Analisis Representasi dalam Kombinasi Anak Kalimat
Tabel 4.9 Analisa Representasi Kombinasi Anak Kalimat HTH Edisi Maret 2015
Sumber : hasil penelitian
Posisi
|
Teks
|
Jenis Representasi
|
Paragaraf 4
|
“Jangan repot-repot melamar saya, karena itu sebetulnya adalah tugas saya untuk melamar kamu,” tutur Tamara menirukan perkataan Thinh
|
Mempertinggi :
Karena
|
Paragraf 10
|
“….. Di satu malam, saya berdoa kepada Tuhan, bahwa saya ingin ‘menyingkirkan’ semuanya sekarang. Tetapi hamba mohon diberikan pengganti yang memiliki matanya, kulitnya dan juga rambutnya,”
|
Perpanjangan kontras
Ekstensi :
Tetapi
Dan
Elaborasi :
yang
|
Paragraf 19
|
Banyak perubahan terjadi pada diri saya, teman-teman juga melihat gelagat aneh saya dalam pergaulan, dan akhirnya mereka semua meninggalkan saya,” tuturnya muram
|
Ekstensi :
Dan
|
Dalam proses kerja penulisan berita, wartawan pada dasarnya membuat abstraksi bagaimana fakta-fakta yang saling terpisah dan tercerai-berai digabungkan sehngga menjadi suatu kisah yang dapat dipahami oleh khalayak dan membentuk pengertian.
Analisis akan dimulai dari paragraf 4. Dalam paragraf 4 dilihat adanya koherensi anak kalimat yang mempertinggi. Penulis menggunakan kata "karena" yang menunjukkan adanya indikasi dimana anak kalimat yang satu mempunyai posisi yang lebih besar dari anak kalimat yang lain.
“Jangan repot-repot melamar saya,
Induk Kalimat
karena (koherensi)
itu sebetulnya adalah tugas saya untuk melamar kamu,”
anak kalimat
Kalimat diatas menunjukkan bahwa induk kalimat mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, kata “karena” digunakan sebagai kata penghubung yang menunjukkan adanya hubungan sebab. Bila anak kalimat di hilangkan maka, induk kalimat masih dapat berdiri sendiri namun ketika induk kalimat yang dihilangkan inti dari pengertian kalimat tersebut sudah hilang. Hal ini menunjukkan bahwa penulis mencoba untuk menonjolkan induk kalimat dibandingkan anak kalimat. Induk kalimat dalam paragraf tersebut mempunyai kedudukan yang lebih penting, dimana anak kalimat hanya dipandang sebagai penjelas dari induk kalimat tersebut.
Lain halnya pada paragraf 10, pada paragraf tersebut ditemukan adanya perpanjangan kontras dan penjelasan pada kombinasi anak kalimat.
Tetapi hamba mohon diberikan pengganti
Induk Kalimat
yang (koherensi elaborasi)
memiliki matanya, kulitnya dan juga rambutnya,”
anak kalimat
Perpanjangan kontras ditunjukkan dengan penggunaan koherensi “tetapi” yang diletakkan pada awal kalimat. Koherensi kata “tetapi” digunakan sebagai perpajangan untuk kalimat sebelumnya, namun dalam kombinasi anak kalimat, hal yang lebih difokuskan ialah penggunaan kata “yang” sebagai sebuah penjelasan. Sama halnya dengan kalimat pada paragraf 4, anak kalimat ditujukan hanya untuk sekedar penjelasan bagi induk kalimat saja dan penggunaan kata “dan” merupakan ekstensi yang ditujukan pada anak kalimat sesudah koherensi elaborasi. Hal yang menarik ialah bila anak kalimat dihilangkan maka arti yang ingin disampaikan oleh penulis akan hilang, karena dalam kalimat tersebut yang dimaksud penulis ialah bukan sekedar sang narasumber meminta seorang pengganti namun sang narasumber ingin seseorang yang mirip dengan Tinh. Penggunaan perpanjangan kontras pada kalimat tersebut memberikan suatu arti yang berbeda, adanya sebuah ironi dalam kalimat tersebut, karena meskipun narasumber meminta seorang pengganti, ia secara tidak langsung meminta orang yang sama.
Dalam paragraf 19, penggunaan ekstensi diikuti kata "akhirnya" menunjukkan adanya sebuah kesimpulan. Inti dari kalimat itu sendiri ialah bahwa narasumber "ditinggalkan". Kalimat tersebut menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat. Penggunaan koherensi “dan” menjadi sebuah identifikasi akan alur terjadinya peristiwa yang disampaikan, namun pemilihan kata yang digunakan oleh penulis ditujukan agar khalayak tersentuk, penulis mencoba untuk menggambarkan rasa pedih yang dirasakan oleh sang narasumber. Koherensi “dan” menjadi penekanan, bahwa narasumber tidak hanya dianggap aneh oleh teman-temannya namun kemudian ia juga ditinggalkan oleh temannya. Kemudian penulis mendeskripsikan kutipan narasumber dengan menggunakan kata “muram” hal ini merupakan gambaran yang ingin dibangun oleh sang penulis, agar khalayak tersentuh atau merasa iba.
-
Analisis Representasi Rangkaian Antar Kalimat
Tabel 4.10 Representasi Rangkaian Antar Kalimat HTH Edisi Maret 2015
Sumber : hasil penelitian
Posisi
|
Teks
|
Jenis Representasi
|
Paragraf 5
|
Bagi Thinh, Tamara adalah sosok perempuan yang perlu bereksplorasi dan berekspresi setiap harinya. “Karena dia tahu bahwa sebebas- bebasnya, saya tidak mungkin akan pulang jam dua pagi setiap hari.
|
Saling Mendukung
Transisi : sebab-akibat
Karena
|
Paragraf 8
|
“Saat itu Thinh keukeuh dengan pendapatnya bahwa ‘bukan saya orang yang tepat buat kamu’, tidak lama setelah itu dia pergi menghilang dari rumah,” ujar Tamara sendu. “Hilang, benar-benar hilang. Tidak ada yang tahu kemana dia pergi,” lanjutnya lagi. “Sebelumnya memang saya pernah bertanya tentang apa yang dicarinya, saya menyarankan agar dia mencarinya dan beritahu saya kembali jika telah menemukan jawabannya. Setelah itu dia menghilang.
|
Saling Mendukung
Transisi : hubungan waktu
Saat itu
Sebelumnya
Setelah
|
Dalam representasi rangkaian antar kalimat ditemukan bahwa representasi tersebut bersifat saling mendukung. Adapun transisinya berbeda-beda. Pada paragraf 5 adanya transisi sebab akibat. Namun dalam kalimat ini adanya opini yang dibentuk oleh sang penulis.
Bagi Thinh, Tamara adalah sosok perempuan yang perlu bereksplorasi dan berekspresi setiap harinya. “Karena dia tahu bahwa sebebas- bebasnya, saya tidak mungkin akan pulang jam dua pagi setiap hari.
Kutipan narasumber yang ditulis penulis bersifat mendukung pernyataan yang diberikan oleh penulis pada awal paragraf. Dalam kalimat pertama penulis mendeskripsikan mengapa seorang Tinh mempunyai pendapat bahwa narasumber merupakan seseorang yang perlu bereskplorasi, dan pada kalimat selanjutnya penulis mengutip sang narasumber dengan menggunakan kata “karena” sebagai penghubung kalimat di depannya.
Pada paragraf 8 adanya hubungan waktu antara kalimat. Penulis mencoba memberikan sebuah alur cerita kejadian. Penggunaan kata "saat itu", "sebelumnya" dan "setelah" menunjukkan suatu peristiwa yang terjadi. Hal yang menarik dalam paragraf tersebut ialah penempatan kutipan yang diberikan oleh sang penulis. Kalimat pertama mendeskripsikan suatu peristiwa, kemudian pada kalimat ketiga sang penulis mengutip narasumber yang menjelaskan alasan terjadinya peristiwa tersebut itu apa, dan pada kaimat terakhir kata "setelah" digunakan untuk menyimpulkan, bahwa Tinh menghilang yang bila dilihat hal ini telah sebelumnya dikutip oleh penulis dalam awal paragraf. Penulis mencoba menekankan fakta bahwa Tinh menghilang, meninggalkan narasumber.
-
Relasi
Analisis relasi terhadap teks yang berjudul “Perpisahan yang mengubah Hidup Tamara Geraldine dan Keamantapannya Menatap Masa Depan ” yang diambil dari rubrik heart to heart majalah HELLO! edisi Maret 2015 menunjukkan adanya dua partisipan. Penulis dengan narasumber, narasumber dengan Tinh, namun partisipan yang paling menonjol ialah relasi Tamara dengan Tinh (narasumber dengan topik). Dalam artikel tersebut penulis lebih banyak memberikan gambaran mengenai hubungan sang narasumber dengan Tinh, secara garis besar partisipan yang ada di dalam teks adalah sang narasumber itu sendiri. Hal ini dikarenakan banyaknya kutipan yang di masukan oleh sang penulis. Penulis tidak terlalu banyak memaknai pernyataan sang narasumber, namun ia cenderung mengutip ucapan sang narasumber.
Berdasarkan wacana rubrik Heart to Heart edisi Maret 2015 penulis mencoba memberikan gambaran akan konflik yang terjadi antara narasumber dengan Tinh, hal ini ditunjukkan dengan bagaimana penulis merepresentasikan sang narasumber dengan Tinh, seperti salah satu contohnya ialah pada paragraf 3
“Saya merasa jadi pengusaha sendiri di sana, saya yang mengusahakan ini, mengusahakan itu dan ingin mendapatkan hasil yang terbaik. Tetapi sayangnya saat tidak ada komunikasi yang terjalin maka perusahaan itu akan punya titik berhenti juga,” tuturnya lagi.
Kutipan tersebut menggambarkan hubungan narasumber dengan Tinh tidak berjalan dengan baik, selain paragraf tiga hal ini juga diungkit pada paragraf 8. Di paragraf 8 ditunjukkan bahwa sang narasumber dengan Tinh mempunyai perbedaan pendapat sehingga terjadinya konflik. Hal tersebut kemudian terus diungkit oleh sang penulis sampai pada paragraf 14 yang menceritakan bahwa lagi-lagi sang narasumber memiliki konflik dengan Tinh.
Dalam paragraf 13 penulis memberikan interpretasinya terhadap hubungan narasumber dan Tinh.
Perpisahan mereka sepertinya tidak terelakkan lagi, berbagai macam cara ditempuh untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga, namun kapal itu ternyata karam juga. Perpisahan pun terjadi karena hari demi hari rasa percaya diri Thinh kian menurun.
Dalam kalimat tersebut penulis mencoba kembali menggambarkan bahwa adanya kontras terhadap hubungan narasumber dengan Tinh yang berujung pada suatu perpisahan. Dalam artikel tersebut penulis lebih menonjolkan sisi sang narasumber, tidak ada pernyataan yang memberikan relasi antara penulis dengan pihak publik (Tinh). Dalam wacana tersebut pihak dominan berada pada narasumber.
-
Identitas
Penulis dalam artikel “Perpisahan yang mengubah Hidup Tamara Geraldine dan Keamantapannya Menatap Masa Depan ” yang diambil dari rubrik heart to heart majalah HELLO! edisi Maret 2015 menempatkan dirinya diatas narasumber. Hal ini dilihat dari bagaimana penulis menempatkan opininya dan pemaknaan dalam teks tersebut. Pemaknaan yang diberikan penulis dengan kutipan dari narasumber bersifat seimbang, sehingga kalimat-kalimaa yang dituliskan oleh penulis mempunyai hubungan yang saling mendukung. Namun penempatan teks lebih memperlihatkan bahwa narasumber mendukung pernyataan sang penulis, penulis memberikan sebuah asumsi yang kemudian asumsi tersebut didukung oleh pernyataan sang narasumber, seperti yang ditunjukkan pada :
Tabel 4.11 Identitas penulis dalam HTH edisi Maret 2015
Sumber : hasil penelitian
Posisi
|
Representasi
|
Paragraf 5
|
Pada masa awal pernikahan semuanya berjalan dengan baik dan bergerak dalam laju yang sama. Bagi Tamara, Thinh adalah suami yang sangat baik, tidak pernah mempermasalahkan pakem-pakem pasca pernikahan yang biasanya ada dalam kehidupan pasangan yang telah menikah.. “Dia selalu memberikan comfort zone, membiarkan saya tetap menjadi diri sendiri…..”
|
Paragraf 8
|
Tahun ketiga pernikahan menjadi titik awal mereka berhenti berkomunikasi satu sama lain, banyak hal yang akhirnya ditakutkan bisa memicu pertengkaran jika dibicarakan. “Saat itu Thinh keukeuh dengan pendapatnya bahwa ‘bukan saya orang yang tepat buat kamu’, tidak lama setelah itu dia pergi menghilang dari rumah,” ujar Tamara sendu.
|
Paragraf 10
|
Dua tahun tidak menerima kabar apa pun darinya, Tamara tetap setia menunggunya. Piring-piring makan milik Thinh pun tidak pernah absen disiapkannya setiap waktu makan tiba. Namun di satu waktu Tamara akhirnya memutuskan untuk berhenti menunggu. “Saya berpikir, akan kemana ini ujungnya. Saya sudah berada di titik yakin bahwa dia tidak akan kembali, itu realitanya dan saya harus segera menyusun rencana hidup yang lain. Di satu malam, saya berdoa kepada Tuhan, bahwa saya ingin ‘menyingkirkan’ semuanya sekarang. Tetapi hamba mohon diberikan pengganti yang memiliki matanya, kulitnya dan juga rambutnya,” ujar Tamara lagi.
| sumber : hasil penelitian
-
Rubrik Heart to Heart Edisi April 2015
-
Representasi
-
Representasi dalam Anak Kalimat
Dalam analisis representasi di tingkat anak kalimat, analisis akan dilakukan terhadap pilihan kata dan tata bahasa yang dapat menunjukkan pandangan reporter (penulis teks berita) yang melatar belakanginya. Terhadap teks yang berjudul “Gusti Kanjeng Ratu Hemas Emansipasi dan Tradisi” yang diambil dari rubrik heart to heart majalah HELLO! edisi April 2015
Tabel 4.12 Representasi Anak Kalimat HTH Edisi April 2015
Sumber : hasial penelitian
Posisi
|
Teks
|
Jenis Representasi
|
Paragraf 1
Kolom 1
|
Menurut sang Ratu yang ditemui di kantornya di Gedung Nusantara, Komplek MPR-DPR RI, budaya patriarki yang kental di Indonesia membuat kemampuan perempuan masih dipandang sebelah mata di ranah publik.
|
Tata Bahasa
-
Kental : (1) antara cair dan keras; pekat; hampir beku (2) akrab; karib; (3) memperlihatkan keasliannya
-
Kemampuan : (1) kesanggupan; kecakapan; kekuatan (2) kekayaan;
-
Pandang : (1) penglihatan yang tetap dan agak lama
-
Sebelah : lihat belah
-
Mata : (1) indra untuk melihat; indra penglihat
|
Paragraf 3
Kolom 2
|
“Banyak yang bilang, saya mendobrak tradisi, tetapi saya tidak melihatnya seperti itu…..”
|
Tata Bahasa
-
Mendobrak : (1) merusakkan; (2) menembus pertahanan atau kepungan; (3) menghapus secara berani dan tegas
-
Tradisi : (1) adat kebiasaan turun temurun; (2) penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar
|
Paragraf 5
Kolom
|
Namun, saya melihat masih ada yang mengganjal dari sisi budaya. Contohnya budaya yang percaya kalau jabatan istri tak boleh lebih tinggi dari suami,” jelas GKR Hemas tentang ketidakadilan peran dalam keluarga.
|
Tata Bahasa
-
Mengganjal : (1) memberi berganjal; (2) memberi penghalang atau penahan; (3) terasa tidak menenangkan hati; terasa mengganggu pikiran
-
Adil : (1) sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak; (2) berpihak kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran
-
Peran : perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat
|
Paragraf 7
|
Intonasi berbicaranya selalu tenang, namun terdengar berwibawa. Dari dirinya terpancar tak hanya aura wibawa seorang ratu tetapi juga wibawa seorang pemimpin
|
Tata Bahasa
-
Terdengar : (1) dapat didengarl (2) diketahui atau tersiar
-
Berwibawa : mempunyai wibawa (sehingga disegani dan dipatuhi
-
Wibawa : pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik
-
Terpancar : (1) tersembur ke luar; (2) meancar dengan tiba-tiba)
-
Aura : perasaan subjektif atau fenomena motoric yang mendahului dan menandai permulaan suatu serangan paroksismal
-
Pemimpin : (1) orang yang memimpin; (2) petunjuk
|
Paragraf 12
|
Kepedulian GKR Hemas akan hak-hak perempuan dan aktivitasnya di berbagai organisasi, membawanya pada kenyataan pahit tentang posisi peran perempuan masih termarjinalisasi dalam masyarakat
|
Tata Bahasa
-
Membawa : (1) memegang atau mengangkat sesuatu sambil berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain (2) mengangkut; memuat; memindahkan
-
Kenyataan : (1) hal yang nyata; yang benar-benar ada; (2) terbukti
-
Pahit : (1) rasa tidak sedap; (2) tidak menyenangkan hati; menyusahkan hati; menyedihkan
-
Posisi : (1) letak; kedudukan; (2) jabatan; pangkat
-
Peran : perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat
-
marjinalisasi : usaha membatasi; pembatasan
-
Masyarakat : sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama
|
Paragraf 15
|
GKR Hemas boleh dikenal sebagai orang yang gigih membela hak-hak perempuan, namun ia juga sosok yang tetap menegakkan tradisi. Kalaupun ia dihadapi pada situasi antara hak perempuan dan tradisi, ia tidak mau memilih. “Saya tetap berkomitmen kuat pada keduanya,” jawabnya.
|
Tata Bahasa
-
Kenal :pernah tahu; tahu; mempunyai rasa
-
Gigih : tetap teguh pada pendirian atau pikiran; keras hati; mengotot; ulet
-
Membela : (1) menjaga baik-baik; memelihara; merawat; (2) melepaskan dari bahaya; menolong
-
Menegakkan : (1) mendirikan; (2) menjadikan (menyebabkan) tegak; (3) mengusahakan supaya tetap berdiri; mempertahankan; mewujudkan; (4) memegang teguh atau mempertahankan
-
Tradisi : ada kebiasaan turun temurun
-
Komitmen : perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu
-
Kuat : (1) banyak tenaganya; (2) tahan (tidak mudah patah, rusak, putus); (3) tidak mudah goyah; teguh
|
Analisis representai antara anak kalimat akan dimulai dari paragraf 1. Pada paragraf 1 Kolom 1 terdapat sebuah kiasan yang digunakan. Kalimat yang merupakan kesimpulan pemikiran penulis akan pendapat dari narasumber. Pada awal kalimat penulis menggunakan kata "menurut sang ratu" alih-alih menyebut nama narasumber, hal tersebut merupakan upaya penulis untuk menonjolkan gelar atau jabatan sang narasumber, bahwa ia adalah seorang ratu dalam arti yang sesungguhnya. Kemudian penulis mendesripsikan pendapat sang narasumber melalui interpretasi sang penulis sendiri. Kata "kental" digunakan untuk menjelaskan budaya patriarki yang ada di Indonesia, dalam KBBI kata "kental" mempunyai arti sebagai "memperlihatkan keasliannya" atau sesuatu yang "cair", tentu saja penulis menggunakan kiasan yang dimaksud oleh penulis budaya yang masih keras, penulis juga menyebutkan bahwa kemampuan perempuan masih dipandang sebelah mata. "Dipandang sebelah mata" merupakan suatu kiasa yang digunakan bila adanya sesuatu yang dirasa tidak adil, penulis menyebutkan bahwa masyarakat masih memandang remeh perempuan dan tidak menganggap mereka serius, pemilihan kata yang digunakan oleh penulis ditujukan untuk memperhalus bahasa ketimbang penulis menggunakan kata "meremehkan"
Pada paragraf 3 kolom 2 kalimat representasi ini menunjukkan adanya penekanan, kata "mendobrak" dalam KBBI mempunyai arti sebagai "merusakkan" atau "menghapus secara tegas", namun bila dilihat secara kesuluruhan, dapatkah seseorang menghapus tradisi secara tegas? Tradisi atau adat kebiasaan turun temurun merupakan sesuatu yang melekat pada suatu masyarakat dan hal tersebut susah untuk terhapuskan, kata "mendobrak" dalam kalimat ini dinilai penulis sebagai kata yang dimaksud untuk mendramatisasi keadaan, dalam kata lain penulis dapat menggunakan kata lain.
Bila melihat dari konteks paragraf yang dimaksud penulis ialah bukan "menghapus secara tegas" namun sekedar mengubah tradisi sedikit tanpa menghilangkan adat sesungguhnya. Karena bila penulis memang menggunakan kata "mendobrak" untuk menjelaskan "menghapus secara berani dan tegas" maka kutipan dari sang narasumber tersebut bersifat saling bertentangan mengenai apa yang dijelaskan narasumber pada akhir artikel. Hal ini dilihat sebagai suatu cara yang digunakan oleh penulis untuk memancing khalayak yang membaca artikel tersebut, kata "mendobrak" yang dinilai berlebihan digunakan untuk menambah unsur menarik secara bahasa.
Kata "mengganjal" pada paragraf 5 ini, dimaksudkan untuk menjelaskan akan kesetaraan peran wanita. Dalam KBBI "mengganjal" diartikan sebagai "terasa tidak menenangkan hati; mengganggu pikiran" jelas bahwa topik yang diusung oleh penulis bersifat pribadi bagi sang narasumber. Penggunaan kata "mengganjal" diartikan sebagai tindakan penulis untuk memperlihatkan adanya suatu keganjalan dalam permasalahan emansipasi wanita ini. Pada kalimat terakhir penulis membuat suatu kesimpulan mengenai kutipan yang sebelumnya ia cantumkan, bahwa adanya suatu ketidakadilan peran dalam keluarga. "Peran" dalam KBBI memiliki arti sebagai "perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Pada kalimat yang telah dikutip dari narasumber, hal itu hanya menyebutkan bahwa adanya sesuatu yang tidak benar, namun kemudian penulis menyimpulkan bahwa adanya ketidakadilan dalam sistem peran di masyarakat.
-
Representasi dalam Kombinasi Anak Kalimat
Tabel 4.13 Representasi Kombinasi Anak Kalimat HTH Edisi April 2015
Sumber : hasil penelitian
Posisi
|
Teks
|
Jenis Representasi
|
Paragraf 2
|
Ia pun satu-satunya perempuan di antara keenam saudaranya yang semuanya laki-laki.
|
Elaborasi : Yang
|
Paragraf 3
|
“… Peningkatan-peningkatan tersebut muncul karena kesadaran masyrakat” papar perempuan yang menjadi Permaisuri Kesultanan Yogyakarta sejak tahun 1989 ini.
|
Elaborasi : Yang
|
Paragraf 15
|
GKR Hemas boleh dikenal sebagai orang yang gigih membela hak-hak perempuan, namun ia juga sosok yang tetap menegakkan tradisi.
|
Perpanjangan Kontras
Namun
|
Paragraf 16
|
GKR Hemas yang turut gencar menolak UU pronografi karena menurutnya isi UU tersebut hanya mempersoalkan tubuh perempuan.
|
Elaborasi : Yang
Penyebab : Karena
|
Dalam representasi analisis kombinasi anak kalimat, penelitian akan dimulai dari paragraf 2. Pada paragraf dua ini terdapat penggunaan elaborasi “yang” sebagai penjelasan dari status sang narasumber.
Ia pun satu-satunya perempuan di antara keenam saudaranya yang semuanya laki-laki.
Penggunan kata “yang” dimaksudkan sebagai penjelas kata “satu-satunya” di kalimat awal. Kalimat ini ditujukan untuk mendeskripsikan status sang narasumber, dan memperlihatkan mengapa sang penulis memilih Kanjeng Ratu Haemas sebagai narasumber untuk topik tersebut. Penggunaan koherensi tersebut dimaksud untuk memperkuat status sang narasumber, sebagai satu-satunya perempuan di keluarga yang penuh laki-laki. Deskripsi tersebut dimanfaatkan sang penulis sebagai penggambaran latar belakang narasumber yang kemudian dikaitkan dengan topik artikel, yaitu tentang pembahasan emansipasi wanita. Dalam penggabungan anak kalimat tersebut penulis mencoba memberikan gambaran bahwa narasumber yang mempunyai posisi tersebut dan pengalaman yang pernah ia lalui ia merupakan seseorang yang dianggap kredibel untuk membahas topik ini.
Dalam paragraf 3, kembali ditemukan penggunaan elaborasi “yang”, yang digunakan untuk mendeskripsikan posisi sang narasumber. Elaborasi “yang” ditujukan untuk menjelaskan anak kalimat sebelumnya, dalam hal ini elaborasi tersebut ditujukan untuk menjelaskan jabatan sang narasumber.
Dalam paragraf lima belas, ditemukan lagi kalimat yang ditujukan sebagai penggambaran sang narasumber.
GKR Hemas boleh dikenal sebagai orang yang gigih membela hak-hak perempuan, namun ia juga sosok yang tetap menegakkan tradisi.
Dalam kalimat tersebut selain terdapat elaborasi “yang” terdapat kata “namun” sebagai perpanjangan kontras. Elaborasi “yang” ditujukan untuk memperjelas kalimat sebelumnya, selain itu penggunaan elaborasi ini mencerminkan bagaimana posisi narasumber terhadap topik yang diangkat oleh sang penulis. Sedangkan elaborasi “namun” diletakkan diantara kata yang menjelaskan mengenai pembelaan hak-hak perempuan dan menegakkan tradisi. Pada anak kalimat ini, penulis memperlihatkan bahwa adanya kekontrasan antara fakta dimana sang narasumber yang gigih dalam membela hak perempuan dan fakta bahwa narasumber menjalankan hal tersebut tetap berpegang teguh terhadap tradisinya. Gabungan penggunaan konjungsi tersebut kemudian membentuk sebuah koherensi, koherensi yang terhubung dari kalimat diatas memberikan keterangan bahwa walaupun sang narasumber merupakan orang yang terkenal dalam membela hak perempuan, namun sang narasumber juga tetap berpegang teguh terhadap tradisinya, disini dapat dilihat bahwa penggabungan kalimat tersebut menampilkan dua hal yang bersebrangan (kontras).
Representasi selanjutnya ditemukan dalam kombinasi antar anak kalimat pada paragraf 16. Dalam kalimat ini terdapat bentuk koherensi elaborasi yang ditandai dengan konjungsi yang dan koherensi mempertinggi yang ditandai dengan konjungsi karena. Fungsi konjungsi yang digunakan untuk memperjelas anak kalimat sebelumnya, sedangkan konjungsi “karena” digunakan untuk menjelaskan penyebab dari anak kalimat sebelumnya. Konjungsi ini digunakan untuk menjelaskan bahwa alasan dari narasumber menolak adanya UU pornografi ialah dikarenakan penilaian narasumber yang mengatakan bahwa UU hanyalah membahas mengenai persoalan tubuh wanita saja.
-
Dostları ilə paylaş: |