Bekerja di rumah & tidak bekerja pada siapa-siapa ...
Onno W. Purbo
Sejauh pengetahuan saya, kebanyakan profesional di Indonesia umumnya bekerja di suatu tempat kerja, di kantor dan biasanya tidak bersatu secara fisik dengan rumah tempat tinggal-nya. Tulisan ini merupakan rangkuman pengalaman pribadi penulis, yang bekerja sehari-hari di rumah saja dan tidak bekerja kepada siapa-siapa.
Pernahkah anda membayangkan bagaimana rasanya bekerja secara profesional, memberikan jasa dari rumah. Jasa yang diberikan dapat bermacam-macam, bisa berupa jasa konsultasi, event organizer, memberikan ilmu (guru, penulis dll), bahkan mungkin melakukan transaksi perdagangan, tapi jelas bukan untuk membuka warung di rumah.
Bebas, barangkali kata yang lumayan tepat untuk memberikan gambaran bagaimana rasanya bekerja di rumah saja. Bebas dari keharusan berangkat ke kantor pagi-pagi, bebas dari kemacetan lalu lintas, bebas dari amukan bos di kantor. Yang akan sangat terasa adalah penggunaan waktu jauh lebih berkualitas, terutama yang sangat terasa adalah pemanfaatan waktu di pagi hari pada saat otak kita masih fresh menjadi lebih baik lagi, karena tidak harus membuang waktu fresh tersebut hanya untuk menyupir kendaraan di tengah kepadatan kota.
Tentunya pada dasarnya tidak ada kebebasan yang betul-betul bebas, dalam arti kita tidak perlu bekerja, tidak perlu berkarya dan rejeki akan datang secara automatis. Secara alamiah, saya harus memberikan manfaat kepada orang lain, kepada orang banyak, rizki maupun pahala Insya Allah akan di peroleh sebagai reward-nya. Semakin banyak orang yang memperoleh manfaat, secara alamiah semakin besar reward yang di peroleh.
Saya pribadi kebetulan hidup sebagai penulis baik artikel maupun buku, ya ada sedikit deadline dari teman redaksi maupun penerbit. Kebetulan saya pribadi hanya memiliki ilmu pengetahuan terutama tentang teknologi informasi, yang dengan dibantu dengan peralatan komputer menjadi sangat mudah untuk di berikan kepada orang lain dalam bentuk file, softcopy yang dapat dikirim dalam bentuk attachment e-mail maupun web. Proses penulisan, penyebaran ilmu tersebut dilakukan di pagi hari sesudah subuh di selingi makan pagi hingga siang hari sekitar jam 12-13 siang. Memang di sela-sela proses penulisan, eksperimen dan uji coba harus dilakukan untuk meyakinkan akan apa yang ditulis tersebut.
Jika kepala sudah cukup pening dengan berbagai eksperimen dan penulisan yang dilakukan di pagi hari, biasanya agak sulit mengkompromi otak kita untuk mengerjakan hal-hal yang serius. Pada siang hari kita dapat meluangkan waktu yang ada untuk tidur siang agar menjadi lebih fresh lagi di sore hari. Jika iseng, kita dapat juga meluangkan waktu untuk berenang atau berjalan-jalan menggunakan sepeda gunung keliling perumahan mungkin sekitar satu s/d satu setengah jam agar badan menjadi lebih sehat. Malam hari adalah waktu keluarga, tentunya hal yang sama berlaku untuk hari sabtu terutama minggu.
Bekerja dari rumah menjadi sangat mungkin karena adanya bantuan dari infrastruktur Internet yang relatif murah. Dulu waktu masih menggunakan sambungan ke Internet berupa sambungan dial-up, saya masing mengirit sambungan ke Internet dengan hanya sekitar 15-30 menit per hari untuk menyambung ke Internet. Hasilnya lumayan menghemat banyak devisa rumah tangga. Untuk membayar akses ke Internet hanya menghabiskan sekitar Rp. 40-60.000 / bulan, sedang untuk Telkom-nya menghabiskan sekitar Rp. 150-250.000 / bulan. Pada hari ini kebetulan saya sudah menginstalasi internet wireless kecepatan 11Mbps, berlangganan secara personal (bukan corporate) dengan biaya sekitar Rp. 330.000 / bulan untuk 500Mbyte pertama. Lumayan murah untuk kelas rumahan, perlu di catat bahwa biaya yang di keluarkan per bulan tidak berbeda jauh dengan pada saat saat saya menggunakan dial-up Telkom, akan tetapi saya memperoleh kecepatan yang jauh lebih tinggi dengan sambungan 24 jam / hari.