Bagaimana Tuhan Merekayasa, Merencana, Membuat dan
Menghancurkan Jagat Raya?
Perkembangan ilmu Pengetahuan (scientific progress) biasanya ditemukan dalam langkah kecil-kecil saja. Kita lambat memahami kenyataan. Tetapi, pada suatu saat yang tepat seorang ilmuwan akan menemukan langkah kemajuan yang menghasilkan suatu kebenaran ilmiah. Bila ini terjadi pemahaman kita terhadap kenyataan akan berubah menjadi baru. Saat kanak-kanak, tentu masih teringat ketika kita bermain di waktu malam hari bersama teman-teman. Anak-anak sering bertanya, "Siapa ya, yang bisa menghitung banyaknya bintang di langit?"
Pengalaman Carl Sagan Direktur NASA; menyatakan bahwa orang tua kurang berpikir, justru anak-anaklah yang sering ingin tahu seperti apa itu Lubang Hitam, apa komponen terkecil dari materi, mengapa kita teringat masa lalu dan bukan ingat masa depan, dan mengapa ada jagat raya? Kebanyakan orangtua atau guru malahan merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu, karena akan menyingkap keterbatasan pemahaman kita, manusia.
Menjawab beberapa pertanyaan di atas ilmuwan menyatakan bahwa Matahari, Bumi, Bulan, bintang Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto itu merupakan sistem matahari dan berada di galaksi Bima Sakti; galaksi kita ini, demikian pula galaksi yang lain dihuni oleh kurang lebih 100 milyar bintang. Dan jumlah galaksi-galaksi (seperti galaksi Bima Sakti, galaksi Spiral dll) di langit terdapat sebanyak 100 milyar juga. Jadi total bintang di langit adalah 100 milyar kali 100 milyar = 10 ribu milyar-milyar? Inilah yang dimaksud dengan "jagat Raya". Jagat raya yang berisi bintang-bintang itu berbentuk tidak seperti bola, namun seperti "dendeng sapi", pipih, karena efek "inflation" dan berada di ruang kosong, (nothingness) tak seperti apapun.
Apa yang ada di alam raya itu ternyata identik sama dengan apa yang ada di otak manusia. Banyaknya neron di otak manusia pun juga kurang lebih 100 milyar. Ilmuwan James Jean berkata, kinerja jagat raya itu tidak seperti mesin "great machine", namun seperti otak manusia, yakni berpikir "great thought".
Bagaimana Alam Semesta Dibuat dan Dihancurkan?
Dalam buku kosmolog nomor wahid, Stephen Hawking; A Brief History of Time, 1988; dan Stephen Hawking for beginners, 1996, dibuka dengan pertanyaan dasar; Dari mana jagat raya itu berasal dan akan ke mana? Adakah awal jagat raya, dan jika ada apa yang terjadi sebelumnya? Apakah kodrat waktu itu? Akankah waktu itu kunjung berakhir?
Pertanyaan-pertanyaan Hawking ini aslinya adalah pertanyaan kuno yang dibenahi untuk lebih menjurus ke perspektif dari pertanyaan filsuf Yunani Aristoteles 2500 tahun yang lalu, yakni; How is the universe constructed? (Bagaimana jagat raya dibuat?). Hingga jaman milenium ini tak ada ilmuwan yang mampu mendekati jawaban pertanyaan itu, kecuali Hawking.
Singkatnya, di tahun 1995 Hawking dengan pendekatan ilmiah, dan didukung oleh General Relativitynya Einstein, Eddington, Penzias-Wilson; Quantum theory of Planck, Heisenberg, Schrodinger & Bohr; Quantum Cosmology of H&H, George Smoot; Expanding universe of Friedman, Hubble dan sederet pakar yang lain, berhasil menjawab pertanyaan Aristoteles yang mahsyur; "Bagaimana jagat Raya dibuat?" Namun jawabannya membingungkan (paradox), yakni jagat raya bermula namun juga tidak bermula. Dengan kata lain, bermula (suatu penciptaan) sedang tak bermula (analog tak ada penciptaan). Jagat raya ada dan eksistensinya berlanjut terus; Juga ada big bang namun sesungguhnya tak ada big bang.
Dengan hasil jawaban seperti itu Hawking kebingungan, sehingga dia mendambakan Theory of every thing (teori asal mula sesuatu) yang akan dapat menjelaskannya, dan pada dasarnya dapat difahami oleh semua orang, bukan hanya ilmuwan, hingga kita mengerti pikiran Tuhan. Seperti dinyatakan oleh filsuf Geston Bachelard bahwa manusia modern akan ditantang oleh permasalahan-permasalahan yang "contra mind", salah dan benar, baik dan buruk menyatu, membingungkan (paradox). Kenyataan yang membingungkan (paradoxical fact) ini baru akan menjadi wajar nanti pada cucu-cucu kita, kata Hawking. Einstein sendiri hingga ajalnya menolak yang "membingungkan" itu dengan ucapannya yang terkenal;" Saya tidak percaya Tuhan bermain dadu terhadap jagat raya. Pengertiannya adalah bahwasanya hukum Sains itu tertentu (determinan), maka Einstein tak percaya kalau hukum Tuhan itu awur-awuran, acak-acakan, tidak determinan.
Ketidakpastian hasil temuan ilmiah yang saling bertentangan namun masing-masing teori dapat dibuktikan tersebut pada dasarnya telah menghancurkan pandangan bahwa ilmu pengetahuan alam yang dipandang Hawking pasti, tampaknya kini sejak Einstein mengemukakan teori relativitasnya menjadi sebaliknya, yaitu justru menjadi penuh ketidakpastian. Ruang dan waktu yang diyakini Newton sebagai absolut teryata bagi Einstein adalah justru relatif. Ruang dan waktu menjadi relatif ketika unsur cahaya menjadi variabel dari gerak. Oleh karenanya, panjang ruang dan panjang waktu adalah sesuatu yang relatif, karena ternyata keduanya tergantung kepada keadaan pengukurnya.
Teori relativitas Einstein kemudian memperoleh dukungan secara revolusioner dari teori fisika Quantum Plank, yang membicarakan tentang dunia mikro sub-atomik, yang merombak total pandangan tentang materi. Dengan teori ini pandangan lama tentang bahwa atom-atom dunia mikroskopik adalah materi terkecil dari materi, terpaksa harus ditinggalkan dan tergusur serta terpuruk menjadi tidak relevan. Alam yang menurut teori lama Newton diyakini sebagai hukum-hukum sebab akibat yang berjalan secara deterministik dan pasti ternyata menurut teori Quantum tidaklah demikian, melainkan —alam tersebut— diatur oleh hukum-hukum kemungkinan. Artinya, pada tingkat materi yang terkecil alam mengelak tidak bisa diketahui oleh mata manusia. Di sinilah kemudian para ilmuwan meyakini adanya ruang mistik dalam ilmu fisika yang selama ini diyakini sebagai ilmu pasti. (Komaruddin Hidayat & M. Wahyuni Nafis: 1995)
Demikian pula dengan rekayasa jagat raya (alam semesta) ini pun akhirnya akan dapat kita pahami. Di dalam AlQur'an kitab Suci umat Islam pada ayat pertama surah Al Fatihah terdapat kata, al-alamin, kata yang berulangkali dalam AlQur'an sebanyak 37 kali itu telah coba ditafsirkan oleh para ulama terdahulu. Mereka berkesimpulan bahwa alam terbagi ke dalam dua bagian, yaitu alam atas yang meliputi semua benda-benda di langit dan alam bawah yaitu semua benda hidup dan mati yang terdapat di atas bumi.
Ternyata, menurut Abdu al Razzaq Naufal, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa alam semesta terbagi ke dalam dua alam, yaitu alam yang tampak (fisikal) dan alam yang tak tampak (nonfisikal). Yang pertama adalah segala yang tampak baik dengan mata telanjang atau pun dengan alat. Dan alam yang tidak tampak merupakan kenyataan yang tidak diragukan lagi. Menurut para ulama sekarang bahwa alam yang tak tampak adalah lebih luas dan lebih sarat dengan isinya dibandingkan dalam alam yang tampak. Dalam surah Al Haaqqah,69:38-40 Allah telah bersumpah dengan kedua alam ini:
فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ# وَمَا لَا تُبْصِرُونَ#
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
"Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya AlQur 'an itu adalah benar-benar wahyu Allah (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia."
Sedang dalam surah Al A'raf, 7:27 Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya syaitan dan bala tentaranya melihat kita, tetapi kita tidak melihat mereka:
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari syurga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperhatikan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”
Dalam surah Al Nisaa, 4:153 Allah mencerca orang-orang yang mengaku bahwa satu-satunya sumber informasi tentang alam fisik adalah melalui pengamatan pancaindera.
يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُواْ مُوسَى أَكْبَرَ مِن ذَلِكَ فَقَالُواْ أَرِنَا اللّهِ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ثُمَّ اتَّخَذُواْ الْعِجْلَ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَن ذَلِكَ وَآتَيْنَا مُوسَى سُلْطَاناً مُّبِيناً
"Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar daripada itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata. "Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami maafkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.”
Berita alQur'an di atas temyata relevan dengan hasil yang diperoleh ilmuwan modern dalam bentuk teori-teori hasil penelitian ilmiahnya. Teori-teori. tersebut adalah teori Relativitas Umumnya Einstein (klasik) dan teori Fisika Quantumnya Plank seperti yang telah kita singgung di atas.
Pertama, teori Relativitas Umum Einstein, mampu menjelaskan kosmologi atau alam semesta, makrokosmos yang tampak. Dan kedua, teori Quantum Plank, mampu menjelaskan lingkup atau obyek yang sangat-sangat kecil hingga tak terinderakan (gaib), mikrokosmos (alam semesta yang tak tampak). Dan tampaknya kita perlu memahami keduanya secara garis besar dalam konteks isu penciptaan alam semesta (universe) ini.
Teori Quantum Plank
Seperti yang telah sedikit kita singgung di depan, teori Quantum adalah teori untuk mengukur obyek yang sangat kecil hingga yang tak terinderakan (bisa yang gaib). Teori ini membicarakan tentang dunia mikro sub-atomik, dan merombak total pandangan tentang materi. Dengan teori ini pandangan lama yang meyakini bahwa atom-atom dunia mikroskopik adalah materi terkecil dari materi, terpaksa hams ditinggalkan dan tergusur serta terpuruk menjadi tidak relevan. Menurut teori Quantum di wilayah alam mikrokosmik diatur oleh hukum-hukum kemungkinan. Artinya, pada tingkat materi yang terkecil alam mengelak tidak bisa diketahui oleh mata manusia.
Dari teori Quantum inilah fisika atau lebih tepatnya ilmu pengetahuan mengakui adanya alam yang tidak tampak, alam gaib, alam non-fisikal. Sehingga ramalan adanya alam akherat pun relevan dipercayai adanya dan dapat dibuktikan. Alam non fisikal itu berbeda dengan fenomena ruang kosong (vacum) dan fenomena lubang hitam. Tetapi keduanya dapat membuktikan adanya alam tak tampak tersebut.
Dalam level Quantum semuanya relatif tidak ada kepastian. Dasar hukum teori quantum adalah pengamatan dan pendefinisian yang cermat pada variabel 1 (kamar 1) akan menghancurkan atau menghilangkan variabel 2 (kamar 2), dan sebaliknya; kalau pengamatan dan pendefinisian tidak tepat, ketat dan cermat maka keduanya tidak saling menghancurkan dan menghilangkan (kompatibel), dan ada bersama-sama (Bohr).
Berkenaan dengan hukum Quantum tersebut The uncertainty principle & Virtual particles; Heisenberg, menjelaskan bahwa ada batas kecermatan yang kita dapati tatkala kita mengamati kuantitas phisik tertentu, misalnya posisi, implus, energi dan bahkan waktu. Hingga tidak ada kuantitas dengan ketepatan mutlak. Partikel dan anti partikel yang satu mempunyai energi positif, yang lain mempunyai energi negatif, bila keduanya bertemu keduanya menghilang, hal ini biasanya terjadi di ruang kosong dan dekat lubang hitam, Prinsip ketidakpastian meramalkan bahwa energi dapat muncul secara kontinu dan menghilang pada skala yang ditentukan oleh konstanta Plank; namun dengan persamaan Einstein E = me2 energi ini dapat berubah menjadi partikel dan anti partikel, muncul dan menghilang... ini dinamakan partikel virtuil melonjak-lonjak di mana-mana tepat di bawah ambang dari fakta/realitas teramati.
Dengan Model Matematika (MM) Schrodinger yang dapat menggambarkan sifat gelombang dan partikel pun dapat membuktikan bahwa kepastian adanya alam nonfisikal itu adalah benar. Dan keberadaan alam yang tampak dan alam yang tak tampak dilingkupi oleh ruang kosong yang amat sangat luas.
Relativitas Umum Enstein
Pada dasamya Teori Relativitas Einstein dapat menjelaskan proses awal dan akhir terjadinya alam semesta yang tampak (universe), baik kemungkinan mengembangnya (Big Bang) maupun kemungkinan mengerutnya (BigCrunch).
Teori Relativitas Urnum Einstein pada tahun 1995 sudah meluas dan diakui. Teori Einstein mencoba mengoreksi teori Hukum Gravitasi Newton. Menurut Newton buah apel yang jatuh ke bumi itu karena adanya forsa tarik dari Bumi yang bermassa besar (ingat magnet yang mempunyai kekuatan untuk menarik besi).
Teori Einstein mengoreksi bahwa forsa tarik itu tidak ada. Sebetulnya apel itu tidak ditarik bumi, namun apel itu meluncur (nggondor, Jw.) ke arah bumi. Hal itu berkenaan dengan adanya hubungan antara materi dan ruang. Dijelaskan bahwa materi memberi tahu ruang bagaimana harus melengkung, lalu ruang memberitahu materi bagaimana harus bergerak, jadi tak ada forsa tarik Newton. Ruang yang berada dekat bumi (materi yang massanya besar) akan melengkung seperti gambar "contong", "terompet", "kerucut". Makin besar massanya maka makin memanjang, membesar dan melebarkan mulut contong hingga peluncuran benda (apel, bintang) semakin deras.
Demikianlah, teori ini menjelaskan akan terjadinya alam semesta yang mengerut (Big Crunch). Apalagi fenomena Lobang Hitam telah diketemukan. Apa itu Lobang Hitam?
Lobang Hitam adalah sebuah wilayah yang dulunya dihuni oleh sebuah bintang. Bintang-bintang memancarkan cahaya dengan mengkonsumsi massanya sendiri melalui proses pembelahan nuklir. Dan ketika tidak lagi mampu melakukan radiasi, bintang-bintang tersebut akan kehilangan medan gravitasi. Hal ini secara efektif menjebak energi cahaya yang terdapat dalam medan tersebut, atau sebaliknya, mencegah cahaya dari luar untuk memasuki wilayahnya.
Sebuah Lobang Hitam memecah ruang tiga dimensi menjadi dua bagian: Sebuah wilayah dalam yang dibatasi oleh sebuah permukaan lunak dua dimensi yang disebut event horizon; dan wilayah lain, diluar event horizon, berupa lempeng yang tidak menggejala (a symptomatically)... Diandaikan, sebagai bagian dari definisi, tidak ada satupun titik diwilayah dalam dapat berhubungan dengan titik mana pun yang ada di luar. Ketiadaan hubungan ini dibuktikan dengan tidak adanya sinyal cahaya yang berasal dari wilayah-dalam menembus event horizon. Keberadaan lempeng yang tidak menggejala bukti bahwa Lobang Hitam memiliki wilayah yang terpisah, dan juga memiliki hukum alam yang berbeda dengan bagian alam yang lain. Artinya Lobang Hitam adalah alam raya yang tertutup kebalikannya dengan alam raya kita saat ini yang bersifat terbuka dan mengembang. (Candrasekhar: 1984.hlm.504)
Karena nilai energi cahaya dapat saling dibalik melalui persamaan relativitas Einstein, maka implikasi kosmologis dari keberadaan lobang Hitam adalah: ia akan mereduksi massa yang dapat digunakan untuk mencapai tekanan kritis, sehingga menjadwalkan alam raya ini tetap berkembang. Akan tetapi misalnya lobang hitam itu membuka diri (akibat sangkakala yang dibunyikan), maka akan terjadi big crunch.
Gambarannya, dalam perjalanan waktu, oleh karena banyak benda langit, bintang terperangkap dan meluncur ke dalam terompet dari lubang hitam yang sangat besar massanya, maka makin lama massanya bertambah dan peluncuran menjadi lebih deras hingga sinar yang berada dekat lubang hitam terperangkap pula. Semakin bertambah massanya maka mulut contong semakin melebar hingga bisa jadi seluruh bintang dalam galaksi tertelan semuanya. Dan kalau proses ini terus berlanjut, maka seluruh alam semesta akan tersedot. Dengan kata lain alam semesta tidak mengembang tapi mengkerut dan mengecil dan lenyap, terjadilah Big Crunch. Semua kembali ke singularitas atau yang Maha Satu jika sangkakala atau terompet beraksi dan dibunyikan.
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ#
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُم قِيَامٌ يَنظُرُونَ#
"Dan mereka tidak mengagung Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya, pada hari kiamat langit akan digulung dengan kekuasaannya... Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah..”(Q.S. 39:67-68)
Di lain pihak setelah Ilmuwan Rusia Friedmann membuang konstanta kosmologi Lamda dari persamaan teori Relativitas Einstein dia mendapatkan satu alam semesta (universe) yang mengembang. Einstein marah..., namun akhirnya mengakui kebenarannya, bahwa alam semesta kemungkinan juga mengembang. Saat ini kemungkinan ini sudah dibuktikan kepastiannya dengan diketemukannya fenomena Big Bang yang menghasilkan teori Big Bang.
Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa alam raya ini berasal dari sebuah massa gas dengan tekanan maha besar, yang karena tekanan internalnya "meledak" dan memancarkan materi yang sangat panas. Begitu materi tersebut mendingin maka lahirlah galaksi-galaksi dengan segala bintang-bintang dan tata suryanya. Ledakan inilah yang menjadi sumber istilah "Alam Raya yang Mengembang" (expanding Universe) yang prosesnya juga masih berlangsung hingga saat ini (Weinberg: 1978).
Teori Big Bang dengan "Alam Raya yang Mengembang itu ternyata relevan dengan kitab suci Alqur'an yang menyatakan:
" Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati."(Q.S. 41:11)
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقاً فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya " (Q.S. 21:30)
وَالسَّمَاء بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
"Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan Kami, dan Kami meluaskannya" (Q.S.51.47)
Q.S. 32:11 menetapkan adanya suatu kumpulan gas dengan bagian-bagian kecil yang sangat halus. Dukhan = asap. Asap itu terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan bagian-bagian kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair dalam suhu rendah atau tinggi. Dan Q.S. 21:30 menyebutkan proses perpisahan (fatq) dari suatu kumpulan pertama yang unik yang terdiri dari unsur-unsur yang dipadukan "ratq". Kita tegaskan lagi, "fatq" dalam bahasa Arab artinya memisahkan dan "ratq" artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen. Sedangkan Q.S. 51: 47 menyatakan bukankah langit, terjemahan kata "samaa"' itu tidak lain daripada alam di luar bumi? Yang diterjemahkan: "...dan Kami meluaskannya" adalah kata fa'il daripada kata kerja ausa'a yang artinya membesarkan, melebarkan. (Maurice Bucaille: 1976)
Selanjutnya Friedmann memprediksi untuk eskpansi alam semesta dapat disarikan dengan mengamati tiga nilai yang berbeda untuk massa universe dalam term rasio omega. Pertama, Densitas massa universe lebih besar dari nilai kritis, maka laju ekspansi rendah dan massa begitu besar untuk gravitasi hingga menghentikan ekspansi dan membalikkannya. Big Crunch terjadi singularitas, omega >1. Kedua, Densitas massa lebih kecil dari nilai kritis. Maka universe mengembang cepat. Gravitasi tak mampu menghentikannya, namun mengerem sedikit. Omega <1. Dan ketiga, Densitas massa sama dengan nilai kritis. Universe ekspansi cukup cepat lalu melambat, namun tidak berbalik. Kecepatan ekspansi menurun asimtotis. Omega=l. Untuk memahami tiga kemungkinan di atas secara mudah, barangkali bisa kita bayangkan bahwa alam semesta itu sama dengan sebuah bola tennis dan dilemparkan ke atas agar bisa mengembang. Pelemparan pertama, kita lempar bola itu ke atas, maka bola akan segera kembali jatuh ke tanah. Lemparan kedua, dengan kekuatan tangan raksasa, maka bola kita lempar menembus langit dan tidak kembali ke tanah. Dan lemparan ketiga, lemparan pakar matematik dan kekuatannya pun besar, maka bola akan menembus langit tak jadi dan akan kembali jatuh ke tanah pun tidak bisa, bola mengambang di angkasa.
Kata Hawking, laju awal pemuaian alam semesta harus dipilih dengan sangat cermat agar laju pemuaian selanjutnya masih begitu dekat dengan nilai kritis untuk menghindarkan keruntuhan kembali. Ini berarti bahwa memang pasti keadaan awal dipilih dengan sangat seksama jika model dentuman besar big bang itu benar hingga sampai ke awal waktu sekalipun. Akan sangat sukar untuk menjelaskan mengapa alam semesta harus mulai tepat seperti itu, kecuali bahwa itu perbuatan Tuhan yang bermaksud menciptakan makhluk seperti kita.
Lalu katanya, kita tidak tahu berapa banyak materi di alam semesta ini. Hasil pengamatan sejauh ini menunjukkan bahwa materi yang ada di alam semesta ini tidak cukup untuk menahan pengembangan alam semesta. Karena itu, pengembangan ini akan terjadi selamanya. Tetapi jika terdapat materi yang ekstra gelap (seperti fenomena lubang hitam) di alam yang belum kita ketahui, alam semesta bisa runtuh dan menjadi kerkahan besar (big crunch). Tetapi menurut Hawking, bila alam semesta itu mengerut sekalipun, ia tidak akan runtuh kembali selama 10 milyard tahun lagi, sebab sekurangnya selama 10 milyard tahun itulah alam semesta ini telah mengembang (bisa kita pegang kira-kira umur alam semesta itu 20 milyard tahun),
D. Manusia dan alam semesta: Hubungan fungsional
Bagaimana pun proses penciptaannya manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Teori Cosmozoa yang menyatakan bahwa manusia berasal dari luar angkasa, kenyataannya kurang mendapat tempat di kalangan ilmuwan. Bukti-bukti ilmiah yang memperkuat hal itu pun tidak cukup kuat. Sebaliknya pembahasan semakin mengarahkan bahwa bahan baku manusia berasal dari bumi tempat manusia itu sendiri berpijak.
Dalam sistem kosmos manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam sistem kesadaran maka alam. semesta menjadi sebuah obyek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tinjauan ilmiah tentang alam mendekatkan manusia kepada tata laku Penciptanya dan dengan demikian mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suatu penglihatan yang lebih dalam mengenai itu. Pengetahuan mengenai alam akan menambah kekuatan manusia mengatasi alam dan memberinya pandangan total tak terhingga yang telah dicari oleh filsafat tetapi tak didapat.
Penglihatan terhadap hakikat alam tanpa kekuatan untuk memakmurkannya akan dapat memberikan peningkatan moral tetapi tidak akan dapat memberikan kebudayaan yang abadi. Sebaliknya, kekuatan tanpa penglihatan cenderung untuk menjadi destruktif dan tak berperikemanusiaan. Keduanya hams digabungkan agar supaya perluasan rohaniah kemanusiaan dapat terlaksana.
Kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi-teknologi yang diterapkannya menempatkan alam dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tiada batasnya. Maka wajarlah jika semakin dalam kehidupan yang tiada batasnya. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin terasa hubungan saling ketergantungan antara manusia dan alam semesta ini. Manusia tunduk di bawah hukum-hukum alam fisik dan tak mampu mengubahnya, akan tetapi mampu mengatasinya. la dapat mengambil jarak sekaligus menjadi bagian dari alam.
Namun keharmonisan tidak senantiasa menghiasi hubungan manusia dengan alam semesta. Pada suatu saat, tatkala kehidupannya masih sangat sederhana, insting- insting manusia berjalan bersesuaian dengan sifat-sifat hukum alam. Manusia hidup di gua-gua, berburu dengan kapak dan panah batu serta memakan makanan yang alamiah. Tetapi perkembangan pe ngetahuan manusia dalam merespons berbagai kesulitan yang terkait dengan penyesuaian diri dengan alam pada akhirnya membuahkan kreasi-kreasi yang mengungguli" sifat-sifat alam. Eksploitasi terhadap alam merusak keseimbangan hubungan yang telah berlangsung bermilyar-milyar tahun. Krisis global lingkungan mengganggu hubungan antara manusia dan alam pada saat ini.
Bab II. MANUSIA DAN AGAMA (Tatap Muka V-VI)
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
-
Memahami kedudukan manusia akan agama bagi kehidupannya dan memahami Islam sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
-
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian agama dan ad-dinnul Islam.
-
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kedudukan manusia akan agama dan asal mula timbulnya agama.
-
Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam dan ciri-ciri agama serta kedudukan Islam di antara agama-agama di dunia.
-
Mahasiswa dapat menjelaskan keberadaan agama dan fitrah manusia untuk beragama.
-
Mahasiswa dapat menjelaskan Islam sebagai “the real” agama samawi.
-
Mahasiswa dapat menjelaskan kedudukan Islam sebagai pandangan hidup (way of life) dan pedoman hidup Muslim.
-
MANUSIA DAN AGAMA (TM V-VI)
A. Pengertian Agama
1. Pengertian Gramatikal (etimologi) Agama.
Dalam bahasa keseharian kita di Indonesia kita sering menjumpai kata-kata seperti; agama (Sansekerta), religion (Inggris) dan din (Arab). Ketiga bahasa itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
Agama dalam bahasa Sanksekerta:
Bahrum Rangkuti (1968) mengatakan: “Agama memang satu istilah yang telah menjadi milik bahasa Indonesia, tetapi untuk mengetahui intinya, baiklah kita tuliskan dahulu: aslinya bahasa Sansekerta: a-ga-ma. Seringkali saya baca di buku-buku keterangan tentang agama mereka mengatakan bahwa agama ini artinya dan: a = tidak, gama = kacau, jadi: agama = tidak kacau. Ini sebenarnya tidak ilmiah, oleh karena mungkin yang menerangkan itu belum mengetahui bahasa Sansekerta. Memang a dalam bahasa kita = tidak, yaitu: aneka. A = tidak, eka = satu, aneka = tidak satu; aneka = serba bagai, gevarried, geschijdend. Tapi kalau a panjang a-gama artinya a = cara jalan, the way; gama, mulanya gam adalah bahasa Indo Germania = bahasa Inggris to go = jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan Tuhan.”
Religion dalam bahasa Inggris:
Baik religion (bahasa Inggris) maupun religie (bahasa Belanda), kedua-duanya berasal dari bahasa induk kedua bahasa termaksud, yaitu bahasa Latin: relegere, to treat carefully (CICERO, be Nat, Deorum ii, 28); relegare, to bind together (LACTANTIUS, Instif. Div., iv, 28) atau religare. to recover (AGUSTINE, De Civitate Dei, x, 3)6.
Tidak ada satu definisi tentang religion yang dapat diterima secara urnum. Para failasuf, para sosiolog, para psikolog, dan para teolog dan lain-lainnya telah merumuskan definisi tentang religion menurut caranya masing-masing. Sebagian failasuf beranggapan bahwa religion itu adalah "supertitious structure of incoherent metaphisical notions"; sebagian ahli sosiologi lebih senang menyebut religion sebagai "collective expression of human values"; para pengikut Karl Marx mendefinisikan religion dengan "the opiate of the people"; sedangkan sementara psikolog menyimpulkan bahwa religion itu "mystical complex surrounding a projected super-ego". Dari data empiris termaktub di atas, jelaslah bahwa tak ada batasan tegas mengenai religion, yang mencakup pelbagai fenomena religion itu.
Walaupun betapa mustahilnya memberikan sebuah definisi yang sempuma tentang religion, namun ada bentuk-bentuk yang mempunyai ciri-ciri khas daripada kepercayaan dan aktivitas manusia yang biasanya dikenal sebagai kepercayaan dan aktivitas religion, yaitu: kebaktian, pemisahan antara sakral dengan yang profan, kepercayaan terhadap jiwa, kepercayaan kepada dewa-dewa atau Tuhan, penerimaan atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan.
Dalam Everyman's Encyclopaedia kita menemukan rumusan tentang religion sebagai berikut: "Religion... may broadly be defined as acceptence of obligation toward power higher than man himself" (Religion... dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai: penerimaan atas tata aturan daripada kekuatan-kekuatan yang lebih, tinggi daripada manusia itu sendiri).
Sementara itu, Vergilius Ferm, seorang ahli ilmu pengetahuan keagamaan dan perbandingan agama, setelah mengajukan sepuluh macam keberatan-keberatan terhadap usaha mendefinisikan religion, namun pada akhirnya toh diajukannya juga rumusannya sendiri sebagai berikut:
“a religion is a set of meanings and behaviors having reference to the individuals who are or were or could be religious. Again, religion is generic term referring to all conseivable religions, formal or informal. (Agama ialah seperangkat makna dan kelakuan yang berasal dari individu-individu yang religius. Lagi-lagi, agama ialah istilah yang umum menunjuk pada semua agama-agama yang dapat ditangkap, baik formal maupun informal).
Din dalam bahasa Arab
Di dalam Al-Munjid dapat kita temukan keterangan tentang arti Din sebagai berikut: Ad-Din (Jama': Adyan): (1) Al-Jaza wa ‘l-Mukafaah; (2) Al-Qadha; (3) Al-Malik/al-Muluk wa 's-Sulthan; (4) At-Tadbir; (5) Al-Hisab. (Artinya: (1) pahala, (2) ketentuan, (3) kekuasaan, (4) pengelolaan, (5) perhitungan).
Ustadz H. Moenawar Chalil mengatakan:
Kata, 'din' itu mashdar dari kata kerja 'daana'-'yadinu'. Menurut lughat, kata 'din' itu mempunyai arti bermacam, antara lain berarti: 1) Cara atau adat kebiasaan. 2) Peraturan. 3) Undang-undang. 4) Tha'at atau patuh. 5) Meninggalkan ketuhanan. 6) Pembalasan. 7) Perhitungan. 8) Hari Qiamat. 9) Nasehat. 10) Agama.
Selanjutnya Ustadz Moenawar Chalil menerangkan pula, bahwa:
Dalam kitab Qamus al-Muhieth, karangan Imam AL-FAIRUZZABAD (sebuah kitab kamus bahasa Arab yang terhitung besar) diterangkan, bahwa 'din' itu mempunyai arti bermacam-macam, antara lain seperti yang kami sebutkan tadi; .dan juga berarti: kemenangan, kekuasaan, kerajaan, kerendahan, kemuliaan, perjalanan, paksaan dan peribadatan.
AL-JURJANI menerangkan persamaan dan perbedaan antara ad-Din pada satu pihak, dengan al-Millah dan al-Madzhab pada lain fihak. Menurutnya baik ad-Din maupun al-Millah atau pun al-Madzhab bersamaan dalam materinya. Perbedaan terletak dalam kesannya: ad-Din dinisbahkan kepada Allah, umpamanya Dinul'l-Lah (Din Allah, Din yang diturunkan ALLAH; al-Millah dinisbahkan kepada Nabi tertentu, misalnya Millatu Ibrahim (Millah IBRAHIM, Din yang dibawakan oleh IBRAHIM); al-Madzhab dinisbahkan kepada mujtahid tertentu, contohnya madzhab as-Syafi'i (Din menurut faham Imam Besar SYAFI'I). Pendapat AL-JURJANI ini sepenuhnya disetujui dan diperbolehkan oleh MAULANA MUHAMMAD ALI.
Di dalam al-Qur-an kata Din dipergunakan, baik untuk Islam maupun untuk selain Islam, termasuk juga kepercayaan berhala yang sangat sederhana seperti kepercayaan orang Hijaz pada zaman awal risalah dan nubuwwah Muhammad saw. Kita antara lain dapat membaca di dalam al-Qur-an ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran kesimpulan termaksud:
“Katakanlah hai Muhammad.
Hai orang-orang yang kafir!
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Bagimu Din kamu dan bagiku Din-ku.” (S. 109: al-Kafirun 1-6).
Dostları ilə paylaş: |