Archive for the ‘tahfidz’ category



Yüklə 126,1 Kb.
səhifə2/4
tarix26.10.2017
ölçüsü126,1 Kb.
#14178
1   2   3   4

5. Semuanya dibaca dengan suara hati terlebih dahulu kemudian dengan suara keras (mata dalam keadaan tertutup)

6. Begitu seterusnya. Setiap mendapatkan hafalan baru, harus digabungkan dengan ayat/halaman/juz sebelumya.

B. Sistem Jama’i

Sistem ini menggunakan metode baca bersama, yaitu dua/tiga orang (partnernya) membaca hafalan bersama-sama secara jahri (keras) dengan:

a. Bersama-sama baca keras

b. Bergantian membaca ayat-an dengan jahri. Keika partnernya membaca jahr dia harus membaca khafi (pelan) begitulah seterusnya dengan gantian.

Sistem ini dalam satu majlis diikuti oleh maksimal 12 peserta, dan minimal 2 peserta. Settingannya sebagai berikut:

a. Persiapan:

1. Peserta mengambil tempat duduk mengitari ustadz/ustadzah

2. Ustadz/ustadzah menetapkan partner bagi masing-masing peserta

3. Masing-masing pasangan menghafalkan bersama partnernya sayat baru dan lama sesuai dengan instruksi ustadz/ustadzah

4. Setiap pasangan maju bergiliran menghadap ustadz/ustadzah untuk setor halaman baru dan muroja’ah hafalan lama

b. Setoran ke ustadz/ ustadzah:

1. Muroja’ah: 5 halaman dibaca dengan sistem syst-an (sistem gantian). Muroja’ah dimulai dari halaman belakang (halaman baru) kearah halaman lama

2. Setor hafalan baru:

a. Membaca seluruh ayat-ayat yang baru dihafal secara bersama-sama

b. Bergiliran baca (ayatan) dengan dua putaran. Putaran pertama dimulai dari yang duduk disebelah kanan dan putaran kedua dimulai dari sebelah kiri.

c. Membaca bersama-sama lagi, hafalan baru yang telah dibaca secara bergantian tadi.

3. Muroja’ah tes juz 1, dengan sistem acakan (2-3x soal). Dibaca bergiliran oleh masing-masing pasangan.

Ketika peserta sendirian tidak punya partner, atau partnernya sedang berhalangan hadir, maka ustad wajibmenggabungkannya dengan kelompok lain yang kebetulan juz, halaman dan urutannya sama, jika hafalannya tidak sama dengan kelompok lain maka ustad hendaknya menunjuk salah seorang peserta yang berkemampuan untuk suka rela menemani.

c. Muroja’ah di tempat:

1. Kembali ketempat semula.

2. Mengulang bersama-sama seluruh bacaan yang disetorkan baik muroja’ah maupun hafalan baru, dengan sistem yang sama dengan setoran

3. Menambah hafalan baru bersama-sama untuk disetorkan pada pertemuan berikutnya

4. Jangan tinggalkan majlis sebelum mendapat izin ustadz/ustadzah.

IV. KEISTIMEWAAN SISTEM JAMA’I

1. Cepat menguasai bacaan al-qur’an dengan benar

2. Menghilangkan perasaan grogi dan tidak PD ketika baca al-qur’an didepan orang lain

3. Melatih diri agar tidak gampang tergesa-gesa dalam membaca

4. Mengurangi beban berat menghafal al-qur’an

5. Melatih untuk menjadi guru dan murid yang baik

6. Menguatkan hafalan lama dan baru

7. Semangat muroja’ah dan menambah hafalan baru

8. Meringankan beban ustad

9. Kesibukannya selalu termotivasi dengan al-qur’an

10. Mampu berda’wah dengan hikmah wa al-mau’idhah al-hasanah

11. Siap untuk dites dengan sistem acakan

12. Siap menjadi hamba-hamba Allah yang berlomba menuju kebaikan

V. JAMINAN

1. Hafalan al-qur’an lanyah dan lancar dalam masa tempo yang sesingkat-singkatnya

2. Sukses dan bahagia di dunia dan akhirat

3. Pilihan Allah dan memperoleh surga ‘adn diakhirat nanti (surah fatir: 23-24)

VI. METODE MURAJA’AH (Pengulangan dan penjagaan fardhi atau jama’i)

Ayat-ayat al-qur’an hanya akan tetap bersemayam didalam hati utu al-‘ilm jika ayat-ayat yang dihafal selalu diingat, diulang dan dimuroja’ah. Berikut ini cara muroja’ah:

1. Setelah hafal setengah juz/satu juz, harus mampu membaca sendiri didepan ustadz/ustadzah dan penampilan.

2. Setiap hari membaca dengan suara pelan 2 juz. Membaca dengan suara keras (tartil) minimal 2 juz setiap hari.

3. Simakkan minimal setengah juz setiap hari kepada teman/murid/jama’ah/istri/suami dst

4. Ketika lupa dalam muroja’ah maka lakukan berikut ini:

Jangan langsung melihat mushaf, tapi usahakan mengingat-ingat terlebih dahulu

Ketika tidak lagi mampu mengingat-ingat, maka silahkan melihat mushaf dan

Catat penyebab kesalahan. Jika kesalahan terletak karena lupa maka berilah tanda garis bawah. Jika kesalahan terletak karena faktor ayat mutasyabihat (serupa dengan ayat lain) maka tulislah nama surat/no./juz ayat yang serupa itu di halaman pinggir (hasyiyah)

= = = = =

Alhamdulillah, akhirnya ana tahu bagaimana Ustadz Mudhawi mengajar murid2nya di ma’had Umar bin Khothtob Surabaya. Oo.. ternyata ini ya rahasianya.. :)

Tulisan di atas ana print untuk ana jadikan salah satu panduan menghafal qur’an. Semoga suatu saat ana bisa menghadiri majlis ta’lim beliau. Aamiin..

Kunjungan Koordinator Tahfidz AMCF

Posted by: annisa sholihah on: 23 November 2011

In: Tahfidz

3 Comments

Bismillah..

Alhamdulillah, hari ini koordinator pusat AMCF -Ustadz Jamaluddin- mengunjungi ma’had kami. Beliau ditemani oleh Ustadz Syukur sebagai koordinator AMCF di Solo. Setelah majlis dibuka oleh Ustadz Syukur, Ustadz Jamaluddin memberikan informasi dan nasihat berharga untuk kami. Diawali dengan menerangkan apa itu AMCF, apa saja kegiatannya, apa saja outputnya sampai saat ini, hingga nasihat tentang menghafal qur’an.

AMCF singkatan dari Asia Muslim Charity Foundation, atau kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Yayasan Muslim Asia. AMCF hingga saat tulisan ini ditulis sudah memiliki 15 mahad lughoh (bahasa arab) dan 35 mahad tahfidz. Memang sih, mahad tahfidz yang putri masih sedikit. Setahu ana, dulu baru ada 2 tempat, sekarang sudah ada 6 tempat mahad putri AMCF di Indonesia. Selain bergerak dalam bidang pendidikan (bahasa dan tahfidzul qur’an), AMCF juga memberikan bantuan dalam pembangunan masjid2 dan panti asuhan.

Jika kita ingin bisa menghafal qur’an sesuai target, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) niat ikhlas, (2) menjauhi sifat tercela, (3) mendapatkan izin ortu / suami, (4) istiqomah dan disiplin, (5) mengorbankan waktu untuk menghafal qur’an, (6) banyak muraja’ah. Itulah inti dari nasihat beliau tentang menghafal qur’an.

Yang terkesan bagi ana adalah point ke-5, yaitu mengorbankan waktu untuk menghafal al-qur’an. Menurut beliau, pengorbanan waktu itu adalah sebuah perjuangan. Betapa banyak orang yang di luar itu menghabiskan waktu untuk bersenang2, sedangkan para santri di mahad tahfidz berjuang keras untuk menghafal qur’an dan mengulang-ulangnya. Beliau juga berpesan agar kami harus pandai mengatur waktu karena di tengah2 menghafal qur’an, pasti ada kendala yang ditemui.

Awalnya ketika diamanahi sebagai koordinator beliau juga berpikir, apakah 2 tahun untuk menghafal qur’an itu bisa?? karena di pondok2 konvensional, menghafal qur’an itu bisa sampai 4 tahun, bahkan 9 tahun. Setelah beliau berkunjung ke Mahad Umar bin Khoththob Surabaya, akhirnya beliau yakin: Bisa!

Beliau bercerita, lokasi Ma’had Umar bin Khoththob dan fasilitasnya itu memang mendukung untuk menghafal, tempatnya juga asri. Ustadz yang mengajar di sana ada 3 orang dengan jumlah santri sekitar 60 orang. Salah satu pengajar tahfidznya adalah Ustadz Mudhawi.

Bagaimana metode tahfidz di sana?

Karena Ustadz Jamaludin ditanya, akhirnya beliau bercerita lebih banyak. Metode tahfidz di sana ok banget. Suasana menghafal benar2 terasa/ kelihatan. Bahkan, masjidnya saja, hidup 24 jam. Manajemen bagus, ketegasannya juga bagus. Sejak awal masuk mahad tahfidz, calon santri benar2 ditanya: apakah benar2 mau menghafal? Kalau tidak, ya sebaiknya pulang saja.. :) Lalu perkembangannya juga dipantau, kalau 2 tahun tidak ada hasil, ya sebaiknya pulang saja.. :) (tegas banget ya..)

Proses hafalan dilaksanakan dengan intensif. Santri senior berkewajiban menyimak hafalan santri baru. Setelah itu hafalan tersebut disetorkan ke ustadz. Satu ustadz menyimak 3 orang.. Lho, padahal jam tahfidznya kan cuma 4 jam, apa cukup? (5 jam mengajar: 4 jam tahfidz, 1 jam durus idhofiyah). Kalau di mahad ana, kami benar2 kekurangan waktu. Makanya pada rebutan tempat duduk untuk setoran dan atau muraja’ah. Apalagi target muraja’ah di hadapan ustadzah adalah 2 juz, sedangkan di mahad lain biasanya 1/4 juz saja.

Ternyata, ustadznya berani mengorbankan waktu di luar jam mengajar. Apalagi ustadznya tinggal di asrama. Jadi, santri bisa janjian dengan ustadznya untuk setoran hafalan di masjid atau di tempat yang disepakati. (Ustadzah ana juga sering mengorbankan waktunya dengan tulus, meskipun waktu lemburnya tidak mendapat tambahan di dunia, tapi insya Allah mendapat pahala di sisi Allah. Aamiin.)

Dari segi ketelitian hafalan, insya Allah tidak diragukan karena ustadznya sendiri mempunyai kelebihan, memiliki sanad dan sudah dipercaya. Santri2 di sana (yang sudah hafal 30 juz) sering diminta untuk menjadi imam di masjid2. Bahkan pada bulan Ramadhan yang lalu, Ustadz Mudawi diminta untuk menjadi imam sholat di Belanda.

= = = = =

Ketika akan berakhir, ana memberanikan diri untuk bertanya, “Ustadz, misalnya kita sudah selesai menghafal, juga sudah selesai ujian, lalu bagaimana agar bisa mendapatkan sanad? Apalagi kami adalah akhwat.” Ana bertanya seperti itu, karena biasanya yang punya sanad itu adalah penghafal qur’an laki-laki. Untuk hal ilmu, kita para akhwat juga nggak mau kalah kan.. :)

Ustadz Jamaluddin menjawab, “AMCF tidak mewajibkan harus mengambil sanad setelah selesai menghafal.”. Beliau bercerita, Ustadz Mudhawi saja belum berani mengajarkan ilmu sanadnya pada muridnya. Karena orang yang diajari sanad itu adalah orang pilihan, hanya orang yang pantas yang akan mendapatkan ilmu itu. Ustadz Mudhawi belum menemukan orang itu.

Mendengar jawaban itu, ana jadi teringat ucapan ustadz ana yang mengajar pelajaran Aqidah Akhlak di SMA dulu, ‘Seorang guru berhak untuk menerima atau menolak murid’. Seorang guru hebat, akan mencari murid hebat yang pantas memiliki ilmu itu. Masya Allah. Wew!

Tag: AMCF, koordinator, sanad al-qur'an

Makin Cantik dengan Menghafal Qur’an?

Posted by: annisa sholihah on: 22 Oktober 2011

In: Cinta Quran | Tahfidz

4 Comments

Bismillah..

Benarkah menghafal qur’an bisa membuat kita (para muslimah) tambah cantik?

Berdasarkan pengamatan ana, teman2 ana yang baru saja selesai menghafal di hadapan ustadzah.. mereka tambah cantik lho.. hmm..

Tempat favorit tahfidz ana di ma’had adalah di atas lantai keramik memanjang dekat taman. Di situ ana bisa melihat teman2 yang keluar-masuk ruang kelas. Masuk kelas untuk menyetorkan hafalan baru atau muraja’ah, dan keluar kelas karena selesai maju hafalan. Ternyata ada perbedaan ketika masuk dan keluar itu.. Ketika maju biasa2 aja. Setelah keluar, wajah mereka berseri-seri dengan senyum yang mengembang.. Terutama sekali akan terlihat pada sahabatku yang baru saja selesai ujian juz baru dan akhirnya sukses menempuhnya..

Barangkali bertambahnya kecantikan itu adalah pancaran dari kebahagiaan hati dalam mencintai al-qur’an.. :)

Tag: cantik, cinta, Hafal Quran, hati

Hmm.. Enaknyaa..

Posted by: annisa sholihah on: 5 September 2011

In: Tahfidz

Tinggalkan sebuah Komentar

Bismillah..

Suatu hari di serambi rumah bagian samping..

“Hmm.. enaknyaa.. akhirnya tadi kakak telah selesai menerjemahkan al-qur’an beberapa halaman yang akan kakak hafal hari ini..”, kataku setengah sadar kepada adik-adik.. setengah sadar karena aku mengucapkannya dengan menyempitkan kelopak mataku dan membayangkan lagi kelezatannya.

“Walah, mbak.. mbak… Kukira tadi mbak mau bilang kalau makanan ini enak. Ternyata malah bilang begitu!”, jawab salah satu adikku.

“Oh, iya ya.. Benar.. makanan ini sangat enak.”, jawabku sambil tersenyum. Saat itu kami sedang makan makanan berkuah dalam sebuah mangkuk. Makanan dalam satu mangkuk itu dimakan oleh tiga orang: aku dan dua adikku..

= = = =


Ternyata menerjemahkan al-qur’an itu nikmat lho.. dan sangat bermanfaat dalam membuat “ingatan makna” dalam menghafal al-Qur’an. Kalau ana menerjemahkan al-qur’an.. caranya dengan melihat terjemah depag lalu menuliskan artinya per kata di bawah tulisan arabnya.. :) kalau masih kurang jelas, lihat kamus al-qur’an.

Lebih jauh, kalau ingin lebih paham maksud dan kandungannya, bisa baca tafsir. Kalau ingin lebih paham alurnya, bisa baca buku sirah nabawiyah. Sangat baik kalau dilakukan saat kondisi sangat tenang karena konsentrasi mudah terkumpul, misalnya di malam hari. Menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa kita sangat membantu dalam memahami maksud di dalamnya.

Yuk, nerjemahkan qur’an.. :)

Sholat Tarawih di Masjid Istiqlal

Posted by: annisa sholihah on: 22 Agustus 2011

In: Ramadhan | Tahfidz

Tinggalkan sebuah Komentar

“Mantap! Dua rakaat 20 menit!”, kataku pada ayah yang membukakan pintu rumah sekitar pukul 01.15 dini hari (tentu sebelumnya ana sudah mengucapkan salam dan mengetuk pintu.. :) ). Lalu aku pun berbincang-bincang dengan ayah sejenak mengenai kegiatan yang baru saja kulakukan di sebuah masjid favoritku.

= = = = =

Alhamdulillah, pada malam hari bulan Ramadhan.. di Masjid Istiqlal Solo diadakan kegiatan shalat tarawih berjama’ah seperti tahun-tahun sebelumnya. Imamnya adalah para hafidz qur’an yang memiliki bacaan yang jernih, bagus, lembut, dan merdu.. :)

Suatu malam ana diantar adik untuk shalat tarawih di sana. Para jama’ah datang ke masjid sekitar pukul 22.00 untuk mengikuti kajian terlebih dahulu. Pengisinya biasanya para ustadz kabir atau doktor2 yang sangat muslim. Biasanya mereka menggunakan slide presentasi untuk memberikan pemahaman yang lebih dengan bantuan audio-visual. Dengan mengikuti kajian itu, serasa otak kita bersinar dan volumenya bertambah karena isi kajiannya padat ilmu dan benar2 menggugah.. :)

Setelah kajian selesai, dilanjutkan shalat tarawih berjama’ah. Semua lampu utama dimatikan, tinggal lampu samping berwarna kuning yang masih hidup. Suasana yang agak gelap itu membuat lebih nyaman dan menambah konsentrasi sholat. Sholat tarawihnya dilaksanakan dua rakaat-dua rakaat. Dua rakaat itu berlangsung selama kurang lebih dua puluh menit.

Sebenarnya ana tidak bermaksud menghitung lama waktunya, tapi kebetulan pada sholat yang pertama secara tidak sengaja ana melihat jam dinding yang terletak di sebelah atas imam. Untuk rakaat2 setelahnya, ana tidak tahu berapa menit lamanya karena tidak melihat jam. Hanya saja sempat terhitung olehku bahwa untuk keseluruhan sholatnya berlangsung sekitar 1,5 jam.

Alhamdulillah, ana mendapatkan tambahan ilmu di sana, termasuk ilmu tajwid yang ana cari selama ini. Ana teringat, ustadzah tahfidz di semester satu pernah mengatakan kalau bacaan tasydid dan idgham bi-gunnah itu berbeda.

Dalam sholat itu, bacaan tasydid dan idgham bi-gunnah yang dibaca imam BENAR-BENAR TERDENGAR JELAS di telingaku. Oh, jadi itu ya.. perbedaannya.

= = = =


“Ukh, ana ingin sekali belajar tahsin lagi. Tahu nggak, tasydid dan idgham bi-gunnah itu beda lho!”, kataku sambil berjalan ke masjid al-manar pada salah seorang sahabat.

“BEDA? Benarkah?”, tanyanya heran.

“Iya, beda!”, jawabku. Lalu aku menggambarkan perbedaan itu dengan isyarat telapak tangan (sesuai pemahamanku). Kalau tasydid itu suaranya seperti dua tangan yang ditumpuk atas bawah.. kalau idgham bi-ghunnah itu seperti dua telapak tangan yang berjajar.

“Bagaimana praktek membacanya?, tanyanya ingin tahu.

Ana sudah memberitahu praktek bacanya sesaat sebelum pembicaraan ini. Karena takut salah ngasih contoh dan mau berpisah, maka kujawab singkat saja, “Nanya ustadzah Mukminah aja! Biar lebih jelas!”. Lalu kami pun berpisah. Ia menuju masjid di lantai satu untuk mengajar ibu2 membaca al-Qur’an. Sedangkan ana menuju masjid di lantai dua menaiki tangga putri.

= = = = =

Kapan ya, belajar tahsin lebih dalam lagi?

Keberkahan di Asrama Tahfidz Al-Manar

Posted by: annisa sholihah on: 24 Juni 2011

In: mahad almanar | Tahfidz

6 Comments

Bismillah

Dulu ana pernah tinggal di asrama tahfidz al-manar sekitar 4 bulan ketika menjadi murid dari Ustadzah Tri Maryani. Ada kenangan indah di sana. Asrama itu terletak di tepi anak sungai Bengawan Solo. Asrama itu terdiri dari 7 kamar, bisa ditinggali sekitar 15 orang. Ada ruang tamu yang sederhana, ruang dapur, tempat jemuran, dan 2 kamar mandi. Tempat jemurannya unik, tanahnya lebih rendah dari lantai dan berbentuk kotak yang dikelilingi oleh tembok beratap. Oleh karena itu, kalau musim hujan dan hari itu hujan sangat deras, tanah itu seperti kolam ikan karena terisi air.. :)

Kenangan yang terekam di benakku ketika tinggal di sana adalah sistem asramanya yang unik, pengelolaan uang yang hmm.. sangat berkah, dan sahabat2ku yang pintar masak.. :). Saat pertama masuk, ana diminta untuk memilih salah satu kamar. Ada dua kamar yang kosong, lalu aku memilih kamar no-2 dari pojok pintu. Ruangannya lebih sempit sih dari kamar di rumahku, tapi cukup nyaman. Ada kamar tidur, lemari, dan meja belajar. Kita para santri tidak dipungut biaya untuk menempati tempat itu (biaya sewa tempat: gratis).

Sistem asramanya bagaimana?

Ada pengurus asrama dan tugas khusus bagi penghuni asramanya sesuai dengan ‘jabatan’ yang ia emban. Selain itu, juga ada tugas piket bersih-bersih dan memasak sesuai jadwal. Saat rapat pembentukan pengurus, ana masih kuliah di UNS, jadi ikut hasil keputusan rapat. Salah satu hasilnya adalah ana menjadi Sie Keamanan.. (?!)

“Haa..? Sie Keamanan? Tugasnya ngapain? Apa njaga pintu asrama semalaman seperti tugas pak Satpam itu?”, tanyaku.

“Bukan.., tapi tugasnya membangunkan seluruh penghuni asrama untuk sholat tahajud di malam hari!”, jawab salah satu temanku.

Karena punya amanah sebagai sie kemanan, berarti setiap hari petugas itu harus bangun lebih pagi dari teman2nya. Apalagi kalau berbarengan piket masak dan itu hari Senin atau Kamis, harus bangun lebih pagi lagi. Why? Karena punya tugas menyiapkan sahur teman2 untuk shoum sunnah. Sebelum jam 2 pagi harus sudah bangun untuk memasak. Kalau ana dulu bangunnya jam 1 pagi untuk mencuci peralatan dapur, meyiapkan 15 porsi makan sahur, dan membangunkan teman2 untuk sholat. Langkah itu ana ambil agar setelah shubuh sudah tidak disibukkan lagi dengan urusan dapur, langsung konsentrasi dengan hafalan. Untuk makan siang dan makan malam bisa disiapkan agak nanti setelah ziyadah dan muraja’ah.

Petugas piket masak setiap hari ada dua orang sesuai dengan jumlah penghuni tiap kamar. Urutan jadwal piketnya bergilir dari satu kamar ke kamar yang lain. Hanya saja, saat itu ana di kamar sendirian, belum ada temannya. Jadi tanggung jawab masak dalam satu hari (45 porsi) itu harus ditanggung sendirian. Namun, sahabat2ku yang baik tidak akan tinggal diam, mereka akan membantuku meski itu bukan tugasnya. Terutama kalau bumbu harum masakan sudah tercium, mereka akan ke dapur untuk membantu beberapa pekerjaan yang belum selesai, seperti menggoreng lauk atau menghaluskan sambal.

Bagaimana pengelolaan keuangannya?

Setiap penghuni asrama mendapatkan beasiswa gratis tempat asrama selama 2 tahun. Untuk itu, biaya tiap bulan yang perlu dikeluarkan tinggal biaya makan sehari-hari, biaya air, dan biaya listrik. Berapa biaya keseluruhannya? Alhamdulillah, biayanya saat itu sangat murah, hanya 60ribu rupiah per bulan untuk tiap orang. Setelah semua dikumpulkan, 60ribu untuk biaya listrik dan air.. selebihnya untuk biaya makan.

Pada awal bulan ada petugas piket yang membeli bumbu-bumbu dapur dan bahan makanan tahan lama di Pasar Kleco, seperti bawang merah, bawang putih, garam, merica, ketumbar, tepung, minyak goreng, telur, beras, dll. Setelah itu, petugas piket berikutnya hanya diberi jatah 15ribu/hari oleh bendahara. Lima belas ribu itu harus cukup untuk membeli bahan makanan yang akan dimasak hari itu untuk 1 hari. Satu hari kita mendapat jatah makan tiga kali (ko banyak banget ya, sebelum masuk asrama, makan ana hanya dua kali sehari). Satu kali makan harus ada komposisi: makanan pokok, lauk, dan sayur. Oleh karena itu, petugas piket masak harus pinter2 mengatur keuangan, bagaimana agar bisa masak 3 jenis sayur dan 3 jenis lauk untuk tiga kali makan (45 porsi). Kadang2 kami pakai strategi 2 jenis sayur dan 2 jenis lauk dalam tiga kali makan agar uangnya cukup.

Kalau ana hitung2, jika satu hari belanja 15 ribu untuk 15 orang.. berarti dalam satu hari penghuni asrama hanya membutuhkan biaya seribu rupiah. Seribu rupiah ini untuk tiga kali makan. Jadi satu kali makan hanya Rp 333,33. Ko murah banget ya? Dengan jumlah segitu (+belanja di awal bulan) bisa dapat nasi, lauk, dan sayur. Hmm .. alhamdulillah.. barangkali inilah salah satu keberkahan asrama tahfidz al-qur’an.. meski hanya memiliki sedikit harta, tapi cukup untuk kehidupan sehari-hari.. Karena seluruh hidup para penghafal al-qur’an adalah untuk al-qur’an.. menjaga al-qur’an, mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan alqur’an.

Di asrama tahfidz masak apa saja?

Saat itu, semua sahabat2ku berasal dari luar kota Solo, misalnya dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Madura, Jepara, Wonogiri, Jogja, Malang, Kudus dsb. Yang dari Solo hanya ana semata. Oleh karena itu, keuntunganku bertemu dengan mereka bukan hanya kerjasama dalam hafalan al-qur’an, tapi juga bagaimana mengenal karakter dan masakan khas dari berbagai daerah. Mereka pun juga meminta ana untuk memasak makanan khas Solo.

= = =

Yang paling berkesan adalah masakan sahabatku dari Sumatera, dia memasak sayur terong pedas. Cabe merahnya banyak sekali!! Dan ada yang aneh dari racikan bumbunya..!!



“Haa..? Masak sayur tanpa bawang putih?”, tanyaku keheranan..

“Iya, tanpa bawang putih! Tapi bawang merahnya dibanyakin. Rasanya enak ko! Tenang aja..”, jawab sahabatku.

“Baru kali ini ana tahu, ada masakan sayur tidak dikasih bawang putih..”, jawabku sambil melihat sahabatku masih tenang dengan pendapatnya.

Ternyata benar.. sayur terong itu benar2 sangat lezatt.. Sebelumnya ana tidak begitu menyukai terong untuk sayur karena rasanya yang tawar. Namun, setelah merasakan terong pedas ala sumatera itu, hmm.. ana jadi suka terong, meskipun tanpa bawang putih. Rahasianya, terong itu digoreng dulu hingga kuning keemasan sebelum dibuat sayur.. :)

Masakan lain yang dibuat sahabatku adalah bubur kacang hijau yang unik dan aneh. Why? karena dikasih tepung. Tapi enak juga.. fungsinya agar bisa menjadi lebih banyak (bahasa jawanya: babar). Masakan yang lain adalah sayur yang campurannya dibuat dari tepung, bregedel tahu bentuk bulat, ikan pindang cabe hijau, bubur kacang hijau ‘isi salak’, dll.

= = =


Mereka pun juga merasa aneh ketika ana menggoreng telur.

“Ana baru tahu kalau nggoreng telur itu bumbunya pakai merica! Aneh…!!”, kata salah satu sahabatku.

“Lho, itu kan sudah biasa. Ini yang ngajari ayah ana. Rasanya kan bisa jadi agak pedas.. Yang aneh itu kalau nggoreng telur dikasih tomat! teman ana pas bina desa dulu masaknya gitu.”, jawabku membela diri… :)

Saat yang lain, ada juga yang merasa aneh dengan masakanku.

“Setahuku, kalau masak sayur bothok itu tidak ada kuahnya. Ko ini ada kuahnya?”,tanya sahabatku.

“Iya, ini jenis yang lain, ada yang berkuah dan ada yang tidak. Kalau ini yang ngajari ibu ana.”, jawabku dengan harapan teman2ku nanti juga doyan makan masakanku. Masakan berkuah ini rencananya adalah untuk dua kali makan,jadi bisa menghemat waktu dan energi.

“Tapi bau bumbunya harum.. hmm.. sepertinya enak deh..”, kata sahabatku sambil mencium uap masakan yang keluar dari panci.

“Ya, semoga saja.. “.

= = =

Sekarang asrama tahfidz almanar sudah pindah dekat masjid al-manar dan tidak ada tugas piket masak lagi karena target hafalan lebih tinggi dari sebelumnya. Kalau dulu 1 bulan hanya 1 juz, sekarang 1 bulan targetnya harus mendapat hafalan 2 juz. Meskipun demikian, keberkahan dari segi makanan insya Allah masih ada. Why? Karena di warung dekat asrama tahfidz, kita bisa membeli satu bungkus nasi plus sayur yang kita pilih seharga seribu rupiah saja. Sedangkan di warung yang jauh dari asrama, harganya lebih mahal, Rp 1500,- atau Rp 2000,- tiap bungkusnya.


Yüklə 126,1 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin