AH, YANG PENTINGKAN HATINYA!!!!
Assalamualaikum Wr Wb.
Entah berapa sering kita mendengar pernyataan seperti ini. Begitu ngetrendnya pernyataan ini sehingga digunakan untuk memenangkan alibinya dalam tindakannya yang jelas-jelas salah. Tak jarang pula statement seperti ini terlontar oleh mereka yang sangat mengerti dengan agama dan islam. Tapi sayangnya dengan begitu PeDenya mereka berbicara seolah-olah telah benar dalam semua tindakannya. Entah sadar atau tidak bahwa semua yang ada pada dirinya termasuk hatinya akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah nantinya.
Kita semua tahu bahwa segala sesuatu berasal dari hati lalu dipilah dan dipikirkan oleh otak, baru setelah itu memunculkan sebuah output abik yang terlihat ataupun yang tetap tersimpan tidak terlihat. Tapi bagaimana jika hati saja tidak bisa terjaga dan bagaimana dengan output yang keluar dari hati tersebut. Sebuah analogi yang mungkin bisa memberi sedikit gambaran tentang keadaan ini.
Kita anggap saja jika hati ini sama dengan isi disebuah rumah yang sangat mewah penuh dengan barang-barang mahal dan antik. Tapi sayangnya, rumah itu tidak berpintu, berjendela, dan tidak ada pagarnya. Sehingga semua orang yang lewat depan rumah itu bisa masuk kedalam rumah dengan seenaknya. Dan mengambil apasaja yang dia mau serta tidak segan-segan untuk mengotori rumah tersebut. Apa kita ingin menyalahkan mereka karena telah melakukan hal yang tidak sopan tadi? Tentu saja tidak bisa karena keasalahan yang paling fatal datang ada ditangan kita sendiri.
Nah, begitupun tatkala kita mengatakan “Ah, yang Pentingkan Hatinya!” maka kitapun seharusnya mengcheck ulang lagi semua atribut pengamanannya. Apakah semua pintu, jendela dan pagarnya telah dipasang dengan baik dan benar. Apakah itu semua cukup kuat untuk menangkal maling yang akan masuk dan mencuri dihati kita.
Jadi, hati itu tidak bisa berdiri sendiri dnegan serta merta tanpa pengawasan, pengawalan dan penjagaan yang insentif. Bagaimana mungkin hati mau benar jika pengawasan, pengawalan dan penjagaannya saja tidak baik dan masih berantakan. Apakah kita bisa mengatakan bahwa kita bertaqwa kepada Allah sedangkan kita masih termasuk orang-orang yang fasik? Bagaimana mungkin kita mengaku paling dekat kepada Allah sedangkan tindakan kita sendiri belum sesuai dengan yang diperintahkan olehNYA. Dan bagaimana juga kita mengaku islam jika pakaian kita saja belum memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai seorang muslim dan muslimah.
Apakah ini yang dimaksud dengan pernyataan tadi bahwa yang terpenting adalah hatinya saja. Tentu saja semuanya akan bertolak belakang dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Mengutip kata imam Al Ghazali yang memberi gambaran hati didalam diri hamba Allah. “Tubuh laksana negara, Tangan, Kaki dan beragam anggota tubuh laksana pekerja Ahli. Nafs bagaikan pemungut pajak. Amarah ibarat polisi. Hati adalah Rajanya. Akal adalah perdana menterinya. Nafs-layaknya pemungut pajak-senantiasa berusaha menarik segala sesuatu untuk kepentingannya sendiri. Sementara amarah bersifat keras dan kasar, dan cenderung menghukum dan menghancurkan. Raja harus mengendalikan bukan hanya Nafs dan amarah melainkan juga akal. Ia haru menjaga keseimbangan diantara semua kekuatan ini.”
Nah, jelaslah bahwa semua itu saling terkait dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Tidak akan pernah berdiri sendiri-sendiri karena memang saling menunjang. Jadi jika ingin menjaga hati tetap bersih maka benarkan dulu atribut pendukungnya. Dimulai dari pagar, gembok, pintu, jendela bahkan sampai lemari besi untuk bisa membuat hati tetap terjaga.
Jangan hanya mementingkan hati saja tapi kita tidak membenahi disekeliling hati kita. Karena jika hanya mementingkan hati saja berarti kita telah menjadi manusia paling bodoh karena ibarat menanam padi tetapi tikus-tikus dibiarkan berkeliaran didalam area persawahan kita, kapan panennya? Jadi, masihkah mementingkan hati tanpa pagar?
Wassalamualaikum Wr Wb.
Nb: sebagai pengingat untuk diri sendiri yang sering kali lupa akan tujuannya
Top of Form
Bottom of Form
Duhai Ukhti..engkau memang cantik tapi...
Hmm.. kamu cantik tapi kenapa kamu tidak cantik dimata kami?
Kamu sholat tapi mengapa kamu tidak menjadi mulia dengannya?
Apalah kamu tidak sadar dengan apa yang kamu pakai dan kamu lakukan?wahai ukhti..?
Apakah kamu tidak sayang dengan dirimu sendiri. Duh..ukhti kamu itu memang sangat cantik dalam bentuk fisik, tapi mengapa kamu begitu murah. Sehingga kamu terkesan tidak ada nilai sama sekali dimata kami kaum adam. Kamu ingin mendapat penghargaan dari mata kami kaum adam. Tapi malah sebaliknya yang kamu dapatkan. Tak jarang jika dimata kami, kamu hanyalah penghias bumi saja. Yang seketika akan rusak dan usang dimakan waktu. Tak lebih. Maafkan kami duhai ukhti bila engkau marah kepada kami kaum adam. Kami menilai dari apa yang kami lihat. Benar, kamu memang cantik duhai ukhti. Tubuhmu sempurna,matamu indah dan tinggimu semampai, tapi apa itu berguna jika semua itu menjadi barang yang basi. Kami merasa sudah jemu tatkala setiap hari kamu hanya bisa memamerkannya. Berjalan dihadapan kami dengan berlenggang dan dihiasi dengan wanginya aroma parfummu yang menyengat hidung kami. Jangan salahkan kami tatkala kamu memang seperti wanita yang menjajakan dirinya dimalam hari. Karena dimata kami kamu dan mereka tidak ada bedanya. Sungguh amat kami sayangkan dirimu kelak duhai ukhti. Tatkala tanah, papan, dan pakaian kebangsaan telah dikenakan serta menjadi teman setia. Tak ada lagi yang dapat kamu banggakan. Tak juga sadarkah engkau bahwa dirimu itu sebenarnya indah dan mahal. Tak sadarkah engkau bahwa posisimu bisa lebih tinggi dari para bidadari yang begitu cantik. Tapi kamu bisa lebih cantik dari mereka dan kamu bisa menjadi pemimpin mereka.
Ingatlah ukhti sayang... dalam neraka jahannam itu hanya kaummu yang paling banyak. Dan janganlah kamu menambah daftar panjang dengan namamu salah satu dari mereka. Tapi jadilah kamu salah satu pemimpin bidadari disyurga. Sehingga kami, kaum adam akan tergila-gila melihat kecantikanmu yang sangat sempurna kelak dan tentunya itu akan abadi. Takkan lekang dimakan waktu dan usia karena engkau akan muda dan cantik selalu. Bukankah itu lebih indah dan mahal dari pada yang kamu lakukan sekarang. Rambutmu memang indah tapi kenapa kamu memperlihatkan kepada kami. Tak sadarkah kamu bahwa kami ini adalah serigala yang setiap saat siap menerkammu karena kelaparan yang ada. Janganlah kamu menyalahkan kami sebagai perengut kehormatanmu, tapi tanyakan kepada dirimu mengapa itu semua bisa terjadi kepadamu. Apa yang salah dengan dirimu sehingga martabatmu terinjak-injak layaknya kotoran anjing yang dibuang tidak berguna. Apa yang kamu cari dalam dunia ini, jika kamu hanya memikirkan kecantikanmu tapi martabatmu lebih hina dari binatang. Sungguh, kami sangat prihatin kepadamu duhai ukhti. Tapi mengapa kamu tak sadarkan dirimu.
Duhai ukhti.... kamu sholat dan mengenakan mukena yang indah. Terbuat dari sutra dan bordiran yang mahal dan indah. Engkau begitu memukau dengannya. Sehingga seluruh malaikat bertasbih kepadamu dan para bidadari syurga cemburu kepadamu. Karena begitu indahnya kau dalam balutan mukenamu membuat hati kami tertegun melihatnya. Duh...duhai ukhti pingsan hati kami melihatmu terbalut mukena sutra yang berwarna hijau dan putih. Begitu indah dan syahdu engkau dengan mukenamu. Beginilah engkau bersahaja dan berpakaian wahai ukhti. Tapi...tatkala engkau menanggalkannya dan engkau kembali memakai pakaian hinamu, maka hilanglah kebanggaan kami kepadamu. Tak ada lagi keindahan yang engkau tampilkan melainkan kehinaan yang sangat menjijikan. Engkau begitu murah dan bermuran durja. Duhai ukhti...sungguh, tak ada yang kami inginkan melainkan melihatmu tersenyum sebagai pemimpin bidadari dengan kecantikan yang abadi takkan hilang dimakan waktu. Kami tak ingin melihatmu terjerembab dalam lembah neraka dan menjadi bahan bakar untuk menyalakan api yang pada akhirnya membakar dirimu sendiri. Duhai ukhti...apa yang kau cari dalam kehidupanmu ini. Tak sadarkah engkau bahwa kehidupanmu ini hanya sementara dan kau akan lebih lama didalam kuburmu dan akhirat. Apakah engkau mencari penghargaan yang abadi, padahal itu ada ditanganmu sendiri. Bukan ditangan dan dimata kami para kaum adam. Tidak. Tidak ada pada kami wahai ukhti, semua yang kau inginkan ada ditanganmu dan Allah Tuhanmu.
Tak sadarkah bahwa setiap mata lelaki ini ada binar serigala yang selalu menginginkan keindahan tubuhmu yang selalu kau tampakkan. Tak sadarkah engkau bahwa matanya yang jelalatan selalu mengintai tiap sudut dari likuk bentuk tubuhmu. Tak sadarkah engkau bahwa hidungnya selalu mencium bau harum dari parfummu yang membuatnya selalu merasakan kelaparan. Duhai ukhti, sadarlah dengan sesadar-sadarnya. Apalagi yang kau inginkan? Bila engkau mencari kemulian dengan cara ini maka kau hanya mendapatkan ludah dan kehinaan dari kami. Kami tak pernah memandangmu mulia karena kamu selalu memamerkan keindahan tubuhmu dan cara bicaramu yang merendahkan dirimu sendiri. Duhai ukhti, kami memohon agar engkau tidak menjadi penyihir tua yang selalu meniupkan buhul-buhulnya mencari pelampiasan. Bukankah itu adalah kecantikan yang semu. Walau kau berhasil memikat kaum adam, tapi sesungguhnya kami telah melepaskan harga dirimu sendiri. Apa guna semua yang kau buat tetapi semua itu hanya semu. Tak ada yang nyata melainkan harga dirimu yang kini telah terinjak oleh dirimu sendiri dan itu kau lakukan dengan sadar. Bila engkau mengingikan sang pangeran maka jadilah dulu engkau seorang putri yang indah dan mulia. Karena sang pangeran akan mencari yang indah dan mulia. Walaupun dia hanya seorang putri petani.
Sungguh, duhai ukhti..kami sangat menyayangimu, tapi kenapa kamu tidak menyayangi dirimu sendiri, begitu mudah kau mengobral cinta dan hatimu. Padahal engkau tidak pernah mengerti akankah dia menjadi yang terbaik dari dirimu. Duhai ukhti, nafasmu dan desahanya, sangat mematikan kami kaum adam. Jangan kau paksa kami untuk membubuhi keindahan dirimu dengan darah para syetan yang durja.
Wahai ukhti....
Sayangilah dirimu sendiri...
Berikan dirimu persembahan dari syurga...
Jika engkau ingin menjadi bunga, maka jadilah engkau bunga yang paling mahal. Jika engkau ingin menjadi mutiara, maka jadilah engkau mutiara yang sangat mahal sehingga untuk menjamahmu harus menjadi yang terkaya dan terhebat. Duhai ukhti, menjelmalah menjadi zamrud hijau di hamparan khatuliswa dan jadilah engkau awan senja yang teduh. Tatkala kami memandangmu, maka ketenangan hati yang didapat. Tatkala kami ingin menjamahmu, maka harga yang termahallah yang harus kami keluarkan yaitu keimanan kami untukmu. Duhai bunga yang menguntum dalam keindahan syurgawi, janganlah engkau menguncup dengan hawa neraka yang kau hirup dengan hidungmu sendiri.
Duhai ukhti....
Cintailah dirimu sendiri.....
Sayangilah kami dan dirimu sendiri...
Top of Form
Bottom of Form
Surat Cinta Tuk Calon Istriku yang Sholihah
Pertama-tama adalah mesti engkau sadari, bahwa sesungguhnya aku tak akan menilai kecantikan wajahmu dibalik jilbab yang engkau kenakan, serta harta yang kau miliki sebagai daya tarik untuk menikahimu. Tapi kecantikan hati, perilaku, serta ketaatanmu kepada Dienul Islam itu yang utama.
Memang hal ini sangat musykil di zaman yang telah penuh dengan noda-noda hitam akibat perbuatan manusia, sehingga wanita-wanitanya sudah tidak malu lagi untuk menjual kecantikannya dan berlomba-lomba memperlihatkan aurat dengan sebebas-bebasnya demi memuaskan hawa nafsu jahatnya.
Namun itulah yang diajarkan Rasulullah SAW, kepada kita melalui haditsnya :
Janganlah engkau peristrikan wanita karena hartanya, sebab hartanya itu menyebabkan mereka sombong. Dan jangan pula kamu peristrikan wanita karena kecantikannya, karena boleh jadi kecantikannya itu dapat menghinakan dan merendahkan martabat mereka sendiri. Namun peristrikan wanita atas dasar Agamanya. Sesungguhnya budak hitam legam kulitnya tetapi Dienya lebih baik, lebih patut kamu peristrikan“. (HR. Bukhori)
Dan Allah pun tak akan melihat kebagusan wajah dan bentuk jasadmu. Tapi Dia menilai hati dan amal yang kau lakukan. Hendaknya engkau yakin bahwa wanita-wanita salafusshaleh adalah panutanmu, yang telah mendapat bimbingan dari nabi Muhammad SAW.
Contohlah Ummu Khomsa yang tersenyum gembira mendengar anak-anaknya gugur dalam medan pertempuran. Tentunya engkau heran, mengapa seorang ibu seperti itu ? jawabnya adalah karena ia yakin bahwa jannah telah menanti anaknya di akhirat, sedangkan engkau tahu, tak seorangpun yang tidak menginginkan akhir hidup di tempat yang penuh kenikmatan itu.
Katakanlah kepada anak-anakmu kelak :
Janganlah engkau bimbang dan ragu wahai anakku, kalau kamu syahid daripada sibuk mengumpulkan harta dan memburu pangkat. Maka kalau kamu ingin termasuk ke dalam golongan-golongan pejuang ISLAM yang benar-benar memperjuangkan hak Allah dan Rasul-Nya. Serahkan dirimu dan ketaqwaan yang kuat dan tanamkan pula dalam hatimu iman serta keinginan untuk menemuin-Nya secara syahid. Bayangkanlah bahwa jannah sedang menanti, bersama para bidadari yang sedang berhias menanti kekasih-kekasihnya, yaitu kamu sendiri. Seperti Firman Allah :
“Dan didalam Jannah itu ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik” (QS 56 : 22-23)
Ajarkanlah pada anak-anak kita kelak, bahwa hidup dalam ISLAM tidak berarti mencari kenikmatan semu di dunia ini sehingga mereka bersenang-senang didalamnya dan lupa akan Akhirat. Padahal Rasulullah mengajarkan “Addunya mazra’atul akhiroh” (Dunia adalah ladangnya akhirat). Jadi dunia bukan tujuan akhir, tapi hanya sekedar jembatan untuk menuju kehidupan akhirat yang lebih baik dan kekal sehingga mereka mengerti bahwa mencari keridhoan Allah berarti pengorbanan yang terus menerus, Seperti Firman-Nya :
”Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah dan Allah maha penyantun kepada hamba-hambanya”. QS. Al Baqarah : 207
Akhirnya merekapun tahu bahwa jalan yang mereka pilih itu tidak menjanjikan harta di dunia ini yang banyak, rumah mewah, kendaraan yang banyak, atau kasur-kasur yang empuk, pangkat dan wanita, tapi jalan mereka semua adalah jalan yang penuh dengan duri-duri cobaan serta seribu datu macam tantangan. Karena Allah tidak akan memberi Jannah kepada kita dengan harga yang murah.
Berdo’alah kepada-Nya agar engkau lahirkan kelak dari rahimmu seorang anak pewaris perjuangan nabi-nabi-Nya yang senantiasa mereka mendo’akan kita. Didiklah mereka agar taat dan berbuat baik kepada kita serta tidak menyekutukan Allah, seperti yang diwasiatkan Luqman kepada anak-anaknya (31:31). Fahamkan mereka bahwa pewaris perjuangan Rasul dan Nabi bukanlah berarti mereka hanya menjadi pejuang di medan jihad, tapi juga seorang abid (zuhud) di malam hari. Anak kita kelak adalah amanah dari-Nya oleh sebab itu Allah akan murka seandainya kita menyia-nyiakannya. Pembentukan pribadi anak itu sangat tergantung kepada kita yang mendidiknya. Apakah ia akan menjadi orang yang beriman atau sebaliknya. Hendaklah engkau perhatikan makanan untuk mereka, pergaulannya serta pilihkan pendidikan yang mereka ikuti.
Jadilah engkau seperti Siti Maryam yang dapat mendidik Isa a.s. di tengah-tengah cemoohan dan cacian masyarakat. Atau Siti Asiyah(istri fir’aun) yang dapat memupuk keimanan Musa a.s. di dalam istana yang penuh dengan kedurhakaan dan kekufuran. Kemudian Masyitoh yang mampu memantapkan hati anak-anaknya walaupun harus menghadapi air yang mendidih demi kebenaran. Atau deperti Siti Khadijah R.ha. Aisyah R.ha, Sayidina Fatimah R.ha yang membesarkan anak-anaknya di tengah-tengah kemiskinan.
Bila engkau telah memahami tugas terhadap anak-anakmu dalam Islam, maka mudah-mudahan Allah akan memberkahi ktia dengan memberikan anak-anak yang sholeh, yang bersedia mengorbankan nyawanya demi mematuhi perintah Allah, seharusnyalah engkau faham juga bahwa dunia ini adalah perhiasan dan sebaik baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.
Dan salah satu ciri yang harus engkau miliki jika ingin menjadi wanita sholehah dan bersedia untuk taat terhadap suamimu kelak seperti Firman-Nya dalam surat An-Nisaa :34 bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita dan istri yang baik adalah mereka yang setia (taat) kepada suami dan selalu memelihara kehormatannya selama suaminya tidak ada di rumah.
Hendaklah engkau berbeda dengan wanita-wanita saat ini yang benyak melalaikan suami dan anak-anaknya, mereka lebih sibuk dengan karir, arisan, undangan, atau menyia-nyiakan uang dan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna, serta cenderung pamer wajah dan aurat kepada yang bukan muhrimnya. Carilah ridha suami dengan cara-cara yang telah diyariatkan Islam, karena Rasulullah telah berwasiat pada Putrinya tercinta :
” Wahai Siti Fatimah, kalau engkau mati dalam keadaan Ali tidak ridha padamu, niscaya aku ayahandamu tidak akan menyolatkanmu”
Jadilah engkau perhiasan yang tinggi nilainya di dalam rumah tangga, sumber penyejuk dan kebahagiaan hati suami, berhiaslah engkau untuk menyenangkan suami, jagalah hatinya agar engkau tak menyakiti dia. Walaupun dengan hal-hal yang kecil. Katakan kepadaku jika akan berangkat mencari nafkah :
Wahai suamiku carilah rezeki yang halal disisi Allah, janganlah engkau pulang membawa rezeki yang haram untuk kami. Kami rela berlapar dan hidup susah dengan makanan yang halal.
Dan janganlah engkau cegah, jika aku hendak meninggalkanmu berhari-hari karena memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Tabahlah seperti tabahnya Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan Ibrahim a.s. ditengah padang pasir yang tandus. Jika aku mengikuti jejak yasir, maka ikutilah di belakangku sebagai sumayyah, bila kukatakan kepadamu “perjuangan itu pahit” maka jawablah olehmu “Jannah itu Manis”
Sudah kiranya yang ingin aku sampaikan padamu, hendaklah engkau pahami dan ikuti seperti yang telah aku tunjukkan kepadamu tapi harus diingat bahwa engkau melakukannya karena Allah bukan karena aku, semoga Allah meridhoi kita nanti saat kita disatukan dalam ikatan suci pernikahan dan semoga Allah swt memberi kemudahan pada kita dalam mengikuti petunjuknya, amin.
Salam Hangat,
Dari ku yang selalu menanti kehadiranmu.
Top of Form
Bottom of Form
aQ ingiN menikah Akhi!!!
Surat itu tergeletak begitu saja dibangku taman. Berwarna biru muda, dan terlipat begitu rapi. Entah darimana dan untuk siapa ?......
Kepada
Yang TerLahiR daRi kaum WaNita
Saudaraku
di Bumi Allah
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarhokatuh,
Terurai syukur dari Allah atas nikmatnya menciptakan pria dan wanita sebagai pelengkap satu sama lain.
Ya Akhi.....
Yah, surat ini untukmu.....karena keluhku telah kusampaikan pada Allah dan semesta. Tinggal kepadamu kuceritakan isi hati yang terdalam.
Akhi.....
Tahukah engkau begaiman rasa yang dimiliki seorang wanita yang telah waktunya menjadi seorang ibu. Bermimpi akhi, ia hanya bisa bermimpi. Ia ingin tinggal disebuah rumah kecil yang bahagia, penuh canda anak kecil, dan tentu saja seorang suami. Seseorang yang bisa menjaga dan menjadi imam baginya. Suami yang akan mencarikan nafkah untuknya.....
Tapi sekali lagi akhi....itu baru sekedar mimpi. Wanita itu kini belum memiliki rumah itu, ia bersama ratusan wanita lainnya sekarang ini sedang berjuang, menguras keringat, bekerja siang malam untuk sebuah kehidupan.
Akhi.....
Aku ingin menikah. Tapi dengan siapa ? Aku hanya bisa bermimpi dan berharap datang seseorang dari kaummu menyatakan pinangan kepadaku. Aku bukannya kesepian, bukan pula mengharap cinta yang kuharapkan. Aku hanya ingin menyempurnakan separuh dari agama ini akhi. Aku ingin menjadi seorang ibu, aku ingin segera mendidik genarasi Mujahid dan Mujahidin.
Akhi....
Aku butuh pelindung dan pengayom, aku butuh dijaga dan dilindungi. Aku ingin tinggal dirumah. Kalaupun harus menjadi wanita gagah di luar sana, aku ingin saat itu ada dirimu, yang membelaku saat tertindas, yang membelai hijabku saat kulelah memajukan Ummat.
Akhi....
Aku lelah menyendiri. Bukannya tak mensyukuri karunia Sang Ilahi. Tapi lihatlah aku akhi, siang menjadi wanita karir, malam pulang dalam lelah yang teramat.
Seandainya engkau ada, mungkin rumah akan menjadi syurga kecil buatku . Aku bisa menyulap dapur manjadi restoran mewah untukmu, bisa menyiapkan hidangan yang sederhana untuk makan berdua, juga suasana indah bunga-bunga mekar didepan rumah. Aku ingin menjadi pelayan dirumahmu........walau nyatanya aku adalah sahabat karibmu!.
Akhi......
aku tak tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Afwan jiddan, aku tak pandai menulis surat, juga tak pandai membuat haru seseorang dengan kata-kata. Aku tak romantis namun melankolis. Sedikit demi sedikit aku telah mengenal cinta.
Dan.....
Dengan segenap asa yang kumiliki, aku ingin berkata....
"Akhi, Menikalah denganku !!!"
Jazakallah akhi, telah membaca sebagian jeritan rasa hatiku.
wassalamu alaikum warahmatullahi wabarhokatuh
Top of Form
Bottom of Form
aiB^^
Ketika mendengar sebuah berita "miring" tentang saudara kita, apa reaksi kita pertama kali ? Kebanyakan dari kita dengan sadarnya akan menelan berita itu, bahkan ada juga yang dengan semangat meneruskannya kemana-mana.
Kita ceritakan aib saudara kita, sambil berbisik, "sst! ini rahasia lho!". Yang dibisiki akan meneruskan berita tersebut ke yang lainnya, juga sambil berpesan, "ini rahasia lho!"
Kahlil Gibran dengan baik melukiskan hal ini dalam kalimatnya, "jika kau sampaikan rahasiamu pada angin, jangan salahkan angin bila ia kabarkan pada pepohonan."
Inilah yang sering terjadi. Saya memiliki seorang rekan muslimah yang terpuji akhlaknya. Ketika dia menikah saya menghadiri acaranya. Beberapa minggu kemudian, seorang sahabat mengatakan, "saya dengar dari si A tentang "malam pertamanya" si B." Saya kaget dan saya tanya, "darimana si A tahu?" Dengan enteng rekan saya menjawab, "ya dari si B sendiri! Bukankah mereka kawan akrab…"
Masya Allah! rupanya bukan saja "rahasia" orang lain yang kita umbar kemana-mana, bahkan "rahasia kamar" pun kita ceritakan pada sahabat kita, yang sayangnya juga punya sahabat, dan sahabat itu juga punya sahabat.
Saya ngeri mendengar hadis Nabi : "Barang siapa yang membongkar-bongkar aib saudaranya, Allah akan membongkar aibnya. Barangsiapa yang dibongkar aibnya oleh Allah, Allah akan mempermalukannya, bahkan di tengah keluarganya."
Fakhr al-Razi dalam tafsirnya menceritakan sebuah riwayat bahwa para malaikat melihat di lauh al-mahfudz akan kitab catatan manusia. Mereka membaca amal saleh manusia. Ketika sampai pada bagian yang berkenaan dengan kejelekan manusia, tiba-tiba sebuah tirai jatuh menutupnya. Malaikat berkata, "Maha Suci Dia yang menampakkan yang indah dan menyembunyikan yang buruk."
Jangan bongkar aib saudara kita, supaya Allah tidak membongkar aib kita. "Ya Allah tutupilah aib dan segala kekurangan kami di mata penduduk bumi dan langit dengan rahmat dan kasih sayang-Mu, Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah"
Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wassalam,
Dostları ilə paylaş: |