MENGAPA KREATIFITAS?
Kreatifitas, dalam pandangan David Chambell adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif, useful (berdaya guna), dan dapat dimengerti (understandable). Mempersoalkan arti dan kemanfaatan kreatifitas bagai mempertanyakan arti makanan bagi makhluk hidup, atau air bagi tanaman. Sulit membayangkan terciptanya sebuah karya seni tanpa kreatifitas.
Makna kata kreatif (creative) sendiri sesungguhnya hanya berkisar pada persoalan mencipta atau menghasilkan sesuatu. Namun dalam arti praktis, kreatif sering digunakan untuk menyebut suatu ciptaan baru atau kebaruan. Ini berati aspek kesegaran ide yang diutamakan dalam ciptaan tersebut, bukan sekedar ulangan atau stereotif. Bisa juga kreatif ditinjau dari nilai orisinilitas dan keunikan cara penyampaiannya. Bisa juga sebuah alternatif “cara lain”, walau inti pesan sebenarnya tidak berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya.
Kedalaman kreatifitas dapat juga diukur dari nilai efektifitas atau kualitas pencapaiannya. Yang penting arti kata kreatif di sini harus bertujuan akhir positif, seperti pendapat David Chambell : useful. Hal ini sebenarnya untuk membedakan dengan yang sekedar asal beda. Selain itu juga mampu menghasilkan nilai berupa pengalaman-pengalaman tertentu bagi penikmatnya.
Kreatif juga perlu di benturkan dengan kesesuaian, konteks dengan tema persoalan, nilai pemecahan masalah, serta bobot dan tanggung jawab yang menyertainya, sehingga tidak setiap kebaruan penciptaan dapat dengan serta merta di sebut kreatif. Yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah landasan konseptual yang menyertai ciptaan itu.
Kreatifitas sudah barang tentu tak jatuh dari langit, tetapi harus di pelajari, di geluti dan di kembangkan secara intens dan kontinyu.
Sumber : The real campus for creative people, Akademi Desain Visi Yogyakarta
(Indra Darmawan)
Mengganti dan mendesain logo perusahaan
Mengganti logo tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus dipahami secara mendalam sebelum proses itu di lakukan.
Apa yang harus kita lakukan bila pas bangun pagi, kita merasa banyak hal di sekeliling kita buruk atau tidak memuaskan. Saat itulah kita harus berubah. perubahan ini diperlukan untuk memperbaiki keadaan dan mencapai tujuan hidup yang tinggi. Begitulah kira-kira yang terjadi pada suatu perusahaan ketika mereka berancang-ancang melakukan pergantian logo.
Meski demikian, urusan ganti logo bukanlah proses yang sederhana dan mudah dilakukan. Karena terkait dengan tujuan di masa depan, maka prosesnya harus terencana melalui berbagai pertimbangan yang cermat dan matang. Ini, tidak bisa tidak, harus dilakukan mengingat logo bukanlah sekadar lambang yang dipajang di papan atau kartu nama. Lebih dari itu, sebuah logo merupakan bagian penting dari pondasi image branding perusahaan.
Berikut lima kriteria yang harus diperhatikan dalam mendesain logo perusahaan.
Pertama, ageless style. Ketika mendesign logo, janganlah terpaku pada sesuatu yang keren. Buatlah sebuah logo klasik yang bisa tumbuh dengan perusahaan, yang bisa dipertahankan untuk waktu yang lama. Sekali terpampang di kartu nama atau papan nama, kita tidak bisa tiba-tiba seenaknya mengganti logo tersebut lantaran bosan dengannya atau karena semua orang memakai style yang sama. Klien dan konsumen mencari bisnis yang berumur panjang dan image yang stabil.
Kedua, distinctiveness. Cobalah menemukan sesuatu yang unik agar logo anda tampak menonjol. Ini bisa di dukung oleh suaty tagline yang tidak biasa untuk membedakan diri dengan kerumunan. Nike adalah logo yang sangat sederhana tapi sangat menonjol dengan tagline "just do it". Tiap kali oran gmelihat logo itu, mereka ingat "just do it". Beberapa waktu kemudian tanpa perlu melihat tagline lagi, hanya dengan melihat logo, orang otomatis berpikir "just do it". Inilah konsep yang disebut imagery transfer.
Ketiga, appeal. Cobalah membuat design yang menarik di lihat mata. Beberapa warna tertentu membangkitkan minat konsumen, sementara yang lain menimbulkan emosi lain yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, warna merah dianjurkan untuk membuat orang merasa bersemangat atau marah, orange dikatakan untuk mewakili sesuatu yang murah, biru melambangkan kejujuran dan integritas, sementara warna netral mewakili stabilitas. Namun, agar tidak banayk membuang waktu, masalah warna ini sebaiknya ditentukan paling akhir, yaitu setelah desainnya disetujui. Juga pastikan logo tersebut secara konsisten menyampaikan pesan sama baik lewat kartu nama, papan nama, website dan iklan.
Keempat, convery the right image. Dalam hal ini diajukan pertanyaan: Apakah logo anda di bicarakan dengan akurat? APakah ia menyatkaan gaya perusahaan anda? sebaiknya jangan memilih tampilan yang liar dan gila, hanya karena ingin tampil beda, kecuali itu memang sangat cocok dengan gaya bisnis anda.
Kelima, legibility. Tanpa memandang gaya dan warna, pastikan bahwa logo tersebut mudah dibaca dan typo-free. Perlu diingat kita memakai logo bukan secara pribadi, tapi secara publik. Fungsi logo adalah membungkus identitas dan kepribadian perusahaan, sehingga dengan melihatnya saja orang tah persis apa arti perusahaan itu bagi mereka.
(Kusnadi Assaini)
Agar Desain Tidak Itu-itu
Meski dibutuhkan kebersamaan untuk saling berbenah antara desainer Web dengan penyedia teknologi atau software menjadi titik tolak kebangkitan desain Web, namun dalam perjalanannya sangat dibutuhkan pengetahuan teknis, kemampuan desain grafis, selain pemahaman arah dari desain web itu sendiri.
Mencermati perkembangan dunia web, khususnya di Indonesia yang cenderung stagnasi, ada beberapa faktor yang wajib dipahami diantaranya :
1. Ide orsinil.
Ini antara lain bisa dilihat dari segi klien, sebagai pemegang penuh atas situs yang akan dibikin oleh desainer Web tersebut. Ketika sebuah ide beradu dengan kepentingan, maka yang terjadi adalah bentuk kompromi-kompromi yang sebenarnya kalau tidak diberikan rambu-rambu akan menambah carut-marut desain Web Indonesia. Desainer Web tidak akan memunculkan ide-ide orisinilnya apabila campur tangan klien yang cukup dalam dan banyak dalam proses pengerjaannya. Walaupun klien punya hak penuh, namun memberikan kebebasan pada desainer Web berkreasi dengan imajinasinya akan sedikit banyak membantu khazanah yang akan menjadikan Web Indonesia menjadi terbaik.
2. Piranti.
Faktor lainnya terletak pada masalah piranti, yang dipisahkan antara piranti yang dipergunakan oleh desainer Web dan piranti yang dipergunakan oleh browser. Semakin banyak peranti yang dipahami dan digunalakan, maka bukan saja mempercantik tapi juga enak dijelajahi. Sedangkan yang berkaitan dengan browser harus menjadi perhatian pada desainer Web. Adanya perbedaan antara komputer PC dan Mac buatan Apple Computers mengakibatkan adanya perbedaan penampilan homepage baik dari segi warna, komposisi, hingga fungsi navigasi dan informasi homepage tersebut. Tak ayal, ketidaktepatan di dalam memilih browser, akan mengurangi fungsi situs tersebut. Misalnya, default font pada komputer PC berbeda dengan Apple Mac, termasuk dalam ukurannya. Dari sisi warna, komputer PC tampak super saturated sedangkan untuk Mac, warna tampil lebih washed out (http://www.glassdog.com/). Dan tidak ketinggalan juga pemahaman karakteristik browser, ada beberapa browser yang tidak mendukung penuh fungsi yang ada pada situs. Microsoft mempunyai JScript dan VBScript dan ActiveX yang tidak bisa dijalankan di Netscape. Atau contoh paling sial adalah situs yang mengharuskan adanya beberapa plug-in, seperti Flash Player atau Shockwave Player. Meski begitu, beberapa desainer Web yang tanggap telah mengatasinya dengan menambahkan baris pilihan untuk browser pengunjungnya.
3. Pengguna.
Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah pengguna. Faktor ini patut diperhatikan oleh desainer Web. Kita bedakan antara pengguna aktif dengan pengguna pasif. Seorang pengguna yang pasif akan menerima apa adanya kendala yang ada ketika sebuah situs ditayangkan sepanjang informasi yang diinginkan telah didapatkan. Akan lebih repot lagi apabila menghadapi pengguna aktif di mana mereka membutuhkan sesuatu yang bisa "dijual" dari kunjungannya, selain informasi yang biasa dibacanya. Desain dengan hanya mendasarkan warna-warna seragam akan dengan segera ditinggalkan oleh pengguna jenis ini. Mereka membutuhkan dukungan informasi dengan sistem navigasi serta "brain effect" yang cukup membangkitkan selera mereka tinggal berlama-lamaan menelusuri halaman demi halaman. Mampukah desainer Web memahami dinamika ini. Mestinya, desainer Web juga memahami karakteristik para penggunanya. Misalnya, pengguna wanita lebih sensitif terhadap warna dibanding dengan pria. Warna merah lebih popular untuk wanita dan warna biru ternyata lebih disukai oleh pengguna pria. Atau hal-hal yang lebih sepele, misalnya, segmentasi pemakai Internet di Indonesia(http://www.detikinet.com/database/survey-apjii/Prelaunch-internet%20survey/sld010.htm).
4. Tren.
Faktor penting lainnya adalah tren. Desainer Web sepatutnya mengikuti tren yang berlaku di masyarakat sekarang. Namun, dalam memperhatikan faktor ini tidak mendasarkan diri atas menggali lubang kubur bersama-sama. Inilah sebuah dunia yang tidak bisa memisahkan diri dengan lifestyle yang berkembang. Semua faktor ini seharusnya dapat diatasi dengan kerja sama yang lebih kuat di antara pengguna, penyedia jasa teknologi informasi dan para desainer Web itu sendiri.
5. Update.
Faktor update juga ikut menentukan. Update inilah salah satu senjata desainer Web untuk senantiasa mengasah kemampuannya untuk lebih mempermanis situs yang telah dibuat sebelumnya. Sebenarnya ini adalah pedang bermata dua, di mana ketidaktepatan seorang desainer Web untuk melihat ini sebagai potensi mengasah kemampuan, maka akan selamanya update dianggap sebagai pembenaran.
Sumber : www. komputekonline.com
(Indra Darmawan)
Dostları ilə paylaş: |