BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keadaan geografis di Indonesia yang mayoritas merupakan kepulauan membuat banyak hambatan dalam pergerakan logistik antar daerah di Indonesia. Dari informasi yang dilansir Logistic Performance Index (LPI) selaku badan logistik dunia yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, pada tahun 2007 Indonesia berada pada rangking ke-43 dari 150 negara, sedangkan pada tahun 2009 peringkat Indonesia merosot ke peringkat 75 dari 155 negara. LPI Indonesia kemudian menunjukkan peningkatan dari posisi tersebut menjadi posisi 59 di tahun 2012. Namun peringkat Indonesia tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Singapore, Malaysia, Thailand, Philippines, dan Vietnam. Posisi ini mencerminkan masih lemahnya kinerja sektor logistik Indonesia di dunia global.
Melihat keadaan tersebut, banyak pelaku bisnis yang mengambil kesempatan dengan membuka bisnis yang bergerak pada industri pemenuhan kebutuhan transportasi, terutama transportasi antar pulau di Indonesia. Menurut ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto, mengatakan, mengacu proyeksi pertumbuhan muatan kapal rata-rata 7% per tahun. Sepanjang tahun lalu (2012), muatan angkutan laut Indonesia, baik domestik maupun internasional mencapai angka 876,2 juta ton. Sementara pada tahun 2013 ini muatan angkutan laut Indonesia diperkirakan mencapai 937,5 juta ton.
Industri transportasi laut itu sendiri adalah industri yang bergerak dalam pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kapal laut. Menurut observasi pada harian tribun news, selama ini usaha transportasi laut nasional menyumbang sekitar 30 persen dari sumber pendapatan negara. Sebagian besar bergerak pada bidang operasional minyak dan gas di sektor hulu nasional.
Melihat besarnya peluang pada bisnis transportasi laut yang semakin hari semakin meningkat, maka perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri tersebut membutuhkan strategi-strategi yang berfungsi agar dapat memenangkan persaingan dengan perusahaan lain atau dalam dunia ekonomi sering disebut keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing itu sendiri menurut Kotler (2005) yaitu keunggulan atas pesaing yang didapatkan dengan menyampaikan nilai pelanggan yang lebih besar, melalui harga yang lebih murah atau dengan menyediakan lebih banyak manfaat yang sesuai dengan penetapan harga yang lebih tinggi.
PT Satria Cipta Perkasa adalah salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan PT PERTAMINA sebagai distributor Bahan Bakar Minyak. Beralamat di Rukan Sudirman Park Blok C. 36, Jalan KH Mas Mansyur Kav. 35, Jakarta. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1995 dan telah memiliki lebih dari 100 armada angkatan laut dan darat. Sejak tanggal 21 Januari 2009, secara resmi perusahaan ini telah bekerja sama dengan PT PERTAMINA sebagai transportasi dalam pengiriman Bahan Bakar Minyak ke daerah atau pulau lain di Indonesia.
Selanjutnya, sejak tahun 2011, melihat dari peluang bisnis yang ada saat itu, pihak perusahaan memutuskan untuk mulai menjalankan strategi diversifikasi terkait dengan membuka jasa logistik di luar pengiriman Bahan Bakar Minyak, namun masih terkait dengan jasa saat logistik. Strategi tersebut pada awalnya memang menjanjikan karena dengan strategi tersebut, perusahaan mampu meningkatkan pangsa pasar mereka karena memiliki dua lini bisnis yaitu distributor Bahan Bakar Minyak dan jasa ekspedisi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ternyata strategi yang dijalankan tersebut dinilai gagal berjalan dengan baik karena dengan pembukaan jasa ekspedisi tersebut, perusahaan mengalami penurunan profitabilitas akibat seringnya terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang serta transportasi yang belum cukup berkualitas membuat kegiatan operasional menjadi terhambat dan beberapa rekan bisnis dan konsumen pun memilih untuk berhenti menggunakan jasa PT Satria Cipta Perkasa.
Hambatan yang dihadapi oleh perusahaan saat ini, menurut wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu Yaya selaku Manajer Keuangan perusahaan, adalah di mana perusahaan mengalami penurunan tingkat pembelian dari konsumen diakibatkan banyaknya pesaing baru yang bermunculan di industri bahan bakar minyak seperti TOTAL dan SHELL. Selain itu, Ibu Yaya juga menjelaskan bahwa dikarenakan citra PERTAMINA di Indonesia yang semakin baik, membuat banyak perusahaan transportasi laut lain yang juga bekerja sama dengan PERTAMINA yang mampu memberikan harga pengiriman atau ekspedisi yang lebih murah dibandingkan PT Satria Cipta Perkasa. Hal ini membuat PT Satria Cipta Perkasa mulai kehilangan posisi di mata pihak PERTAMINA.
Permasalahan lain yang ditemui dari hasil wawancara kepada Bapak Zikri Kudsi selaku Direktur utama PT Satria Cipta Perkasa menjelaskan bahwa keadaan fundamental di Indonesia yang tidak stabil terutama pada sisi ekonomi seperti inflasi dan krisis moneter, serta peraturan-peraturan yang saat ini diterapkan di negara Indonesia memang menyulitkan pengembangan perusahaan-perusahaan terutama perusahaan ekspedisi. Hal ini sering menyebabkan ketidakpastian pemesanan dan penyewaan transportasi serta kuantitas barang yang diangkut pada setiap pengiriman dan membuat perusahaan mengalami kerugian karena biaya bahan bakar serta perawatan kapal yang cukup mahal.
Tabel 1.1. Total Penyewaan Transportasi PT Satria Cipta Perkasa
(2011 – 2013)
Year
|
Sea Transport
|
Land Transport
|
Total
|
2011
|
63 projects
|
243/period (year)
|
306
|
2012
|
57 projects
|
236/period (year)
|
293
|
2013
|
51 projects
|
219/period (year)
|
270
|
Sumber: Data Primer
Dari tabel di atas, terlihat bahwa terjadi penurunan tingkat penyewaan transportasi dari perusahaan-perusahaan yang sebelumnya telah bekerja sama dengan PT Satria Cipta Perkasa dimana pada tahun 2011, 63 projek pengiriman melalui kapal berhasil dicapai dan pada tahun 2013 hanya 51 projek yang berhasil dicapai. Selain data tersebut, didapatkan pula data omset keuangan PT Satria Cipta Perkasa sejak tahun 2011 – 2012 sebagai berikut:
Tabel 1.2. Kisaran Omset PT Satria Cipta Perkasa (2011-2012)
Tahun
|
Omset
|
2011
|
Rp 37.425.827.935
|
2012
|
Rp 36.051.873.903
|
Sumber: Data Primer
Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa pendapatan dari PT Satria Cipta Perkasa juga mengalami penurunan yang cukup drastis sejak tahun 2011 hingga 2012 dimana pada tahun 2011, pendapatan yang diterima oleh PT Satria Cipta Perkasa mencapai 37.424827.935, dan pada tahun 2012 hanya mencapai 36.051.873.903. Turunnya profitabilitas ini juga mengindikasikan permasalahan mengenai aspek keuangan pada PT Satria Cipta Perkasa.
Melihat permasalahan tersebut, ditemukan penelitian terdahulu yang dijalankan oleh Nejad (2011), dijelaskan bahwa apabila sebuah perusahaan ingin mengembangkan atau mengimplementasikan sebuah strategi untuk bersaing dalam pasar, maka analisis yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan perusahaan adalah dengan menggunakan matriks IFE, EFE, CPM, SWOT dan QSPM. Uraian pada penelitian tersebut telah mendukung masalah-masalah dan bukti yang ditemukan, maka penelitian ini akan mengadopsi metode yang sama untuk menyelesaikan permasalahan pada PT. Satria Cipta Perkasa.
Dari uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini akan dilanjutkan guna memberikan rekomendasi straegi yang tepat untuk diterapkan pada PT Satria Cipta Perkasa yang sebelumnya mengalami permasalahan sebagai dampak dari kesalahan strategi yang diterapkan, dan selanjutnya penelitian ini akan diberi judul “Analisis Strategi Bisnis Pada PT Satria Cipta Perkasa”
1.2. Formulasi Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka disimpulkan beberapa formulasi masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini yaitu:
-
Faktor internal dan eksternal apa sajakah yang ada pada PT Satria Cipta Perkasa?
-
Strategi apakah yang paling tepat untuk diterapkan oleh PT Satria Cipta Perkasa untuk dapat meningkatkan daya saing?
1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada PT Satria Cipta Perkasa yang beralamat di Rukan Sudirman Park Blok C. 36, Jalan KH Mas Mansyur Kav. 35 Jakarta. Penelitian ini terbatas pada faktor internal dan eksternal yang ada pada PT Satria Cipta Perkasa dan tidak mencakup implementasi strategi yang direkomendasikan.
1.4. Tujuan Penelitian
Dari formulasi masalah dan ruang lingkup dan batasan penelitian yang ada, maka penelitian ini akan bertujuan untuk:
-
Menganalisis faktor internal dan eksternal yang ada pada PT Satria Cipta Perkasa.
-
Memberikan rekomendasi strategi apakah yang paling tepat untuk diterapkan oleh PT Satria Cipta Perkasa.
1.5. State of the Arts
Penelitian ini juga dilengkapi dengan beberapa jurnal yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Jurnal Utama
Penelitian yang dilakukan oleh Shikha Rastogi dengan judul “Third Party Logistics Services Industry In India-Growth Drivers, Challenges And SWOT Analysis” menjelaskan bahwa dalam memformulasikan strategi untuk bersaing dengan perusahaan dalam industri logistik, dibutuhkan beberapa metode dimana metode SWOT merupakan metode yang digunakan. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa ada beberapa rekomendasi yang harus dijalankan guna meningkatan keunggulan bersaing pada 3PL di India.
Jurnal Pendukung
Penelitian yang dilakukan oleh Chee Chuong Sum dan Chew Been Teo dengan judul “Strategic posture of logistics service providers in Singapore” menjelaskan bahwa peta kekuatan M. Porter dapat menjadi sebuah metode yang tepat untuk diterapkan guna mengetahui posisi perusahaan dalam sebuah persaingan industri logistik.
Dostları ilə paylaş: |