Berkata Imam Ali bin Abi Thalib, semoga Allah meridhoinya: Tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa pengetahuan dan tidak baik pula dalam pengetahuan tanpa memahaminya



Yüklə 3,73 Mb.
səhifə72/107
tarix18.04.2018
ölçüsü3,73 Mb.
#48892
1   ...   68   69   70   71   72   73   74   75   ...   107

beliau beserta para sahabatnya, antara lain: Sa'ad bin Ubadah dan Mu'adz bin Jabal, serta aku sendiri, ikut pula bersama-sama mereka. Sesampai di tempat kematian (rumah Zainab), diberikan orang kepada beliau jenazah cucunya itu. Nafas beliau jadi deras tersendat-sendat seperti orang kepayahan, dan air mata beliau meleleh kerana menangis. Bertanya Sa'ad kepada beliau, "Mengapa ini, ya Rasulullah?" Jawab beliau, "Ini adalah rahmat yang dijadikan Allah dalam hati setiap hamba-Nya yang pengasih."

871. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya: "Ketika Sa'ad bin 'Ubadah jatuh sakit, Rasulullah saw. datang mengunjunginya bersama-sama dengan 'Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash dan 'Abdullah bin Mas'ud: Ketika Nabi masuk ke rumahnya, didapatinya Sa'ad sedang pingsan. Nabi saw. bertanya, "Apakah sudah meninggal?" Jawab mereka, "Belum, ya Rasulullah!" Rasulullah saw. menangis. Melihat beliau menangis, maka orang banyak pun menangis pula. Kemudian beliau bersabda, "Tahukah kamu, sesungguhnya Allah tidak menyiksa seseorang kerana menangis, dan tidak pula kerana bersedih hati. Tetapi Allah menyiksa kerana ini, sambil beliau menunjuk lidahnya - atau memberi rahmat kerananya."

872. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya: "Pada suatu ketika,

sedang kami duduk-duduk bersama Rasulullah saw., tiba-tiba datang kepada beliau seorang lelaki Anshar memberi salam. Ketika dia hendak berlalu, dia ditanya oleh Rasulullah saw., "Hai, saudara Anshar! Bagaimanakah sakitnya saudara ku Sa'ad bin 'Ubadah?" Jawab orang itu, "Dia baik, ya Rasulullah." Sabda Rasulullah saw.,

"Siapakah di antara anda semua yang mahu ikut menjenguknya?" Lalu beliau berdiri, dan kami berdiri pula semuanya. Kami berjumlah lebih dari sepuluh orang. Semuanya tanpa terompah, tanpa kasut, tanpa kopiah, dan tanpa qamish (jubah dalam). Kami berjalan kaki di tanah gersang hingga sampai ke rumah Sa'ad. Orang-orang yang mengelilingi Sa'ad menghindar, memberi kesempatan kepada Nabi saw. dan para sahabat yang baru datang bersama-sama dengan beliau untuk mendekat kepada Sa'ad."

873. Dari Anas bin Malik r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda:

"Kesabaran yang sempurna, ialah pada pukulan pertama."

874. Dari Anas bin Malik r.a., katanya: "Rasulullah saw. mendatangi seorang wanita yang sedang menangisi bayinya yang telah meninggal. Lalu beliau bersabda kepadanya: "Taqwalah kepada Allah dan sabarlah anda." Jawab wanita itu, "Anda tidak merasakan bagaimana pedihnya mushibah yang kuderita ini." Setelah beliau berlalu, dikatakan orang kepada wanita itu bahwa yang bicara kepadanya itu adalah Rasulullah saw. Mendengar hal itu, wanita tersebut setengah mati (ketakutan), lalu dia pergi menemui Rasulullah saw. Didapatinya pintu rumah beliau tidak dijaga (dikawal), lalu dia masuk. Katanya, "Tadi aku tidak mengenal anda, ya Rasulullah (Maafkanlah aku!)." Sabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya kesabaran yang sempurna ialah pada pukulan pertama."

875. Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., katanya: "Ketika Hafshah menangisi (ayahnya) 'Umar bin Khaththab, 'Umar berkata: Sabarlah anakku! Apakah engkau tidak tahu, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya mayat merasa tersiksa kerana diratapi keluarga."

876. Dari 'Umar bin Khaththab r.a., dari Nabi saw. sabdanya :

"Mayat merasa disiksa dalam kuburnya kerana diratapi."

877. Dari Ibnu 'Umar r.a., katanya: "Ketika Khalifah 'Umar ditikam orang, beliau jatuh pingsan dan orang meratapinya. Setelah dia sedar kembali, dia berkata: "Tidak tahukah kamu bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya mayat merasa tersiksa kerana ratapan orang hidup."

878. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Ketika Khalifah 'Umar dapat mushibah (ditikam orang). Shuhaib datang ke rumahnya. Sampai di sana ia berdiri dekat 'Umar sambil menangis. Kata 'Umar, "Kenapa anda menangis. Apakah anda menangisi ku?" Jawab Shuhaib, "Ya, demi Allah! Aku menangisi anda, hai Amirul Mukminin." Kata 'Umar, "Demi Allah! Aku ingat bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: "Siapa yang diratapi, disiksa (dalam kuburnya)." Kemudian, ucapan 'Umar itu ku sampaikan kepada Musa bin Thalhah. Kata Musa, "Aisyah mengatakan, bahwa (orang-orang yang dimaksud Nabi dalam hadis itu) ialah orang~rang Yahudi."

879. Dari 'Abdullah bin Abu Mulaikah r.a., katanya: "Ketika puteri 'Usman bin 'Affan meninggal di Makkah, kami datang menengoknya. Hadir juga ketika itu antara lain, Ibnu 'Umar dan Ibnu 'Abbas. Dan aku duduk antara keduanya, atau dekat salah satu dari keduanya. Kemudian datang orang lain, lalu dia duduk di samping ku. Kata 'Abdullah bin 'Umar kepada 'Amru bin 'Usman, yang duduk berhadapan dengan 'Abdullah, "Kenapa tidak anda larang orang menangis? Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya mayat tersiksa kerana ditangisi keluarganya." Ibnu 'Abbas menyela, "Memang, 'Umar memang pernah berkata demikian." Kemudian Ibnu 'Abbas melanjutkan ceritanya: "Aku pernah datang

dari Makkah bersama 'Umar; maka ketika kami sampai di Baida', sekonyong-konyong kami bertemu dengan suatu rombongan kenderaan sedang berhenti di bawah naungan pohon. Kata 'Umar, "Cubalah periksa, siapa kepala rombongan kenderaan itu!" Setelah ku lihat, ternyata rombongan itu dikepalai oleh Shuhaib. Lalu ku beritahukan kepada 'Umar. Kata 'Umar, "Panggillah dia kemari!" Aku kembali kepada Shuhaib, dan ku perintahkan kepadanya, "Turunlah! Temui Amirul Mukminin sekarang juga!" Ketika 'Umar mendapat mushibah

ditikam orang, Shuhaib datang melihat 'Umar sambil menangis dan berkata: "Wahai saudara ku! Wahai saudara ku!" Maka berkata 'Umar, "Shuhaib! Apakah engkau menangisi ku? Rasulullah saw. telah bersabda: Bahwasanya mayat itu tersiksa kerana ditangisi keluarganya." Kata Ibnu 'Abbas, "Ketika 'Umar telah meninggal, hadis yang disampaikan 'Umar itu ku ceritakan kepada 'Aisyah." Kata 'Aisyah, "Semoga Allah selalu memberi rahmat kepada 'Umar. Tidak! Demi Allah, Rasulullah saw. tidak pernah mengatakan bahwa Allah menyiksa orang mukmin kerana tangisan seseorang. Yang sebenarnya, beliau bersabda begini: Sesungguhnya Allah menambah siksaan terhadap orang kafir, kerana tangisan keluarganya atasnya." Kata 'Abdullah, "Selanjutnya 'Aisyah berkata: Camkanlah Al Qur'an: "Wala taziru waziratan wizra ukhra." (An'am . 164; Isra : 1; Fathir : 18; Zumar : 7; Najm : 38) Kata Ibnu 'Abbas, "Kalau demikian, Allah membuat engkau tertawa dan menangis." Kata Ibnu Mulaikah, "Demi Allah! Ibnu 'Umar tidak berkata apa-apa (mendengar penjelasan 'Aisyah itu)."880. Dari Hisyam bin 'Urwah, dari bapanya, katanya: "Diceritakan orang dekat 'Aisyah perkataan Ibnu 'Umar mengenai mayat tersiksa kerana ditangisi keluarganya. Maka berkata 'Aisyah: Semoga Allah selalu memberi rahmat kepada Abu Abdurrahman (maksudnya 'Umar). Dia mendengar hadis dari Rasulullah saw., tetapi tidak dihafalnya dengan baik. Peristiwanya begini: Pada suatu ketika lewat di hadapan Nabi saw. jenazah orang Yahudi, ditangisi oleh keluarganya. Maka bersabda Rasulullah saw., "Kamu tangisi dia, sedangkan dia tersiksa kerana tangismu itu."

881. Dari Hisyam r.a., dari bapanya, katanya: "Diceritakan

orang dekat 'Aisyah r.a., riwayat dari Ibnu 'Umar r.a., bahwa Nabi saw. pernah bersabda, bahwa mayat tersiksa dalam kuburnya kerana ditangisi keluarganya." Kata 'Aisyah, "Bukan begitu! Sesungguhnya yang diucapkan Nabi itu ialah: Bahwasanya mayat itu

disiksa kerana kesalahan atau kerana dosanya. Sedangkan keluarganya menangisinya baru sekarang. Hal itu sama kelirunya dengan ucapan yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah

berdiri di pinggir sebuah lubang kecil ketika perang Badar, lalu dimasukkan orang ke dalam lubang itu mayat-mayat orang-orang musyrik yang terbunuh, lalu Nabi berkata kepada mereka, bahwa mereka (mayat-mayat) itu mendengar apa yang dikatakan beliau. Hal itu sungguh keliru! Yang benar ialah Nabi mengatakan: "SesunggUhnya mereka itu bakal mengetahui (di akhirat kelak) bahwa apa yang kukatakan kepada mereka (semasa mereka masih hidup) adalah benar!" Kemudian 'Aisyah membaca ayat: 'Innaka la tusmi'ul mauta...(Naml : 80) "Wama anta bi musmi'in man fil' qubur..."(Fathir : 22).

882. Dari Mughirah bin Syu'bah r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang meratapi mayat, maka mayat itu akan disiksa hari kiamat kerana diratapi itu." 883. Dari Abu Malik Al Asy'ari r.a., katanya Nabi saw. bersabda: "Ada empat macam kebiasaan jahiliyah terdapat di kalangan umat ku, yang belum ditinggalkan mereka : (I) Membanggakan turunan, (2) Mencela turunan orang lain, (3) Mempercayai hujan turun disebabkan bintang-bintang, (4) Meratapi mayat. Sabda beliau, "Jika wanita peratap itu tidak taubat sebelum dia mati, nanti di hari kiamat dia akan disuruh berdiri, lalu dipakaikan kepadanya celana terbuat dari aspal mendidih, dan baju berpenyakit kulit."

884. Dari 'Aisyah r.a., katanya: "Ketika berita mengenai tewasnya Ibnu Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan 'Abdullah bin Rawahah sampai kepada Rasulullah saw., beliau duduk dan terlihat tanda kesedihan di wajah beliau. Kata 'Aisyah selanjutnya, "Aku melihat dari celah-celah pintu, seorang lelaki datang kepada beliau seraya berkata: "Ya, Rasulullah! Isteri Ja'far menangis!" Nabi saw. menyuruh orang itu supaya mendiamkannya. Lalu orang itu pergi. Tidak berapa lama kemudian orang datang kembali dan mengatakan kepada beliau, bahwa mereka tidak mahu di diamkan. Nabi menyuruhnya pula kembali, tetapi tidak beberapa lama dia kembali pula seraya berkata: "Demi Allah! Mereka tidak mahu didiamkan dan tidak mengindahkan ku, ya Rasulullah!" 'Aisyah mengira, bahwa Rasulullah menyuruh orang itu pergi dengan mengatakan: Pergilah! Sumpalkan tanah kedalam mulutnya! Maka berkata 'Aisyah kepada orang itu, "Celaka engkau! Demi Allah! Engkau belum melaksanakan dengan baik apa yang diperintahkan Rasulullah saw. kepada mu, sehingga engkau biarkan Rasulullah saw. dalam kesulitan."

885. Dari Ummu 'Athiyah r.a., katanya: "Rasulullah saw. membai'at (mengambil sumpah) kami, bahwa kami tidak akan meratap. Yang memenuhi bai'at itu antara lain: Ummu Sulaim, Ummul 'Ala, Anak perempuan Abu Sabrah, isteri Mu'adz, (dan 'Ummu 'Athiyah sendiri)."886. Dari Ummu 'Athiyah r.a., katanya: "Ketika ayat: "Yubayi'

naka 'ala anla yusyrikna billahi syaian..."(Mumtahanah: 12) turun di dalam perjanjian itu termasuk pula tidak boleh meratap. Kata ku kepada Rasulullah saw., "Kecuali terhadap keluarga si Fulan, ya Rasulullah. Kerana mereka telah menolong ku meratap pada masa jahiliyah. Kerana itu aku harus menolongnya pula meratap. Jawab Rasulullah saw., "Ya, kecuali terhadap keluarga si Fulan."

887. Dari Ummu 'Athiyah r.a., katanya: "Kami dilarang Rasulullah saW. mengikuti jenazah, tetapi larangan itu tidak terlalu ketat terhadap kami."888. Dari Ummu 'Athiyah r.a., katanya: "Nabi saw. masuk ke tempat kami, ketika kami sedang memandikan puteri beliau (Zainab binti Rasulullah saw.). Lalu beliau bersabda: "Mandikan (sampai bersih benar) tiga atau lima kali, atau lebih banyak dari itu sesuai dengan keperluannya, dengan air yang sudah dicampur daun Sidir, dan penghabisannya dengan air kapur. Bila telah selesai beritahulah aku!" Setelah selesai, lalu kami beritahukan kepada beliau. Beliau memberikan kainnya kepada kami, seraya berkata: "Pakaikanlah kain ini sebagai kafannya lapis pertama."

889. Dari Ummu 'Athiyah r.a., katanya: "Rasulullah saw. mendatangi kami ketika kami sedang memandikan jenazah salah seorang puteri beliau (Zainab), seraya katanya: "Mandikan dia dengan bilangan ganjil, lima kali atau lebih dari itu." Sesudah mandi rambutnya kami kepang tiga, kemudian kami sanggul di kanan, di kiri dan di ubun-ubunnya."

890. Dari Ummu 'Athiyah r.a., katanya: "Ketika Rasulullah saw. menyuruh ku memandikan jenazah puteri beliau (Zainab), beliau menyuruh ku supaya mulai dengan anggota jenazah yang sebelah kanan dan anggota-anggota wudhuk."

891. Dari Khabbab Ibnul Arat r.a., katanya: "Kami hijrah bersama-sama. Rasululllah saw. kerana mengharapkan ridha Allah belaka. Maka dari Allah jualah kami harapkan pahalanya. Di antara kami yang hijrah itu ada yang sudah meninggal dunia sebelum dia mengecap apa-apa sebagai upahnya, seperti Mush'ab bin 'Umair yang tewas dalam perang Uhud. Dia tidak punya apa-apa untuk kafannya sendiri, selain sehelai selimut, bila kami tutupkan di kepalanya terbuka kakinya, dan bila kami tutupkan di kakinya terbuka kepalanya." Maka bersabda Rasulullah saw., "Letakkan selimut itu menutupi kepalanya, kemudian tutup kakinya dengan daun-daunan idzkhir." Sedangkan yang lain, ada yang sudah mengecap buahnya di dunia ini, lalu dinikmatinya."892. Dari 'Aisyah r.a., katanya: "Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lapis kain putih dari katun, tidak termasuk di dalamnya jubah dan serban. Orang ragu-ragu untuk memakaikan sepasang pakaian yang dibeli untuk kafan beliau, lalu ditinggalkan saja, dan beliau hanya dikafani dengan tiga lapis kain putih dari katun. Sedang pasang pakaian yang telah disediakan tadi diambil oleh 'Abdullah bin Abu Bakar; katanya akan disimpannya untuk kafannya sendiri. Kemudian kata Abdullah, "Kalau Allah ridha untuk kafan Nabi-Nya, tentu telah dikafankan kepadanya." Akhirnya baju itu dijual oleh 'Abdullah, sedang wangnya disedekahkannya.

893. Dari Abu Salamah r.a., katanya dia bertanya kepada 'Aisyah

r.a., isteri Rasulullah saW., tanyanya : "Berapa lapiskah kafan Rasulullah saw.?" Jawab 'Aisyah, "Tiga lapis kain katun (putih)."

894. Dari 'Aisyah Ummul Mukminin r.a., katanya: "Jenazah Rasulullah saw., ditutup dengan sehelai kain tenunan negeri Yaman."

895. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Pada suatu hari Nabi saw. berkhutbah,lalu beliau menyebut nama salah seorang sahabatnya yang telah meninggal dan dikafani dengan kafan yang kurang panjang, serta dikuburkan malam hari. Nabi saw. melarang menguburkan mayat malam hari, supaya dapat disolatkan (oleh jamaah yang lebih ramai), kecuali jika terpaksa. Sabda beliau, "Apabila kamu mengkafani mayat saudara mu, maka kafanilah dengan sebaik-baiknya."

896. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Segerakanlah menguburkan jenazah! Jika dia orang baik, bererti kamu segera mengantarkannya kepada kebaikan. Jika dia orang jahat, bererti kamu segera menghindarkan bencana terhadap diri mu."

897. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda : "Siapa yang melawat jenazah, kemudian menyolatkannya, maka orang itu dapat pahala satu qirath. Siapa yang melawat sampai menghantarkan jenazah ke pekuburan, maka pahalanya dua qirath." Ditanyakan orang kepada beliau. "Berapakah dua qirath itu, ya Rasulullah?" Jawab beliau, "Dua qirath itu kira-kira sebesar dua buah gunung yang besar."

898. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Siapa

yang ikut mensolatkan jenazah, tetapi tidak ikut mengantarkannya ke pekuburan, maka dia dapat pahala satu qirath. Jika dia ikut mengantar ke kuburan, pahalanya dua qirath." Lalu ditanyakan orang, "Berapakah dua qirath itu?" Jawab beliau, "Satu qirath paling sedikit sebesar bukit Uhud."

899. Dari 'Aisyah r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Tidak satu pun mayatt yang disolatkan oleh seratus orang kaum muslimin, dan semuanya memohonkan syafa'at bagi mayat itu, melainkan Allah mengabulkan permohonan mereka itu."

900. Dari 'Abdullah bin 'Abbas r.a., katanya anaknya meninggal di Qudaid atau di 'Usfan. Lalu dia berkata kepada sahayanya, "Hai, Kuraib! Cubalah kamu lihat, sudah banyakkah orang berkumpul untuk mensolatkan jenazah?" Kata Kuraib. "Aku pergi melihat, dan memang orang telah banyak berkumpul. Lalu keberitahu kepada 'Abdullah." Tanya 'Abdullah, "Adakah mereka empat puluh orang?" Jawab Kuraib, "Ada!" Kata 'Abdullah, "Keluarkanlah jenazah! Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang muslim meninggal dunia, lalu jenazahnya disolatkan oleh empat puluh orang muslim (yang tidak musyrik), maka Allah menerima syafa'at mereka terhadap jenazah itu." 901. Dari Anas bin Malik r.a., katanya: "Pada suatu hari, ada satu jenazah lewat. Lalu dikatakan orang, itu jenazah orang baik. Maka kata Nabi saw., "Pasti! Pasti! Pasti!" Kemudian lewat pula jenazah yang lain, maka kata orang, itu jenazah orang jahat.

Maka berkata pula Nabi saw., "Pasti! Pasti! Pasti!" Maka bertanya 'Umar. "Ya, Rasulullah! Bapa dari ibu ku menjadi tebusan. Tadi lewat satu jenazah, lalu kata orang, itu jenazah orang baik. Maka anda berkata: "Pasti! Pasti! Pasti!" Kemudian lewat pula jenazah yang lain, orang berkata, itu jenazah orang jahat. Maka anda berkata pula: "Pasti! Pasti! Pasti! Apakah maksud anda?" Jawab Rasulullah saw., "Jenazah yang anda katakan baik, pasti dia masuk syurga. Dan jenazah yang anda katakan jahat, pasti pula dia masuk neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi. Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi. Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi."

902. Dari Abu Qatadah bin Rabi' r.a., dia menceritakan bahwa

pada suatu ketika, satu jenazah lewat di hadapan Nabi saw., lalu beliau bersabda: "Senang dan menyenangkan." Para sahabat bertanya, "Apa maksud ucapan anda itu, ya Rasulullah?" Jawab Nabi saw., "Apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka dia telah senang (istirehat) dari kesusahan dunia. Dan bila seorang jahat yang meninggal, maka dia menyenangkan (mengistirehatkan) seluruh hamba Allah, seluruh negeri, pohon-pohon dan binatang dari kejahatannya."

903. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Pada hari kematian Najasyi (Raja Habsyah), Rasulullah saw. mengumumkannya kepada orang ramai. Sesudah itu beliau pergi ke mushalla, lalu beliau takbir empat kali (solat ghaib )."

904. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Pada hari kematian Najasyi, Rasulullah saw. bersabda: "Mohonkanlah ampun bagi, saudara mu itu!" Kata Ibnu Syihab, Sa'id bin Musayyab mengabarkan kepadanya bahwa Abu Hurairah berkata selanjutnya, "Kemudian beliau menyuruh mereka berbaris di mushalla, lalu beliau solat (ghaib) atasnya dengan empat kali takbir."

905. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Ada seorang saudara mu meninggal dunia. Kerana itu berdirilah kamu semua, kemudian solat (ghaibkanlah) dia. Lalu kami berdiri dan berbaris dua baris."

906. Dari Ibnu Numair r.a., katanya: "Rasulullah saw. tiba di suatu kuburan yang masih basah (kerana masih baru), lalu beliau solat jenazah di atasnya. Maka kami pun berdiri pula di belakang beliau dan takbir empat kali." Aku bertanya kepada 'Amir, "Siapa yang menyampaikan hadis itu kepadamu?" Jawabnya, "Seorang yang dipercaya dan menyaksikannya sendiri, iaitu Ibnu 'Abbas." 907. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang wanita atau pemuda hitam bekerja sebagai tukang sapu masjid. Ketika Rasulullah saw. tidak melihatnya, beliau tanya-tanyakan ke sana-sini. Mereka mengatakan bahwa orang itu telah meninggal. Kata Nabi saw., "Kenapa tidak kalian beritahu aku?" Seolah-olah kata Nabi, mereka menganggap remeh kematian orang itu. Kata Nabi selanjutnya, "Tunjukkanlah kepada ku kuburannya." Maka ditunjukkan mereka kepada beliau kuburannya, lalu beliau solat (ghaib) di atasnya. Kemudian beliau bersabda: "Kuburan ini sangat gelap bagi penghuninya. Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla akan meneranginya setelah aku solat di atasnya."

908. Dari 'Amir bin Rabi'ah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Apabila kamu melihat jenazah (lewat), maka berdirilah sampai dia meninggalkan kamu atau diletakkan orang."

909. Dari 'Amir bin Rabi'ah r.a., dari Nabi saw., sabdanya: "Apabila kamu melihat jenazah, jika kamu tidak sedang berjalan mengiringkannya, maka berdirilah seketika sampai jenazah meninggalkan kamu, atau diletakkan orang sebelum dia meninggalkan kamu."910. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Apabila kamu melihat jenazah, maka berdirilah! Siapa yang turut mengiringkannya ke kuburan, jangan duduk sampai jenazah itu diletakkan orang."

911. Dari Jabir bin 'Abdullah r.a., katanya: "Satu jenazah lewat di hadapan Nabi saw., lalu beliau berdiri. Kami pun berdiri pula mengikuti beliau. Kemudian kami berkata, "Ya, Rasulullah! Itu jenazah orang Yahudi." Sabda beliau, "Kematian itu mengejutkan. Kerana itu bila kamu melihat jenazah (lewat) berdirilah!"

912. Dari 'Auf bin Malik r.a., katanya: "Rasulullah saw. membaca doa dalam solat jenazah, lalu kuhafal doanya itu. Ialah sebagai berikut : "Allahummaghfir lahu, warhamhu, wa 'afihi, wa'fu 'anhu, wakrim muzulahu, wa wassi' madkhalahu, waghsilhu bilma-i wats tsalji, wal baradi, wa naqqihi minal khathaya ma naqqaitats tsaubal abyadha minad danasi, wabdilhu daran khairan min darihi wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa adkhilhul jannata, wa a'idzhu min 'azdabil qabri aw min 'adzabin nar." Kata 'Auf, "Sehingga maulah aku rasanya menjadi mayat itu."

913. Dari Samurah bin Jundab r.a., katanya: "Aku solat (jenazah) di belakang Nabi saw., mensolatkan jenazah Ummu Ka'ab yang meninggal sesudah melahirkan. Rasulullah saw. berdiri tentang pinggangnya."

914. Dari Jabir bin Samurah r.a., katanya: "Selesai penguburan

jenazah Ibnu Dahdah, diberikan orang kepada Nabi seekor kuda tanpa pelana lalu dikendarai oleh beliau. Sedangkan kami berjalan kaki sekeliling beliau."

915. Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash r.a., katanya: "Ketika Sa'ad bin Abi Waqqash sakit hampir meninggal, dia berkata: "Buatkan bagi ku lahad, dan susunkan batu-batu di atas kuburanku seperti kuburan Rasulullah saw."

916. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah saw. melarang mengapur kubur, duduk dan membuat bangunan di atasnya."

917. Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda :

"Jika kamu duduk di atas bara api, lalu terbakar baju dan kulitmu, itu lebih baik bagi mu daripada duduk di atas kuburan."

918. Dari Abu Murtsadi Al Ghanawi r.a., katanya Rasulullah saw.

bersabda: "Janganlah kamu duduk di atas kuburan, dan jangan pula kamu solat menghadap ke kuburan."

919. Dari 'Abbad bin 'Abdullah bin Zubair r.a., katanya: "Bahwasanya 'Aisyah menyuruh membawa jenazah Sa'ad bin Abi Waqqash ke masjid untuk disolatkannya di situ. Tetapi orang banyak mengingkari permintaannya itu. Lalu kata 'Aisyah,

"Alangkah cepatnya orang lupa, bahwa Rasulullah saw. pernah mensolatkan Suhail bin Baidha' di masjid." 920. Dari 'Aisyah r.a., katanya: "Ketika Sa'ad bin Abi Waqqash

meninggal, para isteri Nabi saw. meminta supaya jenazahnya dibawa ke masjid untuk mereka solatkan. Permintaan itu mereka penuhi, maka dibawalah jenazah itu ke muka kamar mereka untuk mereka solatkan. Kemudian dibawa kembali keluar melalui pintu jenazah yang berhubungan dengan tempat duduk. Tidak berapa lama kemudian sampai kepada mereka bahwa orang banyak mencela perbuatan mereka itu. Kata mereka, "Jenazah tidak boleh dibawa ke masjid." Ucapan orang ramai itu sampai pula kepada 'Aisyah. Kata 'Aisyah, "Alangkah cepatnya orang mencela apa yang tidak mereka ketahui. Mereka mencela kami membawa jenazah ke masjid. Padahal Rasulullah saw. mensolatkan Suhail Ibnu Baidha' di dalam masjid."921. Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman r.a., katanya: "Ketika

Sa'ad bin Abi Waqqash wafat, 'Aisyah berkata: "Bawalah jenazah itu ke dalam masjid, supaya aku dapat menyolatkannya. Permintaan 'Aisyah itu diengkari banyak orang. Lalu kata 'Aisyah.

"Demi Allah, Rasulullah saw. pernah solat jenazah dalam masjid, untuk dua orang putera Baidha', iaitu Suhail dan saudaranya."

922. Dari Muhammad bin Qais bin Makhramah bin Muththalib bahwa pada suatu hari dia berkata, "Sukakah kamu ku ceritakan padamu suatu peristiwa mengenai diri ku dan ibu ku ('Aisyah) - kami sangka ibu yang melahirkannya - katanya 'Aisyah r.a. berkata : "Sukakah kamu ku ceritakan kepada mu suatu peristiwa mengenai aku dengan Rasulullah saw.?" Jawab kami, "Tentu, sudah tentu kami suka, ya Ummul Mukminin." Katanya, "Pada suatu malam ketika giliran Rasulullah saw. di rumah ku, setelah beliau menanggalkan pakaiannya, dan meletakkan terompahnya dekat kaki, dan membentangkan pinggir jubahnya di atas kasur,lalu beliau berbaring. Setelah beberapa lama kemudian, dan barangkali beliau menyangka ku sudah tidur, lalu beliau ambil baju dan terompahnya, dibukanya pintu perlahan-lahan dan kemudian ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau seperti itu, kU kenakan pula baju ku, dan ku tutup kepala ku dengan kain. Kemudian ku

ikuti beliau di belakang, hingga sampai ke Baqi'. Sampai di sana beliau berdiri agak lama, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, sesudah itu beliau berbalik pulang. Aku pun balik pula (mendahului beliau). Kalau beliau berjalan cepat, aku pun berjalan cepat-cepat. Bila beliau berlari-Iari kecil, aku pun demikian pula. Ketika beliau sampai, aku pun sampai lebih dahulu daripada beliau, masuk rumah dan langsung tidur. Setelah itu beliau masuk, dan bertanya. "Kenapa engkau, hai 'Aisyah? Ku dengar nafasmu kembang kempis." Jawab ku, "Tidak kenapa-napa, ya Rasulullah!" Kata beliau, "Ceritakanlah kepada ku, ataukah Allah yang akan menceritakannya kepada ku!" Jawab ku, "Ya, Rasulullah! Demi bapa dan ibu ku! Lalu ku ceritakan kepada beliau apa yang telah terjadi." Kata beliau, "Kalau begitu, engkaulah kiranya bayangan hitam yang ku lihat di hadapan ku tadi," Jawab ku, "Benar, ya Rasulullah!" Lalu beliau menolakkan dada ku, sehingga terasa sakit bagi ku. Kemudian beliau berkata, "Apakah engkau masih curiga, Allah dan RasulNya akan berbuat curang terhadapmu?" Jawab ku, "Setiap apa yang dirahsiakan manusia, pasti Allah mengetahuinya juga." (Kemudian Rasulullah menceritakan kenapa beliau sampai keluar).Katanya: "Tadi Jibril datang, tetapi kerana dia melihat ada engkau, dia memanggil ku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku menjawab panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk kerumah kerana engkau telah menanggalkan pakaianmu. Dan aku mengira engkau sudah tidur, kerana itu aku segan membangunkanmu, khuatir engkau akan merasa sepi. Jibril berkata kepada ku, "Allah memerintahkan


Yüklə 3,73 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   68   69   70   71   72   73   74   75   ...   107




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin