Pelipat gandaan pinjaman untuk Allah 2: 245
[2.245] Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
مَن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافاً كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (245)
@Bani Israil mengingkari perkataan mereka sendiri dan menolak untuk berjihad di jalan Allah 2: 246
[2.246] Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang lalim
أَلَمْ تَرَ إِلَى المَلأِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكاً نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ القِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ القِتَالُ تَوَلَّوْا إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بَالظَّالِمِينَ (246)
@Bani Israil iri hati terhadap diangkatnya Tholuut menjadi raja 2: 247
[2.247] Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكاً قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ المُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ المَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي العِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (247)
[2.248] Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ المَلائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ (248)
[2.249] Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلاَّ مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لاَ طَاقَةَ لَنَا اليَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاقُوا اللَّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (249)
Diriwayatkan dari Al-Baroo’ bin ‘Aazib – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Kami para sahabat Nabi Muhammad – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – kami berbincang-bincang bahwa peserta perang Badr sama jumlahnya dengan tentara Thooluut yang melewati sungai bersamanya, dan tidak melewati sungai bersamanya kecuali mereka yang beriman, yaitu berjumlah tiga ratus belasan orang (antara 13 hingga 19).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Al-Bukhooriy dalam bab peperangan, dan Ibnu Jariir dan selain mereka.
Ayat yang mulia itu datang untuk menerangkan tentang kisahThooluut ketika hendak berperang dengan Jaaluut, dan Allah memilih tentara dari Bani israil dengan cara menguji mereka dengan sebuah sungai, sedang mereka telah dilanda kehausan. Barangsiapa yang meminumnya maka orang itu berlepas diri darinya dan barangsiapa yang tidak minum maka ia berarti orang yang setia kepadanya dan murni atau ikhlas kepada Allah Yang Maha Luhur. Maka Thooluut dan tiga ratus belasan orang itu melewati sungai, yaitu mereka yang tidak minum (dari sungai itu) kecuali seciduk dengan tangannya. Lalu ketika mereka melihat tentara Jaaluut yang gesit mereka berkata: “Kita tidak memiliki cukup kekuatan hari ini untuk melawan mereka.” Maka orang-orang yang memiliki keyakinan teguh di antara para ulama dan orang-orang yang mulia lagi salih dari mereka menenangkan mereka bahwa kemenangan bukan semata karena banyaknya jumlah dan bilangan. Maka banyak pula terjadi kelompok yang sedikit mendapat kemenangan dari kelompok atau tentara yang sangat banyak jumlahnya dengan kehendak, pertollongan dan izin dari Allah, dan hanyasaja kemenangan itu dari sisi Allah yang mana Dia memenangkan siapa yang Dia kehendaki. Oleh karena itu ketika para pasukan sudah pada barisannya dan sudah saling menyerang, Nabi Allah Daawuud – semoga salam tetap aatsnya – membunuh ketua para orang-orang zalim itu yaitu Jaaluut, maka kalahlah tentaranya dan menanglah kaum muslimin. Dan kisahnya telah terbentangkan pada Al-Qur’an dan tafsir-tafsirnya. Tujuannya adalah bahwa Allah Yang Maha Luhur sebagaimana Dia memuliakan Thooluut dan tentaranya dengan kemenangan bersama dengan sedikitnya jumlah, dan mereka jauh lebih sedikit dari musuh mereka, begitu pula Allah memuliakan Nabi-Nya yaitu kekasih kita Muhammad – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan para sahabat beliau lalu Allah menguatkan (memenangkan) mereka atas orang-orang kafir Quraisy di Badr meskipun tentara musuh banyak dan para sahabat – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoi mereka – dan Allah menjadikan mereka seperti jumlah orang-orang yang berperang bersama Thooluut. Maka keperkasaan hanya milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mu’min.
@Dawud dan Jalut 2: 250 – 251
[2.250] Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir"
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْراً وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى القَوْمِ الكَافِرِينَ (250)
[2.251] Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam
فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ المُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى العَالَمِينَ (251)
@Derajat para nabi dan para rasul 2: 252
[2.252] Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus
تَلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ المُرْسَلِينَ (252)
[2.253] Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ البَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ القُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِم مِّنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ البَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُم مَّنْ آمَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ (253)
@Sedekah 2: 254
[2.254] Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang lalim
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لاَّ بَيْعٌ فِيهِ وَلاَ خُلَّةٌ وَلاَ شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (254)
@Keagungan Allah, ayat teragung dalam Al-Qur’an (ayat kursi) 2: 255
[2.255] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيمُ (255)
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – menyerahlan kepada saya untuk menjaga zakat Romadhon, lalu datanglah kepadaku seseorang yang mengambil daripada makanan maka aku pun memegangnya dan aku berkata kepadanya: “Aku pasti akan mengangkat persoalanmu ini kepada Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – orang itu berkata: “Sesungguhnya aku seorang yang memerlukan (bantuan) dan aku memiliki keluarga, selain itu aku sangat memerlukannya.” Maka aku pun melepaskannya. Lalu ketika esok paginya Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Wahai Abu Huroiroh, apa yang diperbuat oleh tawananmu semalam?” Abu Huroiroh berkata: “Aku berkata: “Ya Rasululloh, ia mengeluhkan keperluannya yang sangat dan keluarga, maka aku kasihan kepadanya lalu aku melepaskannya.” Beliau bersabda: “Adapun dia maka ia telah bohong, dan dia akan kembali.” Maka aku pun yakin ia akan kembali karena sabda Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – yaitu: “Sesungguhnya dia akan kembali.” Maka aku mengawasinya dan ia pun mengambil makanan lagi, lalu aku berkata: “Aku pasti akan melaporkan masalah ini kepada Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau.” Maka terjadi kejadian seperti itu selama tiga malam, lalu berkatalah Abu Huroiroh: “Ini adalah akhir daripada tiga kali yang mana engkau yakin bahwa engkau tidak akan kembali lalu engkau kembali.” Orang itu berkata: “Biarkanlah aku mengajarkanmu beberapa kalimat yang mana Allah akan membveri manfaat kepadamu dengan berkatnya.” Aku berkata: “Apa itu?” Ia berkata: “Jika engkau telah berlindung pada tempat tidurmu maka bacalah ayat Kursiy, yaitu: Alloohu laailaaha illaa huwal chayyul qoyyuum hingga akhir ayat itu, maka engkau senantiasa akan di jaga dari sisi Allah dan tidak ada satu setan pun yang akan mendekatimu sehingga esok pagi.” Lalu aku pun melepaskannya dan ketika esok pagi Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Apa yang dieprbuat oleh tawanamu tadi malam?” Aku berkata: “Ya Rasululloh ia menduga bahwa ia telah mengajarkanku beberapa kalimat yang mana dengannya Allah akan memberi manfaat kepadaku maka aku melepaskannya.” Beliau bersabda: “Apa itu?” Aku berkata: “Dia berkata kepadaku: “Ketika engkau telah pergi ke pembaringanmu maka bacalah ayat kursi dari awalnya hingga akhir ayat, yaitu: “Alloohu laa ilaaha illaa huwal chayyul qoyyuum….” Maka ia berkata kepadaku: senantiasa engkau berada dalam penjagaan Allah dan satu setan pun tidak aka nada yang dekat kepadamu hingga esok pagi.” Maka beliau – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Adapun dia telah berkata jujur kepadamu meskipun ia pendusta (pembohong). Engkau tahu siapakah yang bebrbicara kepadamu sejak tiga malam yang lalu wahai Abu Huroiroh?” Abu Huroiroh berkata: “Tidak.” Beliau menjawab: “Itu setan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy dalam bab perwakilan, dalam bab permulaan penciptaan, dan pada bab keutamaan Al-Qur’an, dan diriwayatkan pula oleh An-Nasaa-iy secara bersambung (rantai sanadnya), dan hadits yang senada juga diriwayatkan dari Abu Ayyuub dan selainnya.
Dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa membaca ayat ini merupakan penjagaan dari setan dan bahwasanya ayat ini memiliki malaikat yang ditugaskan dari sisi Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung untuk menjaga orang yang membacanya. Dan di situ terdapat dalil bolehnya atau mungkinnya seseorang melihat Jin. Adapun yang tersebut dalam surat Al-A’roof bahwasanya tidak mungkin melihatnya, maka ditafsirkan dalam makna melihatnya dalam wujudnya yang asli (sedangkan yang sering dilihat orang adalah wujud jelmaannya) maka di sini tidak terdapat pertentangan sebab Al-Qur’an tidak mungkin bertentangan dengan kenyataan selamanya.
Diriwayatkan dari Asmaa’ binti Yaziid – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Aku mendengar Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda tentang dua ayat ini:
اَللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ...... (البقرة: 255)
ألم. اَللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوّمُ (آل عمران: 1 – 2)
Bahwasanya pada kedua ayat itu terdapat ismullooh Al-‘Azhom (nama Allah yang teragung).
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daawuud, At-Turmudziy dalam bab doa-doa, dan dihasankan serta disahihkan oleh At-Turmudziy, lafazhnya riwayat Ahmad, dan kedua orang yang terakhir (Abu Daawuud dan At-Turmudziy) sebagai ganti ayat kursi adalah:
وَإِلَهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ (البقرة: 163)
Pada ayat tersebut terdapat Ismullooh Al-A’zhom yang mana jika seorang berdoa dengannya maka ia akan diijabah doanya dan ia meminta dengannya maka ia akan diberi, yaitu ayat-ayat yang disebut di atas yaitu ayat Kursiy dan awal surat Aalu ‘Imroon dan satu ayat yang lain, yaitu:
وَإِلَهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ (البقرة: 163)
dan telah datang hadits-hadits yang menentukan Ismullooh Al-A’zhom ini dan yang paling banyak dan paling sahih dalam kitab Zaadul Muttaqiin. Dan lihatlah keterangan yang akan datang tentang keterangan awal surat Aalu ‘Imroon.
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ariy – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – berdiri di antara kami dengan (mengucapkan) empat kalimat: “Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak mungkin ia tidur, ia merendahkan neraca dan mengangkatnya, dianhgkat kepadanya amal siang hari sebelum amal malam hari, dan amal malam sebelum amal siang hijabnya berupa cahaya atau api, seandainya disingkap maka cahaya ‘wajah’-Nya akan membakar segala yang dipandang oleh penglihatan-Nya (yakni segala sesuatu).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dalam bab Iman, Ibnu Maajah, Ibnu Chibbaan dalam sahihnya, Abu Ya’laa dan Al-Baghowiy dalam Syarchus Sunnah, dan yang selain mereka.
Adapun hadits di atas termasuk hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah, yang mana kita wajaib mengimaninya dan mensucikan Allah dari segala yang dapat memberi pengertian penyerupaan dengan makhluk-Nya. Maka yang wajib adalah membeirkannya menurut aslinya tanpa penjelasan bagaimana dan bagaimana atau ta’thiil (mengosongkan atau mengingkari sifat tersebut), atau penyerupaan. Adapun mazhab orang-orang dalam hadits ini berbeda-beda, maka tidak perlu sibuk dengan hal tersebut. Dan maksud daraipada mengetengahkan hadits ini adalah sabda beliau: “Sesungguhnya Allah tidak tidur,……” maka itu sesuai dengan ayat yang mulia: “…..Dia tidak tersentuh oleh rasa kantuk dan tidak pula tidur.....”
Faedah: ayat ini mengandung sepuluh kalimat, yang mana setiap kalimatnya berdiri sendiri dengan makna khusus, yaitu sebagai berikut:
Pertama: bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia
Kedua: bahwasanya ia Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri
Ketiga: bahwasanya Dia tidak tersentuh oleh rasa kantuk dan tidak pula tidur
Keempat: bahwasanya hanya milik-Nya lah segala yang ada di tujuh lapis langit dan bumi
Kelima: bahwasanya tidak ada yang dapat memberi syafa’at dengan izin-Nya
Keenam: bahwasanya ilmu-Nya meliputi segala yang ada
Ketujuh: bahwasanya tidak seorang pun mengetahui dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki
Kedelapan: bahwasanya Kursiy-Nya meliputi tujuh lapis langit dan bumi
Kesembilan: bahwasanya Dia Yang Maha Luhur tidak memberatkannya dan tidak memayahkannya menjaga tujuh lapis langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya dan apa yang ada di antara keduanya.
Kesepuluh: bahwasanya Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Agung
Dan untuk mengetahui tentang rahasia-rahasia ayat ini dan keagungannya dan tauhid yang terkandung di dalamnya maka harus merujuk ke kitab-kitab tafsir yang besar.
@Tali yang tidak dapat terputuskan 2: 256 – 257
[2.256] Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الوُثْقَى لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (256)
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Dahulu ada seorang wanita dari Anshoor ia tidak memiliki anak, dan ia berjanji kepada dirinya jika ia memiliki anak maka ia akan menjadikannya Yahudi, ketika orang-orang Anshoor masuk Islam, mereka berkata: “Bagaimana yang harus kita perbuat terhadap anak-anak kita?” lalu turunlah ayat ini.” Dalam riwayat lain: “Ketika (Yahudi) bani Nadhiir di usir (dari Madinah) sedangkan di antara mereka ada anak-anak orang Anshoor, mereka berkata: “Kami tidak akan membiarkan anak-anak kami.” Lalu Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung menurunkan:
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الغَيِّ
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daawuud dalam bab Jihad, An-Nasaa-iy dalam kitab Al-Kubroo, Ibnu Chibbaan dalam Al-Mawaarid, dan Al-Bayhaqiy dalam Al-Kubroo den gan sanad yang sahih.
Sebagian besar dari para ahli tafsir berpendapat bahwa ayat yang mulia tersebut dinasakh, dan bahwasanya itu sebelum turun perintah untuk memerangi orang-orang kafir secara menyeluruh, dengan dali firman Allah Yang Maha Luhur:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ..... (التوبة:73)
Artinya: Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya….. (Q.S At-Taubah: 73)
Dan firman Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung:
وَقَاتِلُوا المُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً..... (التوبة: 36)
Artinya: “….dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya…” (Q.S At-Tawbah: 36)
Dan firman Allah Yang Mala Agung dan Maha Tinggi:
وَقَاتِلُوَهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ...... (البقرة: 193)
Artinya: “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah……” (Q.S Al-Baqoroh: 193)
Bersama dengan sabda Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – yang mutawatir dari beliau: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingg mereka mengatakan laa ilaaha illallaah (tiada Tuhan selain Allah)…..” (Al-Hadits)
Dan telah tetap bahwasanya Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – memerangi orang-orang Arab karena Islam, dan begitulah keadaan para kholifah beliau setelahnya.
Sekelompok ulama mengatakan bahwasanya surat Al-Baqoroh ayat 256 khusus untuk hali kitab, dan bahwasanya mereka jika menerima untuk membayar Jizyah maka mereka tidak akan dipaksa untuk masuk Islam, dan yang memperkuat hal ini adalah firman Allah Yang Maha Luhur:
قَاتِلُوا الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلاَ يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلاَ يَدِينُونَ دِينَ الحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (التوبة: 29)
Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (Q.S At-Tawbah: 29)
Maka beliau diperintahkan untuk memerangi mereka dan menjadikan batasnya adalah ketika mereka telah memberikan jizyah, dan ini adalah jelas, alchamdulillaah. Dan sungguh sekelompok orang telah menyimpang dalam memaknainya karena mengikuti tuan-tuan mereka yaitu orang-orang kafie orientalis.
Sedangkan firman-Nya:
قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الغَيِّ
Artinya: “…..Telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat……”
Yakni telah jelas dan terang antara yang hak dan yang batil, dan petunjuk dari kesesatan.
Adapun tentang firman-Nya Yang Maha Luhur:
فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الوُثْقَى (256)
Artinya: ......karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat…… (Q.S Al-Baqoroh: 256)
Diriwayatkan dari Qois bin ‘Ubaad, ia berkata: “Aku berkata kepada Abdulloh bin Sallaam: “Sesungguhnya ketika engkau masuk sebelum ini seseorang berkata: bagini dan begitu [yakni: orang ini adalah penduduk surga] Abdulloh bin Sallaam berkata: “Maha Suci Allah, tidak boleh seseorang mengatakan apa yang dia tidak ketahui, dan aku akan memberitahukannmu kenapa hal itu? Aku melihat sebuah mimpi pada masa Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – maka aku menceritakannya kepada beliau. Aku melihat seolah diriku berada di sebuah kebun, yang disebutkan tentang luasnya, rumputnya, dan kehijauannya, dan ditengah kebun itu terdapat tiang dari besar, bagian bawahnya menancap di bumi sedangkan bagian atasnya di langit, dan di atas ada simpul tali, lalu dikatakan kepadaku: “Naiklah!” aku berkata: “Aku tidak bias.” Maka datanglah kepadaku seorang pelayan, lalu pembantu itu mengangkatku dari belakang dengan tangannya. Lalu aku pun naik hingga sampai di atas tiang itu dan aku memegang tali itu. Lalu dikatakan kepadaku: “Peganglah terus dengan kuat!” sungguh ketika aku bangun dari tidur tali itu berada ditanganku lalu aku menceritakannya kepada Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – lalu beliau bersabda: “Kebun itu adalah Islam. Tiang itu adalah tiang Islam. Simpul tali itu adalah simpul tali yangb kuat. Dan engkau berada dalam Islam sehingga engkau meninggal.” Dalam riwayat lain: “Abdulloh akan meninggal dalam keadaan memegang tali (agama) yang kuat.” Dalam riwayat yang lain lagi: “Engkau senantiasa akan memegangnya dengan teguh sehingga engkau meninggal dunia.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy, Muslim, lafazhnya milik Muslim.
Maknanya barangsiapa yang ingkar terhadap Thooghuut (yang disembah yang selain Allah) dan sekutu-sekutu dan beriman kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung maka ia sungguh telah berpegang teguh kepada suatu tali yang amat kuat yaitu Agama Islam. Dan mimpi Abdulloh – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – menafsirkan bahwa tali yang kuat itu adalah Agama Islam yang ia pegangi dan ia meninggal dengannya.
[2.257] Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (257)
@
Dostları ilə paylaş: |