Doa atau permohonan Nabi Ibrahim – semoga salam tetap atasnya – 2: 126
[2.126] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali"
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ المَصِيرُ (126)
: فَأُمَتِّعُهُAku (yakni: Allah) akan memberinya rizqi selama hidupnya.
: ثُمَّ أَضْطَرُّهُPaksa. Terambil dari kata idhthiroor maknanya pemaksaan.
Dari Abdillah bin Zaid RA dari Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya Nabi Ibrahim mengharamkan kota Mekah dan berdoa untuknya, dan aku mengharamkan kota Madinah sebagaimana nabi Ibrahim mengharamkan kota Mekah, dan aku berdoa agar kota Madinah diberkahi dalam mudd dan shoo’-nya sebagaimana nabi Ibrohim mendoakannya untuk kota Makkah.
[Mudd, dan shoo’ adalah nama takaran pada zaman dahulu, 1 mudd = 6 ons, sedangkan 1 shoo’ = 4 mudd = 24 ons = 2,4 kg. maksud dai doa Nabi adalah semoga Allah memberi keberkahan kepada kota Madinah sebagaimana Allah telah memberi keberkahan kepada Makkah berkat doa nabi Ibrohim]
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy dalam bab jual-beli, Muslim dalam bab hajji dan yang lainya.
Dari Abu Hurairah RA berkata: “Orang-orang apabila melihat awal mulanya buah, mereka membawanya kepada Rasululloh SAW dan beliau pun mendoakannya: “Ya Allah, berkahilah buah-buahan yang ada pada kami, berkahilah kota kami, berkahilah pada shoo’ kami, berkahilah mudd kami. Ya Allah, sesungguhnya nabi Ibrahim adalah hamba-Mu, kekasih-Mu sekaligus nabi-Mu dan aku adalah hamba-Mu dan nabi-Mu, dan sesungguhnya dia berdoa pada-Mu untuk kota Makkah, dan aku berdoa pada-Mu untuk kota Madinah seperti doanya untuk kota Makkah…"
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam hajji dalam bab keutamaan, dan hadits-hadits dalam masalah ini banyak, diantaranya dari Jaabir bin Abdillah, Abu Sa’iid Al-Khudriy, Roofi’ bin Khodiij, Anas, Ibnu ‘Abbaas, Abu Syuroich, Shofiyyah binti Syaibah, dan selainnya, dan semuanya berada di dalam dua kitab sahih (sahih Al-Bukhoori dan sahih Muslim) atau salah satu dari keduanya.
Dan dalam ayat itu terdapat pemberitahun tentang doa yang dipinta oleh Al-Kholiil (Kholiilulloh yakni nabi Ibrahim) AS untuk kota Makkah dan penduduknya agar mendapatkan keamanan dan buah-buahan yang melimpah. Dan banyak hadits Nabi yang menguatkan hal itu dan memberitahukan doa Nabi SAW untuk kota Madinah agar Allah melimpahkan keberkahan kepadanya, dan sungguh Allah telah mengabulkan doa kedua nabi-Nya itu seluruhnya, maka ketenangan, buah-buahan yang melimpah, dan keberkahan di kedua tanah haram yang mulia (kota Makkah dan Madinah) sangat nampak sekali dan dapat dirasakan dengan jelas.
@Ibrahim dan Isma’il – semoga salam tetap atas keduaya – mengangkat pondasi Ka’bah 2: 127 – 128
[2.127] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ القَوَاعِدَ مِنَ البَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ (127)
: القَوَاعِدَKata qowaa’id adalah bentuk jama’ dari qoo’idah (artinya pondasi), sebagian mengatakan: Bahwa (pondasi)itu adalah termasuk bangunan Nabi Adam – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atasnya -
: تَقَبَّلْ مِنَّاNabi Ibrahim dan Nabi Ismail meminta pada (Allah) Tuhan agar amal mereka berdua diterima.
Dari ‘A-isyah RA istri Nabi SAW bahwasanya Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: "Tidakkah kamu melihat bahwa kaummu membangun Ka'bah dan membatasi (yakni kurang) dari pondasi-pondasi (bangunan) nabi Ibrohim." Maka aku menjawab: "Ya Rasulullah, tidakkah anda mengembalikannya pada pondasi Ibrohim?” Rasul menjawab: “Andai saja kaummu bukan orang yang baru lepas dari kekafiran."
Maka Abdullah bin Umar berkata: “Jika benar sayyidah Aisyah telah mendengar hal ini dari Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – maka aku tidak melihat Rasul meninggalkan untuk mencium dua rukun setelah Hajar Aswad kecuali karena memang Ka'bah belum disempurnakan bangunannya sampai pada batas pondasi Ibrahim.
[sehingga nabi tidak mencium kedua rukun / pojok Ka’bah tersebut sebab dua pojok bukanlah persis terletak diatas pondasi nabi Ibrohim yang asli, sebab dinding yang ada ada dua rukun itu mundur sekitar 6 hasta / 3 meter dari tempat yang seharusnya. Sebab ketika orang Quraisy merenovasi bangunan Ka’bah – pada saat Nabi berusia 35 tahun yang mana beliau juga ikut serta dalam pembangunan itu – mereka kehabisan bahan bangunan sehingga terpaksa harus mengurangi penjang salah satu sisi dari persegi Ka’bah]
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Bukhooriy dalam bab hajji dan dalam bab tafsir, serta dalam bab para nabi, juga oleh Muslim dalam kitab hajji bab meruntuhkan Ka’bah, dan juga oleh An-Nasaa-iy dalam kitab hajji dari kitab Al-Mujtaba, dan dalam bab ilmu dari kitab Al-Kubroo, dan yang selain mereka.
Arti hadis tersebut adalah bahwa orang-orang Quraisy ketika merobohkan Ka'bah dan memperbaharuinya mereka tidak menjadikan semua pada pondasi maqom Ibrahim tapi mereka mencukupkan dengan (menggunakan) dua pondasi (asli) dari Ka’bah yakni dua Rukun Yamani, adapun dua rukun yang lain yang berada setelah Hajar Aswad, mereka mengganti dua pondasinya tersebut dan mengeluarkan Chijr Isma’il dari dalam Ka'bah (sehingga hingga sekarang Chijr berada di luuar Ka’bah), maka Nabi memberitahu sayyidah Aisyah: “Andaikan orang-orang Quraisy bukan orang yang baru melakukan perjanjian (yakni baru masuk Islam), sungguh Rasul akan menghancurkan Ka'bah itu dan mengembalikannya ke asalnya (pondasi nabi Ibrahim), sebagaimana beliau bersabda dalam riwayat Al-Bukhari dalam bab "Ilmu" andaikan kaummu bukanlah orang yang baru mengalami (lepas dari) kekafiran sungguh Ka'bah akan aku robohkan dan akan aku (perbaiki dan) aku jadikan dua pintu untuknya yang mana orang-orang akan masuk dari satu pintu, dan keluar dari pintu lainnya." Kemudian Ibnuz Zubair mengerjakan apa yang dikehendaki Rasul dimasa kekhalifahannya, dan ketika dia terbunuh Abdul Malik bin Marwan mengembalikannya pada keadaan semula. Dan segala perkara sebelum dan sesudahnya hanya milik Allah.
Dan ulama' berpendapat dari hadis sayyidah Aisyah ini, bahwa jika kemaslahatan diiringi dengan kerusakan maka didahulukan yang lebih penting dari keduanya, ini merupakan kaidah umum yang terkenal yang mana dibawahnya terdapat bagian-bagian yang banyak.
[2.128] Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (128)
: مَنَاسِكَنَاManasik hajji adalah amal-amal ibadahnya dan apa yang telah dikurbankan untuk Allah pada saat hajji tersebut. (Manasik jama’ dari mansak) Asal arti kata mansak adalah tempat yang mana biasanya seseorang menggunakannya untuk kebaikan atau pun kejelekan. Dinamakan manasik sebab orang-orang terus bolal-balik ke tempat itu dengan mengerjakan amal hajji dan dan ama-amal baik. Ahli ibadah disebut naasik karena ia bolak-balik (terus-menerus) dalam beribadah kepada Tuhannya.
@Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il berdoa untuk diutusnya Nabi Muhammad, nabi terakhir 2: 129
[2.129] Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ (129)
: وَيُعَلِّمُهُمُ الكِتَابَAl Qur’an
: وَالْحِكْمَةَBenar dalam perkataan dan perlakuan. Sebagian lain mengatakan hikmah adalah pengetahu dan hadits.
: وَيُزَكِّيهِمْ(Yuzakki) berasal dari kata tazkiyah yang maknanya sama dengan tahth-hiir artinya: penyucian.
Diriwayatkan dari ‘Irbaadh bin Saariyah RA bahwasanya Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: “Sesungguhnya aku adalah penutup para nabi, sedangkan sesungguhnya Adam ketika itu masih teronggok dalam wujud tanahnya, dan aku akan memberitahukan kalian tentang hal itu: (sesungguhnya aku) adalah doa ayahku Nabi Ibrohim, dan kabar gembira dari Nabi Isa, dan mimpi yang dilihat oleh ibuku, dan demikianlah setiap ibu para nabi melihat dalam mimpinya (tentang anak-anak mereka), sedangkan ibu Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat atas beliau dan keluarga beliau – melihat ketika melahirkan beliau sebuah cahaya yang menerangi istana-istana negeri Syam.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Chibbaan dalam sahihnya, juga oleh Al-Chaakim dan Ibnu Jariir, Ibnu ‘Aashim dalam As-Sunnah, Ath-Thobroniy dalam Al-Kabiir, dan juga oelh Al-Bazzaar dan selainnya dari beberapa jalur yang sebagiannya hasan dan sahih. Dan hadits ini didukung dengan hadits lain yang kuat dari beberapa sahabat Rasululloh SAW mereka semua berkata: “Ya Rasululloh, beritahukan kami tentang diri anda?” beliau bersabda: “Baiklah, Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan kabar gembira saudaraku Isa,…..” Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam Siroh-nya, Ath-Thovariy dalam Tafsirnya, dan Al-Chaakim dan disahihkan olehnya serta disetujui oleh Adz-Dzahabiy, sebagaimana hadits yang tersebut pertama tadi.
Hadits ini sesuai dengan ayat yang mulia di atas, keduanya (baik ayat maupun hadits tersebut) sama-sama mengabarkan bahwasanya Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il – semoga salawat dan salam tetap atas keduanya – berdoa kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung untuk mengutus seorang rasul dari keturunan mereka berdua, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, dan mengajarkan Al-Kitab yaitu Al-Qur’an, dan Al-Chikmah (kebijaksanaan) yakni hukum-hukum agama yang tidak bias diketahui kecuali melalui beliau – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat atas beliau dan keluarga beliau – dan mensucikan mereka yakni membersihkan mereka dari kesyirikan dan memurnikan mereka.
@Derajat atau kedudukan Nabi Ibrahim – semoga salam tetap atasnya – 2: 130 – 132
[2.130] Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (130)
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَAgama nabi Ibrahim.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak menyukai agama nabi Ibrahim, maka mereka membuat agama baru yaitu agama Yahudi dan Nasrani (yang menyimpang dari ajara Tauhid nabi Ibrohim).
: سَفِهَBodoh, tertipu, dan rugi
: اصْطَفَيْنَاهُKami memilihnya
[2.131] Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam"
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ العَالَمِينَ (131)
: أَسْلِمْIkhlaslah engkau (murnilah dalam menyembah Allah)
@Wasiat atau peringatan Nabi Ibrahim – semoga salam tetap atasnya – 2: 132
[2.132] Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam"
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ (132)
@Wafatnya Ya’qub dan penghormatannya kepada Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, serta ketundukan anak-anak Ya’qub kepada Allah, semoga salam tetap atas mereka semua 2: 133 – 134
[2.133] Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ المَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (133)
[2.134] Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ وَلاَ تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (134)
: خَلَتْberlalu
@Perkataan Yahudi dan Nasrani 2: 135
[2.135] Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik"
وَقَالُوا كُونُوا هُوداً أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِينَ (135)
: حَنِيفاًYang lurus dari segala sesuatu.
@Para nabi adalah sama dalam hal kenabian (yakni harus kita imani semua, walaupun derajat mereka di sisi Allah berbeda-beda) 2: 136
[3.136] Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136)
: وَالأَسْبَاطِNabi Yusuf dan saudara-saudaranya
: لاَ نُفَرِّقُKami tidak beriman kepada sebagian nabi dan memutuskan diri dari yang lain
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh RA ia berkata: “Dulu para ahli kitab membacakan Al-Kitab mereka dengan bahasa Ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab untuk orang-orang Islam, lalu Rasululloh SAW bersabda: “Janganlah kalian mempercayai (sepenuhnya segala yang datang dari) ahli kitab dan jangan pula kalian dustakan (sepenuhnya) dan katakanlah kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami…..”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy dalam kitab tafsir, dan dalam kitab berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta dalam kitab Tauhid (kesemuanya dalam sahih Al-Bukhooriy) dan akan datang pula nanti dalam surat Al-‘Ankabuut.
Hadits ini mengatakan bahwa jika ahli kitab menyampaikan sesuatu dari kitab mereka maka janganlah kita membenarkannya dan jangan pula kita mendustakannya, sebab apa yang mereka sampaikan bisa jadi benar menurut aslinya, dan bisa jadi sebuah kedustaan yakni termasuk bagian yang mereka ganti dan mereka ada-adakan. Ini dalam hal-hal yang tidak menyelahi fitrah (kesucian) atau agama yang disepakati oleh para nabi atau menurut kita. Jika tidak, maka kita dustakan mereka dalam hal itu dan kita tolak atau kembalikan kepada mereka. Adapun dalam masalah-masalah yang kita tidak ketahui, maka kita akan mengatakan kepada mereka tentang masalah itu dengan perkataan yang diajarkan oleh ayat yang mulia tersebut kepada kita: “Katakanlah oleh kalian: “Kami beriman kepada Allah dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami……..”
Dalam ayat tersebut terdapat isyarat bahwa hendaknya kita beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kita melalui perantara rasul kita secara terperinci dan (kepada) apa-apa yang diturunkan atas para nabi terdahulu secara ringkas. Allah Yang Maha Luhur menjelaskan atau menyebutkan beberapa orang rasul secara terperinci dan menyebutkan yang lainnya secara global (ringkas). Maka kita tidak boleh membeda-bedakan para rasul, sehingga mengimani sebagian dan mengingkari yang lainnya, sebagaimana di lakukan oleh orang-orang Yahudi, dan itu adalah suatu kekufuran secara ijma’ (kesepakatan ulama). Adapun asbaath adalah kabilah-kabilah bani Israil yang turun-temurun darinya anak-anak Ya’qub, dan di antara mereka terdapat para nabi dan rasul.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoi keduanya – ia berkata: “ Rasululloh banyak melakukan sholat dua rakaat sebelum (sholat fardhu) subuh / fajar dengan membaca: surat Al-Baqoroh ayat 136 ini dan pada rakaat yang lain beliau membaca surat An-Nachl ayat 52. Dalam riwayat yang lain: beliau membaca pada rakaat pertama surah Al-Baqoroh ayat 136 ini, sedangkan pada rakaat keduanya beliau membaca surah Aalu ‘Imroon ayat 64.
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, dan Ahmad, hanya saja pada riwayat Ahmad: beliau membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqoroh (yaitu ayat 285 & 286).
Hadits ini merupakan dalil disyari’atkannya membaca ayat-ayat yang tersebut di atas dalam dua rakaat salat sunnah fajr (atau salat sunnah subuh) dan ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) dari imam-imam.
[2.137] Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ (137)
: فِي شِقَاقٍDalam perpecahan, perkelahian dan peperangan
@Keikhlasan untuk Allah 2: 138 – 139
[2.138] Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ (138)
: صِبْغَةَ اللَّهِSebagain mengatakan bahwa maksdunya adalah: Agama Allah. Sebagian lain mengatakan: fithrah (kesucian) Allah. Sebab Yahudi dan Nasrani menjadikan anak-anak mereka beragama yahudi dan nasrani, maka agama (Islam) ini adalah fitrah Allah dan pilihan Allah untuk orang-orang yang telah (ditentukan pada zaman yang)terdahulu kebahagiannya di sisi Allah.
: عَابِدُونَOrang-orang yang tunduk.
[2.139] Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati
قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ (139)
@Penyembunyian persaksian 2: 140
[2.140] ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطَ كَانُوا هُوداً أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهَادَةً عِندَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (140)
[2.141] Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ وَلاَ تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (141)
: كَسَبَتْPerbuatan-perbuatan yang telah lampau dan telah diperbuat
@Allah memerintahkan Nabi Muhammad – semoga salawat dan salam tetap aatsnya – untuk sholat menghadap ke Masjidil Haram di Makkah 2: 142 – 150
[2.142] Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitulmakdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَّهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُل لِّلَّهِ المَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ (142)
: مَا وَلاَّهُمْMemalingkan dan memindahkan mereka
@Allah telah menjadikan pengikut Islam sebagai bangsa atau ummat yang pertengahan (moderat) dan bukan ummat yang fanatik 2: 143 – 144
[2.143] Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً وَمَا جَعَلْنَا القِبْلَةَ الَتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ (143)
: أُمَّةً وَسَطاًAl-Wasath dalam bahasa Arab adalah yang baik atau pilihan. Sebagian mengatakan: maknanya adalah yang adil.
: يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِPerkataan yanqolib ‘ala ‘aqibaihi (berbalik ke arah belakangnya)ini ditujukan bagi orang yang meninggalkan perintah dan melaksanakan yang lain (selain yang diperintahkan), jika ia berpaling dari yag ia pegangi dahulu lalu ia mengambil kembali apa yang dahulu ia tinggalkan, maka disebutlah ia: kembali ke belakang (murtad) dan berbalik.
: لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْIman disini maknanya: Sholat
: لَرَءُوفٌYang mempunyai rasa belas kasih
Diriwayatkan dari Abu Saa’iid Al-Khudriy RA, ia berkata: “Rasululloh SAW bersabda: “Nuh dipanggil pada hari kiamat, kemudian ia akan berkata: “Aku penuhi panggilan-Mu dengan senang hati, Ya Tuhanku.” Allah berfirman: “Apakah engkau telah menyampaikan (pesan atau tugasmu)?” Nuh berkata: “Ya.” Lalu Allah berfirman kepada ummatnya: “Apakah ia telah menyampaikan kepada kalian.” Mereka berkata: “Tidak ada seorang pemberi peringatan pun yang datang kepada kami.” Allah berfirman: “Siapa yang menjadi saksi bagimu?” Nuh berkata: “Muhammad dan ummatnya.” Maka mereka semua menyaksikan bahwa Nuh telah menyampaikan, dan Rasul menjadi saksi atas kalian, maka itulah firman Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian ummat yang pertengahan (moderat),” yang dimaksud dengan pertengahan adalah adil.” Sedangkan dalam riwayat lain dikatakan: “Lalu dipanggil ummat Muhammad, dan dikatakan: “Apakah orang ini telah menyampaikan?” lalu mereka berkata: “Ya.” Allah berfirman: “Apa yang menyebabkan engkau yakin dengan hal itu?” Mereka semua berkata: “Nabi kami – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat atas beliau dan keluarga beliau – telah mengabarkan bahwa paraa rasul telah menyampaikan, maka kami mempercayainya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, dan Al-Bukhooriy dalam kitab awal penciptaan, dalam kitab tafsir dan dalam kitab berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (kesemuanya dalam sahih Al-Bukhooriy), dan juga oleh At-Turmudziy dan An-Nasaa-iy dalam Al-Kubroo, keduanya dalam kitab tafsir, sedangkan riwayat kedua milik An-Nasaa-iy.
Pada ayat dan hadits tersebut terdapat kemuliaan ummat nabi Muhammad dan keutamaannya. Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung menjadikannya orang-orang baik dan adil, dan bahwasanya ummat ini akan bersaksi atas seluruh ummat manusia pada hari kiamat.
Dan firman-Nya: “Dan demikian (pula) Kami jadikan kalian sebuah ummat” yakni sebagaimana Kami telah menunjuki kalian kepada Islam dan kepada jalan Allah yang lurus, maka demikian pula Kami jadikan kalian ummat yang terbaik dan adil yang berhal bersaksi atas yang lainnya.
Adapun tentang firman Allah Yang Maha Luhur:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”
Diriwayatkan dari Al-Baroo’ – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “……dan adalah orang-orang yang meninggal sedangkan mereka pernah sholat menghadap ke baitul maqdis lalu mereka meninggal dunia sebelum kiblat dipindah ke Ka’bah, ada beberapa orang yang terbunuh, maka kami tidak tahu apa yang harus kami katakana tentang orang-orang itu, lalu Allah Yang Maha Luhur menurunkan ayat ini:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy dalam bab tafsir, dan An-Nasaa-iy dalam Al-Kubroo, dan juga hadits yang semacamnya diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas yang diriwayatkan dari AT-Turmudziy dengan sanad yang sahih menurut syarat Muslim.
Yang dimaksud dengan ‘imanmu’ dalam ayat di atas adalah sholatmu, maka digunakanlah kata iman untuk menyebut sholat sebab sholat adalah bagian dari keimanan, menurut pendapat sebagian ulama. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwa amal merupakan syarat keimanan. Dan dalam masalah ini terdapat pembahasan yang lebih jauh lagi.
[2.144] Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ المَسْجِدِ الحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (144)
: قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَPerubahan pada wajahmu
: فَوَلِّBerpaling dan pindahlah
: شَطْرَ المَسْجِدِMenuju kearah
Diriwayatkan dari Al-Baroo’ RA ketika Rasululloh SAW tiba di Mad\inah, beliau sholat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 (enam belas) atau 17 (tujuh belas) bulan, sedangkan Rasululloh SAW ingin agar beliau disuruh menghadap ke Ka’bah, maka Allah menurunkan ayat:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ
Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,……
Dan akhirnya beliaupun menghadap ke arah Ka’bah, dan beliau menyukai hal itu. Lalu beliau sholat ashar bersama seorang lelaki, Al-Baroo’ berkata: kemudian ia melewati sekelompok orang-orang Anshoor yang sedang sholat ashar menghadap ke Baitul Maqdis. Kemudian lelaki tersebut berkata bahwasanya ia menyakasikan sendiri sholat bersama Rasululloh SAW dan bahwasanya beliau telah menghadap ke Ka’bah. Al-Baroo’ berkata: “Maka mereka pun merubah arah.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy dalam bab Iman, bab sholat, bab tentang berita dari satu orang, bab tafsir, dan juga oleh Muslim dalam bab masjid dan pemindahan kiblat, juga oleh At-Turmudziy dalam bab sholat dan bab tafsir, juga oleh An-Nasaa-iy dalam kitab Al-Mujtabaa dan Al-Kubroo, hanya saja menurut riwayat Muslim ayat yang turun adalah:
وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Artinya: “Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya….”
Dan diriwayatkan dari Anas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – bahwasanya Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur selalu melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dahulu sholat menghadap ke Baitul Maqdis, lalu turunlah ayat:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ المَسْجِدِ الحَرَامِ
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam…” (Q.S Al-Baqoroh: 144) lalu lewatlah seorang lelaki dari bani Salimah sedangkan kaum muslimin ketika itu sedang ruku’ dalam sholat fajr (subuh), dan mereka telah sholat satu rakaat. Lalu dia berseru: “Ketahuilah bahwa kiblat telah dipindah.” Maka mereka mengarah kea rah kiblat (Ka’bah).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam bab masjid-masjid, Abu Daawuud, An-Nasaa-iy dalam Al-Kubroo dan selain mereka, dan hadits yang senada juga diriwayatkan dari Ibnu Umar dalam dua kitab sahih, hanya saja lafazhnya: “Ketika orang-orang berkumpul sholat subuh di Quba’, tiba-tiba dating seorang kepada mereka, dan berkata: “Sesungguhnya telah turun kepada Nabi (wahyu) pada malam ini, dan beliau telah diperintah untuk menghadap ke ka’bah, maka beliah menghadap ke kiblat.” Mereka ketika itu menghadap ke Syam lalu mereka berputar kea rah Ka’bah.
Hadits-hadits di atgas terdapat naskh dan penggantian hukum, dan kiblat termasuk masalah yang pertama kali di-nasakh. Ketika kiblat dipindah maka Yahudi berkata: “Apa yang membuat mereka berpaling dari kiblat mereka. Padahal mereka biasa menghadap kepadanya.” Dan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung telah mengabarkan apa yang akan mereka katakana dan menyebut mereka sebagai orang-orang dungu yang mana Allah berfirman:
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَّهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ
Artinya: “Orang-orang yang dungu dari para manusia itu akan berkata: “Apa yang menyebabkan mereka berpaling dari kiblat mereka…” (Q.S Al-Baqoroh: 142) yang dimkasud orang-orang dungu di sini adalah orang-orang yang lemah akalnya dari kalangan orang-orang yahudi. Ayat ini adalah mu’jizat yang jelas, yang mana Allah mengabari perkataan mereka sebelum terjadi, maka hal itu terhadi sebagaimana Yang Dia kabarkan.
Lihatlah riwayat yang berkaitan dengan ayat ini: dalam sahih Al-Bukhooriy bab Sholat, dan An-Nasaa-iy dalam kitabnya Al-Kubroo, dan selain keduanya.
Para ulama berbeda pendapat tentang sholat yang pertama kali yang terjadi pada saat pemindahan kiblat. Maka beberapa ulama ahli tafsir menyebutkan sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir bahwasanya pemindahan kiblat turun kepada RasulullohSAW pada saat beliau telah sholat dua rakaat setelah sholat zhuhur dan itu terjadi di masjid Bani Salimah. Oleh karena itulah masjid itu diberi nama masjid dua kiblat (qiblatain). Sekelompok ulama mensahihkan pendapat ini. Sekelompok ulama yang lain: “Sholat itu adalah sholat ashar, karena makna lahiriah hadits Al-Baroo’ yang tersebut dalam masalah ini. Hanya saja hadits tersebut tidak jelas dalam masalah ini, sebab kemungkinan sebagian kabar yang sampai pada mereka adalah ketika sholat ashar, dan sebagian lagi pada waktu sholat subuh setelah Rasululloh SAW sholat zhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan subuh menghadap ke ka’bah.”
Tidak ada perbedaan antara para ulama bahwa menghadap Ka’bah merupakan syarat dalam sahnya sholat untuk seluruh penduduk bumi. Oleh karena itu, menghadap ke arah dzat Ka’bah itu sendiri (wajib) bagi orang yang berada di depan Ka’bah dan menghadap ke arah Ka’bah berada bagi orang-orang yang selainnya. Kiblat memiliki tanda di seluruh bagian bumi yang menunjukkan ke arahnya yang dikenal dengan bintang-bintang yang bergerak dan yang tetap.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kabar itu cukup diterima dari satu orang saja dalam masalah keagamaan dan hal ini tidak ada perbedaan di antara para ulama. Hanya saja dalam maslah akidah mereka berbeda dalam mengamalkan hal itu. Menurut pendapat yang sahih diterimanya (persaksian satu orang) dalam masalah akidah menurut para ahli. Dan dalam masalah ini juga dapat disimpulkan bahwa mengamalkan sesuatu yang telah dinasakh sebelum seseorang mengetahui sesuatu yang menasakhnya adalah boleh dan benar serta tidak tercela.
[2.145] Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang lalim
وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَّا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُم بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم مِّنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ العِلْمِ إِنَّكَ إِذاً لَّمِنَ الظَّالِمِينَ (145)
@
Dostları ilə paylaş: |