Hanya Allahlah yang mengatur semua yang ada di langit dan di bumi. Dialah Penguasa, Penggerak dan Pengatur segalanya. Cukuplah Allah sebagai penguasa alam semesta agar dapat berjalan dengan tertib, dan penguasa manusia agar mereka menyembah, bertakwa dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya.
Kalian, wahai umat manusia, berada di bawah kekuasaan Allah. Dia Mahakuasa dan Maha Penakluk. Jika Allah berkehendak, niscaya Dia akan mematikan kalian kemudian menciptakan yang lain. Dia Mahaagung lagi Mahakuasa untuk berbuat demikian. Juga Mahakuasa atas segala sesuatu.
Barangsiapa mengharap kenikmatan dan manfaat dunia yang halal melalui jalan yang benar, Allah akan memberinya kenikmatan dunia dan akhirat sekaligus. Karena Dialah satu-satunya yang memiliki kedua kenikmatan itu."
Keadilan adalah sistem kehidupan yang tidak dipertentangkan lagi. Dari itu, wahai orang-orang yang patuh dan tunduk kepada Allah dan seruan rasul-Nya, biasakanlah dirimu dan orang lain--dalam upaya mematuhi prinsip keadilan--untuk selalu tunduk kepada keadilan. Berbuat adillah terhadap orang-orang yang teraniaya. Jadilah kalian semua penegak keadilan, bukan karena menyukai orang kaya atau mengasihi orang miskin. Karena Allahlah yang menjadikan seseorang kaya dan miskin, dan Dia lebih tahu kemaslahatannya. Sesungguhnya hawa nafsu itu telah menyimpang dari kebenaran, maka janganlah kalian mengikutinya, supaya kalian dapat berlaku adil. Jika kalian bepaling atau enggan menegakkan keadilan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan dan akan memberi balasannya. Yang baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang buruk akan dibalas dengan keburukan pula.
Risalah-risalah samawi pada hakikatnya adalah satu, karena yang mengutus para rasul hanya satu pula: Allah Swt. Maka tunduklah, wahai orang-orang yang beriman, kepada Allah dan ikhlaskan dirimu kepada-Nya. Percayalah kepada Nabi Muhammad dan apa yang dibawa dalam al-Qur'ân yang diturunkan kepadanya, dan laksanakanlah. Percayalah kepada kitab-kitab suci yang turun sebelumnya seperti saat diturunkan tanpa penyelewengan dan kealpaan. Barangsiapa yang ingkar kepada Allah, Sang Pencipta, malaikat, alam gaib, kitab-kitab Allah dan rasul-rasul-Nya, serta hari akhir, maka ia telah tersesat dari jalan yang benar dan berada dalam jalan kesesatan.
Iman berarti tunduk secara mutlak dan mengerjakan kebenaran secara terus menerus. Maka, orang yang ragu-ragu bukan termasuk orang yang beriman. Orang-orang yang beriman lalu kufur, kemudian beriman dan kembali lagi kepada kekufuran, maka hal itu hanya akan menambah kekufuran mereka. Allah tidak akan mengampuni kejahatan yang telah mereka perbuat dan tidak pula memberi mereka petunjuk ke jalan yang benar. Allah akan mengampuni orang-orang yang bertobat dan menjauhi kejahatan, dan akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang selalu mencari kebenaran.
Wahai Rasulullah, berilah peringatan kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih di hari kiamat kelak.
Mereka memberikan kekuasaan dan perwalian mereka kepada orang-orang kafir, bukan kepada orang-orang Mukmin. Apakah mereka mengharapkan kejayaan dan bangga dengan orang-orang kafir itu? Kejayaan hanya milik Allah yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Barangsiapa mencari kejayaan dan bangga dengan Allah, akan jaya. Sebaliknya, barangsiapa mencari kejayaan dan bangga dengan selain Allah maka akan hina.
Allah telah menurunkan al-Qur'ân kepada kalian. Setiap kali kalian mendengar ayat al-Qur'ân dibacakan, di antara kalian ada yang mempercayainya dan ada juga yang mengingkari dan mengolok- oloknya. Kalau demikian keadaan orang-orang kafir dan munafik, dan kalian sendiri mendengar olok-olok mereka, janganlah kalian duduk bersama mereka sampai mereka berbicara yang lain. Karena, kalau tidak, kalian akan menjadi seperti mereka yang mengolok-olok al-Qur'ân itu. Sesungguhnya orang-orang kafir dan munafik akan mendapat siksa yang amat pedih, karena Allah akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat di neraka Jahanam.
Orang-orang munafik itu selalu menunggu-nunggu seperti orang dengki yang selalu menunggu- nunggu dan mengharapkan agar kalian mendapatkan musibah dan mati terbunuh jika kalian berperang melawan musuh. Jika kalian mendapat kemenangan dari Allah menuju jalan yang benar, mereka berkata kepada orang-orang Mukmin, karena kemenangan itu telah menghinakan mereka dan Allah telah menolong orang-orang yang beriman, "Bukankah kami bersama kalian dan termasuk kelompok kalian?" Tetapi, jika orang-orang kafir mendapat kemenangan, mereka berkata, "Bukankah kami turut memenangkan kalian dan kami telah memberikan kasih sayang kami kepada kalian serta membela kalian dari orang-orang Mukmin?" Allah akan memberi keputusan di antara kalian dan orang-orang munafik pada hari kiamat. Dia sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin selama orang-orang Mukmin tetap beriman dan mengerjakan amal saleh.
Sesungguhnya orang-orang munafik, dengan kemunafikannya, telah mengira bahwa mereka akan dapat menipu Allah dan menyembunyikan hakikat diri mereka dari-Nya. Allahlah yang akan membalas tipuan mereka. Allah akan mebiarkan mereka bergelimang dalam kejahatan dan akan membuat perhitungan terhadap apa yang mereka perbuat. Orang-orang munafik itu mempunyai ciri lahir dan ciri batin. Yang pertama tampak pada sikap bermalas-malasan dalam melaksanakan salat. Salatnya itu hanya dimaksudkan untuk riya, bukan salat yang sebenarnya. Sedang yang kedua, ciri batin, tampak pada sedikitnya berzikir kepada Allah. Karena jika mereka selalu menyebut Allah, niscaya mereka akan meninggalkan kemunafikannya.
Orang-orang munafik berada dalam keragu-raguan: tidak termasuk kelompok kalian dan juga tidak sepenuhnya termasuk kelompok kafir. Hal itu akibat lemahnya iman dan jiwa mereka, di samping akibat kesesatan mereka dari kebenaran. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan untuk memberi petunjuk baginya.
Di antara faktor penyebab kemunafikan adalah menjadikan orang-orang yang tidak beriman sebagai pemimpin dan penolong. Oleh karena itu, jauhilah hal semacam ini, wahai orang-orang yang beriman. Janganlah kalian menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong yang memiliki kekuasaan dan kalian taati. Jika kalian melakukan hal itu, maka Allah mempunyai alasan yang jelas untuk menghukum kalian. Sehingga, dengan demikian, kalian termasuk ke dalam golongan orang-orang munafik dan akan menjadi hina. Sebab, kalian tidak meminta pertolongan dan kejayaan dari Allah, kebenaran, dan amal saleh.
Sesungguhnya orang-orang munafik berada di dalam neraka Jahanam yang paling dalam akibat kemunafikan mereka. Mereka berada di bagian terendah neraka. Dan kamu, Muhammad, tidak akan menemukan penolong yang dapat melindungi mereka dari siksa neraka.
Kecuali sebagian mereka yang bertobat, kembali ke jalan Allah, berpegang teguh, ikhlas berserah diri kepada-Nya dan mengerjakan amal saleh. Dengan demikian, mereka termasuk orang-orang Mukmin dan akan menerima pahala seperti yang akan mereka dapatkan. Allah telah menyediakan bagi orang-orang Mukmin balasan yang sangat besar di dunia dan di akhirat.
Allah hanya menuntut kalian untuk beriman dan bersyukur atas nikmat-Nya. Jika kalian lakukan itu, niscaya kalian tidak akan merasakan siksa. Kalian bahkan akan mendapatkan pahala atas kebaikan dan kesyukuran kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri perbuatan baik hamba-Nya dan Maha Mengetahui segala kebaikan dan keburukan mereka.
Allah melarang hamba-Nya untuk berkata buruk, kecuali orang yang dianiaya. Ia boleh memaparkan dan mengungkapkan keburukan orang yang menganiayanya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar ucapan orang yang dianiaya dan Maha Mengetahui kezaliman orang yang menganiaya. Dia akan memberi balasan yang setimpal terhadap apa yang dilakukannya. (1) (1) Hukum positif melarang seseorang untuk mengucapkan perkataan buruk secara terang-terangan di hadapan orang lain dengan alasan untuk melindungi pendengaran dan moral manusia dari hal-hal yang dapat merusak dan menyakitkan. Sebab, ucapan buruk dapat menyakiti hati orang yang menjadi obyeknya. Dalam hal ini al-Qur'ân mengatakan lâ yuhibb-u Allâh-u al-jahr-a bi al-sû' min al-qawl yang berarti 'Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan secara terus terang'. Seandainya ayat itu berhenti sampai kata al-sû' 'keburukan', 'kejahatan' saja, sehingga ayat itu berbunyi lâ yuhibb-u Allâh-u al-jahr-a bi al-sû', maka pengertiannya tidak hanya mencakup kejahatan yang dilakukan dengan kata-kata, tetapi mencakup juga kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan secara terus terang seperti membuka aurat di tempat umum, atau membuka pakaian wanita supaya terlihat auratnya. Pembatasan kejahatan pada ayat ini hanya pada bentuk ucapan atau kata-kata, mengindikasikan adanya larangan mengenai kejahatan dalam bentuk lain. Dan, memang, kejahatan dalam bentuk lain disinggung pada ayat lain, yaitu ayat ke-19 surat al-Nûr yang artinya berbunyi 'Sesungguhnya orang-orang yang menginginkan tersiarnya berita amat keji itu di kalangan orang-orang yang beriman, akan mendapatkan siksa yang pedih di dunia dan akhirat'. Pembicaraan mengenai hal ini akan diterangkan lagi pada kesempatan lain, menyangkut apa yang dalam hukum positif disebut dengan berbagai istilah, seperti menghina, mencela, menuduh dan sebagainya. Juga termasuk terbebasnya pelaku tindakan menghina dan menuduh dari hukuman apabila tindakannya itu merupakan reaksi atas orang lain yang menghina dan menuduhnya. Oleh karena itu, ayat ini dilanjutkan dengan illâ man zhulim 'kecuali bagi orang yang dizalimi'. Berdasarkan pengecualian ini, orang yang teraniaya boleh mengucapkan kata-kata buruk semacam celaan dengan terus terang selama tidak dilakukan secara berlebihan dan melampaui batas. Ayat ini tidak menyebutkan secara khusus bentuk aniaya dalam pengecualian 'kecuali orang yang dizalimi' tadi, tidak seperti pada kejahatan yang disebut pada awal ayat yang hanya terbatas pada kejahatan kata-kata. Tidak adanya pembatasan bentuk aniaya ini mengindikasikan bahwa aniaya itu mencakup perkataan dan perbuatan, sehingga balasan terhadap tindak kezaliman seperti itu dapat dimaafkan dan pelakunya tidak terkena sanksi. Termasuk juga orang yang dirampas hartanya. Makna lahir ayat ini bahwa barangsiapa dizalimi atau dimusuhi dengan perkataan atau perbuatan kemudian membalasnya dengan caci maki, maka ia tidak berdosa. Ayat berikutnya berusaha mencegah timbulnya sikap ekstrim dalam memahami alasan pembalasan tersebut dengan menyatakan bahwa memafkan suatu kejahatan itu lebih baik daripada membalasnya dengan bentuk kejahatan lain, supaya tidak timbul kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Arti ayat itu berbunyi 'Jika kalian menampakkan atau menyembunyikan kebaikan atau memaafkan suatu kejahatan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Kuasa'.
Jika kalian menampakkan atau menyembunyikan kebaikan, atau memaafkan orang yang berbuat tidak baik kepada kalian, Allah pasti akan melimpahkan pahala karena kalian beretika dengan etika ketuhanan, yaitu memberi maaf meskipun pada saat mampu untuk tidak memaafkan. Sesungguhnya Allah Mahabesar ampunan-Nya dan Mahasempurna kekuasaan-Nya.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara beriman kepada Allah dan beriman kepada rasul-rasul-Nya dengan mengatakan, "Kami beriman kepada sebagian rasul dan tidak beriman kepada sebagian yang lain," (berarti hanya beriman kepada nabi-nabi tertentu yang mereka cintai dan tidak beriman kepada yang lain yang mereka benci) padahal seharusnya mereka beriman kepada semuanya, karena iman itu tidak mengenal pemisahan,
mereka adalah orang-orang yang bergelimang dalam kekufuran yang jelas. Sesungguhnya Allah benar- benar akan menyediakan siksa yang pedih bagi mereka dan orang-orang yang seperti mereka.
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan tidak mendustakan salah satu dari mereka, maka Allah akan memberi pahala yang besar atas kesempurnaan iman mereka. Sungguh Allah Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat, Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
Orang-orang Yahudi yang ingkar meminta kepadamu, wahai Rasulullah, untuk mendatangkan bukti yang membenarkan kenabianmu dengan mendatangkan kepada mereka kitab suci khusus yang turun dari langit, membuktikan kebenaran kerasulanmu dan mengajak mereka beriman dan menaatimu. Kalau permintaan mereka semakin banyak, kamu tidak perlu terburu-buru untuk memenuhinya. Sebab, para pendahulu mereka telah meminta yang lebih besar dari itu kepada Nabi Mûsâ dengan mengatakan, "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata." Allah menurunkan siksa berupa petir yang menyambar dan memusnahkan mereka karena kezaliman yang mereka perbuat. Kemudian ingatlah dosa mereka yang lebih besar dan lebih buruk dari itu, yaitu menjadikan anak sapi sebagai tuhan selain Allah setelah mereka menyaksikan bukti yang diperlihatkan Nabi Mûsâ kepada Fir'aun dan kaumnya. Kemudian Allah memberi ampunan setelah mereka bertobat kepada-Nya, dan Allah telah menguatkan Nabi Mûsâ dengan bukti yang nyata.
Allah mengangkat bukit di atas kepala Banû Isrâ'îl, sebagai ancaman karena mereka tidak mau menerima hukum Tawrât, sampai mereka menerimanya. Allah juga mengambil perjanjian dari mereka lalu memerintahkan kepada mereka untuk memasuki kampung dengan tunduk kepada-Nya dan tidak melanggar perintah-Nya dengan tetap beribadah pada hari Sabtu. Sesungguhnya Allah telah mengambil itu semua dari mereka sebagai perjanjian yang kokoh.
Allah kemudian menjadi murka, karena mereka melanggar perjanjian, mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah dan membunuh nabi-nabi secara zalim. Selain itu, juga karena tetap lebih memilih kesesatan dengan mengatakan, "Hati kami telah tertutup dan tidak akan menerima apa yang diserukan kepada kami." Mereka tidak jujur mengatakan hal itu. Allahlah yang menutup dan mengunci hati mereka akibat kekufuran mereka. Hanya sebagian kecil dari mereka yang beriman.
Allah murka kepada mereka, karena kekufuran dan dusta besar yang mereka tuduhkan kepada Maryam.
Allah juga murka kepada mereka, sebab dengan nada meremehkan dan menghina, mereka berkata, "Kami telah membunuh 'Isâ al-Masîh putra Maryam, Rasulullah." Padahal sebenarnya mereka tidak membunuh dan menyalib 'Isâ putra Maryam seperti pengakuan mereka. Tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang dijadikan tampak mirip 'Isâ. Mereka mengira telah membunuh dan menyalib 'Isâ, padahal mereka hanya membunuh dan menyalib orang yang mirip 'Isâ putra Maryam. Setelah itu mereka saling berbeda pendapat mengenai siapa sebenarnya yang mereka bunuh: 'Isâ atau bukan. Mereka benar-benar ragu dalam hal ini. Sebenarnya, yang terjadi adalah bahwa mereka mengatakan hal itu tanpa dasar pengetahuan selain prasangka saja. Mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh adalah 'Isâ.
Malah, yang sebenarnya terjadi, adalah bahwa Allah mengangkat 'Isâ ke sisi-Nya dan menyelamatkannya dari serangan musuh. Mereka tidak menyalib dan tidak pula membunuh 'Isâ. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana dalam semua perbuatan-Nya.
Tidak ada seorang pun dari Ahl al-Kitâb yang sebelum wafat tidak mengetahui hakikat Nabi 'Isâ yang merupakan hamba dan rasul Allah. Ia, sebelum wafat, pasti beriman kepada 'Isâ, tapi keimanan itu tidak berguna lagi karena waktunya sudah berlalu. Pada hari kiamat nanti 'Isâ a. s. akan menjadi saksi atas mereka bahwa ia telah menyampaikan risalah Tuhan-Nya, dan bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul- Nya.
Akibat kezaliman yang dilakukan orang-orang Yahudi, Allah pun menyiksa mereka dengan mengharamkan sejumlah makanan yang baik-baik yang sebelumnya halal. Di antara bentuk kezaliman itu adalah menghalangi manusia untuk masuk agama Allah.
Karena mereka memberlakukan riba--padahal Allah telah mengharamkan--dan karena memakan harta orang secara tidak benar, agama memberikan hukuman berupa pengharaman makanan yang baik-baik kepada mereka. Sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi orang kafir siksa yang menyakitkan.
Tetapi orang-orang Yahudi yang mendalami ilmu dan orang-orang yang beriman dari umatmu, Muhammad, percaya kepada apa yang diwahyukan kepadamu dan apa yang diwahyukan kepada rasul-rasul sebelummu. Orang-orang yang melaksanakan salat dengan benar, menunaikan zakat, percaya kepada Allah, hari kebangkitan dan pembalasan, maka Allah akan memberi pahala yang baik kepada mereka atas keimanan dan ketaatannya.
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu al-Qur'ân dan syariat. Begitu juga, Kami telah memberi wahyu kepada Nûh dan nabi-nabi yang datang sesudahnya. Juga, Kami telah memberikan wahyu kepada Ibrâhîm, Ismâ'îl, Ishâq, Ya'qûb dan Asbâth (yaitu nabi-nabi dari keturunan Ya'qûb), 'Isâ, Ayyûb, Yûnus, Hârûn dan Sulaymân. Selain itu, Kami telah mewahyukan pula kepada Dâwûd dengan menurunkan kitab Zabûr kepadanya.
Begitulah, Kami telah mengutus banyak rasul sebelummu. Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kisahnya kepadamu, dan ada pula yang tidak Kami ceritakan. Cara Allah memberikan wahyu kepada Mûsâ adalah dengan berbicara secara langsung dari balik tabir, tanpa perantara.
Semua rasul itu Kami utus sebagai pembawa berita gembira berupa pahala bagi siapa yang percaya, dan pemberi peringatan berupa siksa bagi siapa yang kufur. Hal itu agar tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk membantah Allah setelah diutusnya rasul-rasul itu. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, Mahamenang dan tidak ada yang menyaingi-Nya, lagi Mahabijaksana dalam segala perbuatan-Nya.
Namun jika mereka tidak mau mengakui kebenaranmu, Allah akan tetap memberikan persaksian atas kebenaran al-Qur'ân yang diturunkan kepadamu. Dia menurunkannya sesuai dengan ilmu-Nya. Malaikat- malaikat pun menjadi saksi atas hal itu. Persaksian Allah sudah cukup bagimu, Muhammad, hingga kamu tidak memerlukan lagi persaksian yang lain.
Sesungguhnya orang-orang kafir yang tidak percaya kepadamu dan menghalang-halangi manusia untuk masuk ke dalam agama Allah, benar-benar telah tersesat jauh dari kebenaran.
Orang-orang yang kafir dan menganiaya diri mereka dengan kekufuran, menganiaya Rasulullah saw. dengan mengingkari rislahnya, dan menganiaya manusia dengan menyembunyikan kebenaran, sungguh tidak akan diampuni Allah selama mereka masih kafir. Mereka juga tidak akan ditunjukkan Allah ke jalan keselamatan. Allah memang tidak akan mengampuni orang-orang yang sesat seperti mereka.
Tetapi, sebaliknya, mereka akan ditunjukkan Allah jalan ke neraka. Mereka akan kekal abadi di dalamnya. Hal itu sungguh mudah bagi Allah.
Wahai manusia, sesungguhnya Rasulullah (Muhammad) membawa agama yang benar dari sisi Tuhan kalian. Maka, percayailah ajaran yang dibawanya, karena hal itu lebih baik bagi kalian. Jika kalian menolak ajarannya dan lebih memilih kekufuran, maka Allah sebenarnya tidak membutuhkan keimanan kalian, karena Dia adalah penguasa kalian. Segala apa yang ada di langit dan bumi adalah hak-Nya: hak milik, hak cipta dan hak pakai. Dialah yang Maha Mengetahui semua makhluk-Nya lagi Mahabijaksana dalam berbuat. Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik dan tidak akan melalaikan balasan orang-orang yang berbuat jahat.
Wahai Ahl al-Kitâb, janganlah kalian menentang kebenaran dan melampaui batas dalam beragama. Jangan berbuat dusta kepada Allah dengan mengingkari risalah 'Isâ a. s atau dengan menjadikannya sebagai tuhan selain Allah. 'Isâ al-Masîh hanyalah rasul Allah seperti rasul-rasul yang lain. 'Isâ diciptakan Allah dengan kekuasaan dan kalimat-Nya yang disampaikan dan ditiupkan oleh malaikat Jibrîl kepada Maryam. Hal itu merupakan salah satu rahasia kekuasaan Allah. Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul- rasul-Nya dengan benar dan jangan beranggapan bahwa tuhan itu ada tiga. Tinggalkanlah kebatilan itu, karena hal itu lebih baik. Sesungguhnya Allah Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Mahasuci dari kemungkinan mempunyai anak. Segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara dan pengatur kepunyaan-Nya.
'Isâ al-Masîh tidak akan sombong lalu enggan menjadi hamba Allah. Begitu juga malaikat-malaikat yang dekat kepada-Nya. Barangsiapa sombong dan enggan menyembah Allah, maka ia tidak akan lepas dari siksa-Nya pada hari ketika Dia mengumpulkan manusia untuk diperhitungkan amal perbuatannya.
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Allah akan memberikan secara penuh pahala amal perbuatan mereka dan akan memberikan tambahan dengan karunia-Nya, sebagai penghormatan dan pelimpahan nikmat. Sedangkan orang-orang yang enggan beribadah dan bersyukur kepada Allah, maka Allah benar-benar akan menyediakan bagi mereka siksa yang menyakitkan. Mereka tidak akan mendapatkan seorang penolong pun yang akan menolong dan melindungi mereka dari siksa itu.
Wahai umat manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti-bukti nyata yang membenarkan kerasulan Muhammad. Melalui ucapannya, Kami menurunkan al-Qur'ân yang jelas bagai cahaya kepada kalian, yang menerangi dan menunjukkan kalian ke jalan keselamatan.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan kerasulan Muhammad serta berpegang teguh pada agamanya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga di akhirat kelak, dan akan memberi mereka rahmat serta karunia yang luas. Sedang di dunia, mereka akan diberi petunjuk ke jalan yang lurus.
Wahai Rasulullah, mereka bertanya kepadamu mengenai warisan orang yang wafat tanpa mempunyai anak dan ayah. Ketentuan Allah dalam hal ini adalah sebagai berikut. Jika orang yang wafat itu meninggalkan saudara perempuan, maka ia memperoleh setengah bagian dari harta waris. Jika ia meninggalkan saudara laki-laki, maka ia akan memperoleh semua harta waris. Jika ia mempunyai dua saudara perempuan, maka keduanya mendapat dua pertiga dari harta waris. (1) Dan jika ahli waris itu terdiri atas saudara-saudara laki dan perempuan, maka bagian laki-laki dua kali lebih banyak dari bagian perempuan. Allah menjelaskan hukum ini semua, supaya kamu tidak sesat dalam membagi warisan masing- masing ahli waris. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala amal perbuatanmu, dan Dia yang akan memberi balasan kepadamu sesuai dengan amal perbuatan yang kamu lakukan. (1) Hadis Rasulullah saw. menyebutkan juga saudara perempuan yang berjumlah lebih dari dua orang, di samping ketentuan ayat yang menyebutkan bahwa anak perempuan lebih dari dua orang memperoleh dua pertiga bagian. Ketentuan ini tentu lebih berlaku lagi pada dua saudara perempuan, karena hubungan anak lebih dekat. Sedangkan undang-undang Eropa yang diambil dari undang-undang Romawi menetapkan bahwa saudara (laki-laki dan perempuan) dengan anaknya tidak mendapatkan harta waris. Lebih dari itu, undang-undang itu memberi kewenangan penuh kepada pemilik harta untuk tidak memberikan warisan kepada seluruh ahli warisnya. Hal itu kemudian dilarang oleh Islam, dengan hanya memberikan hak wasiat kepada pewaris pada sepertiga hartanya.
[[5 ~ AL-MA'IDAH (HIDANGAN) Pendahuluan: Madaniyyah, 120 ayat ~ Surat al-Mâ'idah termasuk kelompok surat Madaniyyah. Surat ini berisikan 120 ayat, dan merupakan surat yang terakhir kali turun. Dalam surat ini terdapat berbagai hukum mengenai kewajiban memenuhi janji secara umum, baik janji antara hamba dengan Tuhannya maupun janji antar sesama manusia, mengenai makanan yang halal dan yang haram, dan mengawini wanita Ahl al-Kitâb; serta rukun wudu dan tayamum. Selain itu, juga terdapat keterangan mengenai pencarian keadilan bersama musuh, isyarat akan nikmat Allah kepada orang-orang Islam, kewajiban menjaga dan memelihara kitab suci, keterangan mengenai orang-orang Yahudi yang mengubah firman-firman Allah dari yang sebenarnya, keterangan mengenai orang-orang Nasrani yang melupakan sebagian dari apa yang diingatkan kepada mereka. Juga terdapat keterangan mengenai kekafiran orang-orang Nasrani itu dengan mengatakan bahwa 'Isâ al-Masîh adalah anak Allah, dan keterangan mengenai sikap orang-orang Yahudi yang menganggap bohong orang-orang Nasrani dengan mengaku bahwa Yahudi adalah anak-anak dan kekasih-kekasih Allah. Di samping itu, surat ini juga berisi kisah kaum Yahudi, kisah dua anak Adam yang melukiskan bahwa permusuhan merupakan tabiat anak cucu Adam, hukum kisas sebagai pendidikan bagi jiwa yang cenderung memusuhi yang lain, hukuman zina dan mencuri. Setelah itu, surat ini menerangkan kembali tentang orang-orang Yahudi yang telah mengubah syariat yang terdapat dalam kitab Tawrât, keterangan bahwa Tawrât dan Injîl mengandung kebenaran sebelum terjadi perubahan. Keharusan menerapkan hukum kitab suci yang diturunkan Allah, juga diterangkan dalam surat ini. Kemudian surat ini juga menerangkan tentang, sikap permusuhan orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap masyarakat Islam dan larangan tunduk serta rela dengan apa yang mereka lakukan. Surat ini juga menetapkan kekafiran kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari tiga tuhan, dan penjelasan al-Qur'ân bahwa sebagian kaum Nasrani telah mengikuti kebenaran dan beriman kepadanya, larangan bagi orang yang beriman untuk mengharamkan sebagian makanan yang dihalalkan baginya, kafarat melanggar sumpah, larangan meminum khamar, keterangan manasik haji dan kemuliaan Ka'bah serta bulan-bulan suci, kebatilan orang-orang Arab yang telah mengharamkan sesuatu kepada diri mereka tanpa bukti dan alasan, dan hukum wasiat dalam bepergian. Selanjutnya pada akhir surat ini dijelaskan mengenai mukjizat Nabi 'Isâ a. s dan kekufuran Banû Isrâ'îl terhadapnya serta terbebasnya Nabi 'Isâ dari mereka yang menyembahnya. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah semata, dan Dia adalah Mahakuasa.]] Hai orang-orang yang beriman, penuhilah semua janji kalian kepada Allah dan janji antara sesama kalian. Allah telah menghalalkan daging unta, sapi dan kambing, kecuali apa yang telah diharamkan-Nya. Kalian tidak boleh berburu binatang darat pada saat melaksanakan ihram, atau ketika sedang berada di tanah haram. Sesungguhnya Allah menetapkan semua apa yang dikehendaki dengan adil, dan ini semua adalah perjanjian Allah dengan kalian(1). (1) termasuk dalam janji yang harus dipenuhi dalam ayat ini adalah janji yang diucapkan kepada sesama manusia. 'Uqûd (bentuk jamak dari 'aqd ['janji', 'perjanjian']) yang digunakan dalam ayat ini, pada dasarnya berlangsung antara dua pihak. Kata 'aqd itu sendiri mengandung arti 'penguatan', 'pengukuhan', berbeda dengan 'ahd ('janji', 'perjanjian') yang berasal dari satu pihak saja, dan termasuk di dalamnya memenuhi kehendak pribadi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa al-Qur'ân lebih dahulu berbicara mengenai pemenuhan janji daripada undang-undang positif. Ayat ini bersifat umum dan menyeluruh. Sebab, dalam Islam terdapat hukum mengenai dua pihak yang melakukan perjanjian. Tidak ada hukum positif mana pun yang lebih mencakup, lebih jelas dan lebih terperinci daripada ayat ini mengenai pentingnya memenuhai dan menghormati janji.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian melanggar syiar-syiar Allah seperti manasik haji pada waktu ihram sebelum tahallul ('berhalal' dengan cara mencukur rambut) dan hukum-hukum syariat yang lainnya. Jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram dengan mengobarkan api peperangan, dan jangan pula menghalangi binatang yang dikhususkan untuk dibawa ke Bayt Allâh (Baitullah, Ka'bah) dengan merampas atau menghalanginya untuk sampai ke tempatnya. Jangan melepas kalung-kalung yang ada pada leher binatang sebagai tanda bahwa binatang itu akan dibawa ke Bayt Allâh untuk disembelih pada musim haji, dan jangan pula menghalangi orang-orang yang pergi ke Bayt Allâh dengan maksud mencari karunia dan keridaan-Nya. Jika kalian selesai melaksanakan ihram kemudian melakukan tahallul, maka kalian boleh berburu. Janganlah kebencian kalian kepada kaum yang menghalangi kalian pergi ke al-Masjid al-Haram, mendorong kalian untuk memusuhi mereka. Hendaknya kalian, wahai orang-orang Mukmin, saling menolong(1) alam berbuat baik dan dalam melaksanakan semua bentuk ketaatan dan jangan saling menolong dalam berbuat kemaksiatan dan melanggar ketentuan-ketentuan Allah. Takutlah hukuman dan siksa Allah, karena siksa-Nya amat kejam bagi orang-orang yang menentang-Nya. (1) Ayat ini menunjukkan bahwa al-Qur'ân telah terlebih dahulu beberapa ratus tahun menganjurkan konsep kerjasama dalam kebaikan, dibanding semua undang-undang positif yang ada.
Dostları ilə paylaş: |