Bab I pendahuluan latar Belakang Masalah



Yüklə 408,92 Kb.
səhifə4/6
tarix26.10.2017
ölçüsü408,92 Kb.
#14088
1   2   3   4   5   6

Ibadah

Ibadah merupakan buah dari iman, sebagai perwujudan ketaatan dan sikap bersyukur manusia kepada Allah SWT atas segala kenikamatan yang telah diterimanya. Sangat pentong bagi setiap orang tua membiasakan dan melatih anak agar menunaikan berbagai amalan ibadah, sebab pembinaan dan pembiasaan ibadah itu dapat menyempurnakan bangunan aqidah dalam diri anak.65

Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan dari pembinaan aqidah, merupakan cermin dari aqidah, masa anak-anak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban. Ia adalah masa persiapan, latihan, dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban ketika baligh nanti.

Dengan begitu kelak pelaksanaan kewajiban akan terasa mudah dan ringan disamping itu juga telah mempunyai kesiapan yang matang untuk mengalami kehidupan dengan pengaruh keyakinan.

Ibadah kepada Allah SWT akan memberikan pengaruh mengagumkan pada jiwa anak. Ia akan menjadikannya selalu berhubungan dengan Allah SWT. Ibadah mampu meredam gejolak kejiwaan dan mengendalikan hawa nafsu, sehingga jiwanya akan lurus melalui munajah kepada Allah SWT. Hatinya akan senantiasa tenang, terutama ketika ia membaca atau mendengarkan Al Qur’an, melaksanakan sholat atau mendengarkan maghrib saat berbuka setelah seharian melakukan puasa.66

Banyak sekali rahasia ibadah yang memberikan pengaruh terhadap anak yang juga akan semakin menambah kekuatan gairah aktifitas. Apabila kita memperhatikan nabi, maka akan menemukan bahwa nabi mendidik Anak memfokuskan pembinaan anak kepada 5 pilar yang lebih dikenal dengan rukun islam yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, haji.

Untuk syahadat dengan ucapan laa ilaha illallah dan berusaha meyakinkan anak dengan keridlaan Allah, disinilah syahadat sebagai bentuk kesaksian bahwa anak meyakini keberadaan Allah SWT sebagai sembahan dan penciptanya, dan mengakui Muhammad sebagai utusan Allah yang tugasnya menyampaikan firman-firman Allah dan sebagai teladan bagi umatnya.



  1. Memerintahkan shalat

Menurut Amir Abyan pengertian shalat syari’at Islam adalah suatu amal ibadah yang terdiri dari perkataan-pekataan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhri dengan salamdengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertetu.67

Sementara menurut Nawawi T, shalat adalah berhadap hati kepada Allah SWT sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah di tentukan syara’.68

Dari beberapa pendapat tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa shalat dimulai dari takbiratul ikhram, dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu yang didalamnya penuh dengan do’a (mengagungkan Allah SWT, mengakui Allah SWT, meyakini bahwa kita adalah hamba Allah SWT).

Sebelum shalat, kehendaknya ibu mengingatkan anak-anak bahwa mereka sedang menghadap Allah shalatlah yang tenang. Arahkan pandangan mata kalian pada tempat sujud. Allah menyayangi anak yang shalat dengan khusyuk.69

Anak diajari untuk terbiasa sholat, terutama sholat 5 waktu yang merupakan sholat wajib. Setelah anak mampu dan paham dengan sholat wajib maka ibu mengenalkan sholat sunnah yang lain.


  1. Puasa

Puasa adalah ibadah yang menyadari batas waktu (imsa’) sampai dengan terbenam matahari atau mahrib, tidak melakukan membatalkan puasa. Dengan puasa anak dilatih untuk lapar haus, supaya anak mampu merasakan bagaimana rasanya orang-orang miskin yang tidak mampu makan tiap hari atau sering merasakan kelaparan. Selain puasa memang diyakini untuk belajar mengendalikan nafsu dan amarah.

Puasa merupakan ibadah rohani dan jasmani, dengan puasa anak akan belajar ikhlas yang hakiki kepada Allah SWT, dan juga akan selalu merasa diawasi oleh-Nya dalam kesendiriannya. Ia akan terlatih untuk menahan diri dari hasrat kepada makanan sekalipun ia lapar, dan dari minuman sekalipun ia harus begitu. Puasa akan menguatkan daya kontrol mereka terhadap segala keinginan. Di sini anak akan terbiasa bersabar dan tabah.



  1. Zakat

Zakat menurut syara’ ialah kegiatan mengeluarkan sebagai harta tertentu diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat70.
Dengan syarat memberikan pendidikan kepada anak, untuk memiliki jiwa sosial, simpati dan empati, terhadap keadaan orang lain yang dalam keadaan kekurangan. Dengan kata lain ibu juga bisa menanamkan kepada anak, untuk terbiasa dermawan, tidak kikir dan tak sombong. Memberi pemahaman kepada anak bahwa sesungguhnya harta adalah pemberian dari Allah SWT yang dititipkan kepada hambanya.
C. Ahlak

Yang dimaksud dengan akhlak adalah perangai tabiat dan perilaku yang baik atau pergaulan yang baik. “Al Ida Fizh Ibnu Hajar mengatakan yang disebut dengan adab adalah menggunakan perkataan atau perbuatan yang terpuji”71.

Akhlak ini akan terlihat dengan jelas dalam pergaulan atau muamalah, bahkan akhlak menjadi penasmpilan luar dan anak muda maupun orang tua. Oleh karena itu menanamkan akhlak yang baik kepada anak merupakan prioritas dari moral.

Salah satu contoh, jika sejak kecil anak terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan mudah mengikuti hawa nafsu, serampangan, tamak dan seterusnya, maka akan sulit bagi anak untuk memperbaiki dan menjauhi hal itu ketika dewasa. Perangai seperti ini akan menjadi sifat dan prilaku yang melekat pada dirinya, jika anak tidak dibentengi betul dari hal itu maka pada suatu ketika nanti sudah tentu semua perangai itu akan muncul. Oleh karena itu kita temukan kebanyakan manusia yang akhlaknya menyimpang disebabkan oleh pendidikan yang dilaluinya.

Kaum salafus shalih telah memberikan perhatian besar terhadap urgensi atau akhlak. Mereka mendidik anak-anak mereka di atas adab tersebut. Seorang sahabat mulia, menyampaikan seruannya kepada kedua orang tua dengan bahasa yang sangat lembut.

“Didiklah anakmu dengan adab, karena sesungguhnya engkau bertanggung jawab atas apa yang engkau didikan dan apa yang engkau ajarkan, sedangkan ia bertanggung jawab mengenai kebaktian dan kepatuhannya kepadamu”72




  1. Adab dengan kedua orang tua

Abu Ghassan Ad-Dhabbi mengatakan, “Aku pernah berjalan kaki bersama ayahku pada siang hari yang panas lalu kami bertemu dengan Abu Hurairah. Ia bertanya kepadaku, siapa orang ini? Aku menjawab, ayahku! Ia berkata, janganlah engkau berjalan di depan ayahmu, akan tetapi berjalanlah dibelakang atau disampingnya.73

Dari kesan tersebut bisa dilihat ada aturan menghormati orang tua, maka ibu sebaiknya juga menanamkan agar anak bisa berlaku baik dan sopan. ” Dari kisah tersebut bisa dilihat ada aturan menghormati orang tua, maka ibu sebaiknya juga menanamkan agar anak bisa berlaku baik dan sopan.



  1. Adab terhadap Ulama

Ulama adalah ahli ilmu agama. Ilmu dapat memberikan tuntunan bisa menyelamatkan manusia dari kerugian. Ilmu yang diamalkan atau bermanfaat dibawa sampai mati sebab itu, ibu sudah seharusnya mendidik anak untuk hormat kepada ulama.

Adat kepada ulama Lukman al Hakim memberikan nasehat kepada anak-anaknya, engkau harus duduk didekat ulama, dengarkanlah perkataan para ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Ia menghidupkan bumi yang mati dengan hujan yang deras.74




  1. Adab persaudaraan

Ibu sudah seharusnya mendidik anak untuk dapat hidup berdampingan dengan saudara-saudaranya dengan tidak pilih kasih dan adil. Ibu dapat membina anak-anak hidup secara rukun dengan saudaranya dalam keluarga.

  1. Adab bertetangga

Manusia adalah makluk sosial yang tidak bias hidup tanpa orang lain. Oleh sebab itu hidup bertetangga terdapat hak dan kewajiban agar dapat hidup rukun dan tidak bermusuhan. Ibu mengajarkan kepada anak untuk dapat menghormati tetangga, baik yang tua dan anak-anaknya tetangga. Tidak melakukan hal negatif yang membuat tetangga sakit hati, dan melakukan hal-hal yang membuat tetangga merasa aman.

  1. Adab meminta izin

Sering ditemui anak-anak melakukan hal yang menurut keinginannya menyenangkan dan tidak mempedulikan orang lain. Misalnya ketika anak ingin meminjam sepeda atau mainan atau buku milik temannya, kalau tidak mengerti adab, ada sebagian anak yang mengambil atau memakai barang milik orang lain tanpa ijin. Hal ini harus dicegah. Oleh sebab itu ibu harus menanamkan adab meminta izin kepada anak ketika ingin meminjam atau menggunakan barang milik orang lain, tujuannya supaya tidak menjadi kebiasaannya.

  1. Adap makan

Adab makan dalam Islam adalah:

  1. Mengambil makan dengan tangan kanan dan mengucapkan basmalah

  2. Mengambil makanan yang terdekat

  3. Tidak mendahului orang lain

  4. Tidak memandang makanan terus menerus atau melihat orang lain sedang makan

  5. Tidak tergesa-gesa ketika makan.

  6. Mengunyah makanan dengan baik

  7. Tidak terus menerus memasukkan makanan ke dalam mulut

  8. Tidak mengotori pakaian atau kedua tangan

  9. Memilih-milih dan mengambil makanan sana-sini

  10. Menganggap bahw terlalu banyak makanan adalah kebiasaan buruk dan merupakan orang yang banyak makan dengan binatang

  11. Tidak suka makan banyak-banyak, memuji anak yang beradab dan tidak makan banyak-banyak, suka mementingkan orang lain dari pada diri sendiri, serta tidak memparhatikan makanan yang ada

  12. Merasa puas (qana`ah) meski pendapatan makanan yang kurang enak.75

Menanamkan kecintaan kepada Allah, dalam Al-qur`an Al Baqarah: 165

             

                

  

Artinya :



dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu.

  1. Adab penampilan anak (rambut dan pakaian)

Masalah penampilan untuk anak, Islam juga memperhatikan. Sebaiknya anak laki-laki berpakaian warna putih atau tidak berwarna-warni atau sutera, untuk wanita boleh ada bahan sutra dan warna-warni asal tidak bermegah-megahan.

Ahmad Hasan Rauiqith mengatakan bahwa biasakan anak perempuan memakai hijab pada usia 7 tahun, dianalogikan dengan hadis perintah sholat jika kita selaku orang tuanya punya tekad dan niat untuk tulus menjadikan anak kita suka menutup aurat Allah akan memudahkannya.76




  1. Adab mendengarkan Al-Qur’an

Ketika ada orang yang sedang membaca Al Qur’an, maka anak diajari untuk menghormati dengan cara mendengarkan bacaan secara baik atau diam sambil memperhatikan supaya Allah SWT memberikan rohmat kepada anak.

Menanamkan sifat nabi kepada anak. Sebagai berikut:



  1. Amanah, artinya bisa dipercaya.

Sifat rasul yang paling terkenal adlah jujur (al amin) dan dapat dipercaya. Sifat rasul ini terkenal bukan hanya dikalangan orang islam tetapi juga terkenal sampai kalangan non muslim

  1. Fathonah

Fatonah salah satu sifat rasul yang artinya cerdas. Rasul memiliki kecerdasan hati, emosi, akal, sosial, dan fisik. Ahli-ahli psikologi sekarang sibuk mempelajari dan mengulas kecerdasan-kecerdasan dalam diri manusia. Ternyata dalam diri rasul sudah terdapat semua kecerdasan itu, sehinga sangat tepat jika ibu dalam membiasakan kebaikan-kebaikan kepada anak dengan meneladani rasul.

  1. Siddiq, artinya benar

Dianjurkan anak memiliki sifat mendukung kepada kebenaran, dan tidak membela yang salah.

  1. Tabligh

Artinya meyampaikan kebenaran. Rasul menyampaikan kebenaran dari Alloh melalui firman-fiman-Nya. Maka sebaiknya anak juga diajarkan untuk memiliki kebenaranian meyampaikan kebenaran meskipun nampaknya kurang enak dampaknya, namun harus mempunyai keberanian untuk membela kebenaran.

  1. Pembinaan Intelektual

Dalam sejarah tidak ditemukan suatu agama yang mendorong pemeluknya untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak seperti agama Islam. Di dunia ini tidak ada pemikiran yang memberikan dorongan yang begitu besar sebagaimana yang diberikan oleh pemikiran islam. Hal ini juga diakui oleh musuh-musuh Islam sekali pun.

Dalam melakukan pembinaan keilmuan dan pemikiran, nilai yang dijadikan pijakan oleh kedua orang tua haruslah jelas. Ini untuk menjamin terbuktinya pembinaan yang sehat, berilmu yang luas, dan pemikiran terpenting dalam membentuk berpribadian anak, karena ia merupakan pembinaan akal. Jika akal itu sehat maka ia adalah masukan dan kabar gembira bagi kedua orang tua. Jika tidak demikian, maka bagi kedua orang tua berarti melahirkan musuh bagi mereka, dan mungkin akan memusuhi dari dalam serta menghantarkannya menuju neraka jahanam. Dijelaskan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim baik laki maupun perempuan, tua maupun muda. Menuntut ilmu adalah ibadah yang utama yang bisa menjadi media seorang hamba untuk lebih dekat kepadaNya.

Para sahabat dan salafus shalih sangat mengutamakan dalam kepemilikikan guru yang baik untuk anak-anaknya, karena guru adalah sumber atau gudangnya ilmu. Anak akan menimba dan menyerap ilmu dari guru, maka ibu wajib memilihkan guru yang cerdas, berakhlakul karimah dan sabar, karena sikap anak-anak sangat patuh kepada guru di sekolah dibandingkan kepada kedua orang tua. Oleh sebab itu, sebaiknya seorang anak dididik oleh para guru yang memiliki kecerdasan dan agama, piawai dalam akhlak, cakap dalam mengatur anak dan jauh sifat ringan tangan dan dengki, tidak kasar di hadapan muridnya. Ia harus seorang yang cerdik dan mempunyai kehormatan, kebersihan dan kesucian. Anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia dan penghibur hati bagi orang tua mereka.


BAB V

METODE DALAM MENANAMKAN KETAATAN ANAK KEPADA ALLAH SWT DAN RASUL SAW

Dalam menanamkan atau mengajarkan materi-materi untuk ketaatan anak usia SD kepada Allah SWT dan Rasul Muhammad SAW diperlukan beberapa metode atau cara dengan tujuan agar maksud atau sasaran yang diharapkan dapat tercapai. Karena tahapan anak masih belum dewasa, maka diperlukan metode yang sesuai dengan kapasitas akal anak. Jika tidak sesuai dengan akal anak, maka akan sia-sia disebabkan anak tidak mampu memahami materi-materi tersebut.

Di dalam buku yang ditulis Melly Kiong, dia sebagai ibu dan wanita karier memaparkan bagaimana memilih metode yang tepat untuk memanfaatkan waktu yang singkat bersama anak-anak sehingga materi yang besar atau kecil bisa disampaikan dan diterima dengan baik oleh anaknya.77


70
Banyak sekali bisa kita temukan macam-macam metode yang disuguhkan diberbagai media cetak atau elektronik, untuk diadopsi orang tua dalam mendidik anak-anak. Namun disini peneliti, mengambil metode pendidikan yang berasal dari Nabi SAW. Bagaimanapun meskipun di luar sana berhamburan sosok tokoh pendidik, namun teladan yang tepat dalam penelitian ini memilih nabi Muhammmad SAW. Beliau adalah uswatun hasanah atau teladan yang baik, yang sempurna untuk ditiru. Di dalam al Qur’an Allah SWT berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 21;

                 

Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan akan banyak menyebut Allah.”



  1. Metode Untuk Materi Aqidah

Aqidah adalah keyakinan, apalagi keyakinan disini banyak berhubungan dengan ghaib. Maka anak perlu diberi penjelasan mengenai hal ihwal deretan iman tersebut.

  1. Iman kepada Allah SWT.

Merupakan fitrah insani yang sudah diiqrarkan sejak manusia masih berada di alam arwah. Memberi penjelasan kepada anak bahwa orang yang beriman kepada Allah SWT. akan terbebas dari belenggu hawa nafsu, orang yang beriman kepada Allah SWT. harus istiqomah dalam melaksanakan aturan-Nya, sehinga anak akan memperoleh rahmat Allah SWT. Harus optimis menghadapi tantangan kehidupan atau problem ketika anak mendapatkan masalah. Mengajarkan tabah dan tegar dalam menjalani hidup. Menginformasikan bahwa anak harus bersikap ihsan, mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat hal yang tidak terpuji karena Allah senantiasa mengawasi makhluk-Nya.

  1. Iman kepada malaikat Allah SWT.

Seorang ibu mengajak anak untuk merasa diawasi malaikat pencatat amal baik dan buruk, sehingga anak harus waspada dan mempertimbangkan dalam berperilaku. Memotivasi anak untuk berlomba-lomba dalam amal kebajikan dengan harapan malaikat menambah catatan amal kebaikan.

  1. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.

Mengisahkan atau menceritakan kepada anak bahwa Allah SWT. memiliki 25 Rasul dan Nabi Muhammad adalah Rasul terakhir yang menerima wahyu Al Qur’an. Mengisahkan bahwa sebelum Nabi Muhammad SAW. ada Rasul yang menerima wahyu, misal Nabi Musa dengan Taurot sebagai kitab-kitab Nya.

  1. Iman kepada Rasul atau Nabi Allah SWT.

Menceritakan kepada anak bahwa Allah SWT. mengutus Rasul ke muka bumi untuk menjadi pemimpin, pelurus ketauhidan agama Allah SWT., sehingga anak akan meyakini bahwa agama Islam adalah agama samawi yang wajib diyakini. Di samping itu, anak juga akan memahami tentang figur Nabi Muhammad SAW. sebagai teladan.

                 

Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab: 22)


Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah teladan sempurna, jauh lebih baik dibandingkan siapapun., sehingga anak tidak ada pikiran untuk mengidolakan tokoh kartun, atau artis yang sering dilihat di media.

  1. Iman kepada hari akhir.

Beriman kepada kehidupan akhirat harus ditanamkan pada keyakinan anak. Anak akan mengerti bahwa akan datang hari pembalasan, akan ada pengadilan dan pertanggungjawaban atas segala amal sewaktu di dunia. Dalam hal ini, ibu mengajarkan kepada anak untuk:

  1. Bersikap optimis dalam hidup dan bersikap hati-hati

  2. Bersikap hati-hati dalam beramal.

Sebagai bahan pertimbangan bisa dipelajari surat At-Takatsur ayat: 8

     

Artinya:

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”

(QS. At-Takatsur: 8)
Dengan firman Allah dalam surat pendek yang mudah untuk dihafal dan dipahami anak-anak, mereka akan berkembang daya tangkap hati dan akalnya dalam memahami akan datangnya hari akhir.


  1. Bersikap tabah, tidak frustasi.

Apabila mendapat perlakuan yang tidak baik atau tidak adil dari orang lain, mereka akan meyakini bahwa akan memperoleh keadilan yang hakiki pada pengadilan di akhirat kelak78.

  1. Iman kepada takdir (baik dan buruk)

  1. Mengajarkan anak untuk bersyukur terhadap takdir atau ketentuan Allah yang menyenangkan. Misal, sewaktu anak naik kelas dengan ranking pertama ibu membiasakan anak untuk bersyukur kepada Allah dan melarangnya untuk sombong. Bentuk rasa syukur dapat dilakukan melalui, pertama lisan, yaitu dengan mengucapkan hamdalah (alhamdulillah), kedua perbuatan, yaitu dengan sholat, bersedekah, dan lain-lain. Ada baiknya ibu mencoba memahamkan QS. Ibrahim ayat 7 kepada anak dengan tujuan anak selalu ingat pada firman Allah.

            

Artinya:


Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim: 7)


  1. Melatih anak bersabar, tidak frustasi, tidak mengumpat sewaktu menghadapi takdir Allah yang buruk yang kehadiran takdir itu terasa tidak menyenangkan, mengganggu kebahagiaan, atau bahkan menyengsarakan79. Misal, ketika anak jatuh sakit yang agak lama dan harus istirahat di rumah sehingga tidak bisa masuk sekolah, ketinggalan pelajaran dan mendapatkan nilai yang buruk. Ibu hendaknya menghibur untuk sabar, menjelaskan bahwa Allah ingin menguji anak untuk bisa bersabar dan tabah dalam ujian.



  1. Metode Untuk Materi Pemahaman Ibadah

Menjadi orang tua yang akan menghantarkan anak menjadi baik pula. Boleh jadi, dari ibu yang baik, jika Allah hendak menguji, bisa jadi anak-anak tumbuh membangkang. Apalagi jika ibunya yang tidak baik, akan lebih besar kemungkinan anak akan tumbuh seenaknya. Meskipun atas izin Allah, ada pula anak yang tumbuh dengan perilaku sholeh atau sholehah dari ibu yang kurang mematuhi syari’at. Anak adalah anugerah untuk keluarga dan bisa juga berbalik menjadi fitnah atau ujian keluarga.

Jiwa anak hakekatnya adalah hak Allah SWT. Oleh sebab itu, sebagai ibu hendaklah memperbanyak doa untuk anak-anaknya, supaya Allah berkenan memberikan hidayah dan kebaikan-kebaikan kepada anak-anak kita. Tugas ibu adalah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi orang tua dan pendidik terbaik untuk anak-anaknya. Oleh sebab itu, diperlukan metode-metode yang sesuai untuk mengantarkan anak bisa melaksanakan ibadah disertai pemahaman yang tepat.



Seperti yang diketahui, materi ibadah yang tersebut dalam materi sebelumnya yang termaktub dalam rukun Islam merupakan ibadah yang diajarkan oleh para ulama.

  1. Pengucapan kalimat tauhid

Di bab IV telah disebutkan, bahwa kesukaan sahabat adalah mengajari anak yang baru bisa bicara dengan ucapan Laa ilahaillalLah, sehingga kalimat ini menjadi yang pertama kali diucapkan anak. Dengan metode pengucapan lisan kemudian anak menjadi hafal, selanjutnya anak akan berusaha ingin mengetahui apa arti dari kalimat tersebut, kemudian meyakini dalam hatinya.

  1. Metode pembiasaan shalat berjamaah

Sholat adalah ibadah wajib bagi mukallaf. Ada perintah untuk mengajari sholat kepada anak ketika berusia 7 tahun, meskipun belum wajib bagi anak. Karena pentingnya sholat, maka anak dibiasakan untuk sholat sejak kecil. Untuk memberi motivasi agar anak tertarik untuk sholat dan tidak merasa membosankan, Islam mengajarkan ibu untuk mengajak anak sholat berjamaah baik di rumah ataupun di masjid. Biasanya anak akan tertarik untuk ke masjid karena di sana anak akan bertemu dengan banyak orang. Ini juga sekaligus melatih anak untuk bersosial.

  1. Metode keteladanan dalam puasa

Puasa dengan segala aturan dan larangannya biasanya membuat anak bosan. Maka, ketika bulan ramadlan sudah sepatutnya ibu memberikan contoh dengan melaksanakan puasa sehari penuh dan berlanjut sebulan penuh. Dengan cara seperti ini, anak akan termotivasi melaksanakannya. Bahkan akan berlomba dengan saudara-saudaranya dalam ketaatan puasa, misal tidak mencuri-curi makanan ketika ibu tidak ada di rumah, karena benar-benar ingin taat pada aturan puasa, aturan dari Allah., sehingga anak merasa diawasi Allah dan malaikat-Nya.

  1. Metode zakat langsung menyertakan anak (menyantuni fakir, miskin, dan yatim piatu)

Zakat hakekatnya adalah berempati kepada saudara seiman yang masa kekurangan. Maka ketika tiba waktunya mengeluarkan zakat, alangkah baiknya anak diajak menimbang beras dan mengajaknya kepada amil zakat atau langsung memberikan kepada fakir miskin yang ada di sekitar rumah. Maka dalam jiwa anak akan tumbuh kedermawanan dan rasa empati kepada fakir miskin, sehingga anak akan terhindar dari sifat kikir dan sombong.

  1. Metode mengajarkan al-Quran pada anak

Cara mengajarkan kepada anak menurut Zulia Ilmawati adalah dengan 7 M, agar anak selalu bersama Al-Qur’an yaitu:

  1. Mengenal

  2. Memperdegarkan

  3. Menghafal

  4. Membaca

  5. Menulis

  6. Mengkaji mengajarkan80



  1. Yüklə 408,92 Kb.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin