Catatan seputar kasus "klerufikasi" di mailing-list unhas-ml



Yüklə 2 Mb.
səhifə4/16
tarix27.10.2017
ölçüsü2 Mb.
#16152
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   16

Wass.


Tahir

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 6

Date: Sat, 18 Oct 2003 13:20:41 +0800

From: TRIYATNI

Subject: Re: Picture Resize (Re: MEREKA YANG ENGGAN TERTIB)


Terima kasih. Gambar-gambar itu memang tidak dapat saya kirim ke unhas-ml yang bebas att. Mungkin bila ada raker atau semacamnya, gambar-gambar mereka yang enggan tertib akan bagus untuk dipresentasekan sebagai bahan koreksi yang positif.
Wass,

Triyatni


----- Original Message -----

From: Elextra Komputer Makassar (h-yahoo!)

To: unhas-ml@yahoogroups.com

Sent: Friday, October 17, 2003 2:16 PM

Subject: [unhas-ml] Picture Resize (Re: MEREKA YANG ENGGAN TERTIB)

sekedar tips..

Kalo kebetulan pakai Win XP ada fasilitas yang namanya "Picture

Resize" bisa set ukuran file picture dan kualitasnya tetap bagus.

Caranya klik kanan mouse pada file yang akan diedit kemudian tinggal

pilih ukuran yang diinginkan.


atau cara lainnya, klik kanan file gambar dan pilih send to: mail

recipient.

setelah itu outlook express akan menanyakan apakah file tersebut akan

diperkecil atau dibiarkan aja.


semoga berguna.

--- In unhas-ml@yahoogroups.com, "Didi R." wrote:

> gambar-gambar sebagai attachment total sebesar

> kurang lebih 5 MB?' Soalnya untuk downloadnya perlu waktu 15 menit-

an

> dengan kecepatan 48 kbps (di-download malam dan icon telp menyala



terus

> tanda bahwa pengiriman data sangat lancar dan tidak terputus).

Yahoo! Groups Sponsor
Mau stop berlangganan? Mudah saja:

Kirim e-mail kosong ke alamat:

unhas-ml-unsubscribe@yahoogroups.com

Klik:


http://groups.yahoogroups.com/group/unhas-ml/messages/
Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.

[Non-text portions of this message have been removed]


________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 7

Date: Sat, 18 Oct 2003 16:26:22 +0800

From: "Mahmud Ghaznawie"

Subject: Re: Re: Visitasi DUE-like


----- Original Message -----

From: "Rhiza S. Sadjad"


> Salam dari Makassar !

> Wah, pak Mahmud, terimakasih sekali atas tayangan

> yang panjang lebar dan sangat jelas informatif

> tentang peristiwa visitasi DUE-like yang

> "heboh" tersebut. Pengalaman tersebut sangat

> berguna bagi kami untuk mempersiapkan diri

> menghadapi visitasi TPSDP.
Ya, terima kasih kembali pak Rhiza. Mudah-mudahan pengalaman ini bermanfaat

untuk TPSDP maupun program kompetitif lainnya.


> Yang melegakan

> saya, kelihatannya para reviewers itu ternyata

> tidak "menakutkan", yah, mereka kok ndak

> terlihat seperti "mengancam" akan memutuskan

> proyek. Jadi tidak ada alasan buat kita

> "takut" kepada reviewers seperti yang dituduhkan

> oleh PR IV, kita tunjukkan saja apa adanya....
Ngga, mereka sama sekali tidak menakutkan. Mereka datang untuk melihat

apakah kegiatan yang kita rancang dilaksanakan atau tidak. Kalau

dilaksanakan, apakah terlaksana sesuai rencana apa tidak. Sesudah itu,

mereka mengecek lagi apakah PI (baik yang output maupun outcome) yang

ditetapkan tercapai atau tidak. Nah, mereka mau lihat itu semua.

Penyimpangan tidak diharamkan, asal ada justifikasi yang masuk akal. Yang

penting kita jujur dan menyampaikan apa adanya. Masing-masing PiC harus tahu

betul kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya. Jadi ngga bisa si Mahmud one

man show, menjawab segalanya. Saya cuma mengantarkan acara dengan

menyampaikan garis besar kegiatan dan capaian thn 2003, kemudian

masing-masing PiC menyampaikan laporan kegiatan mereka secara detail. Kalau

ada hambatan, mereka pengin tahu usaha apa yang kita lakukan untuk

mengatasinya. Disini mereka bisa menilai kita ini sesungguhnya cukup kreatif

atau ngga. Mereka juga pengin tahu apakah pimpinan PS menunjukkan

komitmennya atau tidak. Mereka ngga bodoh lho..!! Mereka ngga mau terima

jawaban yang normatif dan retorik. Misalnya "ya kami sangat mendukung

DUE-like. Masak sebagai pimpinan saya ngga tahu dan ngga mendukung". Mereka

mengecek apakah pimpinan tahu apa yang dikerjakan 'orangnya' di DUE-like.

Habis itu ditanya juga kontribusi apa yang mereka (pimpinan) berikan.

Reviewer tampak senang ketika mendengar bahwa kegiatan DUE-like embedded

dalam kegiatan Fakultas. Di Kedokteran kegiatan DUE-like dilaporkan pada

pertemuan reguler pimpinan, rapat koordinasi dan rapat Senat Fakultas. Ini

menunjukkan komitmen yang tinggi pada pihak pimpinan dan koordinasi yang

baik antara pengelola DUE-like dengan pimpinan Fakultas.


> Yang saya khawatir justru sikap yang ditunjukkan

> oleh pimpinan UNHAS sendiri, khususnya PR IV

> yang jelas-jelas telah merusak citra UNHAS

> di mata reviewers. Ini malah yang bisa-bisa

> mengakibatkan putusnya Proyek.
Kekawatiran yang sama semula juga ada pada diri saya. Tapi belakangan saya

diberitahu bahwa pernyataan-pernyataan seperti itu ternyata di Dikti sudah

ngga direken lagi, jadi ngga perlu kawatir lah.. Tapi kan ini justru ironis

ya... Siapa sih yang ngga pengin pimpinannya diperhitungkan di Dikti..??

Simpang siur sikap yang ditunjukkan pimpinan Unhas memberikan kesan kurang

manis tentunya.


> Atau memang

> ini satu kesengajaan yang dilakukan oleh

> PR IV, yaitu berusaha menggagalkan semua

> proyek pengembangan seperti DUE-like, Semi-QUE,

> TPSDP yang dari Dikti, sehingga bisa tegak

> di UNHAS yang namanya "kemandirian lokal" .....???

> Artinya "mandiri"="kasih saja duit-nya, tapi

> jangan di-review hasilnya" ????


Kalau ini saya ngga tahu. Yang pasti saya belajar banyak dari DUE-like

tentang good practice yang dulu sering kita tinggalkan. Program ini secara

perlahan tapi pasti menuntun kita mengubah PS dari paradigma lama ke

paradigma baru, dengan akuntabilitas yang tinggi. Proyek tidak lagi dipahami

sama dengan asal beli barang atau asal memanfaatkan dana/anggaran yang sudah

disetujuai. Ternyata menyadarkan orang akan hal ini saja (ini cuma sebagian

kecil dari perubahan yang ingin kita capai) sulitnya luar biasa lho.
> Kalo' demikian halnya, saya betul-betul

> berharap PR I ada nanti pada saat visitasi

> TPSDP, jangan sampai PR IV lagi yang menghadapi

> reviewers. Dari pengalaman pak Mahmud tersebut,

> saya nanti harus mem-"brief" para reviewers

> sebelum mereka me-rekap hasil temuannya

> di Rektorat, agar mereka "hati-hati" dengan

> sikap pimpinan UNHAS yang "tidak bersahabat".

> Kalo' perlu saya print-kan saja "report"

> pak Mahmud untuk jadi bacaan para reviewers.....


Yang in-charge untuk proyek DUE-like, TPSDP dan Semi-QUE adalah PR I.

Biasanya pimpinan Unhas menyadari perlunya kehadiran mereka pada saat

visitasi. Tapi, saat wrap-up seringkali 'seadanya' saja. Inilah repotnya.

Mudah-mudahan kejadian yg lalu menjadi pelajaran buat PR I agar beliau

memastikan diri ada di tempat saat visitasi berlangsung.
> Saya sungguh prihatin dengan sikap PR IV,

> mudah-mudahan cepat sadar-lah, yah ....


Amiin, ya robbal 'alaimiin... Semoga kejadian ini menjadi pelajaran buat

kita semua...


Wassalam,
Mahmud Ghaznawie

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 8

Date: Sat, 18 Oct 2003 17:36:31 +0800

From: "Mahmud Ghaznawie"

Subject: Visitasi DUE-like


Pada pengiriman e-mail ini, semula ternyata banyak paragraf (t.u. yang panjang) yang terputus. Ini saya coba kirim lagi. Semoga lebih baik. -mg-
Salam dari Makassar
[Buat teman-teman yang telah berkirim e-mail via japri, sms dan menelpon saya, saya ucapkan terima kasih. Memenuhi permintaan teman-teman, ini saya ceritakan beberapa poin sehubungan dengan visitasi DUE-like yang 'heboh' itu]
Hari Sabtu, Minggu dan Senin yll Unhas kedatangan reviewer dari Dikti untuk mengevaluasi pelaksanaan DUE-like di Unhas. Mereka datang untuk bertemu dengan Pimpinan Unhas dan Fakultas (yang PS-nya dapat DUE-like), LPIU (Local Project Implementation Unit) dan P2T Unhas, Project Coordinator (PC) dan Person in Charge (PiC). Setelah bertemu pimpinan Unhas dan PS, Tim Monev (Monitoring &evaluasi) serta LPIU dan P2T di hari Sabtu, mereka bertemu dengan PC + PiC PS Kedokteran Minggu pagi dan sorenya bertemu dengan PC + PiC PS AN. Hari Senin kita berkumpul untuk mendengarkan wrap-up (rangkuman) hasil visitasi.
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, issue strategis yang biasa dijadikan fokus adalah peningkatan Relevance, Academic atmosphere, Internal management, Sustainability dan Efficiency & productivity (biasa disingkat RAISE) di suatu PS. Setelah melakukan evaluasi diri & analisis SWOT dan merumuskan akar masalah di PS Kedokteran, PS Kedokteran merancang berbagai kegiatan untuk menanggulanginya, a.l.: mendesain ulang kurikulum, meningkatkan ketrampilan klinik, meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, meningkatkan suasana belajar, meningkatkan suasana mengajar dan meningkatkan kemampuan staf administrasi dengan memberikan berbagai pelatihan (misalnya aplikasi komputer, manajemen perkantoran dan pelayanan prima). Suatu kegiatan sudah barang tentu bisa berefek meningkatankan 1 atau 2 (bahkan lebih) komponen RAISE tersebut.
Kurikulum baru kedokteran Unhas sekarang disusun berdasar sistem/organ, bukan lagi disiplin (keilmuan). Kalau dulu orang belajar anatomi, faal, biokimia dll sampai tuntas, baru kemudian di tingkat berikut-berikutnya belajar bedah, penyakit dalam, dll, maka sekarang mahasiswa belajar alat/sistem pencernaan mulai dari anatominya sampai cara pemeriksaan, penyakit-penyakit serta pengobatannya. Demikian juga alat pernafasan, sistem pembuluhan darah dan jantung, sistem reproduksi, dll. Desain kurikulum baru ini berhasil mengurangi pengulangan, sehingga lama masa belajar bisa dikurangi (efisiensi). Dalam Proposal dan Project Implementation Plan (PIP) mendesain ulang kurikulum masuk dalam kategori meningkatkan Relevansi. Saat visitasi reviewer bertanya "relevans untuk siapa?" Dijawab "untuk stakeholder". Trus mereka bertanya lagi "siapa saja mereka?". Dijawab "para Kepala RS, Dinas, Puskesmas, Perusahaan, alumni, dosen, mahasiswa, dll. Kami terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan mereka ini". "Pelibatan stakeholder dalam menentukan kurikulum baru itu bagus sekali", kata mereka. Trus mereka bertanya "bagaimana dengan relevansi pada visi/misi Unhas sendiri?" Dijawab "kurikulum ini lebih ditekankan relevansinya dengan kebutuhan pasar seperti yang terungkap dalam pertemuan dengan stakeholder". Reviewer bertanya lagi "doter yang seperti apa yang mau dihasilkan FK Unhas?" Dijawab "dokter stem-cell, artinya multi-potent, bisa sebagai healer, manager, leader, inovator, dll" Bagaimana dengan relevansi pada visi/misi Unhas? " Dijawab "kita belum sampai kesitu. Masih kontroversi apakah ciri khas itu ditentukan di tingkat program studi (misalnya unggul akan penyakit tropis) ataukah di tingkat universitas (unggul akan kedokteran kelautan, apa pun juga artinya)". Reviewer cuma berkomentar boleh saja PS menentukan cirinya sendiri. Hanya saja, berarti PS tersebut perlu mencari dana sendiri, misalnya melalui penelitian, kerjasama, dll. Trus saya bertanya kepada reviewer yang berasal dari ITB, apa PIP ITB. Dia bilang "ITB itu pinter

[unhas-ml] Digest Number 1168.ems


Saya tidak mengerti sampai ada orang yang "menangkap pesan tersirat bahwa peningkatan pendapatan tidak semestinya dijadikan sebagai indikator keberhasilan, kecuali kita sudah menganut paham materialisme / hedonisme". Tapi biarlah.. Namanya juga manusia, salah tangkap kan bisa saja yakh... Sesungguhnya dalam pembicaraan dengan reviewer (baik dng pimpinan, di PS maupun saat wrap-up) SAMA SEKALI TIDAK pernah ada pembicaraan tentang peningkatan pendapatan staf pengajar. Justru mereka salut dengan dosen kedokteran yang begitu tinggi komitmennya. Pada hari Minggu masih mau datang. Reviewer salut dosen FK mau berjuang untuk mengembangkan PS-nya tanpa imbalan honor yang sepadan. Sulit mencari dosen FK di Indonesia yang seperti itu. [Catatan: PiC PS Kedokteran semuanya spesialis dan untuk ekstra kerja yang luar biasa seperti ini mereka cuma mendapat honor 250 ribu/bulan dipotong pajak]. Untuk mempertahankan sustainability, PS Kedokteran menekankan pada usaha mendapatkan dana untuk melanjutkan kegiatan kalau DUE-like selesai. Reviewer ingin agar usaha menjaga sustainability bukan hanya "fund raising" tapi lebih difokuskan pada masing-masing kegiatan yang berkaitan dengan 'good practices'.
Saya tidak mengikuti visitasi di PS AN. Tetapi, teman yang mengikuti di sana berkirim sms (semacam reportase) yang mengindikasikan kesulitan teman-teman di AN. Hal ini memang terungkap di waktu pertemuan wrap-up. Banyak kegiatan yang belum terlaksana tanpa justifikasi yang masuk akal. Alasan yang dikemukakan a.l. dana terlambat turun. Repotnya, kegiatan yang tidak memerlukan dana juga tertunda. Misalnya "English day". Ini kan ngga perlu dana. Eee, mereka bilang belum dilaksanakan lokakarya untuk membuat internal regulation untuk menentukan itu. Lha, bikin English day aja koq perlu lokakarya bikin aturan segala. Itulah makanya reviewer bilang PC dan PiC di AN perlu lebih kreatif dan inovatif. Kesulitan lain juga dihadapi rekan-rekan di AN karena bilang kalau kuliah bahasa Inggris sudah dimulai, ketika ditelusuri lebih lanjut ternyata belum. Trus mereka berkelit dengan mengatakan "maksudnya dalam kuliahnya dosen ybs menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris".. Sebetulnya masih banyak lagi komentar mereka akan hasil visitasinya di AN. Tapi, ngga perlulah kita ungkap disini.
Pada saat wrap-up Rektor lagi di luar kota. Demikian pula PR I. Saya ngga tahu persis kemana PR II dan PR III. Yang jelas acara tersebut dipimpin oleh PR IV. Setelah reviewer membacakan laporan visitasinya, ada beberapa pertanyaan (klarifikasi) atau komentar singkat dari hadirin. Dekan FK, PD I FK, Dekan Sospol dan PC AN angkat bicara. Semua komentar atau pertanyaan mereka dicatat oleh Reviewer. Setelah semua selesai, giliran PR IV berkomentar. Saya ngga bisa merecall persis apa yang dia sampaikan karena dia ngomong cepat dan bernada 'marah-marah'. Tapi ada beberapa poin yang dia sampaikan (kalimatnya mungkin tidak sama persis, tapi isinya beginilah yang saya tangkap), a.l. "kalau Unhas sudah kreatif dan inovatif, maka Unhas tidak perlu DUE-like", "sebetulnya kalau pemerintah pusat mau membantu, beri saja kami duitnya", "tahun depan DUE-like tidak ada lagi dan digabungkan dengan SP4?", dll. PR IV juga meminta tayangan yang menyangkut kurikulum PS Kedokteran dengan visi Unhas dibuka ulang. Disini PR IV sempat bilang "ini kentara sekali kalau reviewer tidak menguasai visi/misi-nya Unhas". Karena ngomongnya cepat dan sulit ditangkap apa maunya, sementara reviewer perlu mencatatnya untuk disampaikan di Jakarta, reviewer sampai pernah bertanya "jadi apa yang musti saya tulis disini pak?". Selesai pertemuan yang tidak happy ending itu, salah satu reviewer berkata "yakh, kita sampaikan saja nanti di Jakarta kalau Unhas ngga perlu DUE-like". Saya spontan menjawab "dia mungkin ngga butuh, tapi kami -Program Studi- membutuhkan..!!" Kalau saja PR IV waktu itu menyampaikan komentarnya dengan lebih tertata, arif, tidak 'meledak-ledak' dan emosional, dalam kalimat yang jelas kaitan satu sama lainnya, menunjukkan sikap santun terhadap tamu, barangkali situasinya tidak serunyam itu. Barangkali itulah yang dimaksud oleh salah seorang reviewer sebagai 'soft skill'.
Sesungguhnya, apa yang ditulis reviewer adalah poin-poin yang sudah kami diskusikan di PS saat visitasi. Bagi kami tak ada suatu yang baru. Kita kan sudah mendikusikannya saat visitasi. Jadi, bagi kami tidak ada yang perlu diperdebatkan. Tidak juga ada alasan bagi kami untuk merah telinga karena semuanya benar. Ini hanya seperti pembacaan notulen sidang saja, makanya dari awal reviewer bilang kalau tidak ada lagi diskusi. Kami tidak berkomentar karena kami sudah tahu masalahnya, bukan karena kami takut.
Nah pak Rhiza dan rekan-rekan lain, begitulah ceritanya. Kenapa pada komentar awal saya terhadap tulisan MA saya katakan tidak tertarik menanggapi, karena judul dan isinya salah. Sudah isinya keliru, judulnya keliru lagi. Semi QUE dan DUE-like itu beda sekali lho... Insya Allah kesempatan lain akan saya tulis berbagai projek kompetitif, perbedaaan dan ciri masing-masing. Sebagai orang yang pernah menjadi internal reviewer, saya tahu persis betapa PS di Unhas ini masih sangat rendah kapasitasnya dalam membuat evaluasi diri, merumuskan masalah untuk kemudian membuat rencana kegiatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Saya tidak ingin mengecilartikan kemampuan teman-teman, tapi kenyataan bahwa program studi yang punya orang potensial tidak selalu lolos. Orang-orang pintar di Unhas, seperti pak Dadang, pak Junaedi, pak Iqbal, Prof Alfian, dll tahu persis kalau pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang. Apalagi kalau tanpa kerjasama yg solid di PS-nya.
Bagaimana akibat pernyataan PR IV? Insya Allah ngga ada masalah. Menurut info yang saya terima, ternyata orang Dikti sudah tahu kalau PR IV Unhas orangnya memang seperti itu. Mereka jadi ingat akan 'kasus' serupa pada TPSDP Unhas yang mengakibatkan Rektor mengirim pak Muis dan pak Junaedi untuk menyampaikan pesan Rektor bahwa Rektor Unhas komit mendukung TPSDP dan bersedia menyediakan DRK (dana pendamping). Tentang bagaimana komentar reviewer sudah saya sampaikan pada e-mail sebelumnya (FYI), a.l. mereka mengatakan pentingnya soft skill dan yang lain mengatakan semoga good luck kepada saya kalau dia (PR IV) jadi pimpinan saya.
Udah dulu ah ya... Kalau ada teman yang ingin menanyakan sesuatu, saya persilahkan.... Sudah barang tentu cerita sesungguhnya lebih panjang dari yang bisa saya tulis disini.
Wassalam,
Mahmud Ghaznawie

[Non-text portions of this message have been removed]


________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 9

Date: Sat, 18 Oct 2003 17:45:17 +0800

From: "Mahmud Ghaznawie"

Subject: Visitasi DUE-like


Saya baru tahu kalau satu paragraf hanya diizinkan jumlah kata/karakter tertentu, selebihnya terputus. Ini saya coba kirim lagi. Semoga lebih baik. Maaf sebelumnya -mg-
Salam dari Makassar
[Buat teman-teman yang telah berkirim e-mail via japri, sms dan menelpon saya, saya ucapkan terima kasih. Memenuhi permintaan teman-teman, ini saya ceritakan beberapa poin sehubungan dengan visitasi DUE-like yang 'heboh' itu]
Hari Sabtu, Minggu dan Senin yll Unhas kedatangan reviewer dari Dikti untuk mengevaluasi pelaksanaan DUE-like di Unhas. Mereka datang untuk bertemu dengan Pimpinan Unhas dan Fakultas (yang PS-nya dapat DUE-like), LPIU (Local Project Implementation Unit) dan P2T Unhas, Project Coordinator (PC) dan Person in Charge (PiC). Setelah bertemu pimpinan Unhas dan PS, Tim Monev (Monitoring &evaluasi) serta LPIU dan P2T di hari Sabtu, mereka bertemu dengan PC + PiC PS Kedokteran Minggu pagi dan sorenya bertemu dengan PC + PiC PS AN. Hari Senin kita berkumpul untuk mendengarkan wrap-up (rangkuman) hasil visitasi.
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, issue strategis yang biasa dijadikan fokus adalah peningkatan Relevance, Academic atmosphere, Internal management, Sustainability dan Efficiency & productivity (biasa disingkat RAISE) di suatu PS. Setelah melakukan evaluasi diri & analisis SWOT dan merumuskan akar masalah di PS Kedokteran, PS Kedokteran merancang berbagai kegiatan untuk menanggulanginya, a.l.: mendesain ulang kurikulum, meningkatkan ketrampilan klinik, meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, meningkatkan suasana belajar, meningkatkan suasana mengajar dan meningkatkan kemampuan staf administrasi dengan memberikan berbagai pelatihan (misalnya aplikasi komputer, manajemen perkantoran dan pelayanan prima). Suatu kegiatan sudah barang tentu bisa berefek meningkatankan 1 atau 2 (bahkan lebih) komponen RAISE tersebut.
Kurikulum baru kedokteran Unhas sekarang disusun berdasar sistem/organ, bukan lagi disiplin (keilmuan). Kalau dulu orang belajar anatomi, faal, biokimia dll sampai tuntas, baru kemudian di tingkat berikut-berikutnya belajar bedah, penyakit dalam, dll, maka sekarang mahasiswa belajar alat/sistem pencernaan mulai dari anatominya sampai cara pemeriksaan, penyakit-penyakit serta pengobatannya. Demikian juga alat pernafasan, sistem pembuluhan darah dan jantung, sistem reproduksi, dll. Desain kurikulum baru ini berhasil mengurangi pengulangan, sehingga lama masa belajar bisa dikurangi (efisiensi). Dalam Proposal dan Project Implementation Plan (PIP) mendesain ulang kurikulum masuk dalam kategori meningkatkan Relevansi. Saat visitasi reviewer bertanya "relevans untuk siapa?" Dijawab "untuk stakeholder". Trus mereka bertanya lagi "siapa saja mereka?".

Dijawab "para Kepala RS, Dinas, Puskesmas, Perusahaan, alumni, dosen, mahasiswa, dll. Kami terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan mereka ini". "Pelibatan stakeholder dalam menentukan kurikulum baru itu bagus sekali", kata mereka. Trus mereka bertanya "bagaimana dengan relevansi pada visi/misi Unhas sendiri?" Dijawab "kurikulum ini lebih ditekankan relevansinya dengan kebutuhan pasar seperti yang terungkap dalam pertemuan dengan stakeholder". Reviewer bertanya lagi "doter yang seperti apa yang mau dihasilkan FK Unhas?" Dijawab "dokter stem-cell, artinya multi-potent, bisa sebagai healer, manager, leader, inovator, dll" Bagaimana dengan relevansi pada visi/misi Unhas? " Dijawab "kita belum sampai kesitu.

Masih kontroversi apakah ciri khas itu ditentukan di tingkat program studi (misalnya unggul akan penyakit tropis) ataukah di tingkat universitas (unggul akan kedokteran kelautan, apa pun juga artinya)". Reviewer cuma berkomentar boleh saja PS menentukan cirinya sendiri. Hanya saja, berarti PS tersebut perlu mencari dana sendiri, misalnya melalui penelitian, kerjasama, dll. Trus saya bertanya kepada reviewer yang berasal dari ITB, apa PIP ITB. Dia bilang "ITB itu pinter pak.. PIP-nya meliputi laut, darat dan udara. Jadi semuanya diunggulkan. Jadi tidak ada program studi yang jealous".. hahaha, katanya sambil ketawa... Agaknya dia juga ngga tahu persis atau ngga mau pusing dengan issue PIP... Entahlah... (baca e-mail saya sebelumnya ttg PIP).

Saya kira, kalau kegiatan mendesain ulang kurikulum itu kami masukkan dalam sub-heading peningkatan komponen efisiensi dan produktifitas (dari RAISE), pertanyaan berkait relevansi dengan visi/misi Unhas ngga akan muncul. Bahkan indikator kinerjanya kelihatan sekali berhasil dicapai dengan baik. Walaupun begitu, secara umum reviewer puas akan pelaksanaan kegiatan DUE-like di PS Kedokteran. Alhamdulillah..


Saya tidak mengerti sampai ada orang yang "menangkap pesan tersirat bahwa peningkatan pendapatan tidak semestinya dijadikan sebagai indikator keberhasilan, kecuali kita sudah menganut paham materialisme / hedonisme". Tapi biarlah.. Namanya juga manusia, salah tangkap kan bisa saja yakh... Sesungguhnya dalam pembicaraan dengan reviewer (baik dng pimpinan, di PS maupun saat wrap-up) SAMA SEKALI TIDAK pernah ada pembicaraan tentang peningkatan pendapatan staf pengajar. Justru mereka salut dengan dosen kedokteran yang begitu tinggi komitmennya. Pada hari Minggu masih mau datang. Reviewer salut dosen FK mau berjuang untuk mengembangkan PS-nya tanpa imbalan honor yang sepadan. Sulit mencari dosen FK di Indonesia yang seperti itu.

[Catatan: PiC PS Kedokteran semuanya spesialis dan untuk ekstra kerja yang luar biasa seperti ini mereka cuma mendapat honor 250 ribu/bulan dipotong pajak]. Untuk mempertahankan sustainability, PS Kedokteran menekankan pada usaha mendapatkan dana untuk melanjutkan kegiatan kalau DUE-like selesai. Reviewer ingin agar usaha menjaga sustainability bukan hanya "fund raising" tapi lebih difokuskan pada masing-masing kegiatan yang berkaitan dengan 'good practices'.


Saya tidak mengikuti visitasi di PS AN. Tetapi, teman yang mengikuti di sana berkirim sms (semacam reportase) yang mengindikasikan kesulitan teman-teman di AN. Hal ini memang terungkap di waktu pertemuan wrap-up. Banyak kegiatan yang belum terlaksana tanpa justifikasi yang masuk akal. Alasan yang dikemukakan a.l. dana terlambat turun. Repotnya, kegiatan yang tidak memerlukan dana juga tertunda. Misalnya "English day". Ini kan ngga perlu dana. Eee, mereka bilang belum dilaksanakan lokakarya untuk membuat internal regulation untuk menentukan itu. Lha, bikin English day aja koq perlu lokakarya bikin aturan segala. Itulah makanya reviewer bilang PC dan PiC di AN perlu lebih kreatif dan inovatif. Kesulitan lain juga dihadapi rekan-rekan di AN karena bilang kalau kuliah bahasa Inggris sudah dimulai, ketika ditelusuri lebih lanjut ternyata belum.

Trus mereka berkelit dengan mengatakan "maksudnya dalam kuliahnya dosen ybs menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris".. Sebetulnya masih banyak lagi komentar mereka akan hasil visitasinya di AN. Tapi, ngga perlulah kita ungkap disini.


Pada saat wrap-up Rektor lagi di luar kota. Demikian pula PR I. Saya ngga tahu persis kemana PR II dan PR III. Yang jelas acara tersebut dipimpin oleh PR IV. Setelah reviewer membacakan laporan visitasinya, ada beberapa pertanyaan (klarifikasi) atau komentar singkat dari hadirin. Dekan FK, PD I FK, Dekan Sospol dan PC AN angkat bicara. Semua komentar atau pertanyaan mereka dicatat oleh Reviewer. Setelah semua selesai, giliran PR IV berkomentar. Saya ngga bisa merecall persis apa yang dia sampaikan karena dia ngomong cepat dan bernada 'marah-marah'. Tapi ada beberapa poin yang dia sampaikan (kalimatnya mungkin tidak sama persis, tapi isinya beginilah yang saya tangkap), a.l. "kalau Unhas sudah kreatif dan inovatif, maka Unhas tidak perlu DUE-like", "sebetulnya kalau pemerintah pusat mau membantu, beri saja kami duitnya", "tahun depan DUE-like tidak ada lagi dan digabungkan dengan SP4?", dll.

PR IV juga meminta tayangan yang menyangkut kurikulum PS Kedokteran dengan visi Unhas dibuka ulang. Disini PR IV sempat bilang "ini kentara sekali kalau reviewer tidak menguasai visi/misi-nya Unhas". Karena ngomongnya cepat dan sulit ditangkap apa maunya, sementara reviewer perlu mencatatnya untuk disampaikan di Jakarta, reviewer sampai pernah bertanya "jadi apa yang musti saya tulis disini pak?". Selesai pertemuan yang tidak happy ending itu, salah satu reviewer berkata "yakh, kita sampaikan saja nanti di Jakarta kalau Unhas ngga perlu DUE-like". Saya spontan menjawab "dia mungkin ngga butuh, tapi kami -Program Studi- membutuhkan..!!" Kalau saja PR IV waktu itu menyampaikan komentarnya dengan lebih tertata, arif, tidak 'meledak-ledak' dan emosional, dalam kalimat yang jelas kaitan satu sama lainnya, menunjukkan sikap santun terhadap tamu, barangkali situasinya tidak serunyam itu.

Barangkali itulah yang dimaksud oleh salah seorang reviewer sebagai 'soft skill'.
Sesungguhnya, apa yang ditulis reviewer adalah poin-poin yang sudah kami diskusikan di PS saat visitasi. Bagi kami tak ada suatu yang baru. Kita kan sudah mendikusikannya saat visitasi. Jadi, bagi kami tidak ada yang perlu diperdebatkan. Tidak juga ada alasan bagi kami untuk merah telinga karena semuanya benar. Ini hanya seperti pembacaan notulen sidang saja, makanya dari awal reviewer bilang kalau tidak ada lagi diskusi. Kami tidak berkomentar karena kami sudah tahu masalahnya, bukan karena kami takut.
Nah pak Rhiza dan rekan-rekan lain, begitulah ceritanya. Kenapa pada komentar awal saya terhadap tulisan MA saya katakan tidak tertarik menanggapi, karena judul dan isinya salah. Sudah isinya keliru, judulnya keliru lagi. Semi QUE dan DUE-like itu beda sekali lho... Insya Allah kesempatan lain akan saya tulis berbagai projek kompetitif, perbedaaan dan ciri masing-masing. Sebagai orang yang pernah menjadi internal reviewer, saya tahu persis betapa PS di Unhas ini masih sangat rendah kapasitasnya dalam membuat evaluasi diri, merumuskan masalah untuk kemudian membuat rencana kegiatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Saya tidak ingin mengecilartikan kemampuan teman-teman, tapi kenyataan bahwa program studi yang punya orang potensial tidak selalu lolos.

Orang-orang pintar di Unhas, seperti pak Dadang, pak Junaedi, pak Iqbal, Prof Alfian, dll tahu persis kalau pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang. Apalagi kalau tanpa kerjasama yg solid di PS-nya.


Bagaimana akibat pernyataan PR IV? Insya Allah ngga ada masalah. Menurut info yang saya terima, ternyata orang Dikti sudah tahu kalau PR IV Unhas orangnya memang seperti itu. Mereka jadi ingat akan 'kasus' serupa pada TPSDP Unhas yang mengakibatkan Rektor mengirim pak Muis dan pak Junaedi untuk menyampaikan pesan Rektor bahwa Rektor Unhas komit mendukung TPSDP dan bersedia menyediakan DRK (dana pendamping). Tentang bagaimana komentar reviewer sudah saya sampaikan pada e-mail sebelumnya (FYI), a.l. mereka mengatakan pentingnya soft skill dan yang lain mengatakan semoga good luck kepada saya kalau dia (PR IV) jadi pimpinan saya.
Udah dulu ah ya... Kalau ada teman yang ingin menanyakan sesuatu, saya persilahkan.... Sudah barang tentu cerita sesungguhnya lebih panjang dari yang bisa saya tulis disini.
Wassalam,
Mahmud Ghaznawie

[Non-text portions of this message have been removed]


________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 10

Date: Sat, 18 Oct 2003 17:54:21 +0800

From: "Mahmud Ghaznawie"

Subject: Permohonan maaf


Saya mohon maaf, karena ternyata jumlah karakter dalam satu paragraf dibatasi. Jika melewati jumlah tertentu, kalimat berikutnya hilang. Itulah sebabnya pengiriman tulisan berjudul "Visitasi DUE-like" terkirim 3 kali dan baru yang terakhir yang lengkap. Namun terpaksa ada alinea baru yang tidak sesuai kaidah. Sekali lagi mohon maaf...
Wassalam,
Mahmud Ghaznawie

[Non-text portions of this message have been removed]


________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 11

Date: Sat, 18 Oct 2003 22:39:24 +0800

From: Tahir

Subject: Ungkapan


Ass. Wr. Wb.

Ini sebagaianh satu cuplikan dari email mantan

murid saya:
*********

saya jadi ingat pak Rachmat S. waktu masih kuliah

.. Kata beliau sesuatu itu salah jika salah satu

syarat tidak bisa dipenuhi, dan utk membuktikan

sesuatu itu benar maka semua syarat hrs terpenuhi.
Nah, Luqman hrs buktikan klo squidnya jalan dengan

benar klo semua klien yg menggunakan bisa jln

dengan benar juga .. :) hayoooooo
Salam,

Daniel


************
Jadi untuk cari kesalahan itu mudah tapi

mengakui/mendapat kebenaran sulit yaa..........


Wass.

Tahir
[Non-text portions of this message have been removed]


________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 12

Date: Sat, 18 Oct 2003 22:39:24 +0800

From: Tahir

Subject: Ungkapan


Ass. Wr. Wb.

Ini sebagaianh satu cuplikan dari email mantan

murid saya:
*********

saya jadi ingat pak Rachmat S. waktu masih kuliah

.. Kata beliau sesuatu itu salah jika salah satu

syarat tidak bisa dipenuhi, dan utk membuktikan

sesuatu itu benar maka semua syarat hrs terpenuhi.
Nah, Luqman hrs buktikan klo squidnya jalan dengan

benar klo semua klien yg menggunakan bisa jln

dengan benar juga .. :) hayoooooo
Salam,

Daniel


************
Jadi untuk cari kesalahan itu mudah tapi

mengakui/mendapat kebenaran sulit yaa..........


Wass.

Tahir
[Non-text portions of this message have been removed]


________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 13

Date: Sat, 18 Oct 2003 22:52:31 +0800

From: Tahir

Subject: Re: Re: Visitasi DUE-like


Mahmud Ghaznawie wrote:

>

> ----- Original Message -----



> From: "Rhiza S. Sadjad"

>


> Reviewer tampak senang ketika mendengar bahwa kegiatan DUE-like embedded

> dalam kegiatan Fakultas. Di Kedokteran kegiatan DUE-like dilaporkan pada

> pertemuan reguler pimpinan, rapat koordinasi dan rapat Senat Fakultas. Ini

> menunjukkan komitmen yang tinggi pada pihak pimpinan dan koordinasi yang

> baik antara pengelola DUE-like dengan pimpinan Fakultas.

>


Ass. Wr. Wb.

Pak Rhiza.. Apakah kegiatan TPSDP di FT juga

dihayati dengan baik oleh pimpinan FT? Kan perlu

antisipasi....

Wass.

Tahir



To: unhas-ml@yahoogroups.com

Subject: [unhas-ml] Digest Number 1169

------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->

Rent DVDs Online - Over 14,500 titles.

No Late Fees & Free Shipping.

Try Netflix for FREE!

http://us.click.yahoo.com/Tq9otC/XP.FAA/3jkFAA/IYOolB/TM

---------------------------------------------------------------------~->


Mau stop berlangganan? Mudah saja:

Kirim e-mail kosong ke alamat:

unhas-ml-unsubscribe@yahoogroups.com

Klik:


http://groups.yahoogroups.com/group/unhas-ml/messages/

------------------------------------------------------------------------


There are 8 messages in this issue.
Topics in this digest:
1. Re: Visitasi DUE-like

From: "rhiza_sadjad"

2. Tanya Kuesioner

From: Yaty Yasir

3. Re: Visitasi DUE-like

From: "rhiza_sadjad"

4. Fwd: [MIIT] Fw: COMPLETE, UNCENSORED TEXT OF MALAYSIAN PRIME MINISTER'S SPEECH ON THE STATUS OF ISLAM IN THE MODERN WORLD

From: Yaty Yasir

5. Re: Tanya Kuesioner

From: "rhiza_sadjad"

6. Re: Re: KLARIFIKASI

From: TRIYATNI

7. Re: Re: KLARIFIKASI

From: "Didi R."

8. Re: Re: Tanya Kuesioner

From: "Mahmud Ghaznawie"

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________


Message: 1

Date: Sun, 19 Oct 2003 11:55:45 -0000

From: "rhiza_sadjad"

Subject: Re: Visitasi DUE-like


--- In unhas-ml@yahoogroups.com, Tahir wrote:

> >


> Ass. Wr. Wb.

> Pak Rhiza.. Apakah kegiatan TPSDP di FT juga

> dihayati dengan baik oleh pimpinan FT? Kan perlu

> antisipasi....

> Wass.

> Tahir


>

'Alaikum salam wr.wb.

Insya Allah ndak masalah kalo' di FT, pak, karena

pak Dekan 'kan mantan Koordinator Proyek dan Ketua

SATGAS TPSDP Sipil, jadi beliau menghayati betul

"suka-duka"-nya proyek seperti ini .......

Kecuali kalo' beliau sudah "melupakan"-nya ....

Wassalam, Rhiza

rhiza@unhas.ac.id

http://www.unhas.ac.id/~rhiza/

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________


Message: 2

Date: Sun, 19 Oct 2003 09:38:05 -0400 (EDT)

From: Yaty Yasir

Subject: Tanya Kuesioner


Assalaamu'alaykum...
Maaf nih... tadi pagi saya ditelepon oleh Kak Ina dari

Adelaide yang menyampaikan kalau beberapa hari lalu

Ibu...Haruna (maaf baik saya maupun Kak Ina lupa first

name-nya) menulis email ke Kak Ina menanyakan nomor

telepon untuk menghubungi saya sehubungan dengan

penelitiannya (S2 komunikasi kalo tidak salah...

student-nya Pak Rhiza). Saya memang ingat pernah nama

saya dipilih Ibu tersebut untuk jadi responden

penelitiannya melalui sebuah email di milist ini, tapi

setelah saya tunggu kuesioner yang mestinya saya isi

tidak pernah sampai ke saya. Atau saya yang kurang

teliti menyimak isi email itu karena menurut kak Ina,

Ibu Haruna sudah pernah mengirim kuesioner tersebut ke

saya (atau saya salah karena kuesioner tersebut sudah

ter'attached' di email milist ini?). Makanya Kak Ina

heran kok saya tega-teganya tidak 'membantu' orang

yang membutuhkan saya mengisi kuesioner penelitian

tersebut? hehehe... soalnya sudah tahu betapa sedihnya

kalo orang yang kita harapkan sehubungan dengan

penelitian kita tidak merespon :)... sampai saya

di"omeli" Kak Ina :)).
So, melalui email ini, saya minta tolong kepada Ibu

Haruna (maafin sekali lagi saya lupa first name-nya)

untuk mengirimkan sekali lagi kuesioner tersebut dan

saya janji insya Allah akan saya isi dan kembalikan

A.S.A.P. Untuk lebih mudah, tolong kirimkan lewat

japri ke: yatyasir@telkom.net supaya saya bisa

download kuesioner tersebut dari outlook express saya.
Sekali lagi saya minta maaf kepada Ibu Haruna... sama

sekali saya tidak bermaksud mempersulit :) cuma memang

saya tidak menerima (atau rada tel-mi di'? he he he)

kuesioner penelitian tersebut. Kalo mo 'instant', saya

bisa dihubungi di: 0811-411-403.
Sorry member yang lain, soalnya saya tidak tahu alamat

email Ibu Haruna.


Salaam,

Yaty Yasir


**********************************************

Sriwiyaty Kelarina Yasir

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI

Kantor Asisten Deputi Urs. Wil. Sulawesi, Maluku, dan

Papua

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17 Sudiang



Makassar - 90243

Tel. 0411-555701, 555702

Fax. 0411-555703
Jalan Datuk Ribandang II (2) No. 19

Makassar - 90214

Tel. 0411-452687

Mobile tel. 0811-411-403


______________________________________________________________________

Post your free ad now! http://personals.yahoo.ca

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________


Message: 3

Date: Sun, 19 Oct 2003 13:42:34 -0000

From: "rhiza_sadjad"

Subject: Re: Visitasi DUE-like


--- In unhas-ml@yahoogroups.com, "Mahmud Ghaznawie"

wrote:


>

> > Yang saya khawatir justru sikap yang ditunjukkan

> > oleh pimpinan UNHAS sendiri, khususnya PR IV

> > yang jelas-jelas telah merusak citra UNHAS

> > di mata reviewers. Ini malah yang bisa-bisa

> > mengakibatkan putusnya Proyek.

>

> Kekawatiran yang sama semula juga ada pada diri saya.



> Tapi belakangan saya diberitahu bahwa pernyataan-pernyataan

> seperti itu ternyata di Dikti sudah ngga direken lagi,

> jadi ngga perlu kawatir lah.. Tapi kan ini justru ironis

> ya... Siapa sih yang ngga pengin pimpinannya diperhitungkan

> di Dikti..??

> Simpang siur sikap yang ditunjukkan pimpinan Unhas

> memberikan kesan kurang manis tentunya.

>


> > Saya sungguh prihatin dengan sikap PR IV,

> > mudah-mudahan cepat sadar-lah, yah ....

>

> Amiin, ya robbal 'alaimiin... Semoga kejadian ini menjadi



> pelajaran buat kita semua...

>


> Wassalam,

>


> Mahmud Ghaznawie

>

Pak Mahmud, dan kawan-kawan semua. Terus terang



tadinya saya segan menulis seperti yang di bawah

ini, kita semua tahu PR IV orangnya nggak suka

di-kritik, tapi saya rasa untuk kebaikan masa

depan UNHAS, harus ada orang yang berani

meng-kritik-nya..... mudah-mudahan ada yang

berbaik hati melaporkan ke pak Rektor diskusi

di unhas-ml ini, khususnya yang menyangkut

kinerja pembantu kesayangannya ini ....,

maksudnya supaya ada perbaikan-lah, gitu ...
Saya merasa sudah sangat keterlaluan. Selama

ini dalam berbagai persoalan, saya "kalah"

dan/atau sengaja mengalah terhadap kebijakan-

kebijakan (atau ke-tidak-bijak-an?) PR IV

yang melibatkan diri saya demi kebaikan

UNHAS, itu saja yang saya pikirkan selalu.

Tapi dengan kejadian DUE-like kemarin, yang

pasti menyangkut TPSDP nantinya, saya kira

saya perlu menuliskan ini semua dengan

terus-terang. Kalo' pun saya "kalah" lagi,

ndak apa-apa, asalkan demi kebaikan UNHAS.
Beberapa hari ini dalam berbagai kesempatan

ada teman-teman berkumpul, selalu PR IV jadi

bahan pergunjingan. Semua kita tahu tidak

baik menggunjingkan orang, lebih-lebih

menjelang bulan Puasa seperti ini. Tapi

semua pergunjingan (saya risih sebetulnya

mendengarnya) tentang keburukan perilaku PR IV

sebenarnya bernada keprihatinan. "Mau kemana

UNHAS ini dibawa?", ungkapan seperti itu

biasa saya dengar. Nadanya semua sama, nada

kesal dan prihatin, atau rasa malu punya

pimpinan kok kaya' begitu. Tidak saja di

Makassar ini PR IV dipergunjingkan seperti

itu, tapi sampai ke daerah-daerah....

"Bagaimana PR IV-ta' itu, kok begitu sih?"

biasa saya dengar...... terakhir saya dengar

di UNTAD Palu ....
Yang paling banyak dipergunjingkan adalah

sifat PR IV yang suka "marah-marah", dengan

tidak pandang bulu dan tidak pandang tempat

dan waktu, seperti sudah jadi "hobby" saja.

Seorang staf-nya mengatakan: "Ah, sama ji,

kerja baik atau tidak kerja atau kerja jelek,

dimarah mentong....., yah, kita kerja mau-mau

kita saja kalo' begini...". Yang paling lucu,

ada beberapa orang yang PR IV tidak berani

memarahi, salah satunya pak Tahir. Sampai

ada seorang teman bilang: "Kalo' diundang

rapat PR IV, lihat-lihat ki dulu ...., kalo'

ada pak Tahir, mau-ka' datang.... kalo'

tidak, pasti dia marah-marah.... sembarang

orang na-marahi kaya' anak kecil, tidak

enak ditelingaku beng ...". Orang Jawa

memandang marah sebagai "aib" yang harus

disembunyikan, Suharto berhasil berkuasa

30 tahun salah-satunya karena pandainya

menyembunyikan marahnya. Tapi ini universal,

kata teman. Apalagi sebagai pimpinan,

harusnya pandai-pandai "mengatur" marahnya

..... Pak Amiruddin terkenal pemarah, tapi

semua orang sayang pada beliau. Memang

tidak fair membandingkan PR IV dengan

pak Amir, masih sangat jauh kelasnya.....

Tapi sifat suka marah-marah PR IV ini

membuat orang menghindar, lebih

baik tidak usah berurusan dengan PR IV...
Susahnya orang sulit menghindar, karena

ada perilaku buruk PR IV lain, yaitu

suka ikut campur pada urusan orang lain

yang bukan urusannya. "Paricuh", istilah

teman-teman itu. Sepertinya semua urusan

di UNHAS ini adalah urusannya. Kalo' turut

campur dalam arti positif sebagai seorang

unsur pimpinan sih nggak apa-apa, malah

bagus, sebagai unjuk kepedulian..... Tapi

ini nggak, tanpa ba tanpa bu, seolah-olah

dia tahu betul, jadinya malah merusak,

minimal merusak suasana. Saya sih mengalami

sendiri dalam urusan Internet... tapi itu

sudah sering dibahas di sini, ndak usah

diulang-ulangi. Contoh DUE-like Fakultas

Kedokteran nyata sekali. Yang in-charge

adalah PR I, tapi PR IV bikin kericuhan

di situ.....Pernah katanya dalam suatu

pelatihan, ada diskusi hangat mengenai

visi dan misi UNHAS, eh, rupanya ada

yang kirim SMS ke PR IV bilang bahwa

visi dan misi UNHAS sedang "dikritik"

di pelatihan itu......Tiba-tiba

- setelah diskusi hangat usai - dia

datang lalu marah-marah ...seolah-olah

"barang milik"-nya diganggu orang.

Padahal kecele dia, karena diskusi hangatnya

sudah usai. 'Kan malu, lebih-lebih yang

memberikan pelatihan adalah orang luar,

entah bagaimana pandangan orang luar,

visi dan misi kok seperti "ideologi"

yang ndak boleh didiskusikan ..... Ikut

campur urusan orang ini termasuk juga

dalam otoritas ilmiah. Semua bidang ilmu

dia campuri seolah menjadi expert di situ,

sambil mengejek dan menghina orang yang

memang sudah menekuni ilmunya bertahun-tahun

di situ. Baca satu-dua buku Kedokteran saja,

sudah sok lebih pintar dari dokter ahli....

Perilaku semacam ini tentu sangat memalukan

di kalangan akademisi, saya yakin banyak

orang diam-diam mentertawakan PR IV untuk

perilaku-nya yang satu ini.
Keburukan perilaku PR IV lainnya yang

sering dipergunjingkan orang adalah

"modus operandi"-nya membuat lembaga

tandingan kalo' keinginan megalomania

untuk menguasai tidak tercapai. Ini

persis perilaku Orde Baru. Untuk

menyaingi PSLH, bikin PSDAL atau apa

itu..... SISDIKSAT disikat dengan PIU,

BKS PTN INTIM dengan Konsorsium....

Tidak mustahil kalo' nanti tidak bisa

menguasai Fakultas kedokteran, dibikinlah

tandingannya Fakultas Kedokteran Alternatif,

misalnya, hehehe..... 'kan jadi lucu.
Masih banyak perilaku-perilaku buruk

PR IV yang terlalu panjang kalo' diungkap

di sini, salah satunya adalah sulitnya

bekerjasama dengan orang lain. Dan parahnya,

kalo' orang tidak bisa bekerjasama dengan

PR IV, dibilang tidak mau membangun UNHAS.

Kaya' cuma PR IV saja yang mau membangun

UNHAS, yang lain dianggap GPK (Gerakan

Pengacau Keamanan) UNHAS. "Kalo' anda

mau membangun UNHAS, mari kerjasama dengan

saya, kalo' anda tidak mau kerjasama dengan

saya, berarti anda tidak mau membangun

UNHAS". Dari situ PR IV jadi tidak

apresiatif terhadap usaha dan upaya orang

lain. Apresiasinya hanya sebatas retorika,

atau merupakan bagian dari upaya ikut nge-

klaim atau ikut memanfaatkan hasil kerja

orang lain ...... Kalo' ada yang berhasil

dengan usahanya, maka diupayakan supaya

PR IV bisa ikut "menikmati", minimal bisa

ikut meng-klaim keberhasilan itu. "Saya

ji itu yang meng-goal-kan proyek-ta'",

begitu selalu. Atau "Proyek-ta' harus setor

30 % untuk UNHAS, karena 'kan pake' simbol

ayam"...... atau minimal "Kasih mi tiket

untuk pak Rektor pergi main golf.....".


Nah, ngomong-ngomong tentang pak Rektor,

biasanya pergunjingan tentang PR IV

diakhiri dengan pertanyaan tak terjawab

tentang sikap Rektor. Mustahil segala

pergunjingan tentang PR IV tidak sampai

ke telinga Rektor. Mestinya sudah dari

dulu PR IV dipecat akibat perilakunya

yang banyak merugikan UNHAS, minimal

citra pimpinannya. Kalo' ancaman yang

selalu di-umbar PR IV ("Kupecat ko nanti!",

begitu selalu dikatakannya, atau, seperti

yang dibilang ke Dokter Mahmud: "kalo'

tidak mampu, mengundurkan diri saja...")

diberlakukan pada dirinya, tentu sudah

lama PR IV dipecat. Tapi Rektor sepertinya

memang sengaja mempertahankannya. Ada

yang ber-teori, justru PR IV dijadikan

sebagai "wastafel"-nya Rektor, tempat

"cuci tangan" supaya tangan Rektor tetap

bersih dalam segala persoalan UNHAS,

Rector can do no wrong..... Kalo' begitu,

Rektor memang pintar dalam memanfaatkan

ambisi bawahannya itu untuk "ke-enak-an"

dan kenyamanan hidup dirinya. Tidak heran,

sementara orang kalang-kabut memperbaiki

dan membangun UNHAS dengan segala

persoalannya, Rektor masih bisa jalan-

jalan main golf ke sana kemari. Kalo'

pemimpin yang betul-betul serius memikirkan

UNHAS, tentu setiap malam tidak enak tidur.

Saya saja waktu jadi Ketua Jurusan, cuma

memikirkan urusan satu Jurusan saja,

sering terpaksa begadang dan kepikiran

terus, apalagi kalo' ngurus UNHAS.....


Ada yang bilang juga "hutang budi" Rektor

terhadap PR IV dalam meng-oppo'-kan dirinya

terlalu besar ....., sehingga sulit bagi

Rektor untuk mengendalikannya sekarang.

Praktis konon PR IV lebih banyak bertindak

sebagai "Pengatur Rektor" daripada "Pembantu

Rektor", banyak SK yang dibuat PR IV

tidak dilihat-lihat lagi oleh Rektor,

langsung ditandatangani saja.
Wah, sudah terlalu panjang saya menulis,

yah, walau pun masih banyak sebenarnya

uneg-uneg lain yang mau diungkapkan, yang

biasa dipergunjingkan orang di belakang.

Saya tidak suka menggunjing orang di

belakang ybs., makanya lebih baik saya

ungkapkan saja secara terbuka begini.

Ada beberapa gelintir teman dekat PR IV

seperti Ibu Triyatni, Pak Tadjuddin

Parenta, Ibu Rita Husain Badawing, dll.,

yang dulu suka mengingatkan PR IV kalo'

ada yang tidak beres dengan dirinya,

tapi kaya'-nya mereka sekarang tutup-mata

tutup-telinga, mungkin sudah malas

mengingatkan lagi karena tidak mau

juga berubah. Padahal 'kan seharusnya

merekalah yang jadi peng-kritik terkeras

kalo' benar-benar teman sejati yang

menyayangi PR IV. Bukan cuma mau menyayangkan

saja pada akhirnya nanti .....


Terakhir, saya benar-benar segan sebetulnya

menuliskan semua di atas itu, tapi sebelum

segalanya terlambat, demi kebaikan UNHAS

sendiri, saya pun telah menuliskannya.

Saya berharap semoga tulisan ini memberikan

kontribusi positif pada perubahan perilaku

PR IV, walau pun ada saja orang yang lebih

suka agar PR IV tidak usah berubah, biarkan

saja begitu, .........., supaya selalu ada

saja yang bisa jadi bahan pergunjingan dan

"bulan-bulanan" orang. Saya khawatir Rektor

termasuk orang yang tidak ingin PR IV

berubah, karena alasan yang sama .....

Yang jelas saya tidak termasuk golongan

orang yang demikian, makanya saya bersusah-

payah menuliskan semua di atas itu. Memangnya

gampang menulis begini?
Maaf jika ada yang kurang berkenan, dan

terimakasih atas kesabaran teman-teman semua

membaca tulisan panjang tentang keburukan

orang ini. Berat dituliskan, lebih berat

lagi dibacanya ......
Wassalam, Rhiza

rhiza@unhas.ac.id

http://www.unhas.ac.id/~rhiza/

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 4

Date: Sun, 19 Oct 2003 09:51:21 -0400 (EDT)

From: Yaty Yasir

Subject: Fwd: [MIIT] Fw: COMPLETE, UNCENSORED TEXT OF MALAYSIAN PRIME MINISTER'S SPEECH ON THE STATUS OF ISLAM IN THE MODERN WORLD


"Abdi M. Soeherman" wrote: > To:

Al-Irfan@yahoogroups.com>

CC: "'Masyarakat Islam Indonesia Di Toronto'"

MIIT@yahoogroups.com>,

> ,

>


Yüklə 2 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   16




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin