mereka. Hadis itu menerangkan tentang azab yang telah disebutkan dalam ayat di atas.
@Nabi Musa dan Mu’jizat berupa dua belas mata air 2: 60

[2.60] Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan

وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِب بِّعَصَاكَ الحَجَرَ فَانفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْناً قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِن رِّزْقِ اللَّهِ وَلاَ تَعْثَوْا فِي الأَرْضِ مُفْسِدِينَ (60)
اسْتَسْقَى مُوسَى :Nabi Musa meminta air (hujan) untuk kaumnya
قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ :Setiap orang diri mereka. Kata unaasun adalah kata jama’ yang tidak ada bentuk tunggalnya

:مَّشْرَبَهُمْ (tempat minum mereka)dari batu tersebut yang mana terpancar air darinya

: تَعْثَوْا Melampaui batas. Asal maknanya kerusakan yang sangat.
@Bani Israil menjadi tidak bersyukur (kufur) kepada Allah 2: 61

[2.61] Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نَّصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بَالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْراً فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (61)
فُومِهَا

Roti dan gandum. Sebagian lagi mengatakan: artinya adalah bawang putih (tsuum) karena makhroj (tempat keluarnya huruf)faa’ dan tsaa’ saling berdekatan, seperti kata maghoofiir dan maghootsiir untuk menunjuk kepada sesuatu yang menyerupai madu yang turun dari langit ke pada pohon-pohon.

أَتَسْتَبْدِلُونَ

Mereka mengganti. Terambil dari kata istibdaal yang bermakna meninggalkan sesuatu untuk menuju kepada yang lain untuk menggantikan sesuatu yang telah ditinggalkannya itu.

أَدْنَى

Yang lebih rendah dan hina. Disebut rojulun daniyy (lelaki yang hina) jika ia selalu menelusuri perkara yang rendah.



مِصْراً

Salah satu kota dari kota-kota. Sebagian mengatakan maksudnya di sini adalah Mesir, negeri fir’aun.

: الذِّلَّةُ Wazannya fi’lah, dari kata dzalla-yadzillu

: وَالْمَسْكَنَةُKesusahan dan kekhusyu’an (ketenangan)

: وَبَاءُوا Mereka pulang dan kembali. Dan kata baa-uu ini tidak digunakan keecuali bersambung dengan kebaikan atau keburukan.

: يَعْتَدُونَ Mereka melampaui batasan Allah. Setiap orang yang melampaui batas sesuatu menuju (menerobos) kepada yang lain, maka ia telah melampaui batas.


Dari Ibn Mas’ud RA bahwa Rasulullah bersabda: “di antara yang paling pedih siksaan pada Hari Kiamat adalah seseorang yang dibunuh oleh nabi atau yang membunuh nabi, pemimpin yang sesat (baik ulama yang menyesatkan atau pemimpin yang zalim) dan pemahat atau pelukis (yakni yaang melukis segala yang bernyawa: manusia atau hewan).

Dalil yang sejalan dengan ayat di atas adalah terletak pada kalimat berbunyi: “seseorang yang membunuh nabi”, sebab barangsiapa membunuh nabi, dia adalah orang yang akan paling keras, paling besar, dan paling pedih azabnya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi kepada nabi-nabi mereka AS oleh karena itu Allah memberi mereka kehinaan dan kemiskinan serta ejekan yang merendahkan mereka selama-lamanya dan mereka kembali (ketika mati) dengan mendapat murka Allah.


[2.62] Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ (62)


: هَادُوا Mereka orang-orang Yahudi. Kata haaduu bermakna sama dengan taabuu yang berarti mereka bertaubat.

وَالنَّصَارَى

Bentuk jama’ dari naashroon, seperti kata sakroon jama’nya adalah sakroo. Mereka dinamai sesuai dengan tanah (negeri) tempat mereka tinggal yaitu naashiroh (atau nazaret, tempat kelahiran Nabi Isa Al-Masih bin Maryam)

وَالصَّابِئِينَ

Orang-orang yang keluar dari agama mereka yang mereka peluk sebelumnya kepada agama lain. Ini adalah asal kata atau maknanya dalam perkataan orang arab. Adapula yang mengatakan: mereka itu adalah kaum yang tidak termasuk majusi (penyembah api), tidak pula yahudi dan tidak pula nasrani.
@Pengangkatan gunung ke atas Bani Israil (untuk perjanjian mereka) 2: 63 – 64

[2.63] Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa"

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (63)

مِيثَاقَكُمْ :Perjanjian. Berasal dari kata watsiiqoh yakni ikatan baik itu ikatan perjanjian atau sumpah setia.

:الطُّورَ

Gunung yang mana di situ merupakan tempat nabi Musa – semoga salam tetaap atasnya - bermunajat (berdoa) pada Allah. Kata thuur sendiri dalam bahasa arab dapat berarti gunung. Sebagian mengatakan: bahwa thuur adalah untuk menyebut gunung yang menumbuhkan tanaman, dan bukan yang tidak menumbuhkan (tandus).

: بِقُوَّةٍ Dengan giat dan ta’at
[2.64] Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi

ثُمَّ تَوَلَّيْتُم مِّنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنتُم مِّنَ الخَاسِرِينَ (64)

تَوَلَّيْتُم :Kalian berpaling

@Orang-orang kafir dari bani Israil melanggar kesucian harai sabtu 2: 65 - 66

[2.65] Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina"

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (65)

السَّبْتِ :Kata sabt asal artinya adalah ketenangan dan kesunyian.
خَاسِئِينَ :Yang hina. (Kata khosi-iin itu jama’ dari khoosi’ dan) khoosi’ berarti yang dijauhkan dan diusir.
[2.66] Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa

فَجَعَلْنَاهَا نَكَالاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ (66)

: نَكَالاً Siksaan atau hukuman

لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا (bagi yang ada di masa itu) Karena dosa yang telah mereka perbuat

: وَمَا خَلْفَهَاBagi orang-orang yang sepertinya dimasa yang akan datang

: وَمَوْعِظَةً peringatan


Yüklə 2,05 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   16




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin