Alquran terjemahan bahasa indonesia



Yüklə 3,5 Mb.
səhifə47/101
tarix26.10.2017
ölçüsü3,5 Mb.
#14093
1   ...   43   44   45   46   47   48   49   50   ...   101

Tetapi aku akan mengatakan, 'Sesungguhnya yang menciptakan diriku dan menciptakan alam semesta ini adalah Allah, Tuhanku. Hanya Dia yang aku sembah dan aku tidak akan mempertuhan selain Dia. '

Seandainya saat memasuki kebun dan memperhatikan tanaman yang ada di dalamnya itu kamu mengatakan, 'Masya Allah! Aku tidak mempunyai kekuasaan untuk mewujudkan semua itu kecuali dengan pertolongan Allah,' maka hal itu merupakan ungkapan rasa syukur yang dapat menjamin keabadian nikmat- nikmat itu." Orang yang beriman itu melanjutkan, "Kalaupun kamu melihat diriku lebih miskin dan lebih sedikit anak dan pengikutnya,

aku berharap semoga Tuhanku memberiku kenikmatan yang lebih baik dari kebunmu di dunia atau dari surgamu di akhirat nanti. Atau sebaliknya, barangkali Tuhan mengirimkan bencana yang akan menimpa kebunmu seperti petir yang menyambar dari langit yang membuat kebunmu berubah menjadi tanah gersang, rata dan tidak bisa ditanami.

Atau menjadikan air itu meresap ke dalam bumi hingga sulit dijangkau, lalu kamu akan bersusah payah menggalinya untuk mengairi kebunmu."

Dan benar, Allah mempercepat datangnya bencana itu. Allah mendatangkan kerusakan yang menghabiskan tanaman dan buah yang dihasilkan kebun itu, memakan habis sampai ke akar-akarnya. Orang kafir itu hanya bisa membolik-balikkan telapak tangan tanda penyesalan dan kerugian atas semua yang telah dia keluarkan untuk memodali kebunnya. Kerusakan itu memang begitu cepat datangnya. Ketika itulah orang kafir itu berangan-angan andaikata dia tidak menyekutukan Allah.

Tatkala bencana itu datang, dia tidak lagi mempuyai penolong yang dulu dibangga-banggakannya. Bahkan dia tidak mampu menolong dirinya sendiri, karena penolong yang sebenarnya hanyalah Allah.

Pertolongan itu, bagaimanapun bentuknya, tetap bersumber dari Allah. Allah telah memilihkan bagi hamba-Nya pahala yang berlipat ganda dan masa depan yang baik.

Wahai Rasul, sebutlah kepada mereka sebuah perumpamaan yang menggambarkan daya tarik dan keindahan hidup duniawi yang pada akhirnya akan musnah dalam sekejap. Keindahan dunia itu bagaikan air yang turun dari langit dan menyirami tumbuhan yang ada di atas bumi sehingga menjadi hijau dan matang. Tiba-tiba bumi berubah menjadi kering-kerontang dan dicerai-beraikan oleh angin. Allah Mahakuasa untuk menciptakan atau memusnahkan segala sesuatu.

Harta benda dan anak merupakan keindahan dan kesenangan hidup kalian di dunia. Akan tetapi semuanya tidak ada yang abadi, tidak ada yang langgeng, dan pada akhirnya akan musnah. Kebaikan- kebaikan yang kekal adalah yang terbaik untuk kalian di sisi Allah. Allah akan melipatgandakan pahalanya dan itulah sebaik-baik tempat menggantungkan harapan bagi manusia.

Wahai Rasul, berikanlah peringatan pada manusia akan datangnya suatu hari, saat kehancuran alam semesta. Gunung-gunung akan dimusnahkan, bumi akan terlihat rata, tidak tertutup oleh apa-apa seperti sebelumnya. Kami akan mengumpulkan semua manusia tanpa terkecuali untuk Kami perhitungkan amal perbuatan mereka.

Pada saat itu manusia akan diajukan ke hadapan Allah berbaris dalam kelompok-kelompok untuk diperhitungkan amal perbuatannya. Pada saat itu Allah berfirman, "Kami bangkitkan kalian dari kematian sebagaimana Kami telah menghidupkan kalian untuk pertama kali. Kalian kini datang kepada-Ku sendirian tanpa harta dan anak. Dan kalian telah mengingkari hari kebangkitan dan hari pembalasan saat kalian masih hidup di dunia."

Mereka akan menerima, melalui tangan masing-masing, buku yang berisi catatan amal perbuatan. Orang-orang yang beriman akan bergembira melihat isi catatan-catatan itu, sedangkan orang-orang yang ingkar akan merasa takut oleh perbuatan-perbuatan buruk mereka. Mereka berkata, "Inilah hari kehancuranku. Aku merasa heran, kitab ini tidak melalaikan sedikit pun perbuatanku, baik yang kecil ataupun yang besar. Semua telah tercatat." Mereka mendapatkan balasan dari apa yang mereka perbuat. Dan Allah sedikit pun tidak berbuat zalim kepada hamba-Nya.

Wahai Rasul, ingatkan saat awal penciptaan diri mereka dari tanah. Tidak ada yang patut mereka banggakan. Tidak ada alasan yang membenarkan untuk tunduk kepada Iblis, musuh leluhur mereka, karena Iblis adalah dari golongan jin yang sombong dan membangkang kepada Allah. Bagaimana kalian menjadikan Iblis dan keturunannya sebagai penolong selain Allah, setelah kalian mengerti bahwa Iblis itu adalah musuh kalian. Alangkah buruknya perbuatan itu, perbuatan orang-orang yang menganiaya diri sendiri dan menuruti kemauan setan.

Aku tidak menghadirkan iblis dan anak cucunya untuk menyaksikan penciptaan langit, bumi, penciptaan diri mereka untuk Aku mintai pertolongan. Aku sekali-kali tidak membutuhkan seorang penolong pun, apalagi menjadikan orang-orang yang membuat kerusakan sebagai penolong bagi-Ku. Jika demikian, mengapa kalian menaati setan dan berbuat maksiat kepada-Ku?

Ingatkan kepada mereka akan suatu hari ketika Allah berfirman kepada orang-orang musyrik, "Panggillah orang-orang yang kalian anggap sebagai sekutu-sekutu-Ku di dunia untuk memberi syafaat untuk kalian." Merekapun meminta pertolongan sekutu-sekutu itu, tetapi sekutu-sekutu itu tidak dapat mengabulkan permohonan mereka. Kini, apa yang terjadi di antara mereka Kami jadikan sebagai penyebab kebinasaan orang-orang kafir, setelah di dunia mereka senantiasa menjadikan para sekutu itu sebagai sesembahan dan kesayangan mereka.

Orang-orang yang berdosa telah menyaksikan neraka dan mereka yakin akan jatuh ke dalamnya, dan mereka tidak mendapatkan tempat pengganti yang lain untuk didiami.

Sungguh Allah telah menyebutkan berbagai macam perumpamaan di dalam al-Qur'ân sebagai nasihat bagi orang-orang yang mengingkari-Nya dan meminta mukjizat selain al-Qur'ân. Tetapi tabiat manusia adalah senang membantah. Jika ia tetap keras menentang, maka ia akan membantah dengan kebatilan.

Tidak ada sesuatu pun yang menghalangi orang-orang musyrik untuk beriman ketika datang petunjuk kepada mereka. Petunjuk itu adalah Rasulullah saw. dan al-Qur'ân, agar mereka beriman dan meminta ampunan kepada Allah. Tetapi mereka ingkar dan meminta kepada Rasulullah saw. agar didatangkan kepada mereka hukuman Allah yang telah berlaku bagi orang-orang terdahulu berupa kebinasaan, atau didatangkan kepada mereka azab yang nyata.

Allah tidak mengutus para rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dia tidak mengutus mereka untuk dimintai mukjizat tertentu oleh orang-orang yang mengingkari mereka. Tetapi orang-orang kafir berpaling dari bukti-bukti itu dan membantah para rasul dengan kebatilan yang mereka gunakan untuk melenyapkan kebenaran. Adapun sikap mereka terhadap al-Qur'ân dan peringatan adalah seperti sikap orang yang mengolok-olok yang tak mencari kebenaran.

Tidak ada yang lebih zalim dari orang yang diberi nasihat dengan tanda-tanda kekuasaan Tuhannya, lalu tidak merenungkannya dan melupakan akibat maksiat yang diperbuatnya. Oleh sebab kecenderungan mereka kepada kekufuran, Kami membuat hati mereka tertutup, sehingga mereka tidak dapat berpikir dan memperoleh cahaya. Sedangkan pada telinga mereka Kami ciptakan ketulian, sehingga mereka tidak dapat mendengar dan memahami kebenaran. Meskipun kamu mengajak mereka kepada agama yang benar, mereka tidak akan mendapat petunjuk selama watak mereka tetap seperti ini.

Tuhanmu yang luas ampunan-Nya adalah Pemilik kasih sayang yang amat luas bagi orang yang mau kembali kepada-Nya. Kalau Dia berkehendak membalas orang-orang yang berbuat jahat, Dia tentu mampu mendatangkan siksa kepada mereka dengan segera seperti yang terjadi pada orang-orang sebelum mereka. Akan tetapi, demi hikmah yang Dia tetapkan, Dia menunda siksaan itu sampai suatu saat nanti mereka akan merasakan siksaan yang paling pedih. Mereka tidak akan mendapatkan tempat berlindung yang menaungi mereka.

Itulah beberapa negeri yang Kami hancurkan karena penduduknya berbuat zalim dengan mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Kami telah menetapkan saat kehancuran mereka yang tidak akan tertunda. Begitu pula nasib kaummu yang mendustakanmu, jika mereka tetap tidak mau beriman.

Ilmu Allah tidak dapat diketahui oleh siapa pun. Kendatipun demikian, Allah dapat memberikan sebagian ilmu-Nya kepada seorang nabi atau seorang yang saleh. Ingatlah, wahai Muhammad, ketika Mûsâ ibn 'Imrân berkata kepada anak muda (pembantunya dan sekaligus juga muridnya), "Aku masih akan terus berjalan sampai batas pertemuan dua laut, atau berjalan dalam waktu panjang."

Ketika Mûsâ dan pembantunya tiba pada pertemuan dua laut, mereka lupa akan ikan yang mereka bawa atas perintah Allah. Ikan itu jatuh ke laut dan pergi.

Lalu, ketika mereka telah menjauh dari tempat itu, mereka merasa lapar dan lelah. Mûsâ berkata kepada pembantunya, "Keluarkanlah makanan kita, perjalanan kita sungguh melelahkan."

Pembantu itu berkata, "Ingatkah Tuan ketika kita tiba di batu tempat berlindung tadi? Aku lupa ikan kita. Kelupaanku itu tentu hanyalah akibat ulah setan. Dan ikan itu pun tentu sudah berlalu di dalam air laut. Aku sendiri sungguh heran dengan kelupaanku ini!"

Mûsâ berkata kepadanya, "Apa yang terjadi ini adalah apa yang kita cari untuk suatu hikmah yang diinginkan Allah." Mereka pun kembali meniti jalan semula yang telah dilalui.

Ketika tiba di batu tempat berlindung, mereka mendapatkan seorang hamba Kami yang saleh yang Kami berikan hikmah pengetahuan. Ia Kami ajarkan banyak ilmu.

Mûsâ pun berkata kepada hamba Kami yang saleh itu, "Bolehkah aku mengikutimu lalu kamu mengajarkan aku apa yang telah Allah ajarkan kepadamu?"

Orang itu berkata, "Kamu tidak akan sabar menemani aku."

"Bagaimana kamu bisa bersabar terhadap sesuatu yang belum kamu ketahui?" katanya melanjutkan.

Mûsâ menjawab, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sabar dan patuh pada perintahmu."

Hamba saleh itu berkata lagi, "Kalau kamu mengikuti aku, lalu melihat sesuatu yang tidak kau sukai, jangan bertanya tentang hal itu sebelum aku sendiri menjelaskannya kepadamu."

Mereka pun kemudian berjalan di tepi pantai lalu menemukan sebuah perahu dan menaikinya. Tetapi hamba itu lalu membocorkan perahu itu di tengah perjalanan. Mûsâ tidak dapat menerima kelakuan itu, lalu bertanya, "Apa kamu sengaja membocorkan perahu ini untuk menenggelamkan penumpang- penumpangnya? Jika demikian, kamu benar-benar telah melakukan sesuatu yang tak layak!"

Hamba saleh itu menjawab, "Bukankah sudah kukatakan bahwa kamu tidak akan sabar mengikuti aku?"

Mûsâ berkata, "Maafkanlah aku atas kelalaianku terhadap pesan-pesanmu tadi. Janganlah kamu bebani aku dengan kesulitan dan kesusahpayahan dalam menerima ilmu darimu."

Setelah mereka keluar dari perahu itu dan melanjutkan perjalanan, di tengah perjalanan mereka menemui seorang anak kecil. Hamba saleh itu pun kemudian membunuh anak kecil itu. Mûsâ berkata dengan menunjukkan sikap tidak menerima, "Apakah kamu membunuh nyawa yang bersih dan tidak berdosa dan tidak pernah melakukan pembunuhan? Sungguh kamu telah melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima!"

Hamba saleh itu berkata, "Bukankah telah aku katakan bahwa kamu tidak akan sabar untuk diam dan tidak bertanya?"

Mûsâ menjawab, "Kalau aku masih bertanya lagi setelah ini nanti, tinggalkanlah aku. Jangan kau temani aku. Kamu telah sampai pada batas alasan boleh meninggalkan aku."

Mereka berdua melanjutkan perjalanan sampai tiba di sebuah perkampungan. Di sana mereka meminta makan dari penduduk setempat, tetapi kemudian ditolak. Mereka lalu menemukan sebuah dinding yang condong dan hampir runtuh. Hamba saleh itu pun kemudian menopangnya dan menegakkannya kembali. Mûsâ berkata, "Kalau kamu mau, tentu kamu dapat meminta upah atas perbuatanmu itu."

Hamba itu berkata, "Nampaknya, sikap tidak menerima dari dirimu yang terus-menerus itu menyebabkan kita harus berpisah. Aku akan menceritakan kepadamu hikmah di balik tingkah lakuku yang tidak kau ketahui dan membuatmu tidak sabar untuk mengetahui rahasia sebenarnya."

"Perahu yang aku bocorkan itu," kata sang hamba menerangkan, "adalah milik orang-orang lemah dan miskin yang mereka gunakan untuk bekerja di laut mencari rezeki. Aku ingin memperlihatkan bahwa kapal itu tidak bagus, karena di belakang mereka ada raja yang selalu merampas setiap kapal yang bagus."

"Sedangkan anak kecil yang aku bunuh itu," katanya melanjutkan, "adalah anak sepasang suami istri yang Mukmin. Aku tahu, bahwa jika anak itu hidup dan tumbuh dewasa, ia akan menyebabkan kedua orangtuanya kafir.

Dengan membunuhnya, aku bermaksud agar Allah memberi ganti dengan anak yang lebih baik sikap beragamanya, lebih berbakti dan lebih sayang."

"Sedangkan dinding yang aku tegakkan dengan tidak mengharap upah," masih kata hamba saleh tadi melanjutkan, "adalah milik dua anak yatim dari penduduk kota itu. Di bawah dinding itu terdapat harta simpanan yang ditinggalkan oleh ayah mereka untuk mereka berdua. Ayah mereka adalah seorang yang saleh. Karena itu Allah ingin memelihara harta simpanan untuk kedua anak itu sampai mereka dewasa dan membutuhkannya, sebagai rahmat kepada keduanya dan penghormatan kepada ayah mereka melalui keturunannya. Apa yang telah aku lakukan itu bukanlah berdasarkan kemauanku, tapi atas dasar perintah Allah. Inilah penjelasan hal-hal yang tersembunyi bagimu, wahai Mûsâ, yang kamu tidak dapat bersabar terhadapnya."

Sebagian orang kafir bertanya kepadamu, Muhammad, tentang kisah Dzû al-Qarnain. Katakanlah kepada mereka, "Akan aku ceritakan kepada kalian sebagian beritanya."

Sesungguhnya Kami telah menjadikan Dzû al-Qarnain berkuasa di muka bumi dan mengendalikannya dengan aturannya. Dan Kami berikan kepadanya pengetahuan yang banyak tentang cara mengendalikan segala sesuatu.

Dengan cara-cara itu dia memperluas kekuasannya di muka bumi. Dia pun menjadikan jalan yang dapat mengantarkannya ke belahan bumi bagian barat.

Ia berjalan ke arah barat sampai tiba di suatu tempat yang sangat jauh. Ia melihat matahari terbenam di suatu tempat mata air yang berair panas dan mengandung tanah hitam. Di dekat mata air itu, Dzû al-Qarnain mendapatkan suatu kaum yang kafir. Kemudian Allah memberikan ilham kepadanya untuk mengambil salah satu dari dua sikap dalam menghadapi mereka: mengajak mereka beriman--suatu hal yang baik jika mereka menerimanya--atau memerangi mereka jika tidak memenuhi seruan orang yang mengajak beriman.

Dzû al-Qarnain memberi peringatan kepada mereka bahwa barangsiapa di antara mereka yang menzalimi diri dengan tetap melakukan kemuysrikan, maka dia pantas untuk menerima azab di dunia. Kemudian pada hari kiamat, dia akan kembali kepada Tuhannya dan akan diberi azab yang tidak mereka ketahui.

Dan barangsiapa yang memenuhi seruannya, beriman kepada Tuhannya dan beramal saleh, maka baginya balasan yang terbaik di akhirat. Di dunia dia akan diperlakukan dengan santun dan baik.

Kemudian Dzû al-Qarnain berjalan lagi sambil memohon pertolongan Allah. Dia menelusuri jalan yang dapat mengantarkannya ke tempat terbitnya matahari.

Hingga akhirnya ia sampai di tempat matahari terbit--dalam pandangan mata, yaitu pada batas akhir perkampungan. Dia mendapati matahari menyinari suatu kaum yang hidup dengan fitrah asli mereka, tidak ada penutup yang menghalangi mereka dari sengatan panas matahari.

Seperti halnya yang telah lalu--Dzû al-Qarnain menyeru penduduk negeri belahan barat kepada keimanan--dia pun menyeru penduduk timur. Dia juga memperlakukan mereka seperti yang telah dilakukannya pada yang pertama.

Kemudian Dzû al-Qarnain berjalan lagi--dengan bantuan cara-cara mencapai kesuksesan yang telah disediakan oleh Allah--menelusuri jalan antara timur dan barat.

Sampai akhirnya dia tiba--pada perjalannya yang ketiga ini--di suatu tempat yang jauh antara dua gunung yang tinggi. Di sana dia mendapati suatu kaum yang tidak mengerti apa-apa yang dikatakan kepada mereka kecuali dengan susah-payah(1). (1) Dua gunung yang mengapit dinding yang disebut dalam tafsir ini adalah gunung Azerbeijan dan Armenia. Menurut riwayat lain, kedua gunung itu terletak di ujung utara perbatasan Turkistan.

Ketika mereka mendapati kemampuan dan kekuatan dalam diri Dzû al-Qarnain, mereka memintanya untuk membuat dinding pembatas yang menghadap Ya'jûj dan Ma'jûj, kaum yang selalu mengintai dan membuat kerusakan dan kehancuran di negeri mereka. Sebagai imbalan membuat dinding itu, mereka akan membayar pajak kepada Dzû al-Qarnain.

Dzû al-Qarnain menolak imbalan itu dengan mengatakan, "Kekayaan dan kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepadaku lebih baik dari apa yang kalian tawarkan." Kemudian ia mulai membangun dinding dengan meminta mereka membantunya dengan segala kemampuan--tenaga dan perlengkapan--untuk mewujudkan keinginan mereka.

Dia meminta mereka untuk mengumpulkan potongan-potongan besi yang diperlukan. Dengan itu ia membuat dinding tinggi yang menyamai tingginya puncak kedua gunung itu. Kemudian ia menyuruh mereka menyalakan api di atasnya. Mereka pun menyalakan api sehingga besi itu meleleh. Setelah itu leburan tembaga dikucurkan ke besi tadi sampai akhirnya menjadi dinding yang sangat keras.

Para penyerang itu pun tidak dapat mendaki dan melubangi dinding tersebut karena amat tinggi dan kerasnya.

Setelah selesai membangun dinding, Dzû al-Qarnain berkata sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, "Dinding ini merupakan rahmat dari Tuhanku kepada hamba-hamba-Nya, dan dinding ini akan tetap berdiri tegak sampai datang ketetapan Allah untuk menghancurkannya, hingga menjadi rata dengan tanah. Dan ketetapan Allah itu pasti terlaksana."

Setelah dinding itu selesai dibangun, dari balik dinding tersebut senantiasa terjadi kekacauan di kalangan Ya'jûj dan Ma'jûj. Mereka tidak lagi dapat menyerang kelompok lain. Maka tatkala hari kiamat tiba dan sangkakala ditiup, Allah akan mengumpulkan semua makhluk untuk dihisab dan diberi balasan.

Ketika itu, Allah memperlihatkan neraka jahanam kepada orang-orang kafir sehingga tampak menakutkan. Mereka akan dikumpulkan di dalamnya.

Hal itu disebabkan karena di dunia, mata mereka lalai dan tidak memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah, seakan-akan ada sesuatu yang menutupinya. Akibat kesesatan itu, mereka tidak dapat mendengarkan ajaran kebenaran seperti layaknya orang yang kehilangan indera pendengar(1). (1) Maksudnya, orang-orang yang matanya tidak dipergunakan untuk memperhatikan tanda-tanda kekuasaan-Ku di langit dan di bumi sehingga mereka mengingat-Ku. Dengan demikian, ayat ini mengajak manusia untuk mempelajari tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan Allah yang terdapat di sekelilingnya.

Apakah penglihatan orang-orang kafir itu buta, sehingga mereka menyangka bahwa usaha mereka menjadikan hamba-hamba-Ku--seperti malaikat dan 'Isâ--sebagai tuhan, lalu menyembahnya selain Aku dapat memberi manfaat dan menjauhkan mereka dari siksa? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka jahanam sebagai tempat mereka menerima balasan yang setimpal.

Wahai Rasul, katakanlah kepada orang-orang kafir itu, "Apakah kalian sudi kalau aku beritahukan tentang orang-orang yang paling merugi dalam amal perbuatan dan tidak mendapatkan balasan pahala sedikitpun?

Mereka adalah orang-orang yang rusak amal perbuatannya dalam kehidupan dunia karena keyakinan mereka yang tidak benar, sementara mereka masih menyangka telah berbuat dengan sebaik-baiknya.

Mereka adalah orang-orang yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah dan ingkar terhadap hari kebangkitan dan pembalasan. Maka hilanglah amal perbuatan mereka. Pada hari kiamat nanti, mereka akan mendapatkan kehinaan karena tidak ada sedikit pun amal perbuatan mereka yang dapat diperhitungkan."

Demikianlah penjelasan dan perincian Kami tentang keadaan mereka. Neraka jahanam adalah balasan bagi mereka karena mereka telah mengingkari dan mengolok-olok ayat-ayat dan para rasul Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, balasan mereka adalah surga Firdaus sebagai tempat tinggal.

Mereka mendapatkan nikmat yang kekal. Mereka pun tidak ingin mencari kenikmatan selainnya.

Katakanlah, wahai Rasul, kepada manusia, "Sesungguhnya ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu. Sekiranya air laut dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah yang menunjukkan ilmu dan hikmah-Nya, maka tinta itu akan habis sebelum habis kalimat Allah, meskipun ditambahkan lagi sebanyak itu."

Katakan pula kepada manusia, "Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kalian, yang diutus oleh Allah untuk mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepadaku. Allah mewahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Maka barangsiapa mengharap berjumpa dengan Allah dan mendapatkan pahala-Nya, hendaknya ia mengerjakan perbuatan yang baik dengan ikhlas dan menjauhi kemusyrikan dalam beribadah."

[[19 ~ MARYAM (MARYAM) Pendahuluan: Makkiyyah, 98 ayat ~ Surat ini termasuk golongan surat Makkiyyah, kecuali ayat 58 dan 71. Jumlah ayatnya sebanyak 98 ayat. Surat ini dimulai dengan huruf fonetis sebagaimana beberapa surat lain. Dalam surat ini terdapat kisah lahirnya Yahyâ bin Zakariyyâ a. s. tatkala Zakariyyâ, dalam usianya yang telah lanjut, memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Di sisi lain, istrinya adalah seorang wanita yang mandul. Kemudian setelah itu dijelaskan kisah Maryam, Sang Perawan Suci, dan kelahiran Nabi 'Isâ a. s. Selain itu disebutkan juga kisah Nabi Ibrâhîm, dakwahnya kepada keesaan Allah, permintaan dia kepada bapaknya agar berhenti menyembah berhala, dan dialog antara mereka berdua seputar berhala dan kekuasaan setan. Dalam surat ini terdapat petunjuk mengenai ihwal beberapa nabi keturunan Ibrâhîm a. s, yaitu Ismâ'îl, Ishâq dan anak cucunya, dan juga kisah Nabi Idrîs. Kemudian setelah itu Allah menyebutkan pergantian generasi yang datang setelah nabi-nabi tersebut. Di antara mereka ada yang taat dan ada pula yang melanggar. Allah telah menjelaskan bahwa surga adalah balasan bagi orang-orang yang beriman, dan neraka adalah balasan bagi orang-orang kafir. Di samping itu Allah juga menerangkan keadaan orang-orang kafir di nereka jahanam, dan orang-orang yang sesat yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah mempunyai anak." Selain itu, Allah menerangkan kedudukan al-Qur'ân, memberi peringatan kepada orang-orang kafir, membuat ibarat kehancuran orang-orang yang durhaka kepada para nabi. Mengenai yang terakhir, disebutkan bahwa tidak ada sedikit pun bekas mereka yang tersisa.]] Kâf, Hâ, Yâ, 'Ayn, Shâd adalah huruf-huruf fonemis yang digunakan untuk menjelaskan mukjizat al-Qur'ân yang berasal dari jenis huruf-huruf tersebut. Selain itu, juga untuk menggugah perhatian orang untuk mendengarkan.

Ini adalah kisah Tuhanmu, hai Muhammad, tentang kasih sayang-Nya yang diberikan kepada hamba dan nabi-Nya, Zakariyyâ,

ketika ia berlindung kepada Allah dan memohon kepada-Nya dalam kesunyian manusia.

Ia berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, bahkan aku bahagia bila doaku terkabulkan.

Aku sungguh merasa khawatir terhadap kerabatku setelah aku meninggal dunia. Mereka tidak dapat menangani urusan agama dengan baik, sedang istriku adalah seorang yang mandul. Maka anugerahilah aku, dari karunia-Mu, seorang anak yang akan menggantikan posisiku di masyarakat.

Selain itu, juga mewarisi aku dalam ilmu dan agama, dan mewarisi kerajaan dari keturunan Ya'qûb. Jadilkanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang mendapat perkenan-Mu dan perkenan manusia."

Zakariyyâ kemudian dipanggil, "Wahai Zakariyyâ, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu tentang kedatangan seorang anak yang Kami beri nama Yahyâ. Tidak ada seorang pun yang Kami beri nama itu sebelumnya."

Dengan rasa heran, Zakariyyâ berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, sedang istriku dalam keadaan mandul dan aku telah mencapai umur yang sangat tua?"

Lalu Allah mewahyukan kepada Zakariyyâ, "Persoalannya adalah seperti yang telah Aku kabarkan. Memberimu seorang anak dalam usiamu yang sangat tua dan istrimu yang mandul adalah hal yang sangat mudah bagi-Ku, dan hal itu tidaklah mustahil. Sesungguhnya Aku telah menciptakanmu, padahal sebelumnya kamu belum ada sama sekali."


Yüklə 3,5 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   43   44   45   46   47   48   49   50   ...   101




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin