Berkata Imam Ali bin Abi Thalib, semoga Allah meridhoinya: Tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa pengetahuan dan tidak baik pula dalam pengetahuan tanpa memahaminya



Yüklə 3,73 Mb.
səhifə37/107
tarix18.04.2018
ölçüsü3,73 Mb.
#48892
1   ...   33   34   35   36   37   38   39   40   ...   107

1747. Dari Ibnu 'Abbas bin 'Abdul Muththalib r.a., katanya 'Abbas bercerita: "Aku ikut berperang bersama-sama Rasulullah saw. dalam perang Hunain, maka aku dan Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muththalib, selalu mendampingi Rasulullah saw., tidak pernah berpisah dengan beliau. Ketika itu Rasulullah saw. mengendarai baghal putih kepunyaan beliau, hadiah dari Farwah bin Nufatsah Al Judzamiy. Tatkala pasukan kaum muslimin dan pasukan kaum kuffar telah berhadap-hadapan, pasukan kaum muslimin mundur ke belakang. Kerana itu Rasulullah saw. mulai bertindak; beliau memacu baghalnya ke arah kaum kuffar. Kata 'Abbas, "Tetapi kupegang kekang baghal beliau, menahannya supaya jangan berlari kencang, dan Abu Sufyan memegangi pula pelananya. Maka bersabda beliau, "Hai, Abbas! Panggil regu Samurah!" Kata 'Abbas (dia seorang yang mempunyai suara keras), "Lalu kupanggil mereka dengan sekeras-keras suaraku. Mana regu Samurah." Maka demi Allah, alangkah cepatnya mereka datang setelah mendengar panggilanku, bagaikan lari sapi mendengar suara anaknya." Kata mereka, "Ya, kami datang! Kami datang!." Lalu mereka berperang melawan kaum kafir. Kemudian panggilan terhadap kaum Anshar, "Hai, kaum Anshar! Hai, kaum Ansharl" Kata 'Abbas, "Kemudian panggilan di

tujukan kepada Bani Harits bin Khazraj. Rasulullah memperhatikan jalannya pertempuran dari alas baghal beliau seperti menggelorakan semangat pasukannya yang sedang bertempur. Kata beliau. "Beginilah kalau pertempuran sudah berkecamuk. Lalu beliau ambit beberapa buah kerikil, kemudian dilemparkannya ke arah orang kafir sambil berkata. "Kamu kalah!" Kata 'Abbas. "Demi Allah! Aku menyaksikan jalannya pertempuran. Mereka hanya dilempar oleh Rasulullah dengan beberapa kerikil saja. Tetapi beransur-ansur mereka jadi lemah sehingga akhirnya mereka lari kucar-kacir."1748. Dari Abu Ishaq r.a., katanya seorang lelaki bertanya kepada Al Bara', tanyanya: "Hai, Abu 'Umarah! Apakah kamu pernah lari dalam peperangan Hunain?" Jawab Abu 'Umarah, "Tidak! Demi Allah! Pasukan Rasulullah saw. tidak pernah lari. Tetapi ketika itu, ada beberapa orang pemuda sahabat Rasulullah saw. dan orang-orang yang pergi berperang dengan tergesa-gesa, tanpa persenjataan dan perlengkapan yang sempurna. Kebetulan mereka bertemu dengan pasukan pemanah pihak musuh, yang kalau mereka memanah hampir tidak meleset sedikit jua pun dari sasaran. Iaitu pasukan gabungan Bani Hawazin dengan Bani Nashar. Pasukan pemanah itu serta merta menggasak pemuda-pemuda ini dengan panah mereka, sehingga pemuda-pemuda itu terpaksa berbalik kepada Rasulullah saw., yang ketika itu beliau sedang berada di atas baghal putihnya, dikawal oleh Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muththalib. Beliau turun dari baghal, lalu mohon pertolongan kepada Allah swt, katanya: "Aku Nabi, bukan dusta, Aku anak 'Abdul Muththalib. Wahai Allah, turunkanlah bala bantuan-Mu!" Kemudian beliau atur barisan mereka."1749. Dari Iyas bin Salamah r.a., katanya bapanya bercerita: "Kami berperang bersama-sama dengan Rasulullah saw. di Hunain. Ketika berhadapan dengan musuh, aku maju lebih dahulu menaiki bukit. Aku bertemu dengan seorang musuh, lalu kupanah dia dengan panahku, tetapi dia hilang seketika sehingga aku tidak tahu apa yang sedang dibuatnya. Aku melihat musuh, kiranya mereka telah sampai ke bukit yang lain. Mereka bertemu dengan Nabi saw. dan para sahabat. Parasahabat mundur dan aku pun mundur pula kalau balau. Aku memakai dua burdah, yang satu kusarungkan dan yang satu lagi kuselempangkan. Sarungku lepas, lalu kuikatkan menjadi satu. Aku lewat di hadapan Rasulullah saw. sambil lari, dan beliau sedang berada di atas baghal putihnya. Sabda Rasulullah saw., "Rupanya Ibnu Akwa' melihat sesuatu yang menakutkan." Tatkala Rasulullah saw. terkepung, beliau turun dari baghal, kemudian diambilnya segenggam tanah, lalu dilemparkannya ke muka mereka sambil berkata, "Muka-muka buruk!" Dengan begitu, maka setiap orang yang menyerang ketika itu, matanya penuh dengan tanah. Lalu mereka lari kucar-kacir. Allah 'Azza wa Jalla telah mengalahkan mereka. Kemudian Rasulullah saw. membagi-bagikan rampasan perang kepada kaum muslimin."

1750. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah saw. mengadakan musyawarah dengan para sahabat, ketika sampai kepada beliau khabar mengenai kedatangan tentara Abu Sufyan hendak menyerang ke Madinah. Mula-mula Abu Bakar yang berbicara, tetapi Nabi saw. tidak mempedulikannya. Kemudian berbicara pula 'Umar, Nabi saw. melengah pula daripadanya. Kemudian berdiri Sa'ad bin Ubadah (orang Anshar). Katanya. "Kamikah yang Anda kehendaki, ya Rasulullah? Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Anda memerintahkan kami mengarungi lautan, pasti kami harungi; dan seandainya Anda memerintahkan kami pergi ke hujung bumi, pasti kami pergi." Rasulullah mengajak orang ramai supaya berkumpul, kemudian mereka berangkat hingga sampai ke Badal. Di sana mereka bertemu dengan para pencari air untuk orang-orang Quraisy. Di antara mereka terdapat seorang budak hitam kepunyaan Bani Hajjaj, lalu mereka tangkap dia. Para sahabat Rasulullah saw. menanyakan kepada budak itu tentang Abu Sufyan dan pasukannya. Jawab si Budak, "Aku tidak tahu tentang Abu Sufyan; tetapi yang aku tahu ialah Abu Jahil, 'Utbah, Syaibah, dan Umayyah bin Khalaf." Lalu mereka pukuli budak itu. Kemudian kata si Budak, "Ya, baiklah! Kuberitahu tentang Abu Sufyan. Dia juga

ada!" Lalu mereka biarkan budak itu. Kemudian mereka tanya pula kembali, "Di mana Abu Sufyan?" Jawab budak itu, "Aku tidak tahu tentang Abu Sufyan! Yang ada ialah Abu Jahil, 'Utbah, Syaibah dan Umayyah bin Khalaf, mereka ada bersama rombongan tentera." Kerana itu mereka pukuli pula si budak itu. Ketika itu Rasulullah saw. sedang solat. Maka setelah beliau selesai solat dan melihat budak

itu mereka pukuli, beliau bersabda, "Demi Allah yang jiwaku di tanganNya, mengapa kalian pukul dia apabila dia berkata benar, dan kalian biarkan dia ketika berdusta?" Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda, "Di situlah tempat terbunuhnya di Anu, sambil

beliau menunjuk ke tanah, di sana, di sana!" Kata Anas, "Tidak satu pun tempat-tempat yang ditunjukkan beliau itu, yang berjauhan dengan tempat tewasnya orang-orang yang disebutkan beliau."



1751. Dari 'Abdullah bin Rabah, dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Suatu perutusan (delegasi) datang kepada Mu'awiyah di bulan Ramadhan. Maka kerana itu sebagian kami sibuk membuat makanan untuk yang lain-lain. Di antaranya terdapat Abu Hurairah yang sering mengajak kami ke tempatnya. Aku berkata kepadanya, "Tidak seyogyanyakah ku buat makanan, lalu ku undang mereka makan ke rumah ku? Lalu ku suruh buatkan makanan, kemudian ku temui Abu Hurairah untuk mengundangnya makan malam. Kata ku, "Sekarang makan malam di rumahku." Jawab Abu Hurairah, "Engkau mendahului ku?" Jawab ku, "Ya, aku mengundang mereka juga." Kata Abu Hurairah, "Sukakah kalian ku ceritakan kepada kalian suatu peristiwa mengenai diri kalian sendiri, hai kaum Anshar?" Lalu diceritakannya peristiwa sekitar penaklukan Makkah. Katanya, "Rasulullah saw. berangkat hingga sampai di Makkah. Beliau mengangkat Zubair mengepalai satu di antara dua sayap, dan mengangkat Khalid mengepalai sayap yang lain, dan mengangkat Abu 'Ubaidah mengepalai pasukan tanpa baju besi. Mereka masuk ke dalam lembah, sedangkan Rasulullah saw. dalam suatu regu. Kata Abu Hurairah, "Beliau langsung memperhatikan situasi medan, lalu beliau terlihat kepada ku. Kata beliau, "Kamu, hai Abu Hurairah!" Jawab ku, "Ya, hamba, ya Rasulullah!" Sabda beliau, "Jangan dibolehkan mendekat kepada ku selain orang-orang Anshar, kecuali Syaiban. Suruh orang-orang Anshar berkumpul ke dekat ku!" Mereka segera berkumpul sekeliling beliau. Sedangkan orang-orang Quraisy telah menyusun barisan mereka pula dalam beberapa pasukan. Kata orang-orang Quraisy, "Biarkan mereka mendahului kita; jika mereka beruntung, kita sama-sama dengan mereka, dan jika mereka dapat bahaya, kita berikan kepada mereka apa yang dimintanya." Sabda Rasulullah saw., "Kalian lihatkah pasukan Quraisy dan pengikut-pengikut mereka? Kemudian beliau memberi isyarat dengan kedua tangannya, yang satu di atas yang lain, (maksudnya supaya waspada dan saling melindungi). Kemudian beliau berkata pula, "Sampai berjumpa di Shafa." Kata Abu Hurairah, "Kami terus berjalan. Tidak seorang pun di antara kami yang membunuh kecuali jika orang Quraisy itu membunuh. Ternyata tidak ada satu pun perlawanan ditujukan kepada kami. Kemudian Abu Sufyan datang menghadap Rasulullah saw. Dia mengatakan, "Ya, Rasulullah! Jikalau orang-orang Quraisy dibunuhi, maka tidak akan ada lagi orang-orang Quraisy sesudah ini. (ertinya orang-orang Quraisy menyerah kalah tanpa pertumpahan darah). Maka bersabda Rasulullah saw., "Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman." Mendengar sabda Rasulullah seperti itu, maka orang-orang Anshar berkata sesama mereka, "Agaknya Rasulullah saw. telah rindu kepada kampung halamannya, sehingga timbul rasa kasih sayangnya berfamili." Kata Abu Hamid, "Ketika itu wahyu turun. Kami tahu kalau wahyu sedang turun. Kalau wahyu sedang turun, tidak seorang pun yang berani memandang Rasulullah saw. sampai wahyu selesai turun. Setelah selesai, Rasulullah saw. bersabda, "Hai, kaum Anshar!" Jawab mereka, " Kami, ya Rasulullah!" Tanya beliau, "Kaliankah yang berkata bahwa aku telah rindu kampung halaman?" Jawab mereka, "Betul, ya Rasulullah!" Sabda beliau, "Tidak! Sekali-kali tidak! Aku adalah hamba Allah dan RasulNya. Aku telah hijrah kepada Allah dan kepada kalian semua. Hidup dan mati ku bersama-sama dengan kalian." Mendengar ucapan beliau seperti itu, mereka datang menghampiri sambil menangis dan berkata, "Ya, Rasulullah! Kami berkata demikian itu sesungguhnya, kerana cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Jawab Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya membenarkan pengakuan kalian dan memaafkannya." Kata Abu Hurairah, "Maka berdatanganlah orang ramai (penduduk Makkah) ke rumah Abu Sufyan. dan meteka tutup pintu rumah mereka. Sedang Rasulullah saw. terus menuju Hajarul Aswad, lalu beliau ciUm batu, kemudian beliau thawaf mengelilingi Ka'bah. Kemudian beliau datangi berhala-berhala sembahan orang-orang Quraisy yang terletak di sekitar Ka'bah, lalu beliau tusuk matanya dengan busur panah yang ada di tangan beliau, sambil berkata, "Telah datang kebenaran, maka lenyaplah kebathilan." Setelah selesai thawaf, beliau dadatang ke bukit Shafa lalu naik ke puncaknya. Sampai di atas beliau memandang ke Ka'bah, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, lalu dia memuji Allah dan mendo'a apa yang hendak didoakannya."

1751. Dari 'Abdullah bin Rabah r.a., katanya: "Kami datang sebagai utusan kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di antara kami terdapat Abu Hurairah r.a. Kami bergilir memasak masakan, masing-masing satu hari. Ketika giliranku memasak, aku berkata kepada Abu Hurairah. "Hari ini adalah giliranku yang memasak. Mereka telah datang ke tempatku, tetapi makanan belum tersedia. Maka alangkah baiknya kalau Anda bercerita kepada kami tentang Rasulullah saw., sampai makanan kita terhidang?" Abu Hurairah bercerita, "Kami pergi bersama-sama Rasulullah saw. pada hari penaklukan Makkah. Beliau mengangkat Khalid bin Walid selaku komandan pasukan sayap kanan, dan mengangkat Zubair menjadi komandan sayap kiri, serta mengangkat Abu 'Ubaidah mengepalai pasukan berjalan kaki yang ditempatkan di lembah. Rasulullah saw. bersabda, "Hai Abu Hurairah! Panggil ke dekatku orang-orang Anshar!" Lalu kupanggil mereka dan mereka segera datang ke dekat beliau. Rasulullah saw. bersabda, "Hai, kaum Anshar! Adakah kalian lihat pasukan tentera Quraisy?" Jawab mereka, "Ada,

ya Rasulullah!" Sabda beliau, "Perhatikan baik-baik! Apabila kamu bertemu dengan mereka esok, hendaklah mereka kalian habiskan, sambil beliau memberi isyarat dengan tangannya, meletakkan yang kanan atas yang kiri. Kemudian beliau berkata, sampai bertemu di Shafa. Maka siapa saja yang mendekati mereka pada hari itu mereka bunuh semua. Kata Abu Hurairah, "Rasulullah saw. naik ke bukit Shafa, dan orang-orang Anshar datang pula mengelilingi beliau. Kemudian datang Abu Sufyan, katanya, "Ya Rasulullah! Kalau orang Quraisy dibunuh habis, tidak ada lagi Quraisy sesudah hari ini." Kemudian, Abu Sufyan menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman. Siapa yang meletakkan senjata, dia aman. Siapa yang mengunci pintu rumahnya, dia aman." Lalu berkata orang-orang Anshar, "Agaknya orang ini (Rasulullah) telah dipengaruhi rasa kasih sayang terhadap famili dan rindu kampung halamannya." Maka turunlah wahyu kepada Rasulullah saw., lalu beliau bersabda: "Kalian berkata bahwa aku telah dipengaruhi rasa kasih sayang terhadap famili dan rindu kampung halaman. Lupakah kalian siapa aku?" Beliau mengulangi ucapannya itu sampai tiga kali. "Aku Muhammad, hamba Allah dan RasulNya. Aku telah hijrah kepada Allah dan kepada kalian. Maka kerana itu aku akan hidup dan mati bersama-sama dengan kalian." Jawab mereka, "Demi Allah, kata-kata itu kami ucapkan tidak lain hanya kerana cinta kami kepada Allah dan Rasul-Nya." Jawab

Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah swt. membenarkan pengakuan kalian dan telah memaafkan kalian."

1753. Dari 'Abdullah r.a., katanya; " Ketika Nabi saw. memasuki kota Makkah, di sekitar Ka'bah terdapat tiga ratus enam puluh berhala. Beliau menusuknya dengan tongkat yang ada di tangan beliau, sambil berkata: " Apabila telah datang kebenaran, maka lenyaplah kebatilan. Sesungguhnya yang bathil itu pasti lenyap. Apabila telah datang kebenaran, tidak akan lahir kebathilan dan tidak akan kembali." 1754. Dari Abu Ishaq r.a., katanya dia mendengar Al Bara' bin Azib berkata: "Ali bin Abi Thalib menuliskan surat perjanjian damai antara Nabi saw. dengan orang-orang musyrik Makkah ketika perdamaian Hudaibiyah akan ditanda tangani. Ali menuliskan kata-kata: "Inilah perjanjian yang ditulis oleh Muhammad Rasulullah." Lalu orang-orang musyrik memprotes, "Jangan ditulis Rasulullah! Jikalau kami tahu bahwa engkau ini Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangi engkau. Maka berkata Nabi saw. kepada Ali, "Hapus kata-kata itu!" Jawab Ali, "Aku tidak mahu yang menghapusnya." Lalu dihapus oleh Nabi saw. dengan tangannya sendiri. Kata Al Bara', "Isi perjanjian itu antara lain menetapkan bahwa kaum muslimin boleh masuk dan tinggal di kota Makkah selama tiga hari. Tidak boleh membawa senjata, kecuali dalam sarungnya (dibungkus)."

1755. Dari Anas r.a., katanya. "Orang-orang Quraisy membuat perjanjian damai dengan Nabi saw. Di kalangan mereka terdapat Suhail Ibnu 'Amr. Berkata Nabi saw. kepada Ali "Tuliskan Bismillahirrahmanirrahim." Kata Suhail, "Kami tidak mengerti apa itu Bismillahirrahmanirrahim. Tuliskanlah apa yang kami ketahui, iaitu Bismikallahumma." Sabda Nabi saw., "Tuliskan, Dari Muhammad Rasulullah. " Kata mereka. "Kalau kami tahu bahwa engkau Rasulullah, tentu kami ikuti engkau. Tuliskan saja namamu dan nama bapamu." Sabda Nabi saw., "Tuliskan Dari Muhammad bin 'Abdullah." Kemudian, di antara isi surat perjanjian itu, mereka menetapkan atas Nabi saw., bahwa setiap orang Makkah yang telah Islam, apabila dia datang ke Makkah, mereka tidak wajib mengembalikannya kepada Nabi Muhammad saw. Tetapi setiap orang kafir Makkah yang datang kepada Nabi Muhammad saw., beliau harus mengembalikannya kepada mereka. Lalu para sahabat bertanya. "Akan kita tuliskah ini?" Jawab Nabi saw., "Ya, tuliskan! Kerana orang-orang kita yang pergi kepada mereka, bererti Allah menjauhkannya, dan sebaliknya orang-orang mereka yang datang kepada kita, diharapkan mudah-mudahan Allah memberinya jalan keluar dari kemusyrikan."

1756. Dari Abu Wa-il r.a., katanya: "Ketika terjadi perang Shiffin, Suhail bin Hunaif berdiri, lalu dia berkata, "Hai, manusia! Koreksilah diri mu masing-masing! Pada hari terjadinya perjanjian Hudaibiyah, kami ada bersama-sama Rasulullah saw. Seandainya ketika itu kami melihat suatu pembunuhan pasti kami perang. Ini terjadi ketika dibuat perjanjian damai antara Rasulullah saw. dengan kaum musyrikin Makkah. 'Umar bin Khaththab datang, lalu dia menghampiri Rasulullah saw. seraya berkata, "Ya, Rasulullah! Bukankah kita yang benar sedangkan mereka salah?" Jawab beliau, "Ya, benar!" Tanya 'Umar, "Bukankah jika kita terbunuh masuk syurga, sedangkan jika mereka yang terbunuh masuk neraka?" Jawab Nabi saw., "Ya, benar" Tanya "'Umar, "Mengapa kita harus mengalah mengenai agama kita dan kembali pulang begitu saja, padahal Allah Ta'ala sendiri tidak memberi putusan apa-apa antara kita dengan mereka?" Jawab Nabi saw., "Hai, Ibnu Khaththab! Aku ini Rasulullah! Allah sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan aku selama-lamanya." Umar lalu pergi dalam keadaan tidak puas, bahkan dia marah. Didatanginya Abu Bakar, lalu katanya, "Hai, Abu Bakar! Bukankah kita ini benar, dan mereka yang salah?" Jawab Abu Bakar, "Betul, hai 'Umar!" Tanya 'Umar, "Bukankah jika kita terbunuh kita masuk syurga, dan jika mereka terbunuh, mereka masuk neraka?" Jawab Abu Bakar, "Ya, betul!" Kata 'Umar, "Nah, mengapa kita harus mengalah mengenai agama kita, dan kembali pulang begitu saja, padahal Allah belum memberikan putusan (kalah atau menang) antara kita dengan mereka? Jawab Abu Bakar, "Hai, Ibnu Khaththab! Beliau adalah Rasulullah. Allah tidak akan menyia-nyiakan beliau selama-lamanya." Kata Suhail, "Maka turunlah Qur'an kepada Rasulullah saw., iaitu surah Al Fath (ayat 1). Lalu disuruh beliau seseorang sahabat kepada 'Umar membacakan ayat itu kepadanya. Tanya 'Umar, "Ya, Rasulullah! Apakah itu suatu kemenangan? Jawab beliau, "Ya, barulah terubat hati 'Umar, lalu dia kembali."

1757. Dari Hudzaifah bin Yamani r.a., katanya: "Tidak ada yang menghalangi ku untuk turut bertempur di Badar, kecuali kerana aku dan bapa ku Husail tertangkap oleh kaum kafir Quraisy ketika kami keluar dari Makkah. Tanya mereka, "Apakah kalian hendak pergi menemui Muhammad?" Jawab kami, "Tidak! Kami hanya akan berjalan-jalan ke Madinah." Lalu mereka membuat perjanjian dengan kami, bahwa kami boleh pergi ke Madinah tetapi tidak boleh ikut berperang memihak Nabi saw. Lalu kami datangi Rasulullah saw., dan melaporkan kepada beliau peristiwa kami itu. Sabda beliau, "Pergilah kalian, pegang teguh janji kalian dengan mereka. Kita akan mohon pertolongan kepada Allah swt. untuk mengalahkan mereka." 1758. Dari Ibrahim Al Taimiy r.a., dari bapanya, katanya: "Pada suatu ketika kami berada dekat Hudzaifah, maka berkata seorang lelaki. "Seandainya aku mendapatkan Rasulullah saw., nescaya aku ikut berperang bersama-sama dengan beliau, dan aku akan sungguh-sungguh." Kata Hudzaifah, "Betulkah engkau akan berbuat demikian? Aku sendiri pernah mengalami perang bersama-sama Rasulullah saw. Pada suatu malam ketika perang Ahzab, kami diserang angin kencang dan udara dingin. Maka bersabda Rasulullah saw., "Siapakah yang sanggup mencari berita tentang musuh? Allah akan menempatkannya bersama ku kelak di hari kiamat." Semuanya diam, tidak seorang pun yang menjawab. Kemudian beliau bertanya pula, "Siapa yang sanggup mencari berita mengenai musuh? Allah akan menempatkannya bersama ku kelak di hari kiamat." Kami diam semuanya, tidak seorang pun yang menjawab. Kemudian beliau bertanya pula. "Siapa yang sanggup mencari berita mengenai musuh? Allah akan menempatkannya kelak bersama ku di hari kiamat." Kami diam semuanya, tidak seorang pun yang menyahut. Lalu kata beliau. "Hudzaifah! Berdiri! Pergilah' cari khabar mengenai musuh!" Tidak dapat tidak aku harus berdiri, kerana beliau jelas memanggil namaku. Sabda beliau, "Pergilah! Cari khabar mengenai keadaan musuh!"

1759. Dari Sahal bin Sa'ad r.a., dia ditanya orang tentang luka Rasulullah saw. dalam pertempuran Uhud. Jawab Sahal, "Muka Rasulullah saw. luka, taring beliau patah, dan topi baja yang dipakainya pecah. Lalu Fatimah binti Rasulullah yang membersihkan darahnya, Ali bin Thalib yang menyiramkan air dari perisai. Ketika dilihat Fathimah darah bertambah banyak keluar, diambilnya potongan pelepah kurma, lalu dibakarnya sampai jadi abu. Kemudian abu itu diletakkannya di atas luka beliau sehingga darahnya berhenti keluar."

1760. Dari Anas r,a., katanya: "Dalam perang Uhud, Rasulullah saw. cedera, taring beliau patah dan luka dikepala sehingga darah mengalir dari lukanya itu. Beliau berkata. "Bagaimana suatu kaum akan menang, sedangkan mereka melukai Nabi mereka dan memecahkan taringnya. Kerana itu beliau mendo'akan kutukan bagi mereka kepada Allah, lalu Allah 'Azza wa Jalla menurunkan ayat: "Engkau tidak punya wewenang apa-apa terhadap urusan itu....."(Ali 'Imran, 3:128). 1761. Dari 'Abdullah r.a., katanya: "Aku seakan-akan masih nampak Rasulullah saw. kelika beliau menghikayatkan seorang Nabi di antara nabi-nabi yang dipukul kaumnya, lalu disapunya darah dari mukanya sambil berkata, "Wahai Tuhan ku, ampunilah kaum ku kerana mereka belum mengerti."

1762. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Allah sangat marah terhadap kaum yang melakukan perbuatan ini kepada RasulNya, sambil beliau menunjuk taringnya yang patah. Dan sabda beliau, "Allah sangat marah kepada orang yang dibunuh Rasulullah saw. dalam perang fi sabilillah 'Azza wa Jalla."1763. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Pada suatu waktu, ketika Rasulullah saw. solat dekat Ka'bah, Abu Jahil dan kawan-kawannya duduk-duduk pula dekat situ. Baru kelmarin orang menyembelih unta di sana. Kata Abu Jahil, "Siapa di antara kalian yang sanggup mengambil perut unta sembelihan Bani Fulan itu, lalu letakkan di bahu si Muhammad apabila dia sujud." Orang yang paling jahat di antara mereka pergi mengambil perut unta itu, lalu ketika Nabi saw. sujud diletakkannya di bahu beliau. Kata Ibnu Mas'ud, "Setelah itu mereka tertawa terbahak-bahak dan dorong mendorong satu sama lain. Aku berdiri saja melihatnya. Kalaulah aku sanggup, tentu kubuangkan perut unta itu dari punggung Rasulullah saw. Nabi saw. terus saja sujud, beliau tidak mengangkat kepalanya hingga ada orang lewat, lalu dia memberi tahukannya kepada Fathimah - yang ketika itu masih gadis kecil - Fathimah datang, lalu dibuangkannya perut unta itu dari punggung Nabi saw. Sesudah itu dihampirinya mereka, lalu dimakinya mereka.

Setelah Nabi saw. selesai solat, beliau mengeraskan suaranya mendo'akan kutukan atas mereka. Apabila Nabi saw. mendo'a, beliau baca tiga kali dan apabila beliau meminta, beliau minta tiga kali. Katanya, "Allahumma 'alaika bi Quraisy. Tatkala mereka mendengar suara Nabi mendo'a, mereka berhenti tertawa dan takut akan do'a beliau. Kemudian Nabi saw. berkata, "Allahumma 'alaika bi Abi Jahil bin Hasyim, wa 'Utbah bin Rabi'ah, wa Syaibah bin Rabi'ah, wal Walid bin 'Uqbah, wa Umayyah bin Khalaf, wa 'Uqbah bin Abi Mu'ith." - Ibnu Mas'ud ada menyebutkan yang ketujuh, tetapi perawi lupa namanya. Maka demi Allah yang telah mengutus

Muhammad saw. dengan yang hak, sesungguhnya aku melihat orang-orang yang nama mereka disebut Nabi itu mati tergeletak dalam perang Badar, kemudian diseret orang ke dalam lubang di Badar itu."

1764. Dari 'Abdullah r.a.. katanya: "Pada suatu ketika Rasulullah

saw. sedang sujud, dan di sekitarnya ada beberapa orang kafir Quraisy. Tiba-tiba datang 'Uqbah bin Abi Mu'ith membawa karung sembelihan anak unta yang telah membusuk lalu dilemparkannya ke punggung Rasulullah saw. Kerana itu beliau tidak mengangkat kepalanya sebelum Fathimah datang. Setelah Fathimah datang, maka diambilnya karung busuk itu dari punggung Nabi, lalu dibuangnya, dan dia mendo'akan kebinasaan bagi orang-orang yang melakukan perbuatan itu. Kemudian Nabi saw. mendo'a, "Wahai, Allah! Binasakanlah orang-orang Quraisy ini, iaitu Abu Jahil bin Hisyam, 'Utbah bin Rabi'ah, 'Uqbah bin Abi Mu'ith, Syaibah bin Rabi'ah, Umaiyah bin Khalaf, dan Ubaiya bin Khalaf." Kata 'Abdullah, "Maka dalam perang Badar, aku sungguh-sungguh melihat mereka terbunuh, lalu dilemparkan orang ke dalam sebuah sumur, selain Umaiyah atau mungkin Ubaiya, kerana persendiannya putus-putus, maka tidak dilemparkan orang ke sumur." 1765. Dari 'Urwah bin Zubair r.a., katanya 'Aisyah isteri Nabi saw. mengabarkan kepadanya, bahawa Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya, Rasulullah, pernahkah Anda mengalami kesulitan yang paling sulit daripada hari perang Uhud?" Jawab beliau, "Aku pernah mengalami kesulitan dari kaum mu, dan itulah kesulitan yang paling sulit yang pernah ku alami dari mereka, iaitu peristiwa di hari 'Aqabah. Ketika itu, aku secara peribadi mendatangi Ibnu Abdi Yalil bin 'Abdi Kulal, tetapi dia tidak memenuhi harapan ku. Kerana itu aku pergi dengan perasaan sedih yang dalam, sehingga aku baru sedar setelah sampai di Qarnits Tsa'alib. Ketika itu aku mengangkat kepala ku, lalu terlihat oleh ku setumpuk awan melindungi ku. Setelah ku perhatikan


Yüklə 3,73 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   33   34   35   36   37   38   39   40   ...   107




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin