Analisis konsep pendidikan islam untuk meningkatkan spiritualitas anak menurut surat luqman



Yüklə 234,57 Kb.
səhifə1/3
tarix02.08.2018
ölçüsü234,57 Kb.
#66240
  1   2   3

BAB IV

ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN ISLAM UNTUK

MENINGKATKAN SPIRITUALITAS ANAK

MENURUT SURAT LUQMAN

AYAT 12-19


  1. Konsep Pendidikan Islam Menurut Surat Luqman Ayat 12-19

Sebelum membehas analisis konsep pendidikan yang terdapat dalam surat Luqman ayat 12-19 perlu penulis paparkan terlebih dahulu ayat 12-19 beserta artinya agar lebih mudah dipahami:


12 Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.1 bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus2 lagi Maha mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan3dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman/31: 12-19)
Setelah mengetahui tafsir dari surat Luqman ayat 12-19, penulis dapat mengetahui arti dan maksud dari ayat tersebut. Kemudian dari ayat 12-19 dapat penulis temukan beberapa konsep yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam. Sebelum menguraikan konsep-konsep pendidikan yang terdapat dalam surat Luqman ayat 12-19, pada ayat 12 terdapat pembukaan yaitu keterangan mengenai Profil Luqman yang menjadi tokoh dari ayat tersebut.

Dalam setiap ilmu yang dipelajari, sebelum mengetahui isi dari ilmu tersebut alangkah baiknya apabila terlebih dahulu diketahui profil dari penulis atau kisah pengarang dari buku atau penulis karangan tersebut. Sama halnya dengan nasehat Luqman yang terdapat dalam Al-Qur’an yang terdapat permulaan dari ayat 12 yaitu menguraikan tentang pembawa nasehat tersebut. Ayat berikutnya dan seterusnya penulis temukan lima konsep pendidikan yaitu tauhid, akhlak individu, spiritual, syari’ah, dan akhlak sosial. Untuk mengetahui lebih jelasnya akan penulis terangkan dibawah ini.



        1. Pendidikan Tauhid (Akidah)


13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman/31: 12)
Ayat diatas merupakan awal nasehat Luqman kepada anaknya yaitu tentang penanaman tauhid dan larangan menyekutukan Allah. Anak Luqman yang diketahui dalam kitab Al-Alusi bernama Tharan.4 Menurut keterangan para mufasir, anak Luqman merupakan anak yang baik, walaupun pada mulanya anak dan ibu tersebut merupakan orang kafir, tapi Luqman mendidiknya hingga keduanya masuk Islam5 karena perbuatan mempersekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.6

Ajaran mengenai tauhid juga terdapat dalam kisah Ibrahim yang mencari Tuhan dalam QS. Al-An'am/ 06: 74-79.7



74. Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar8, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." 75. Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. 76. Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." 77. Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat." 78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. 79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan. (QS. Al-An'am/ 06: 74-79)
Dari ayat di atas penulis tidak akan membahas secara rinci kisah Ibrahim. Penulis hanya mengambil cerita secara global yang inti dari ayat tersebut sama-sama bertemakan tauhid sesuai dengan surat Luqman ayat 13. Kisah di atas diawali dengan komentar Ibrahim terhadap kekeliruan Azar dalam hal menyembah tuhan-tuhan palsu. Kesadaran Ibrahim yang diungkapkan kepada bapaknya itu ia peroleh setelh beberapa waktu lamanya merenungkan berbagai ciptaan Allah.9

Diceritakan waktu kecil Ibrahim disimpan kedua orang tuanya di dalam gua, karena pada saat itu raja mengumumkan akan membunuh setiap bayi laki-laki. Pada awalnya Ibrahim menganggap bintang sebagai Tuhan, hal tersebut didasarkan pada jumlahnya yang begitu banyak diangkasa. Namun pada taap berikutnya Ibrahim ragu dengan keyakinannya, karena ia melihat bulan yang munculnya menjadikan bintang-bintang itu sirna. Keyakinan itupun dibuang jauh-jauh, sebab dikala menjelang siang Ibrahim keluar dari gua, ia menyaksikan matahari jauh lebih besar dan terang cahayanya. Namun pada akhirnya matahari lenyap diufuk barat.

Selanjutnya dari cerita tersebut Ibrahim berkesimpulan bahwa Tuhan itu adalah yang menciptakan semua makhluk ayang ada di alam semesta ini. Hal ini diambil kesimpulan bahwa lingkungan alam yang serba natural mempunyai pengaruh yang cukup kuat,sehingga akhirnya dapat diketahui bahwa segala sesuatu itu bersumber dari Tuhan.

Konsep pendidikan tauhid ini dapat diketahui bahwa konsep pertama dalam pendidikan Islam adalah pendidikan akidah. Disini jelas bahwa pendidikan tauhid sangat penting sebagai awal dan pondasi dalam menjalankan proses pendidikan. Pendidikan tauhid ini harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Dalam surat Luqman terdapat perintah larangan menyekutukan Allah SWT, konsep ini dapat kita lihat pada ayat 13 dalam surat Luqman. Penanaman tauhid ini ini harus dilaksanakan sejak dini karena dapat menjadi pondasi bagi anak untuk masa depan yang baik.. Hal ini dapat diketahui pentingnya penanaman tauhid atau akidah sebelum anak mendapat pendidikan yang lainnya. Penanaman tauhid sejak dini dapat diterapkan dengan mengumandangkan azan pada telinga kanan anak bayi dan iqomah pada telinga kirinya.


Seperti dalam hadits Abu Dawud:10

حَدَثَنَا مُسَدَّد ٌحَدَثَنَا يَحْيىَ عَنْ سُفْياَنَ قَالَ حَدَثنَىِ عَاصِمُ بِنَ الَّلهِعَنْ عُبَيْدِاللهِ بْنِ اَبِى رَافِعٍ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ اَذْنَ فىِ اُذُنَ الْحَسَنِ بْنِ عَلىِ حِبْنَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِاالصَّلاةِ
Dari Ibn Rofi dari ayahnya ia berkata, saya melihat rosulullah SAW mengumandangkan azan ditelinga Hasan Ibn Ali ketika Fatimah melahirkan seperti azannya ketika sholat.
Ibnu Sunni lebih lengkap lagi meriwayatkan hadits yang memberikan penjelasan hikmah dibalik mengumandangkan adzan di telinga kanan dan mengiqamati di telinga kiri sang bayi sebagaimana sabda Nabi saw:11

مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوُلُدٌ فَاَذَنَ فِى اُذُنِهِ اْليُمْنَى وَاَقَامَ فِى اْليُسْرَى َتضُرُّه ُا ُمُّ الصِّبْياَنِ (رواه ابن االسنى)

Barang siapa yang dikaruniai seorang bayi, kemudian ia mengazani bayi itu ditelinganya yang akanan dan mengiqamahi ditelinganya yang kiri, niscaya Ummu Sibyan (jin dan syetan) tidak akan mengganggunya. (HR. Ibnu Sunni dari Hasan bin Ali ra.)
Berkenaan dengan hikmah azan, Ad Dahlawy memberikan komentar bahwa adzan ditelinga bayi mengandung beberapa rahasia hikmah,diantaranya sebagai berikut:

  1. Adzan merupakan bagian dari syiar-syiar Islam

  2. Adzan bisa berarti pemberitahuan kepada sang bayi tentang agama Muhammad SAW.

  3. Adzan membuat syetan yang menyakiti sang bayi sejak awal kelahirannya akan lari

  4. Agar kalimat tauhid menjadi permulaan kata yang mengetuk pendengarannya ketika menghirup udara kehidupan dunia.12

Dalam psikologi perkembangan, anak yang berada dalam fase infantile yaitu fase oral (00-01) adalah masa dimana anak memiliki sensori motor (fase dimana aktifitas anak dalam mengendalikan diri dengan menggunakan sensorik dan motoriknya, atau aktifitasnya didasarkan pada pengalaman langsung panca indra) yang sangat fundamen.

Bayi yang baru lahir telah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengumpulkan informasi. Alat-alat yang berfungsi untuk menangkap informasi inilah yang disebut dengan indra (sense) atau sistem sensorik. Dengan demikian indra-indra berfungsi medeteksi, mentransduksi dan meneruskan semua informasi yang datang padanya. Setiap indra mempunyai satu unsur deteksi yang disebut sebagai reseptor (penerima), yaitu satu sel yang secara khusus hanya memberikan respon terhadap jenis rangsangan yang tertentu saja. Sensasi (pengindraan)13 terjadi ketika sekumpulan informasi mengadakan kontak dengan penerima sensor, seperti mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit. Sensasi pendengaran misalnya, terjadi ketika gelombang udara yang bergetar dikumpulkan oleh telinga bagian luar dan ditranmisikan melalui tulang telinga bagian dalam ke saraf pendengaran, sensasi ini kemudian disertai dengan pemberian makna, dan inilah yang disebut persepsi.

Penanaman akidah harus ditanamkan sejak fase ini untuk menguatkan fitrahnya. Untuk menanamkan akidah tersebut dapat dengan mengumandangkan azan pada anak yang baru lahir pada telinga kanan dan iqomah pada telinga kiri. Kemudian dilanjutkan dengan kalimat toyyibah seperti Lailahaillallah, selain itu juga dapat berupa syair-syair atau lantunan ayat-ayat suci Al-Quran.

Kebiasaan untuk mengajarkan anak mengenai nilai akidah juga dapat dilakukan dengan bermain sambil belajar seperti dengan menggunakan bahasa sederhana atau kata-kata lembut penuh kasih sayang pada anak usia dini fase anal dan palic (01-05). Dalam fase ini terdapat masa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana orang tua menghadapi anak usia dini yang antara lain masa peka masa ego sentri, masa meniru, masa berkelompok, masa bereskplorasi dan masa pembangkangan.14

Menurut Pieget dalam bukunya soemantri anak memiliki dua tahapan dalam perkembangannya yaitu sensori motor (0 – 2) dan pra-operasional (2 – 7) dimana pada pada sensori motor anak mulai lebih mampu membedakan hal-hal yang diamati.15

Dengan demikian peran orang tua harus hati-hati dengan anak pada fase ini, mereka melihat dengan jelas perilaku orang tua dan orang lain disekelilingnya dan dapat meniru. Sikap orang tua dapat menjadi teladan bagi anak, sehingga orang tua harus dapat berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata setiap hari.

Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat adanya hubungan yang terus menerus antara ibu atau engganti ibu dengan bayi atau anak. dengan sendirinya hal ini menimbulkan hubungan timbal balik yang secara berangsur-angsur akan menumbuhkan rasa kasih sayang antara kedua pihak.16

Kehidupan anak yang penuh kasih sayang tentu akan berbeda dengan anak yang hidup dalam lingkungan keras. Mereka yang yang hidup dalam lingkungan ramah dan kasih sayang dapat merasakan kehangatan dan rasa aman. Berbeda dengan anak yang berada dalam lingkungan keras, kasar dan kurang ramah, mereka diliputi rasa khawatir dan ketakutan akan berbuat salah. Hal ini juga berpengaruh pada kehidupan selanjutnya dalam menghadapi dan menyikapi hidup kemudian hari. Lingkungan yang ramah dapat membuat anak sopan dan ramah terhadap lingkungan, sebaliknya lingkungan yang keras cenderng membuat anak berwatak keras pula.

Pendidikan akidah tidak berhenti sampai disini bahkan masih akan berlanjut sampai dewasa dan mampu manggunakan akalnya untuk memperkuat fitrahnya. Pada fase selanjutnya dijelaskan oleh Piaget dalam bukunya Soemiarti yang mengatakan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan pada anak, salah satunya adalah pra operasional (2 – 7) yaitu fungsi simbolik. Setelah masuk pada tahapan praoperasional anak-anak mulai dapat belajar dengan menggunakan pemikirannya, tahapan bantuan kehadiran sesuatu dilingkungannya, anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak tampak secara fisik.17 Selain itu anak juga mengalami perkembangan bahasa. Produk bahasa mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya.18

Penanaman akidah dapat melalui bahasa yang dapat mereka pahami dan sikap dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Dengan bahasa yang sederhana orang tua dapat terus membimbing anak tentang pendidikan tauhid ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai kemampuan anak dalam menangkap bahasa dari orang yang lebih dewasa terutama orang tua. Masa meniru dan meminjam watak dari orang dewasa ini dapat berlanjut hingga anak berumur 12 tahun atau memasuki fase latent (05 – 12).



        1. Pendidikan Akhlak Individual (Akhlak Terhadap Orang Tua)



14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.19 bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman/31: 14-15)
Ayat tersebut menjelaskan tentang ketaatan anak terhadap orang tua yang mempunyai urutan kedua setelah ketaatan kepada Allah swt. Perintah berbakti kepada orang tua ini tentu tidak lepas dari kasih sayang orang tua itu sendiri terhadap anaknya, bagaimana orang tua mendidik anaknya agar mereka agar mereka berbakti kepada keduanya. Mendidik bayi atau anak-anak di bawah umur satu tahun telah diatur dalam Islam. Bahkan sejak di dalam kandungan anak-anak harus dididik secara Islam. Waktu anak lahir diazankan ditelinga kanan dan iqomah sebelah kiri misalnya. Adzan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri kalimat tahlil (lailahaillallah) ini tidak akan hilang untuk seumur hidupnya, karena mengendap dibawah alam sadarnya. Kalau nanti ada pengaruh luar yang menggodanya, maka insya Allah bawah sadarnya akan memanggilnya kembali.20

Kemudian sejak lahir anak harus diberi susu ibu, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 2/ 233.




Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS. Al-Baqarah: 2/ 233)
Dengan menyusu kepada ibunya seorang anak akan mendapatkan segala bahan yang diperlukannya. Air susu ibu mengandung segala bahan yang diperlukan jasmani, rohani dan sosial bayi manusia.21 Kehangatan dan kasih sayang ibu dirasakan anak sejak ia lahir, dekapan ibu dapat menjadikan anak merasa aman dan tentram. Belaian ibu sangat penting agar perkembangan anak sesuai dengan apa yang orang tua harapkan.

Mujahid mengatakan, yang dimaksud al-wahn ialah penderitaan mengandung anak. Menurut Qatadah, maksudnya ialah kepayahan yang belebih-lebihan. Kemudian mengasuh dan menyuinya selama dua tahun. Berangkat daringertian surat Al-Baqarah ayat 233, Ibnu Abbas dan para imam lainnya menyimpulkan bahwa masa kandungan yang paling minin ialah enam bulan, karena dalam ayat lain Allah swt. Berfirman dalam QS. Al-Ahqaf/46:1522




15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqaf/46:15)
Ayat 14 Allah memerintahkan kepada manusia supaya berbakti dan taat kepada kedua orang tuanya, serta memenuhi hak-haknya. Didalam Al-Qur'an sering sekali disebutkan taat kepada Allah disertai dengan bakti kepada orang tua. Firman Allah dalam QS. Al-Isra'/ 17: 23.23

23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.24 (QS. Al-Isra'/ 17: 23)
Allah menyebut jasa ibu yang lain, yaitu bahwa ibu telah memperlakukannya dengan penuh kasih sanyang dan telah merawatnya dengan sebaik-baiknya sewaktu ia tidak mampu berbuat sesuatu pun bagi dirinya. Selanjutnya penulis dapat mengambil pelajaran dari ayat diatas dan uraian sebelumnya bahwa derajat orang tua berada dibahawa Tuhan yang wajib dipatuhi. Derajat disini dimaksudkan penulis ketaatan kepada orang tua terletak setelah kita taat kepada Allah Sehingga perintah atau larangan dari orang tua yang wajib kita taati tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan.

Pada ayat berikutnya yaitu ayat 15 diterangkan apabila kedua orang tua memaksamu serta menekanmu untuk menyekutukan Aku dengan yang lain dalam hal ibadah, yaitu dengan hal-hal yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu menaati apa yang diinginkan oleh keduanya. sekalipun keduanya menggunakan kekerasan supaya kamu mau mengikuti kehendak keduanya, maka lawanlah dengan kekerasan pula apabila ia memaksamu.25 Kekerasan yang dimaksud disini adalah penolakan dengan tegas apabila perintah berbakti kepada orang tua bertentangan dengan Allah, seperti dalam ayat 15 terdapat pengecualian apabila perintah dan larangan orang tua bertentangan dengan perintah dan larangan Allah SWT, sehingga perintah dan larangan tersebut tidak perlu diikuti bahkan wajib ditolak.

Potongan ayat berikutnya ( ) yaitu dan pergauli-

lah keduanya dalam urusan dunia dengan pergaulan yang diridhoi oleh agama, dansesuai dengan memberi pangan dan sandang kepada keduanya, tidak boleh memperlakukan keduanya dengan kasar, menjenguknya apabila sakit serta menguburnya apabila mati.26 Namun hal ini terkadang menyeret seseorang kepada hal-hal yang meremehkan agama disebabkan adanya hubungan saling timbal balik orang tua dengan anak. Maka Allah menegaskan kembali dalam potongan ayat berikutnya yang berkesimpulan bahwa “ikutilah jalan-Ku dengan mentauhidkan Aku serta mengihlaskan diri dan taat kepada-Ku, bukan mengikuti jalan keduanya”.

Konsep pendidikan akhlak juga terdapat dalam Al-Qur'an secara global. Bahkan Rasulullah SAW diutus dimuka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak. Dalam ayat selanjutnya yaitu ayat 14-15 surat Luqman merupakan ayat yang menunjukkan pendidikan akhlak yang telah diajarkan oleh orang tua setelah pendidikan tauhid diberikan. Pada konsep tentang akhlak ini dikhususkan kepada orang tua karena begitu mulianya orang tua sehingga penghormatan dan ketaatan perintah dan larangan orang tua terletak setelah taat pada perintah Allah.

Ayat tersebut terlihat penekanan berbakti kepada orang tua lebih terhadap ibu. Penekanan bahwa ibu lebih penting dapat karena setelah pembuahan terjadi hingga kelahiran semua beban ditanggung oleh ibu sendiri. Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga. Jantung dalam tubuh merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung berhenti berdenyut maka orang itu tidak bisa melangsungkan hidupnya.27

Begitu Besar peran ibu hingga dalam keterangan tersebut juga disebut dalam sebuah hadits Nabi SAW dalam Shohih Al-Bukhari juz 18 yang menyebutkan kemuliaan ibu secara khusus:

حَدَثَنَا قُتَيْبَةُ بُنُ سَعِيْدٍ حَدَثَنَا جَرِيْرٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ اْلقَعْقَاعِ بْنِ شُبْرُمَةَ عَنْ اَبِى زُرْعَةَ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ الله ُعَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ اِلىَ رَسٌوْلُ اللهِ صَلىَ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقَّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمُّ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ اَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah RA. ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW kemudian berkata: Ya Rasulullah siapa manusia yang paling berhak ku hormati, Nabi bersabda: Ibumu, laki-laki itu berkata: kemudian siapa? Nabi bersabda: Kemudian Ibumu. Laki-laki bertaka: kemudian siapa? Nabi bersabda: Kemudian Ibumu, laki-laki itu berkata: kemudian siapa? Nabi bersabda: Kemudian Bapakmu.(HR. al-Bukhori)

Menurut Daud Ali, Perilaku (akhlak) terhadap orang tua, antara lain:28



  1. Memenuhi segala nasehat orang tua

  2. Menjaga dan memelihar orang tua

  3. Bersikap dan bertutur kata sopan kepada orang tua

  4. Melaksanakan kewajiban terhadap orang tua setelah mereka meninggal dunia.

Namun tanpa bimbingan orang dengan mengarahkan dan mengenalkan dengan baik ajaran-ajaran agama dan akhlak, seorang anak tidak akan mungkin dapat menjalankan akhlak yang baik terhadap orang tua seperti yang mereka harapkan. Maka dari itu bi,bingan orang tua tetap diperlukan hingga anak dewasa. Apabila perintah dan larangan orang tua bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka seorang anak harus menolaknya dengan sopan dan tetap menghormati mereka.



Menurut Wahbah Zuhayli dalam bukunya Nurwadjah ahmad mengungkapkan bahwa kedua ayat tersebut turun sehubungan dengan kasus sahabat Sa'ad bin Abi Waqas Ibu sa'ad bin abi Waqas yang bernama Hamnah binti Abi Sufyan, mengancam mogok makan, jika Sa'ad terus menjadi pengikut Nabi Muhammad. Ancaman tersebut bukan hanya gertak sambal, dua hari Hamnah mogok makan. Sa'ad pun gelisah, kawatir ibunya meninggal. Pada saat menegangkan seperti itu, Sa'ad menemui Rasulullah. Rasul membacakan kedua ayat ini. Berbekal dua ayat itu, Sa'ad menemui ibunya dan berkata, "Bunda, kalaulah Bunda memiliki tujuh puluh nyawa dan Bunda keluarkan satu persatu, saya tidak akan keluar dari Islam. Jika Bunda mogok makan sampai meninggal dunia silahkah, dan jika mau makan juga silahkan". Dengan ungkapan yang lembut tapi tegas, ibunya pun tidak meneruskan aksinya. Meskipun ayat tersebut dianggap sisipan, ia sangat erat kaitannya dengan perintah syukur yang dijelaskan pada ayat sebelumnya.29

        1. Pendidikan Spiritualitas Ihsan (Kebaikan)



(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus30 lagi Maha mengetahui. (QS. Luqman/31: 16)
Perbuatan baik dan buruk itu sekalipun beratnya hanya seberat biji sawi, kemudian berada di tempat yang tesembunyi sekalipun dilangit dan dibumi, nicaya Allah akan menemukan kelak dihari kiamat. Yaitu pada hari ketika Allah meletakkan timbangan amal perbuatan yang tepat, lalu pelakunya akan menerima pembalasan amal perbuatannya, apabila amalnya itu baik maka iaakan mendapat balasan baik, dan apabila amalnya itu buruk maka ia akan mendapat balasan yang buruk pula. Sebagaimana dalam ayat lainnya yaitu:31

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan. (QS. Al-Anbiya’ 21: 470
Dalam ayat lain firman Allaah juga menerngkan bahwa amal seberat biji sawi pun juga akan mendapat balasan sesuai perbuatannya. Fifman Allah dalam QS. az-Zalzalahayat 7-8.

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. 8. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. az-Zalzalahayat 7-8)
Seandainya zarah itu berada didalam tempat yang terlindungi dan tertutup rapat yaitu berada dalam sebuah batu besar sesungguhnya Allah pasti akan mendatangkannya dan membalasnya.Karena sesungguhnya bagi Allah tiada sesuatupun yang tersembunyi barang sebesar zarrah pun, baik yang ada di langit maupun yang ada dibumi. Karena itulah disebutkan dalam ayat berikutnya bahwa Allah maha halus pengetahuannya. Maka tiada segala sesuatu yang tersembunyi bagi-Nya, sekalipun sangat kecil dan sangat lembut.32 Kalau ketemu kelembutan dalam perlakuan, dan perincian dalam pengetahuan, maka wujudlah apa yang dinamai Al-Luthf, dan menjadilah pelakunya wajar menyandang nama Luthf. Ini tentunya tidak dapat dilakukan kecuali oleh Allah yang Maha Mengetahui.33

Dari keterangan diatas jelas bahwa setiap perbuatan pasti diketahui oleh Allah bagaimanapun bentuk dan dimanapun tempatnya. Allah adalah maha halus pengetahuan-Nya yaitu semua yang ada dilangit dan dibumi terlihat atau tidak terlihat bahkan keinginan dalam hati manusiapun Allah mengetahuinya. Sedemikian dalam pengetahuan dan ilmu Allah hingga tidak ada yang dapat memiliki sifat Luthf kecuali hanya Allah semata. Dari ayat 16 terdapat nilai spiritual yaitu berbuat kebaikan (Ihsan). Sekecil apapun perbuatan baik itu dapat dijadikan awal terbangunnya spiritual dalam diri manusia.

Manusia mempunyai potensi-potensi spiritual. Menurut ajaran sekuler manusia tersusun dari tubuh dan roh. Roh dalam pengertian ini adalah daya berpikir dalam manusia. Daya rasa di dada erat hubungannya dengan hati nurani tidak menonjol dalam pengertian ini. Daya pikir di sini banyak bergantung pada panca indra berhubungan dengan hal-hal yang bersifat materi karena otak yang berbentuk fisik.34 Hal ini tidak sesuai dengan fitrah manusia. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar spiritual, baik yang memeluk agama maupun yang belum beragama. Sadar atau tidak sadar dalam kehidupan manusia membutuhkan pedoman hidup dalam kehidupannya.

Pada ayat 16 ini dapat diketahui bahwa pengertian amal sekecil apapun baik amal yang baik maupun yang buruk dapat menjadi pondasi dalam membangun nilai-nilai spiritual pada anak-anak. Namun dalam bahasan ini penulis maksudkan adalah perbuatan baik yang dapat membangun anak memiliki spiritualitas.

Menurut penulis, penanaman kebaikan seperti yang ada dalam ayat diatas merupakan langkah awal setelah menanamkan tauhid dalam membangun spiritualias anak sesuai dalam buku Ariginanjar: berusaha mengungkap belenggu-belenggu hati dan mencoba mengidentifikasi belenggu tersebut. Sehingga dapat dikenali apakah paradigma tersebut telah mengkerangkeng suara hati. Hasil akhir yang diharapkan pada bagian satu adalah lahirnya alam bawah sadar yang jernih dan suci, atau dinamakan suara hati yang terletak pada Got Spot, yaitu kembali pada hati yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu. Tahap ini merupakan titik tolak dari sebuah kecerdasan spiritual. Disamping itu, pada bagian satu diperkenalkan secara umum suara hati (self conscience) yang dijadikan sebagai landasan SQ. Dari sinilah awal kecerdasan spiritual terbangun. Manusia memiliki nilai yang satu bersifat universal dan Ihsan (indah). Ketika hati dalam keadaan bersih tanpa adanya leteratur-literatur yang mempengaruhi, disinilah awal dari kebenaran pada setiap orang, ketika seorang melakukan aksi pencurian, dalam hati kecil pasti ada rasa takut dan bersalah atau berdosa karena perbuatan mencuri adalah perbuatan yang merugikan orang lain.35

Amal perbuatan yang baik dapat penulis contohkan dengan menganalisis, mendiskusikan, dan merenungkan (reasoning), bukan dengan memarahi atau melarang dengan ancaman tanpa alasan yang jelas. Cara yang salah mungkin dapat membuatnya berubah, namun perubahan ini karena terpaksa (external control), bukan karena kesadaran sendiri (internal control). Kontrol eksternal tidak efektif untuk membangkitkan kesadaran moral. Karena bila orangtua atau figur kontrol eksternal tidak ada, anak akan cenderung melanggar. Sedangkan kontrol internal adalah kesadaran moral dari dalam sebagai rem yang bisa mencegah seseorang dari perbuatan tidak baik, walau tidak ada yang mengawasinya.36

Hal diatas dapat dicontohkan seperti anak mencuri yang dapat dijadikan momen yang baik untuk menghidupkan internal control. Suatu ketika seorang ibu pernah kehilangan uang Rp. 5000. Kemudian seorang ibu tahu bahwa anaknya yang mengambil tanpa sepengetahuan ibu. Karena anak ini ingin membeli sesuatu yang tidak diizinkan oleh ibunya. Seorang ibu mengetahui dan tidak langsung menuduhnya tetapi pura-pura bertanya apakah anak melihat uang tersebut. Anak tersebut tidak mengaku bahwa ia melihat uang tersebut, apalagi mengambilnya. Kemudian ibu berkata bahwa kalau ia berbohong, pasti ada perasaan tidak enak dihati, dan apabila ada perasaan tersebut anak pasti akan gundah dan tidak bahagia dan yang paling tahu tentang perasaaan anak adalah dirinya sendiri. Setelah itu ibu meninggalkan anaknya. Selang beberapa menit anak tersebut mendekati ibunya sambil menangis dan memeluk ibunya dan berkata ”ibu, maaf saya tadi berbohong. Saya yang mengambil uang tersebut”. Kemudian ibu berkata ”saya bangga sekali dengannya karena saya berhasil menenangkan nuraninya, sehingga nuraninya dapat menerima getaran cahaya Allah. Inilah fitrah dari setiap anak yang dilahirkan.

كُلُّ مَوْلـُوْدٍ يُوْلـَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ
Setiap anak yang dilahirkan adalah fitrah (suci)
Setiap amal kebaikan amal kebaikan, karena setiap amal kebaikan sekecil apapun dapat menjadi awal permulaan terbangunnya spiritual pada seseorang. Amal kebaikan yang dimaksud adalah amal kebaikan dalam kebajikan, seperti dalam ayat lain perintah tentang berbuat baik dan tetap bertaqwa pada Allah:

… …


... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ... (QS. al-Maidah/5: 2)



        1. Pendidikan Syari'ah (Shalat)


Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman/31: 17)
Setelah penanaman Akidah, Luqman melanjutkan nasehatnya dengan perintah sholat yang terdapat dalam ayat 17. Pengarahan Luqman kepada anaknya untuk mengerjakan shalat, menunjukkan bahwa shalat itu perkara yang sangat penting dan telah menjadi kewajiban bagi orang-orang sebelumnya, karena ia merupakan salah satu penghubung antara hamba dan Tuhannya.37

Mendirikan shalat yakni kerjakan shalat dengan sempurna sesuai dengan cara yang diridhoi. Karena dalam shalat itu terkandung ridha Tuhan, sebab orang yang mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk kepada-Nya. Dan dalam saholat terkandung pula hikmah lainnya, yaitu dapat mencegah orang yang bersangkutan dari berbuatan keji dan mungkar. Maka apabila seseorang menunaikan hal itu dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya dan berserahdirilah kepada Tuhannya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:38



اُعْبُدُ الله َكَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ
Sembahlah Allah, seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu.

Kemudian dalam potongan ayat berikutnya () maksud dari

ayat ini adalah supaya jiwanya menjadi suci demi untuk mencapai keberuntungan senagaimana yang telah dujelaskan oleh firman Allah lainnya:39 QS. As-Syam/91: 9-10

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. As-Syam/91: 9-10)
Dalam surat Luqman ayat 17 selain terdapat perintah sholat yang merupakan pendidikan syariah dan berhubungan dengan amar ma’ruf nahi mungkar ketika anak menginjak dewasa nanti. potongan ayat selanjutnya terdapat perintah untuk bersabar. Untuk dapat melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar pasti terdapat kendala atau cobaan dan rintangan dalam penerapannya. Maka dalam potongan ayat berikutnya secara urut terdapat perintah untuk bersabar. Secara runtut ayat ini menjelaskan tahap pendidikan yang benar sehingga mudah difahami dalam pendidikan.

Sabar merupakan akhlak Qur’ani yang paling utama dan ditekankan oleh Al-Qur’an baik pada surat-surat Makiyah maupun Madaniyah, serta merupakan akhlak yang terbanyak sebutannya dalm Al-Qur’an. Al-Ghozali berkata dalam bukunya “Assobru Wasyukru” dari Rubu’ul Munjiyat dalam kitab “Ihyaa Ulumuddin” yang dikutip Yusuf Qordhowi menyebutkan “Allah menyebut “sabar” dalam Al-Qur’an lebih dari tujuh puluh tempat.40

Majdi Asy-syahari dalam bukunya Pesan-Pesan Bijak Luqmanul Hakim mengemukakan bahwa; perintah bersabar digunakan pada waktu mendapat musibah yang berat, seperti terkena penyakit dan sebagainya. Bersabar disini dimaksudkan agar seseorang tidak keluar dari keluh kesah menuju maksiat kepada Allah SWT. Pendapat ini merupakan pendapat yang bagus karena bersifat umum.41

Kata sabar disini ada dua macam. Pertama sasaran fisik (badaniyah) seperti menahan penderitaan badan dan tetap bertahan seperti kerjaberat dalam beribadat atau yang lainnya. Tahan terhadap pukulan keras, sakit yang berat dan luka yang parah. Hal itu dapat menjadi amal terpuji apabila sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Apabila serangan itu berupa syahwat perut dan seksual maka kesabaran itu bernama “Iffah” atau kehormatan dan martabat diri. Apabila dalam rangka menahan penderitaan, maka pengertiannya berbeda dan tergantung dari macam derita batin yang dihadapi oleh kesabaran. Kalau berupa musibah maka cukup dengan kata sabar dan lawan katanya adalah keluhan (jaza’) dan kecemasanatau kegelisahan yang dapat menimbulkan teriakan histeris. Apabila menahan diri dari kekayaan disebut” mengendalikan diridan menahan nafsu, lawan katanya :”bathor” atau lupa daratan. Apabila menghadapi peerangan disebut “keberanbian” dan lawan katanya “ketakutan” Apabila menahan amarah disebut “halim” atau bijaksana dan lawan katanya “menggerutu”, Kemudian dalam menghadapi keadaan yang sulit dan menjemukan disebut “lapang dada” lawan katanya “sempit dada”, bosan dan jenuh. Apabila sabar dalam menyimpan pembicaraan disebut “menyimpan rahasia” dan orangnya disebut “penyimpan rahasia”. Apabila sabar menghadapi kesulitan hidup disebut “zuhud” artinya tidak menjadi hamba sunia. Apabila sabar denganrizki yang sedikit disebut “qonaah”atau rela dan puas, lawan katanya “rakus”.42

Demikian perintah sabar dalam Al-Qur’an dan macam-macam sabar yang banyak memiliki makna sesuai dengan taraf cobaan yang dihadapi oleh seseorang. Sehingga dalam menghadapi hidup ini perlu adanya pegangan yang teguh agar dapat menjalankan berbagai macam liku-liku hidup dengan baik sesuai dengan ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an.

Menurut penulis dalam uraian diatas, dapat penulis fahami begitu pentingnya bersabar sehingga Al-Qur’an berulangkali menyebutkannya. Namun disini penulis tidak akan membahas tentang sabar yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an, hanya saja dalam surat ayat 17 banyak mengandung pendidikan yang dapat digunakan untuk kita dan sebagai contoh dalam mendidik anak.

Konsep pendidikan syariah disini terlihat dalam perintah sholat dalam ayat 17. perintah sholat ini runtut setelah tertanam tauhid atau pendidikan aqidah yang berada pada ayat sebelumnya. Ayat 17 selain terdapat pendidikan syari’ah juga terdapat amar ma’ruf nahi mungkar yang secara terstruktur berurutan setelah anak melaksanakan sholat. Kemudian perintah bersabar yang erat kaitannya dengan syukur. Seperti dalam bab sebelumnya dibahas begitu pentingnya sabar hingga dalam Al-Qur’an banyak sekali disebutkan agar dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar dapat terlaksana dengan baik.

Dalam Shohih Muslim diriwayatkan:43



عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِىِّ رَضِىَ الله ُعَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهِ صَلىَّ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ رَّأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَاِنْ لمَ ْيَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ اَضْعَفُ اْلِايْمَانِ. (رواه مسلم)
Dari Abu Sa’id Al-Khudzuri RA, beliau berkata: “Aku telah mendegar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemungkaran hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya). Jika ia tidak sanggup maka dengan lisannya (nasihat). Jika ia tidak sanggup maka dengan hatinya (ingkar dengan hati), dan yang demikian itu adalah termasuk iman paling lemah”. (HR. Muslim)
Setelah sebelumnya anak dididik agar memiliki kesadaran ketuhanan (muraqabat Allah), maka langkah berikutnya adalah melengkapi kesadaran itu dengan keinsafan akan perlunya melahirkan rasa syukur kepada Allah melalui amalan-amalan riil. Amalan real yang dituntut Allah sebagai bukti rasa syukurnya adalah menjalankan syari'at agama. Dalam wasiat Luqman, syari'at agama tersebut diringkas dalam tiga poin. Pertama, syari'at yang terkait dalam kaitannya dengan hubungannya dengan Allah yang dalam hal ini diwakili dengan shalat. Kedua, syari'at yang terkait dalam kaitannya dengan hubungan antar mahluk (mu'amalah) yang dalam hali ini diwakili dengan amar ma'ruf nahi munkar. Ketiga, syari'at yang terkait dalam hubungannya dengan diri pribadi (konsistensi) yang dalam hal ini diwakili melalui sikap sabar. 
Syari'at yang berhubungan kepada Allah disebut sebagai ibadah mahdah, baru akan sempurna dalam wujudnya melalui kepedulian sosial yang disebut sebagai ibadah ghair mahdah.

Dalam pendidikan anak, pendidik terutama orang tua harus bisa memberi pemahaman bahwa ibadah itu justru dapat diapresiasi jika telah diwujudkan dalam bentuk amalan-amalan sosial. Hal demikian dapat dipahami mengingat status manusia yang merupakan mandataris Allah untuk memakmurkan bumi ini. Dalam aplikasinya, baik ibadah mahdah maupun sosial akan menemui pelbagai rintangan baik yang datang dari luar maupun dalam diri manusia. Untuk itu, syari'at yang berikutnya harus dipahamkan kepada anak adalah bagaimana agar mereka memiliki komitmen diri (diciple) yang tinggi dalam bentuk sikap sabar.44

Dalam bukunya Nana Syaodih Sukmadinata yang berjudul “Landasan Psikologi Proses Pendidikan” menerangkan bahwa tahap-tahap perkembangan dari Aris Toteles seorang filosof Yunani yang paling tua, membagi masa perkembangan anak atas tiga tahap yaitu masa kanak-kanak (0-7 tahun), masa anak (7-14 tahun), dan masa remaja (14-21 tahun), setelah itu adalah masa dewasa.45 Dalam sebuah Hadits Nabi SAW juga diriwayatkan:46

مُرُوْاالصَّبِيِّ بِالصَّلاَةِ اِذَابَلَغَ سِنِيْنَ, وَاِذَابَلَغَ عَشْرَ سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا.
Perintahlah anak kecil itu mengerjakan sholat jika telah berusia 7 tahun, dan apabila berumur 10 tahun pukulah kalau ternyata ia meninggalkannya.
Dari beberapa uraian diatas, menurut penulis anak dalam usia tujuh tahun sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk atau disebut akil baligh. Dengan demikian penanaman pendidikan syari’at yaitu sholat harus diterapkan sejak anak usia tujuh tahun bahkan sebelum usia tujuh tahunpun juga harus sudah dilatih untuk shalat agar anak terbiasa mengerjakannya. Adapun manfaat sholat salah satunya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar.firman Allah dalam QS. al-Baqarah/02: 14547

...


Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. (QS. al-Baqarah/02: 145)
Setelah anak menginjak usia dewasa dan dapat mengerjakan sholah dengan baik, perintah dari potongan ayat selanjutnya adalah amar ma’ruf nahi mungkar, berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan kebaikan yang diridhoi Allah dan berusaha agar manusia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan keburukan. Kemudian dalam pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar pasti terdapat kendala dan perintah bersabar dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar perintah selanjutnya adalah bersabar terhadap apa yang menimpamu. Demikian sempurnanya ayat 17 dalam menguraikan pendidikan.

        1. Pendidikan Akhlak Sosial (Akhlak Terhadap Masyarakat)


18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan48dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Dalam sebuah hadits disebutkan:49

وَلَوْ اَنْ تَلْقَى اَخَاكَ وَوَجْهُكَ اِلَيْهِ مُنْبَسِِطُ, وَاِيَّاكَ وَاِسْبَالَ الْاِزَارِ فَاِنَّهَا مِنَ الْمَخْيَلَةِ وَالْمَخْيَلَةُ لَا يُحِبُّهَا الله
Sekalipun berupa sikap yang ramah dan wajah yang cerah saat kamu menjumpai saudaramu. dan janganlah kamu memanjangkan kainmu, karena sesungguhnya cara berpakaian seperti itu termasuk sikap sombong yang tidak disukai oleh Allah.
Larangan memalingkan muka karena sombong dan tinggi hati, dan hal lain yang mempunyai pengertian yang sama dengan ayat di atas ialah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik melalui Ibnu Shihab bersumber dari Anas ibnu Malik, bahwasannya Rasulullah bersabda:50

لَا تَبَا غَضُوْا وَلَا تَدَا بَرُوْا وَلَا تَحَاسَدُوْا, وَكُوْنُوْا عِبَادَاللهِ اِخْوَانًا, وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ اَنْيَهْجُرُ اَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ
Janganlah kalian saling membenci, jangan pula kalian musuhan, dan janganlah kalian saling mendengki, jadilah kalian hamba-hamba allah yang bersaudara. dan tidak halal bagi seorang muslim mengasingkan (tidak berbicara dengan) saudaranya lebih dari tiga hari.
Kemudian ayat berikutnya () berjalan dengan langkah

sederhana yakni tidak terlalu lambat dan juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap rendah diri atau sikap “tawadu’”.

Siti Aisyah ra. telah meriwayatkan bahwa ia melihat seorang laki-laki yang hampir mati karena terlalu merendahkan diri. lalu berkata ”apakah gerangan yang telah terjadi pada dirinya?” Maka ia menjawab, bahwa dia adalah termasuk ahli qurra’ (ahli fiqih yang alim tentang kitabullah). Maka Siti Aisyah ra. menjawab, “Umar adalah pemimpin para ahli Qurra’ dan apabila ia berjalan langkahnya cepat, dan apabila berkata suaranya keras dan berpengaruh, apabila memukul maka sakitnya bukan main.51

Maksud dari kisah tersebut adalah menggambarkan orang yang terlalu terlihat khusyu’ (laki-laki) dalam bersikap dan orang yang terlalu tegas dan kasar dalam memimpin (umar). Sikap demikian kurang tepat dalam penilaian akhlak karena bersikap sederhana sewajarnya dalam bertingkah laku adalah perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an, selain itu dalam kehidupan sosial pasti terdapat berbagai macam karakter orang, sehingga untuk menyikapinya perlu adanya aturan sosial atau akhlak yang baik. Dalam surat Luqman terdapat perintah agar menyederhanakan tingkah laku dalam bermasyarakat yang berguna untuk setiap orang dan mereka dapat mengambil pelajaran dalam Al-Qur’an tersebut kemudian dapat digunakan dalam kehidupan sosialnya.

Kemudian perintah mengurangi tingkat kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara bicaramu, janganlah kamu mengangkat suaramu bilamana tidak diperlukan sekali. karena sesungguhnya sikap yang demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukannya, dan lebih mudah diterima oleh jiwa pendengarannya serta lebih gampang dimengerti.52 Dalam bab III ini kajian mengenai tafsir surat Luqman ayat 12-19 sudah dapat diketahui bahwa setiap ayat memiliki konsep pendidikan yang secara runtut dapat dikembangkan dan diterapkan dalam pendidikan anak khususnya pendidikan informal dimana dalam arti luas bahwa pendidikan adalah hidup53 dan dalam menjalankan kehidupan seseorang harus memiliki pedoman yang kuat ibarat mobil yang memiliki setir (pengendali mesin).

Dengan penjabaran setiap ayat diatas, dapat penulis jabarkan lagi tentang konsep-konsep pendidikan yang terdapat dalam surat Luqman ayat 12-19 pada bab berikutnya dengan didukung buku-buku lain yang terkait dengan pendidikan Islam dan Psikologi perkembangan agar dapat disesuaikan dengan usia anak untuk mendapat pendidikan yang tepat sesuai dengan perkembangannya.

Konsep pendidikan dalam ayat terahir dalam bahasan ini yaitu ayat 18-19 disebut dengan akhlak. Pada intinya sama dengan ayat sebelumnya, akan tetapi akhlak disini lebih bersifat umum dan tidak dikhususkan seperti akhlak pada ayat sebelumnya. Pendidikan akhlak pada ayat ini tentu harus dibedakan dengan ayat sebelumnya karna menghormati orang tua jauh lebih utama dibanding dengan orang lain. Ayat ini lebih mengutamakan bahasan sosial anak tentang hidup bermayarakat setalah mereka mendapat pendidikan dalam lingkungan keluarga.

Jika keimanan disempurnakan dalam wujud amalan real melalui pelaksanaan syari'at, maka syari'at perlu dihiasi oleh budi pekerti yang luhur. Pada prinsipnya kedisiplinan yang diajarkan al Qur'an melalui nasehat Luqman bertujuan untuk membentuk sosok pribadi yang berbudi pekerti luhur, baik ketika berinteraksi dengan Allah (takhalluq bi akhlaq al karimah ma'a Allah), maupun ketika berinteraksi dengan manusia (takhalluq bi akhlaq al karimah ma'a al nas). Itulah tujuan agama Islam seperti dijelaskan dalam hadist nabi "…sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia…". Syari'at merupakan sisi kulit dari agama, karenanya syari'at tidak mencerminkan agama itu sendiri.

Syari'at baru bisa mewakili kesempurnaan Islam bilamana telah dilengkapi dengan budi pekerti yang luhur yang merupakan inti sari dari agama Islam. Atas dasar logika di atas, maka agenda berikutnya bagi pendidikan anak adalah menanamkan budi pekerti luhur (akhlak) sebagai pelengkap sikap disiplin syari'at. Dalam surat al Luqman, hal tersebut terbaca dalam wasiat Luqman kepada anaknya untuk melakukan tiga hal. Pertama tawadu', yakni sikap rendah hati sehingga memberikan ruang untuk berbagi dengan manusia dalam berbagai hal. Sikap tawadu' ini pada tahap berikutnya melahirkan sikap toleransi (tasamuh) dengan anggapan bahwa keagungan dan kesombongan hanya milik Allah. Orang yang memiliki sikap tawadu' ini akan memiliki pergaulan dan wawasan yang luas serta memperoleh tambahan hikmah dalam hidupnya. Sebaliknya orang yang angkuh akan selalu mengecilkan dan meremehkan eksistensi orang yang akibatnya akan menyempitkan cara berpikir dan wawasannya.54

Pengertian akhlak sosial adalah larangan bersikap sombong atau angkuh yang mana dalam setiap perintah pasti terdapat makan tersirat yaitu adanya larangan. Begitu pula sebaliknya, adanya larangan pasti mempunyai makna tersirat yaitu perintah. adapun perintah dalam surat terakhir dalam bahasan ini adalah perintah berlaku sopan, ramah dan santun baik dalam tingkahlaku maupun ucapan.

Kedua sikap demokratis, nasehat Luqman "…jangan berjalan di muka bumi dengan sombong…" merupakan ilustrasi dari sikap otoriter yang lahir dari anggapan tentang superiorias diri pribadi (mukhatal mu'jab li nafsihi) dan merendahkan orang lain (fakhur li ghairih). Orang yang menganggap dirinya super dan mutlak, secara otomatis menilai bahwa orang lain perlu untuk mematuhi dan menta'atinya. Untuk manusia, sikap demikian ini tidak bisa diterima mengingat hal tersebut merupakan hak prerogeratif Allah. Kebalikan dari sikap otoriter adalah demokratis, artinya sikap yang memberikan tempat bagi orang lain dan menghargai eksistensi diri mereka.

Sikap demokratis berangkat dari anggap bahwa diri sendiri adalah tidak sempurna dan relatif, untuk itu perlu akan nasehat dan kritik dari orang lain yang lebih bisa menilai dirinya secara obyektif.


Ketiga sikap moderat (pertengahan) dalam menjalani hidup. Artinya sikap ini menuntut untuk mempertimbangkan setiap langkah dalam hidup agar dipikirkan secara matang dan dewasa dengan penuh kesadaran (qashd). Anak-anak harus dibimbing menuju kedewasaanya melalui sikap moderat. Sikap kedewasaan menuntut adanya kesadaran dan pertimbangan seseorang dalam setiap tindak tanduknya. Berbeda dengan anak-anak yang selalu berbuat tanpa dasar pertimbangan yang matang. "….sederhana dalam berjalan (waqsid fi masyyika)…" menurut Wahbah Zuhayli berarti berjalan tidak berlambat-lambat yang berarti menandakan kelemahan, dan tidak pula tergesa-gesa yang merupakan ciri khas syetan. Berjalan dengan sederhana berarti memperhitungkan matang dan bijak setiap tindakan dan melaksanakan setiap tindakan secara proporsional.55


  1. Yüklə 234,57 Kb.

    Dostları ilə paylaş:
  1   2   3




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin