Archive for the ‘tahfidz’ category



Yüklə 126,1 Kb.
səhifə3/4
tarix26.10.2017
ölçüsü126,1 Kb.
#14178
1   2   3   4


Kalau keberkahan dari sisi lain apa ya?? Masih dipikirkan.. mungkin akan nampak setelah beberapa tahun lagi setelah murid2 tahfidznya menjadi seorang pengajar tahfidz dan/atau da’i di masyarakat.. Allahu Musta’an..

Wallahu a’lam..

Metode Tahfidz Ala Yaman

Posted by: annisa sholihah on: 21 Juni 2011

In: Tahfidz

1 Comment

Bismillah..

Hari Kamis pekan kemarin, tepatnya tanggal 16 Juni 2011, diadakan kajian yang berisi tentang Metode Tahfidz Ala Yaman, Kunci Kuat Cepat Tahfidz. Pembicaranya adalah seorang syekh sekaligus hafidz dari Yaman, yaitu Syekh Ahmed Syihaby Al-Yamani Hafidzahullah. Tempatnya di Masjid Kebonan Surakarta, dekat dengan daerah Sriwedari. Kajian ini disampaikan dengan bahasa Arab sehingga sebagian besar yang hadir adalah para ustadz – ustadzah dan para santri ma’had islam/ tahfidzul qur’an.

Isi kajian berupa fadhilah / keutamaan orang-orang yang menghafal al-qur’an. Mereka adalah orang pilihan dan sebaik-baik orang di antara manusia. Jika ingin bisa menghafal al-qur’an, maka hati itu harus sangat bersih.. bersih sebersih-bersihnya..bebas dari berbagai penyakit hati seperti hasad/dengki, dendam, berprasangka buruk pada orang lain, dsb.

Lalu beliau menyebutkan hadits tentang keadaan orang-orang yang memiliki hafalan al-Qur’an ketika dulu di dunia. Mereka diperintahkan oleh Allah untuk membaca al-Qur’an dengan tartil sambil menaiki tangga. Hanya saja mereka membacanya tidak dengan membaca mushaf, tapi dengan hafalan yang ia miliki. Semakin banyak hafalannya, maka semakin tinggi derajat surga yang ia peroleh. Oleh karena itu, tentu saja orang yang paling tinggi derajatnya (berdasarkan hadits ini) adalah orang yang paling banyak hafalannya (sudah hafal al-qur’an secara keseluruhan / hafal 30 juz).

Setengah jam kemudian, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode tahfidz yang dilaksanakan di Yaman. Bagaimana sih metodenya? Beliau menjelaskan kalau waktu menghafal terbaik adalah ada di tiga waktu, yaitu: (1) sebelum fajar, (2) sebelum maghrib / ba’da ashar, dan (3) sebelum tidur. Pada pagi hari sebelum fajar, santri2 tahfidz menghafal al-qur’an, lalu setelah shubuh, hafalan baru (ziyadah) tersebut disetorkan kepada seorang hafidz (gurunya). Setelah itu mereka me-muraja’ah hafalannya harus dengan tingkat hafalan yang sangat baik, tidak boleh ada kesalahan kecuali satu atau dua saja. Sampai jam 10 siang, mereka harus selalu bersama al-qur’an dan tidak boleh berpindah ke aktivitas lain. Setiap kali selesai sholat fardhu, mereka membaca al-qur’an satu juz dan memuraja’ah hafalannya.

Bagaimana jika ingin menghafal tapi orang tersebut sibuk?

Beliau menjelaskan orang tersebut harus punya target menghafal setiap hari, meskipun sedikit. Hafalan yang sedikit tapi kuat itu lebih baik daripada hafalan banyak tapi lemah. Karena sibuk, maka ia harus pandai2 memanfaatkan setiap waktu luang yang ia miliki untuk menghafal al-qur’an. Selain itu, dalam satu hari ia juga harus memiliki waktu khusus untuk menghafal alquran di mana tidak boleh digunakan untuk aktivitas lainnya. Kemudian ia juga perlu mencari teman yang bisa diajak untuk menghafal bersama atau diminta untuk menyimak hafalan yang telah ia peroleh. Dengan memohon pertolongan Allah, insya Allah cita-citanya dalam menghafal al-Qur’an bisa tercapai, bi idznillah.

Apakah seorang yang membaca al-Qur’an itu wajib membaca al-qur’an sesuai makhraj yang benar? Misalnya ketika mengucapkan huruf ta’, disertai dengan hams (mengeluarkan nafas)?

Beliau menjelaskan bahwa hams adalah salah satu sifat huruf yang senantiasa menyertai huruf tersebut ketika diucapkan (beliau memberi contoh dengan mulut beliau bagaimana mengucapkan huruf ta’ dengan benar -ada hamsnya-). Jadi, kelau belum bisa mengucapkan huruf ta’ dengan sempurna beserta sifat-sifat yang dimiliki huruf tersebut, maka ia harus selalu berusaha untuk memperbaikinya lagi, terus-menerus. Jika memang sudah berusaha terus dan belum bisa, maka laa yukallifuLLAAHU nafsan illaa wus’ahaa.. Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kesanggupannya..

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat padahal masih banyak ilmu yang ingin kami gali dari beliau. Dengan mendengarkan taushiyah beliau, serasa kami mendapatkan semangat / energi baru untuk bersungguh-sungguh dalam menghafal, menjaga, dan mengamalkannya semata-mata lillaahi Ta’ala. Allaahu Akbar!

= = = = =

Misalkan ada sahabat yang ingin menambahkan isi tentang metode tahfidz ala Yaman, silahkan tulis di komentar ya. Karena tulisan di atas sekedar ingatan ana saja setelah 5 hari.. :) -jadi mungkin kurang lengkap-. ‘Afwan jiddan, meski sedikit tapi moga bermanfaat. Jika ada yang salah mohon diluruskan karena kemampuan bahasa arab ana pas-pasan.. :)

Menyewa Pentasmi’ Al-Qur’an?

Posted by: annisa sholihah on: 5 Juni 2011

In: Tahfidz

5 Comments

Suatu hari di ma’had tahfidz..

“Ukh, anti ana sewa untuk nyimak hafalan ana ya, satu bulan!”, kata salah seorang akhwat.

“Ok, mau mbayar berapa?”, jawab sahabatku sambil senyum bercanda.. :)

Pembicaraan di atas tentu ada sebabnya. Sistem menghafal saat itu tidak memungkinkan kami untuk saling menyimak hafalan sahabat yang lain. Why? karena sudah sibuk dengan hafalan masing-masing. Tidak ada waktu nganggur! Masing-masing menyiapkan hafalan baru dan hafalan lama yang akan disetorkan.

Sebenarnya ana merasa kurang nyaman dengan sistem itu karena ana mengenali bagaimana hafalan ana. Hafalan ana menjadi kuat kalau sudah disetorkan dua kali ke teman2 dulu, baru setelah itu disetorkan ke ustadzah. Untuk itu, ana mencari sahabat yang kira2 bibirnya berhenti menghafal untuk ana dekati.

“Ukh, tolong simakin ana ya, satuu lembar aja! Nanti gantian deh.”

Dia menjawab, “Wah ukh, ini ana belum siap nih, coba yang lain ya..”.

Yang lain juga hampir sama jawabannya, “Ana sebentar lagi maju, ukhti. Ntar nggak dapat tempat duduk..”

Apa boleh buat, ana harus nyari yang lain, tidak boleh menyerah. Ana akan mencari teman lain yang sedang minum atau makan (kan bibirnya tidak untuk menghafal).

“Ukh, tolong simakin ana ya, sedang tidak menghafal, kan? jadi bisa nyimak ana”.

Alhamdulillah, akhirnya ia mengiyakan, “Ok, lembar yang mana?”.

“Lembar yang ini.. “, jawabku gembira sambil menyodorkan al-quran merah marunku.. :).

Setelah itu, kami membuat kesepakatan (tidak tertulis) untuk saling menyimak hafalan baru kami. Yang lain juga sama, ada yang mencari partner sendiri2 secara mandiri untuk menjadi pentasmi’ temannya yang lain dengan strategi: santri di kelas pagi menjadi pentasmi’ untuk santri di kelas siang.. dan sebaliknya.

= = = = =

“Ukh, semoga kita nanti kita punya suami yang mau mentasmi’ hafalan kita ya!”, kata seorang akhwat.

“Iya, misalnya suami-istri sama2 hafal qur’an pun, belum tentu bisa saling simakan, karena sama2 sibuk ngajar.”

“Ukhti, ana sampai mikir! Nanti kalau sampai tidak ada sama sekali orang yang sempat nyimak hafalan ana.. Ana mau menyewa orang untuk nyimakin hafalan ana. Sekali lagi ukh, ana mau nyewa orang untuk nyimakin hafalan ana! Kita nggak mau kan kalau hafalan qur’annya hilang karena tidak pernah disimakin lagi?”

= = = = =

Ana baca buku, ternyata di dalam buku itu diceritakan banyak orang yang dulu hafal qur’an, tapi hafalannya menguap satu juz-satu juz, hafalannya memudar satu surat-satu surat. Ada banyak faktor yang menyebabkannya. Jadi, sebutannya bukanlah lagi orang yang hafal qur’an, tapi “orang yang pernah hafal qur’an”.. atau “orang yang pernah menyetorkan hafalan qur’an 30 juz”. (instropeksi kita semua yang punya hafalan qur’an)

Menjadi pentasmi’ al-Qur’an itu tidak mudah. Mungkin orang yang disimak bisa membaca berjuz-juz tanpa tampak merasa kelelahan dan kehausan. Tapi.. yang jadi pentasmi’ itu malah yang ‘klenger’ duluan sebelum yang disimak selesai menyetorkan seluruh hafalan yang akan dimuraja’ah karena lamanya waktu menyimak.

Ana sendiri (berdasarkan pengalaman beberapa bulan yang lalu), nyimak 3 juz aja sudah “teklak-tekluk” seperti orang mengantuk. Karena untuk menyimak itu butuh kerja otak yang keras juga: konsentrasi tinggi dalam melihat mushaf alqur’an dan harus jeli mendengarkan bacaan. Dia juga bertanggung jawab untuk membenarkan bacaan jika ada yang salah kata, salah huruf, atau “keblasuk/kesasar” karena masuk/pindah ke surat lain.

Sebenarnya rencana “menyewa pentasmi’ al-qur’an” (yang tampak aneh dan asing di telinga) itu tidak perlu dilakukan jika ada anggota keluarga yang mau menyimak dengan sabar dan istiqomah.. atau adanya halaqoh tahfidz bagi para alumni ma’had tahfidzul qur’an. Hanya saja, di kota Solo ini ana belum menemukan.

= = = = =

Kapan didirikan?

Pondok Berbasis Tahfidzul Qur’an

Posted by: annisa sholihah on: 5 Juni 2011

In: Tahfidz

Tinggalkan sebuah Komentar

Bismillah..

Suatu hari, lampu di rumah mati. Seluruh anggota rumah diam. Lalu kami berusaha mencari korek api dan lampu minyak atau lilin untuk penerangan. Apa boleh dibuat, ternyata tidak ditemukan lampu minyak dan tidak ada satu toko pun yang menjual lilin. Akhirnya, kami hanya menggunakan cahaya bulan untuk penerangan di luar rumah.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang membaca surat Al-Hujurat di kegelapan itu. “Oh, itu suara ayah.”, bisik hatiku. Setelah beliau selesai membacanya, aku bertanya pada beliau, “Yah, kenapa ayah sangat suka membaca surat al-Hujurat?”, tanyaku penuh penasaran. Ayah menjawab, “Karena dalam surat tersebut banyak sekali terdapat nasihat untuk orang-orang yang beriman.”

Kalau mati lampu, ayah suka sekali membaca ayat itu. Katanya untuk muraja’ah. Hafalan qur’an itu harus dijaga.. dan menjaga hafalan yang telah diperoleh itu lebih sulit daripada mendapatkannya.. Begitu nasihat beliau.

= = = = =

Di beberapa pondok pesantren, ada kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh para santri pada waktu sebelum dan sesudah sholat fardhu. Sebelum adzan dimulai, mereka sudah bersiap dengan pakaian sholat dan al-qur’annya. Selesai sholat sunnah, mereka membaca al-qur’an atau membaca buku pelajaran sambil menunggu sholat fardhu dilaksanakan. Terutama selepas sholat maghrib, biasanya ada kegiatan wajib qiro’ah atau membaca al-qur’an.

Namun, ada perbedaan antara pondok pesantren berbasis tahfidzul qur’an dengan pondok pesantren yang tidak berbasis tahfidzul qur’an.

Apa perbedaannya?

Kalau mati lampu (listrik padam), maka suara bacaan alqur’an mereka terhenti, baik yang di pondok pesantren tahfidz ataupun di pondok pesantren yang mempelajari banyak ilmu secara umum.

Bedanya, dalam keadaaan gelap gulita itu, di pondok pesantren yang umum, bacaan al-qur’an akan terhenti. Tidak/hampir tidak terdengar lagi suara bacaan al-qur’an selanjutnya.. tetapi di pondok berbasis tahfidzul qur’an, meskipun berhenti sebentar karena tiba-tiba lampu padam, tapi setelah itu masih ada bunyinya.. terdengar lantunan ayat-ayat suci al-qur’an yang telah mereka hafal di dalam dada.. bahkan bacaan qur’an itu bisa bertahan sampai beberapa jam kemudian..

= = = = =

Mari kita hiasi rumah-rumah kita dengan bacaan al-qur’an.. :)

Tag: bacan qur'an, menghiasi, pondok, tahfidz

Hp dan Tahfidzul Qur’an

Posted by: annisa sholihah on: 4 Mei 2011

In: Tahfidz

2 Comments

Bismillah..

((Instropeksi hatiku, hatimu, hati kita))

Salah satu peraturan di ma’had, terutama bagi yang asrama adalah tidak boleh mengaktifkan hp sejak hari Senin s.d Jum’at. Boleh mengaktifkan hari Sabtu dan Ahad aja. Peraturan ini dibuat tentu ada maksudnya: agar semua santri FOKUS dengan al-Qur’an. Dulu ana tidak megang hp, jadi tidak masalah dengan peraturan ini.

Alhamdulillah, sekarang ana megang hp lagi. Tapi amat sangat jarang sekali ana pakai kecuali seperlunya saja. Why? agar bisa FOKUS dan KONSENTRASI. Ini intinya. Untuk memutuskan hal ini, ana sudah memikirkan cukup lama. Karena jika dilihat dari besarnya pahala dan kesungguhannya, menghafal dan menjaga hafalan qur’an itu tidak mudah. Menurut ana, terlalu banyak megang hp akan memecah konsentrasi menghafal dan muraja’ah. Sangat mengganggu. Tapi di sisi lain memang bermanfaat untuk hubungan dengan sahabat dan ustadzah2.

Tapi ingat kembali: apa tujuan utamamu SAAT INI? Jika tujuanmu adalah menghafal qur’an, maka apa yang harus paling sering dipikirkan di otak adalah bagaimana bisa memahami, menghafal, muraja’ah dan mengamalkannya.. Apa yang paling sering dipegang adalah al-Qur’an, bukan hp! Sibukkan diri dan pikiran kita untuk hal2 yang bermanfaat saja.. misal: terus menghafal, terus memahaminya dengan membaca tafsir qur’an, asbabun nuzul, buku2 tahfidz, kamus qur’an, terjemah qur’an dari depag.. Menjaga waktu, menjaga kebersihan hati, menjauhi kemaksiatan, menjaga kejernihan pikiran, kefasihan lisan agar sesuai tajwid.. Ini saja sudah sangat membutuhkan waktu banyak.. Anda sepakat bukan? Apalagi jika ini dilakukan saat PROSES PENGUMPULAN hafalan qur’an dari kertas ke dalam dada.

Gangguan lain yang biasanya tidak disadari adalah: mengatakan / melakukan perbuatan sia2 sehingga waktu berharga kita sudah dicuri olehnya.

Hal lain.. Ironis sekali, jika kita menghadiri majlis ta’lim, lalu mmeperhatikan para anak muda. Apa yang mereka pegang jika sudah tiba di majlis ta’lim? Yang mereka pegang adalah HP. Tidak seperti beberapa tahun yang lalu, jika ustadz pemateri belum datang, maka yang dipegang dan dibuka adalah al-Qur’an.

Oleh karena itu, sebaiknya kita pandai mengelola waktu kita yang nilainya lebih berharga daripada uang. Perlu diketahui dan dipahami pula, bahwa orang yang menghafal qur’an itu memiliki ritme harian yang berbeda dengan orang yang tidak menghafal.

(Kalau di ma’had lain yang lebih ketat malah tidak diperkenankan sama sekali megang atau mbawa hp)

= = =

Apa yang telah berhasil dari waktumu, tidak ternilai harganya..



Apa yang telah luput dari waktumu, tidak bisa kembali selamanya..

Bersakit2 dahulu, bersenang2 kemudian.. Alhamdulillah.. Wallahu a’lam

Tag: hp, tahfidz

Menghafal Qur’an hingga Nomor Ayat, Bagaimana Caranya?

Posted by: annisa sholihah on: 3 Mei 2011

In: Tahfidz

12 Comments

Bismillah..

Metode menghafal al-Qur’an ternyata mempengaruhi bagaimana cara otak mengambil ingatan itu lagi. Misal: kita menghafal qur’an berdasarkan juz, maka kita akan mengingat suatu ayat, ia berada di juz berapa. Inilah biasanya yang diterapkan di ma’had2 tahfidzul qur’an.

Dari buku yang ana baca, yang berjudul “Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an”, ana dapati bahwa menurut penulisnya, menghafal al-Qur’an berdasarkan juz itu.. adalah cara menghafal yang salah/kurang tepat. Yang benar adalah menghafal al-Qur’an berdasarkan surat.. sehingga ketika kita ditanya suatu ayat, maka kita akan mudah mengetahui, ayat itu ada di surat mana.

Untuk mengatasi hal ini, maka sebaiknya digunakan dua metode. Karena di ma’had menggunakan metode menghafal berdasarkan juz, maka ana harus menggunakan metode ini untuk ziyadahnya (menambah hafalan). Tapi untuk muraja’ahnya (mengulang hafalan), ana lebih sering menggunakan metode menghafal berdasarkan surat. Dengan demikian, diharapkan ketika ditanya suatu ayat, kita bisa dengan tepat menyebutkan di juz mana dan di surat mana.

Jika kita masuk lebih dalam, maka kita juga bisa menghafal al-Qur’an bedasarkan halamannya. Kita bisa menebak suatu ayat berada di lembar sebelah kanan atau kiri.. berada di lembar ke berapa juz ke berapa.. Kalau yang pernah ana baca, untuk mendapatkan kemampuan ini, maka kita harus mengoptimalkan penglihatan kita (sering melihat mushaf dengan konsentrasi / menggunakan ingatan penglihatan).

Masih muncul permasalahan.. Apakah itu?

Salah satu permasalahan yang belum terpecahkan olehku sampai saat ini adalah menghafal al-Qur’an secara sempurna hingga ke nomor ayatnya. Bagaimana caranya ya? Lalu aku pun mencarinya di berbagai buku, adakah kisah penghafal al-Qur’an yang dapat menghafal al-Qur’an sampai ke nomornya juga??

Alhamdulillah, akhirnya kutemukan juga ketika aku membaca buku “Seni Menghafal AL-Qur’an”. Di sana dikisahkan ada seorang hafidzah yang memiliki suami seorang hafidz. Dia bercerita bahwa suaminya bisa menghafal al-Qur’an hingga ke nomor ayatnya. Masya Allah!! Subhanalllah!! Aku pun bertanya-tanya, bagaimana caranya?

Namun, sayang sekali, di buku itu tidak diceritakan bagaimana caranya hafidz tersebut bisa menghafal al-Qur’an hingga ke nomor ayatnya.. :(

Metode yang pernah dicoba adalah metode menghitung. Alhamdulillah, akhirnya bisa juga, tapi ini efektif di lembar pertama sebuah surat. Setelah itu lembar2 berikutnya kabur, dan ingatan hitungan berubah menjadi hitungan berdasarkan lembar ketika beberapa hafalan sudah digabung menjadi sebuah surat atau juz.

Metode lain yang secara tidak sengaja ditemukan adalah menghafal ayat berdasarkan temanya. Hal ini ditemukan ketika mengikuti kajian/ta’lim.. Seorang ustadz membacakan sebuah dalil dengan menyebutkan surat dan nomor ayatnya. Akhirnya, sejak saat itu, ayat itu teringat menjadi lebih baik, berada di surat apa dan ayat berapa. Permasalahannya, tidak semua ayat qur’an dibaca oleh ustadz sebagai dalil. Solusi lain yang mungkin adalah mengkaji tafsir tematik. Di sana disebutkan seluruh ayat yang berkaitan dengan tema tertentu. Misalnya tentang zakat, maka akan dikaji seluruh ayat yang berkaitan dengan zakat.

Suatu hari, ana searching di internet, alhamdulillah ana menemukan artikel yang berkaitan dengan apa yang ana cari selama ini.

= = =


Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat.

Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.

Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Qur’an.

Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?

Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.

Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut :

Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.

Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.

Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10

Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.

Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.

Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar

Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.

Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:

Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat – ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!

Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai

Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal – tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.

Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita

Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada „ pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!

Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai „petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah „ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.

Selamat bermurajaah!

= = =


Untuk artikel lengkap dan komentar2nya bisa dilihat di sini.. Jika Anda mengetahui metode lain untuk menghafal al-Qur’an hingga ke nomor ayatnya. Mohon berikan komentar nggih. Jazakumullah khair.. Alhamdulillah..

Wallahu a’lam

Tag: manghafal quran, nomor ayat

Kismis – Obat Lupa?

Posted by: annisa sholihah on: 24 April 2011

In: Tahfidz

1 Comment

“Ukh, ini rotinya ada kismisnya. Kismis itu baik untuk ingatan.”, kataku setelah mencicipi roti manis dari kardus yang dibawa teman ke asrama.


Yüklə 126,1 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin