2363. Dari Abu Ayyub Al Anshari r.a. dari Rasulullah saw. sabdanya : "Seandainya kamu sekalian tidak mempunyai dosa sedikit jua pun yang patut diampuni Allah, nescaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang penuh dosa untuk diberikan-Nya ampunan bagi mereka."
2364. Dari Hanzhalah Al Usaidi r.a. salah seorang juru tulis Rasulullah saw. - katanya: "Abu Bakar menemui ku lalu bertanya : Bagaimana engkau, hai Hanzhalah?" Jawab ku, "Hanzhalah munafik." Kata Abu Bakar, "Subhanallah! Apa katamu?" Jawab ku, "Kami baru saja belajar dengan RasuluUah saw. di mana beliau menerangkan kepala kami tentang neraka dan syurga sehingga kami seolah-olah melihatnya. Setelah selesai pengajian, kami pulang lalu kami berhadapan dengan isteri, anak-anak, dan kepentingan-kepentingan hidup sehingga kami banyak lupa (akan pengajian itu)." Kata Abu Bakar, "Demi Allah! Kami juga sering mengalami hal yang demikian." Lalu aku dan Abu Bakar pergi menemui Rasulullah saw. Aku berkata, "Telah munafik si Hanzhalah, ya Rasulullah!" Tanya Rasulullah saw., "Mengapa begitu?" Jawab ku, "Ya, Rasulullah! Kami belajar kepada Anda tentang neraka dan syurga sehingga kami seolah-olah melihatnya. Setelah kami pulang, kami berhadapan
dengan isteri, anak-anak dan kepentingan hidup sehingga kami banyak lupa (pengajian itu)." Sabda Rasulullah saw., "Demi Allah, yang jiwa ku dalam kekuasaan-Nya! Seandainya engkau terus menerus berada dalam kondisi seperti ketika mendengar pengajian dari ku, iaitu selalu ingat (zikir) kepada Allah, nescaya malaikat menjabat tanganmu, biar di tempat tidur atau di jalan-jalan sekalipun. Tetapi, hai Hanzhalah! Keadaan itu memang demikian, sewaktu-waktu begini. dan sewaktu-Waktu begini. Beliau mengatakannya sampai tiga kali."
2365. Dari Abu Hurairah r.a. katanya Nabi saw. bersabda: "Tatkala menciptakan makhluk, Allah Ta'ala telah menulis dalam buku yang tersimpan di 'Arasy, "Sesungguhnya rahmat (kasing-sayang)Ku lebih besar daripada murkaKu."
2366. Dari Abu Hurairah r.a. katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Allah Ta'ala menjadikan sifat rahmat seratus bahagian (peratus). Maka dipeganglah di sisi-Nya sembilan puluh sembilan bahagian dan diturunkanNya satu bahagian ke bumi. Maka dengan yang satu bahagian inilah seluruh makhluk berkasih-sayang sesamanya, sehingga seekor haiwan mengangkat kakinya kerana takut anaknya akan terinjak olehnya."
2367. Dari Salman Al Farisi r.a. katanya Rasulullah saw. bersabda: "Allah memiliki rahmat (sifat pengasih) seratus (pertus). Maka satu (peratus rahmat di antaranya untuk seluruh makhluk agar berkasih-kasihan sesama mereka (di dunia) sedang yang sembilan puluh sembilan (peratus) untuk hari kiamat kelak."2368. Dari Abu Musa r.a., dari Nabi saw. katanya: "Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tanganNya malam hari untuk menerima taubat orang-orang yang bersalah siang hari, dan membentangkan tanganNya siang hari untuk menerima taubat orang yang bersalah malam hari, sehingga matahari terbit di Barat."
2369. Dari 'Abdullah r.a. katanya Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada yang lebih suka dipuji selain dari Allah swt. Kerana itu Dia memuji diriNya sendiri. Dan tidak ada yang lebih pencemburu dari Allah. Kerana itulah Dia mengharamkan segala yang keji."
2370. Dari 'Abdullah r.a. katanya: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. lalu dia berkata, "Ya, Rasulullah! Aku telah berdosa, kerana aku bermesraan dengan seorang perempuan di pinggir kota Madinah. Aku telah berbuat dosa dengannya selain bersetubuh. Inilah aku datang, hukumlah aku dengan hukuman apa saja yang hendak Anda jatuhkan. Maka berkata 'Umar (bin Khaththab) kepadanya, "Seandainya engkau menutup rahsia diri mu itu, nescaya Allah tidak akan menghukummu." Kata 'Abdullah, "Nabi saw. tidak membantah sedikit jua pun ucapan 'Umar tersebut." Maka berdirilah lelaki itu kemudian dia pergi. Kemudian Nabi saw. menyuruh seseorang menyusul dan memanggilnya kembali. Lalu beliau bacakan kepadanya ayat ini: "Dan dirikanlah solat pada kedua tengah siang (pagi dan petang) dan pada bahagian pemulaan daripada malam. Sesungguhnya segala perbuatan yang baik menghapuskan (dosa) segala perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (Hud, 114). Maka bertanya seorang anggota jama'ah yang hadir. "Ya, Nabiyallah! Apakah ayat itu ditujukan khusus bagi dia saja?" Jawab Nabi saw., "Bahkan untuk seluruh umat manusia!"
2371. Dari Anas r.a. katanya: "Seorang lelaki datang kepada Nabi saw. lalu berkata: "Ya, Rasulullah! Aku telah melanggar hukum. Maka tegakkanlah hukum atas diri ku (hukumlah aku)!" Kata Anas, "Ketika itu telah masuk waktu solat, maka solatlah ia berjama'ah bersama-sama dengan Rasulullah saw. Setelah selesai solat dia berkata lagi kepada beliau, "Ya, Rasulullah! Aku telah melanggar hukum, maka tegakkanlah hukum atas diri ku sesuai dengan Kitab Allah." Tanya Nabi saw., "Apakah engkau tadi solat berjama'ah bersama-sama kami?" Jawabnya. "Ya!" Sabda Nabi saw., "Niscaya Allah mengampuni engkau."
2372. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Zaman dahulu ada seorang pembunuh yang telah membunuh korbannya sembilan puluh sembilan orang. Lalu dia bertanya kepada penduduk negeri, "Siapa ulama yang paling alim di negeri ini?" Maka ditunjukkan orang seorang rahib (pendeta Yahudi). Lalu didatangi rahib itu seraya mengatakan bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian dia bertanya apakah pintu taubat masih terbuka baginya atau tidak? Jawab Rahib: "Tidak!" Maka dibunuhnya rahib itu, dan genaplah kurban pembunuhannya seratus orang. Kemudian dia bertanya pula kepada penduduk; "Siapa ulama di negeri ini?" Maka ditunjukkan orang kepadanya seorang ulama yang alim. Dia menceritakan kepada orang alim itu bahwa dia telah membunuh korbannya seratus orang. Kemudian bertanya apakah pintu taubat masih terbuka baginya atau tidak? Jawab ulama, "Ya, sudah tentu. Pintu taubat selamanya tidak pernah tertutup. Siapa yang sanggup menutup pintu taubat bagi Anda. Pergilah Anda ke negeri Anu, kerana di sana penduduknya menyembah Allah. Sembahlah Allah bersama-sama dengan mereka dan jangan kembali lagi ke negeri Anda, kerana negeri Anda telah rosak." Maka pergilah orang itu ke negeri yang ditunjuk sang ulama. Setengah perjalanan tiba-tiba orang itu meninggal. Maka bertengkarlah malaikat rahmat dengan malaikat 'adzab. Kata malaikat rahmat, "Orang ini telah taubat dan dia sedang menghadap dengan hati yang taubat itu kepada Allah Ta'ala." Kata malaikat 'adzab, "Dia belum pernah melakukan kebaikan sedikit jua pun." Tiba-tiba datang seorang malaikat dengan rupa manusia, lalu dia berdiri di tengah-tengah mereka seraya berkata, "Ukurlah jarak kedua negeri itu, ke mana yang lebih dekat bawalah dia ke situ." Setelah diukur ternyata yang lebih dekat ialah negeri yang di tujunya. Maka dibawalah dia oleh malaikat rahmat."
2373. Dari Abu Musa r.a. katanya Rasulullah saw. bersabda: "Kelak di hari kiamat, Allah Ta'ala mendorong orang Yahudi Nasrani kehadapan setiap orang muslim, lalu firman-Nya: Inilah tebusanmu dari api neraka. "
2374. Dari Abu Burdah, dari bapanya r.a. dari Nabi saw. sabdanya: "Di hari kiamat kelak, manusia muslim akan datang membawa dosa mereka sebesar gunung. Lalu diampuni Allah dosa-dosanya, kemudian dibebankanNya kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani."
2375. Dari Shafwan bin Muhriz r.a. katanya seorang lelaki bertanya kepada Ibnu 'Umar, "Bagaimana yang Anda dengar sabda Rasulullah saw. tentang "An Najwa" (suatu rahsia)?" Jawab Ibnu 'Umar, "Aku mendengar beliau mengatakan, bahwa nanti pada hari kiamat orang-orang mukmin didekatkan kepada Tuhannya, Allah azza wa Jalla, sehingga dia terdinding. Lalu Allah mengingatkannya akan dosa-dosanya seraya bertanya, "Ingatkah kamu akan dosa-dosamu itu?" Jawab orang mukmin, "Kami ingat, wahai Tuhan!" Firman Allah, "Aku telah menutupnya (merahsiakan atau menyembunyikan) selama kamu di dunia, dan sekarang pada hari kiamat Ku ampuni pula dosa-dosa mu itu." Lalu diberikan-Nya surat keterangan kelakuan baik. Adapun orang-orang kafir dan munafik, mereka diteriakkan (diumumkan) di tengah-tengah khalayak ramai, "Inilah orang-orang yang mendustakan Allah."
2376. Dari Ka'ab bin Malik r.a.. dia menceritakan tentang dirinya ketika dia tertinggal (tidak ikut berperang) dari Rasulullah saw. dalam peperangan Tabuk. Kata Ka'ab bin Malik. "Aku tidak pernah tertinggal dari Rasulullah saw. dalam setiap peperangan yang dipimpin sendiri oleh beliau, kecuali dalam peperangan Tabuk. Selain dari itu, aku memang tertinggal pula dalam peperangan Badar. Tetapi tidak seorang pun dapat disalahkan bila tertinggal ketika itu, kerana Rasulullah saw. pergi dengan maksud hendak mencegat kafilah Quraisy. Namun Allah Ta'ala telah menghadapkan mereka dengan musuh tanpa diduga lebih dahulu. Dan aku telah bai'at bersama Rasulullah saw. pada malam Aqabah di mana kami telah bersumpah setia untuk Islam. Dan aku tidak suka seandainya malam Bai'at Aqabah itu ditukar dengan perang Badar. Sekalipun Badar lebih terkenal dari Aqabah di kalangan orang banyak. Cerita mengenai sebabnya aku tertinggal dari Rasulullah saw. dalam perang Tabuk ialah : "Sesungguhnya aku belum pernah sedikit jua pun merasa diri ku lebih kuat dan lebih senang dan keadaan ku ketika tertinggal dalam peperangan itu. Demi Allah, aku belum pernah menyiapkan dua kenderaan kecuali untuk peperangan itu. Rasulullah saw. merencanakan penyerangan pada musim panas yang terik, menempuh perjalanan jauh serta menghadapi jumlah musuh yang banyak. Kerana itu Rasulullah saw. menjelaskan kepada kaum muslimin tugas berat yang bakal mereka hadapi, agar mereka bersiap-siap dengan sungguh-sungguh menghadapi peperangan tersebut dan Rasulullah memberitahukan sasaran yang dituju. Kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah saw. ketika itu cukup banyak, tetapi tidak ada suatu daftar yang mencatat nama-nama dan jumlah mereka. Kerana itu, bila sewaktu waktu seseorang ingin menghilang (tidak ikut berperang), hal itu bisa saja terjadi. Kerana dia mengira bahwa Rasulullah saw. tidak akan mengetahuinya, selama tidak ada wahyu memberitahu beliau. Rasulullah saw. mengadakan penyerangan dalam peperangan itu dalam musim buah-buahan dan cuaca berawan. Sebenarnya hati ku lebih condong hendak turut berperang. Rasulullah saw. dan kaum muslimin telah siap-siap hendak berangkat. Aku berencana akan berkemas bersama-sama mereka besok pagi. Setelah aku pulang ternyata aku tidak berbuat apa-apa, sambil berkata dalam hati ku, "Aku sanggup menyelesaikannya sewaktu-waktu." Ternyata hal itu berkelanjutan sedemikian rupa, sedangkan orang banyak sungguh-sungguh telah siap. Besok Subuh Rasulullah dan kaum muslimin berangkat pagi-pagi sekali, sedangkan aku belum berkemas juga. Kerana itu aku segera pulang hendak berkemas, tetapi sampai di rumah aku tidak berbuat apa-apa, sehingga pasukan berangkat seluruhnya menuju medan perang. Aku bermaksud hendak menyusul mereka, tetapi apa boleh buat yang demikian tidak ditakdirkan Allah bagi ku. Ketika aku mulai berkemas dan keluar hendak menyusul Rasulullah saw. alangkah sedihnya hati ku, kerana tidak seorang jua pun teman yang kelihatan oleh ku kecuali orang-orang munafik atau orang-orang lemah yang telah dimaafkan Allah Ta'ala tidak ikut berperang. Rasulullah saw. tidak menyebut-nyebut nama ku hingga sampai di Tabuk. Setelah sampai, ketika beliau duduk di tengah-tengah kaum muslimin, barulah beliau menanyakan, "Apa kerja Ka'ab bin Malik?" Seorang lelaki dari Bani Salamah menjawab, "Ya, Rasulullah! Dia terhalang kerana merasa sayang pada selimutnya." Maka berkata Mu'adz bin Jabal, "Jahat sekali ucapan mu itu! Demi Allah, ya Rasulullah! Setahu kami selama ini dia adalah orang baik." Rasulullah saw. diam saja. Beliau melihat samar-samar bayangan seseorang berpakaian putih lalu hilang ditelan fatamorgana. Maka berkata Rasulullah saw., "Engkau Abu Khaitsamah!" Kiranya dia memang Abu Khitsamah Al Anshari yang pernah bersedekah segantang kurma, lalu diejek oleh orang-orang munafik. Cerita Ka'ab bin Malik selanjutnya: "Tatkala aku mendengar berita bahwa Rasulullah saw. telah berangkat dari Tabuk hendak pulang ke Madinah, timbullah rasa takut ku kerana kesalahan ku tidak turut berperang. Oleh sebab itu aku berusaha mencari jalan agar aku terhindar dari kemarahan beliau. Lalu aku minta pendapat-pendapat keluarga ku. Tetapi tatkala aku mendengar bahwa beliau telah tiba, maka hilanglah dari ingatan ku segala fikiran buruk itu. Aku mengerti benar bahwa aku tidak akan lepas sedikit jua pun dari hukuman, walaupun dengan berbagai alasan. Kerana itu aku bertekad hendak mengaku terus terang atas kesalahan ku. Pagi-pagi waktu Subuh, Rasulullah tiba. Seperti biasa, apabila beliau tiba dari suatu perjalanan, beliau langsung ke masjid lalu solat dua rakaat, kemudian duduk di tengah-tengah orang banyak. Maka ketika itu berdatanganlah orang-orang yang tidak turut berperang mengemukakan alasan-alasan (uzur) mereka kepada beliau dan bersumpah kepadanya. Semuanya berjumlah lebih kurang lapan puluh orang. Rasulullah saw. menerima alasan atau sumpah-sumpah mereka yang nampak nyata dan memohonkan ampun bagi mereka. Sedangkan hal-hal yang tersembunyi atau yang mereka rahsiakan, beliau serahkan kepada Allah Ta'ala. Kini tibalah giliran ku. Ketika aku memberi salam kepada beliau, beliau menyambut salam ku dengan senyum kecut, senyum kemarahan. Lalu beliau berkata, "Kemari!" Aku datang menghampiri lalu duduk di hadapan beliau. Tanya beliau, "Mengapa kamu tidak turut berperang. Bukankah kamu telah membeli kenderaan?" Jawab ku, "Ya, Rasulullah! Demi Allah, seandainya aku berhadapan dengan orang selain Anda dari penduduk dunia ini, nescaya aku akan mencari jalan keluar dari kemarahannya dengan berbagai alasan. Tetapi demi Allah! Aku tahu benar, jika aku berdusta kepada Anda sekarang, mungkin Anda menerimanya. Tetapi aku sungguh takut Allah akan sangat murka kepada ku. Dan jika aku berkata benar kepada Anda, tentu Anda akan marah kepada ku. Namun aku masih dapat mengharapkan kemaafan dari Allah Ta'ala. Demi Allah! Aku tidak mempunyai uzur (alasan) suatu apa jua pun. Bahkan aku belum pernah sesihat dan selapang seperti sekarang ini di mana aku tidak turut berperang bersama-sama Anda." Sabda Rasulullah saw., "Betul begitu? Nah, pergilah sampai Allah memutuskan perkara mu." Beberapa orang dari Bani Salamah turut bangkit bersama-sama dengan ku dan mengikuti ku. Kata mereka kepada ku, "Demi Allah! Kami tahu benar bahwa engkau belum pernah salah sekali jua pun sebelum ini. Mengapa engkau tidak minta maaf saja kepada Rasulullah saw. seperti orang-orang lain yang tidak turut berperang itu? Nescaya dosa mu diampun Allah berkat permohonan ampun dari Rasulullah saw. bagi mu." Kata Ka'ab. "Demi Allah! Mereka selalu menyalahkan ku seperti itu sehingga aku berniat hendak kembali kepada Rasulullah saw. dan menarik pengakuan ku semula." Aku bertanya kepada mereka, "Adakah orang lain yang menerima hukuman seperti aku?" Jawab mereka, "Ada! Iaitu dua orang yang mengaku bersalah seperti engkau, lalu keduanya mendapat putusan seperti yang diputuskan kepada mu." Tanya ku, "Siapa mereka?" Jawab mereka, "Murrah bin
Rabi'ah Al 'Amid dan Hilal bin Umaiyah Al Waqifi." Mereka mengatakan
kepada ku bahwa mereka berdua adalah orang-orang saleh yang turut dalam peperangan Badar, dan orang-orang yang pantas dijadikan teladan. Setelah mereka menerangkan hal kedua orang itu, aku pun berlalu. Kata Ka'ab, "Rasulullah saw. melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan kami bertiga yang tidak ikut berperang. Kerana itu orang banyak menjauhi (memboikot) kami. Sikap mereka berubah terhadap kami sehingga aku merasa seperti orang asing di negeri yang ku diami, di mana penduduknya aku kenal selama ini. Hukuman seperti itu ku alami selama lima puluh hari. Kedua orang teman yang senasib dengan ku tetap saja tinggal di rumah mereka dan menangis selalu. Tetapi aku lebih muda dan lebih kuat dari mereka. Aku tetap keluar seperti biasa, menghadiri solat berjamaah dan pergi ke pasar walau tidak seorang jua pun yang mahu berbicara dengan ku. Bahkan aku tetap mendatangi Rasulullah saw. dan memberi salam kepada beliau ketika beliau berada dalam majlis ta'lim sesudah solat. Aku bertanya dalam hati ku, "Adakah beliau menggerakkan bibir beliau untuk menjawab salam ku, atau tidak?" Aku pun solat ke dekat beliau sambil melirik kepada beliau. Setelah selesai solat beliau menengok kepada ku, tetapi bila aku menoleh kepadanya beliau membuang muka dari ku. Setelah suasana diboikot kaum muslimin seperti itu berjalan agak lama, pada suatu hari aku pergi ke rumah Abu Qatadah, anak paman (saudara sepupu) ku, dan orang yang sangat sayang kepada ku. Aku memberi salam kepadanya. Tetapi demi Allah, dia tidak menjawab salam ku. Lalu aku berkata kepadanya, "Ya, Abu Qatadah! Aku bertanya kepada mu, tidak tahukah kamu bahwa aku tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya?" Dia diam saja. Aku tanya lagi, tetapi dia tetap membisu. Lalu kutanya lagi. Maka jawabnya, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Air mata ku mengalir mendengar jawapannya, lalu aku berpaling dan terus pulang. Pada suatu hari ketika aku sedang berjalan di pasar, seorang petani penduduk Syam yang sering menjual makanan di Madinah bertanya, "Siapa yang dapat menunjukkan Ka'ab bin Malik kepada ku?" katanya. Orang banyak menunjuk kepada ku. Petani itu mendatangi ku dan memberikan sepucuk surat berasal dari Raja Ghassan. Aku memang pandai membaca dan menulis. Lalu ku baca surat itu, yang isinya antara lain sebagai berikut : "Amma ba'du. Kami mendengar khabar bahwa Anda diboikot oleh teman-teman Anda. Allah tidak akan membuat Anda terhina dalam negeri dan tidak pula tersia-sia. Temuilah kami, nescaya kami akan membantu Anda dengan segala daya dan yang ada pada kami." Selesai membaca surat itu lalu kata ku, "Ini suatu ujian juga!" Maka ku dekat api lalu ku bakar surat itu. Setelah berlalu empat puluh hari dan wahyu turun kepada Rasulullah saw. maka datanglah seorang utusan beliau kepada ku seraya berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan kamu supaya menjauhi isteri mu!" Tanya ku, "Apakah aku harus meceraikannya atau bagaimana?" Jawabnya, "Tidak! Hanya menjauhinya. Kerana itu jangan kamu dekati dia!" Beliau juga mengutus orang kepada kedua teman yang senasib dengan ku, dengan perintah yang sama. Maka ku katakan kepada isteri ku, "Pulanglah kamu ke rumah orang tua mu dan tinggallah bersama mereka sampai Allah memberi keputusan terhadap perkara ku ini." Kata Ka'ab, "Isteri Hilal bin Umaiyah datang kepada Rasulullah saw. memohon keringanan kepada beliau, katanya : Ya Rasulullah! Hilal bin Umaiyah sudah tua. Dia akan tersia-sia tanpa khadam (pelayan). Apakah Anda keberatan kalau aku menjadi pelayannya?" Jawab beliau, "Tidak mengapa, asal dia tidak mendekati mu." Kata isteri Hilal, "Demi Allah! Dia tidak mempunyai keinginan apa-apa. Bahkan demi Allah, dia selalu menangis saja sejak menerima hukuman sampai hari ini." Kerana itu sebagian keluarga ku menyarankan pula kepada ku, "Seandainya engkau minta izin kepada Rasulullah saw. mengenai isteri mu, mungkin beliau memberi izin kepada mu seperti halnya isteri Hilal bin Umaiyah diberi izin oIeh beliau melayani Hilal." Jawab ku, "Aku tidak akan memintakan izin kepada beliau untuk isteri ku. Aku tidak tahu pasti apakah Rasulullah saw. akan memberi izin atau tidak. Aku masih muda dan sanggup mengurus diri sendiri." Keadaan membujang seperti itu telah berlalu pula sepuluh hari. Jadi sudah lima puluh hari sejak hari pertama kami mulai diboikot. Kemudian, sesudah aku solat Subuh di atas loteng rumah kami, pagi-pagi sesudah malam yang kelima puluh, ketika aku memikirkan nasib kami sesuai dengan apa yang diperingatkan Allah kepada kami, di mana bumi ini terasa amat sempit dengan segala kelapangan yang ada, tiba-tiba terdengar oleh ku suara memanggil dengan sekuat-kuatnya, "Ya, Ka'ab bin Malik! Gembiralah, Aku segera sujud, kerana aku yakin kelapangan telah tiba. Rasulullah saw. telah memberi tahu orang banyak, bahwa Allah swt. telah menerima taubat kami ketika solat Subuh. Kerana itu orang banyak berdatangan mengucapkan selamat kepada ku dan sesudah itu mereka pergi pula kepada kedua orang teman ku. Di antara mereka ada yang berlari dan ada pula yang berkenderaan. Bahkan ada seorang teman dari suku Aslam sengaja menemui ku melewati bukit. Suara-suara mengelu-elukan ku lebih cepat sampai ke telinga ku dari kuda mereka. Ketika suara ucapan selamat untuk menggembirakan ku dari orang yang pertama-tama sampai ke telinga ku, dengan spontan ku buka baju ku lalu ku berikan kepadanya kerana sangat gembira. Padahal demi Allah, ketika itu aku tidak mempunyai baju selain baju tersebut, sehingga aku terpaksa meminjam (ketika menghadap Rasulullah saw. Aku pergi menghadap Rasulullah saw. Setiap orang yang bertemu dengan ku mengucapkan selamat kerana taubat ku telah diterima Allah swt. Kata mereka, "Bahagialah Anda kerana taubat Anda telah diterima Allah swt." Aku masuk ke masjid. Ku dapati Rasulullah saw. sedang duduk dikelilingi para sahabat. Thalhah bin 'Ubaidillah segera bangkit dan berlari menyambut ku serta menyalami ku sambil mengucapkan selamat. Demi Allah, tidak ada orang Quraisy yang berdiri selain dia. Kerana itu pula aku tidak melupakan Thalhah. Setelah aku memberi salam kepada Rasulullah saw., maka dengm muka berseri-seri kerana gembira beliau berkata, "Gembiralah kamu dengan kebaikan yang kamu terima hari ini, yang belum pernah kamu terima sejak kamu lahir." Tanya ku, "Apakah kebaikan itu datang dari Anda atau dari Allah Ta'ala?" Jawab beliau, "Bahkan dari Allah Ta'ala!" Biasanya apabila Rasulullah saw. gembira, wajah beliau bersinar-sinar bagaikan bulan. Kami tahu benar akan hal itu. Setelah aku duduk di hadapan beliau, aku berkata kepadanya, "Ya, Rasulullah! Kerana taubat ku diterima Allah, maka aku hendak menyedekahkan harta ku kepada Allah dan Rasul-Nya." Jawab Rasulullah saw., "Tahanlah sebagian harta mu itu. Itulah yang baik!" Jawab ku, "Aku akan menahan harta yang ku peroleh di Khaibar." Kata ku selanjutnya, "Ya, Rasulullah! Allah telah melepaskan ku kerana berkata benar. Maka untuk kesempurnaan taubat ku, aku tidak akan berkata-kata selamanya melainkan yang benar." Kata Ka'ab selanjutnya, "Aku tidak tahu seorang muslim yang pernah diuji Allah kerana berkata benar, semenjak aku berkata demikian kepada Rasulullah saw. hingga sekarang. Itulah cubaan terbaik yang dilakukan Allah Ta'ala kepada ku. Demi Allah, aku berjanji tidak akan pernah berdusta. Aku berharap kepada Allah semoga Dia memelihara ku sampai akhir hayat ku, Maka turunlah ayat-ayat surat Taubah, 9 :117 - 119, sebagai berikut: "Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin, dan orang-orang Anshar yang mengikut Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka." (9: 117), "Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (permintaan taubat mereka) hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu sebenarnya tetap luas, dan jiwa pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka, agar tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang." (9:118). "Hai, orang-orang yang beriman, takwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar."(9:119). Cerita Ka'ab selanjutnya, "Demi Allah! Belum pernah aku merasakan nikmat pada diri ku sejak aku masuk Islam yang lebih besar daripada ketika aku berkata benar terhadap Rasulullah saw. Seandainya aku berdusta kepada beliau nescaya celakalah aku seperti orang-orang yang pernah berdusta, sebagai dinyatakan dalam firman Allah Ta'ala: "Kelak mereka akan bersumpah kepada mu dengan nama Allah apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, kerana sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka jahannam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (9: 95) "Mereka akan bersumpah kepada mu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu." (9:96). Cerita Ka'ab selanjutnya, "Kami bertiga tertinggal, maksudnya tertinggal bertaubat dari mereka-mereka yang telah diterima taubatnya oleh Rasulullah saw. secara lahir (sedang batinnya terserah kepada Allah swt.), serta dimohonkan ampun oleh beliau kepada Allah Ta'ala. Sedangkan terhadap kami bertiga Rasulullah menangguhkannya hingga datang keputusan Allah swt. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah Ta'ala: Dan tiga orang yang tertinggal (9: 118), bukan tertinggal tidak ikut berperang, tetapi penerimaan taubat kami ditangguhkan."
Dostları ilə paylaş: |