Catatan seputar kasus "klerufikasi" di mailing-list unhas-ml



Yüklə 2 Mb.
səhifə8/16
tarix27.10.2017
ölçüsü2 Mb.
#16152
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   ...   16


>ganda, di samping sebagai regulator, dan wakil pemegang saham, juga sebagai

>pelaksana atau pemain. Karena saham Pertamina 100 persen dimiliki negara,

>maka Menneg BUMN selaku kuasa pemegang saham berkuasa penuh dalam

>mengangkat direksi dan komisaris. Di sinilah, dengan kasat mata terlihat

>bahwa Laksamana mengangkat dirinya sendiri menjadi preskom. Tak berlebihan

>pendapat yang menyatakan bahwa sesungguhnya Laksamana memimpin langsung

>operasi Pertamina.

>

>Masuknya PT Pertamina dalam lingkup wewenang Menneg BUMN kian



>mencemaskan masyarakat. Apalagi ada rencana bahwa Pertamina hendak

>dipriatisasi. Amboi! Diprivatisasi gaya Laksamana? No way! Membiarkan

>Pertamina diprivatisasi Laksamana sama saja dengan membiarkan penjarahan

>secara legal atas satu dari sedikit aset negara yang masih bisa diandalkan

>dan dibanggakan bangsa ini.

>

>Lupakah kita akan heboh penjualan 41,9 persen saham PT



>Indonesia Satelite Corporation (Indosat) Tbk kepada Singapore

>Technologies Telemedia (STT) tahun lalu? Divestasi Indosat hanyalah

>konfirmasi atas praktek KKN yang memang mengalami peningkatan tajam

>selama Laksamana menjabat Menneg BUMN. Dengan alasan untuk mengejar target

>APBN, Laksamana mempercepat divestasi saham pemerintah di Indosat.

>Akibatnya, kepemilikan saham pemerintah di perusahaan telekomunikasi itu

>tinggal 14 persen. PT Indosat, BUMN yang pada semester pertama 2002 meraih

>laba bersih Rp 540 miliar, lantas berubah status menjadi PMA.

>

>Bayangkan, BUMN yang dibangun dengan susah payah oleh bangsa



>Indonesia harus diserahkan kepada asing setelah perusahaan itu meraih

>untung. Pada tahun 2001, laba bersih Indosat mencapai Rp 1,5 triliun.

>Dengan asumsi laba bersih setiap tahun yang diraih Indosat sebesar itu dan

>dividen yang dibagikan 50 persen, maka setiap tahun, pemegang saham akan

>kebagian sedikitnya Rp 750 miliar.

>

>Itu semua belum termasuk keuntungan lain yang diberikan Indosat



>sebagai penyedia jasa telekomunikasi di Tanah Air. Kata para pakar, dengan

>memiliki mayoritas saham Indosat, asing juga memiliki hak atas berbagai

>lisensi yang dimiliki Indosat seperti lisensi SLI (sambungan langsung

>internasional), SLJJ (sambungan langsung jarak jauh) lokal, jasa seluler,

>internet, dan VOIP.

>

>Yang juga sangat memprihatinkan Indonesia sebagai bangsa berdaulat adalah



>peluang BUMN Singapura mengontrol berbagai informasi strategis yang

>digunakan untuk keperluan bisnis, pertahanan, dan keamanan kita. Karena

>dengan menguasai mayoritas saham di Indosat ?setelah sebelumnya memiliki

>mayoritas saham di PT Telkomsel, anak perusahaan PT Telkom yang bergerak di

>bisang jasa selular--, BUMN Singapura bisa mengakses seluruh sistem

>informasi di Indonesia.

>

>Di sini, divestasi saham pemerintah di perusahaan telekomunikasi bukan



>hanya aksi penjualan aset bangsa dengan harga murah, tapi juga tindakan

>konyol yang menghancurkan kedaulatan dan harga diri kita sebagai bangsa

>besar. Penjualan aset strategis milik negara Indonesia ke negara Singapura

>tak pelak merupakan penghinaan kepada Indonesia sebagai negara besar.

>

>Pengalihan kepemilikan BUMN dari pemerintah Indonesia ke pemerintah



>Singapura bukanlah privatisasi dalam arti yang sesungguhnya. Karena saham

>pemerintah Indonesia tidak jatuh ke pihak swasta, melainkan ke pemerintah

>suatu negara.

>

>Divestasi saham pemerintah di Indosat layak digugat kembali karena



>prosesnya tidak tranparan. Mulai terkuak bahwa pembelian saham perusahaan

>publik itu tak dilakukan STT, melainkan oleh Indonesia Communications

>Limited (ICL), perusahaan milik STT yang bermarkas di Mauritius. Kasus ini

>mengingatkan kita akan kisruh divestasi saham pemerintah di PT Bank Centra;

>Asia (BCA) Tbk. Pemenang tender bank rekap itu bukanlah Farallon Capital

>Management, melainkan PT Farindo, perusahaan yang antara lain dimiliki oleh

>Alaerka Invsetama, anak perusahaan PT Djarum

>

>Privatisasi Indosat memang sangat kontroversial. Manfaat yang



>diperoleh Indonesia tak ada artinya dibandingkan dengan keuntungan yang

>diperoleh Singapura. Dengan pemindahtanganan kepemilikan 41,9 persen saham

>pemerintah di Indosat ke STT, maka pemerintah Singapura kini menguasai

>pasar telekomunkasi selular di Indonesia. Karena, selain STT, Temasek

>Holdings, induk perusahaan telekomunikasi pemerintah Singapura juga

>memiliki 35 persen saham PT Telkomsel., anak perusahaan PT Telkom yang

>bergerak di bisnis telepon selular. Penguasaan bisnis telekomunkasi

>Indonesia oleh BUMN Singapura berpotensi menghasilkan perusahaan

>monopolistik yang merugikan kepentingan bangsa dan negara.

>

>Penjelasan pemerintah bahwa privatisasi Indosat akan meningkatkan



>penerimaan pajak, sulit terwujud. Karena pemilik 41,9 persen saham

>pemerintah di Indosat adalah SCL yang bermarkas di Mauritius. Sudah menjadi

>pengetahuan umum bahwa Mauritius adalah surga bagi penggelapan pajak.

>

>Setelah menjual Indosat, Laksamana menepuk dada, karena target APBN 2002



>dari penerimaan privatisasi sebesar Rp 6,5 triliun terlampaui. Namun,

>masyarakat Indonesia tak mudah dibodohkan begitu saja. Biaya yang

>dikorbankan bangsa dan negara ini untuk sekadar mendapatkan dana jangka

>pendek terlalu besar.

>

>Di samping itu, masyarakat juga tahu, bahwa upaya percepatan privatisasi



>BUMN dan divestasi saham pemerintah di BUMN dan di BPPN tak lepas dari

>interest pribadi dan kelompok untuk mendapatkan fee yang lumayan besar,

>yaitu mencapai sekitar 10 persen dari total transaksi.

>

>Berbagai fakta ini menunjukkan bahwa Laksamana adalah pengkhianat bangsa



>dan koruptor kakap di Tanah Air. Privatisasi yang dipropagandakannya

>hanyalah kedok untuk menjarah aset bangsa demi kepentingan kelompok

>tertentu dan ambisi politiknya.

>

>Kita paham bahwa privatisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja BUMN.



>Dengan memperluas kepemilikan saham dan memberikan kesempatan kepada

>swasta untuk ikut memiliki saham BUMN, maka pengelolaan BUMN diharapkan

>menjadi lebih transparan, akuntabel, dan efisien. Dengan privatisasi, BUMN

>mendapatkan tambahan dana segar untuk memperkuat struktur permodalan dan

>mengembangkan usaha.

>

>Akan tetapi, privatisasi yang dilaksanakan Laksamana adalah divestasi atau



>penjualan saham milik pemerintah yang hasilnya tak masuk ke kas perusahaan,

>melainkan ke kantung pemerintah untuk menutup defisit APBN. Kuat dugaan

>bahwa APBN sengaja dibuat defisit agar ada alasan untuk menjual saham

>pemerintah di BUMN dan aset yang dikuasai BPPN. Padahal, defisit APBN

>terjadi karena utang yang tak dinikmati rakyat.

>

>Adalah suatu penghinaan kepada seluruh bangsa ini bila Laksamana dan para



>pendukungnya menilai bahwa pihak yang menentang privatisasi adalah pihak

>yang tak paham konsep privatisasi. Kita justru paham tujuan luhur dari

>privatisasi yang justru di tangan Laksamana diselewengkan dan

>disalahgunakan.

>

>Dalam bukunya yang berjudul "BUMN, Martabat Bangsa, Korupsi, dan Kolusi",



>Laksamana menyatakan bahwa privatisasi adalah cara ampuh dalam memberantas

>dan menangkal KKN. Dengan demikian, privatisasi adalah pintu gerbang menuju

>sebuah perusahaan yang bebas KKN. Tapi, apa yang terjadi? Di masa

>Laksamana, privatisasi justru menjadi entry point untuk ber-KKN ria.

>Siapakah Laksamana

>Nah, siapakah sesunggguhnya Laksamana Sukardi, pria necis dengan life style

>kelas atas yang selalu bicara tentang good corporate governance, nasib anak

>bangsa, pemerintahan yang bersih, tapi, diam-diam justru menjadi koruptor

>ganas, agen konglomerat orde baru dan antek kekuatan asing? Kata orang

>bijak, untuk mengetahui seseorang, telusurilah masa lalu yang bersangkutan

>dan lingkungan di mana dia hidup.

>

>Setelah menamatkan pendidikan formalnya di Teknil Sipil, ITB tahun 1979,



>Laksamana berniat menjadi bankir. Oleh sang ayah, Laksamana dikenalkan

>ke sejumlah bankir BUMN. Namun, yang menerimanya adalah Citibank, sebuah

>bank asing yang membuka cabang di Jakarta. Di bank asing ini, Laks ?begitu

>ia disapa? sempat mendapatkan jabatan sebagai kepala bagian di sebuah

>cabang dengan sebutan vice president. Di Citibank, ada puluhan orang yang

>mendapat sebutan vice president.

>

>Pertemuannya dengan Mochtar Riady membelokkan sejarah Laks.



>Lelaki penggemar olah raga bela diri dan sepak bola itu meninggalkan

>Citibank dan bergabung dengan Mochtar Riady di BCA. Saat Mochtar

>meninggalkan BCA dan menangani Bank Umum Asia, Laks pun memutuskan untuk

>tetap bersama pengusaha yang acap dijuluki bankir bertangan dingin itu.

>Bank Umum Asia kemudian dimerger dengan Bank Perniagaan Indonesia dan

>berubah nama menjadi PT Lippo Bank.

>

>Mendapat kepercayaan sebagai Managing Director Lippo Bank, Laks ikut



>mengegolkan go public Lippo Bank dan sejumlah perusahaan Lippo lainnya. Apa

>sumbangsih Laks di Lippo? Tugas utama Laks adalah melakukan roadshow ke

>sejumlah dana pensiun dan asuransi besar milik pemerintah seperti PT Taspen

>dan PT Jamsostek. Dengan bermodalkan kertas, Grup Lippo dengan bantuan Laks

>berhasil meraup dana besar dari dana pensiun dan asuransi milik pemerintah.

>

>Setelah dicatatkan di lantai bursa, harga saham perusahaan-perusahaan milik



>Lippo turun tajam hingga tinggal seonggok kertas tak bernilai. Nyaris

>semua pemodal menderita rugi besar karena memiliki saham-saham perusahaan

>Lippo. Apalagi, Lippo lewat perusahaan sekuritasnya dikenal piawai dalam

>aksi goreng-menggoreng saham. Selain Lippo Bank, perusahaan Grup Lippo

>lainnya yang go public, antara lain, Lippo Pacific, Lippo Life yang kini

>sudah berubah menjadi AIG Lippo, Multipolar, Lippo Karawaci, Lippo

>Cikarang, Lippo Sekuritas, Lippo e-Net, dan sebagainya.

>

>Dengan kepiawaiannya membaca perubahan politik, Lippo melepaskan Laksamana



>untuk bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), partai pimpinan

>Megawati Soekarnoputri yang kemudian berubah nama menjadi PDI-Perjuangan

>(PDIP). Adalah Eros Djarot, mantan orang dekat Megawati yang memperkenalkan

>Laks kepada orang nomor satu di PDIP. Sesuai latar belakangnya sebagai

>bankir, Laks dipercayakan sebagai bendahara. Orang-orang PDIP tak pernah

>menyangka kalau Mochtar Riady memanfaatkan PDIP sebagai kuda troya dan

>sosok harimau berbulu domba dalam kuda troya itu bernama Laksamana Sukardi.

>

>Keputusan Laks meninggalkan jabatan profesional di Lippo untuk bergabung



>dengan parpol yang dimarginalkan pemerintahan Soeharto mendapat simpati

>luas kalangan profesional dan anak-anak muda. Maka tak sulit bagi Laks

>untuk meraup dana segar dari para profesonal saat itu.

>

>Pada tahun 1990-an, Laks asdalah idola kaum mudan dan profesonal bergaji



>besar di berbagai perusahaan lokal dan asing. "Saya termasuk orang yang

>sangat mengidolakan Laks, sehingga saya memutuskan meninggalkan Merrill

>Lynch untuk membantu kekuatan politik yang hendak menjatuhkan rezim korup,

>Soeharto," kata Dian Wiryawan, mantan dirut PT Danareksa yang akhirnya

>dipecat Laks karena tak bisa diajak berkompromi dalam ber-KKN.

>

>Semua profesional terkaget-kaget melihat Laks begitu ganas dalam melakukan



>KKN. Apalagi Laks tega-teganya membelokkan arah privatisasi menjadi aksi

>jual murah aset bangsa. Revrison Baswir, staf pengajar FE UGM menyatakan,

>masyarakat Inggris yang dulu mendukung privatisasi, kini mulai kritis.

>Mereka malah membuat sebuah pameo berbunyi, "Privatization is mother of

>corrupton". "Nah, itu di negara maju yang sudah cukup bagus penerapan good

>corporate governance. Bagaimana dengan masyarakat dan BUMN Indonesia?"tanya

>Revrison.

>

>Di kalangan pengurus PDIP, Laks dikenal sebagai sosok yang terlalu elite



>dan figur yang arogan. Ia jarang bergaul dengan kalangan bawah dan

>orang-orang yang tingkat ekonominya pas-pasan serta berkekurangan. Laks

>diketahui memiliki kekayaan sangat besar. Memliki rumah di sejumlah negara,

>antara lain Singapura dan Australia. Ada yang memperkirakan, kekayaan Laks

>sudah melebihi anak-anak Pak Harto.

>

>Lalu bagaimana kecintaannya terhadap partai? Saat PDIP dalam marabahaya,



>Laks meninggalkan teman seperjuangannya. Kasus mencolok terjadi 27 Juli

>1997. Waktu itu, kantor pusat PDIP dikepung kelompok Suryadi dan kelompok

>tak dikenal. Para tokoh PDIP ada di Jakarta dan memberikan dukungan.

>

>Sedangkan Laks? Oo, ia melarikan diri ke Austrlia dan baru kembali ke



>Indonesia setelah kerusuhan Mei 1998 mereda. Itu sebabnya, oleh kalangan

>pengurus PDIP, Laks dinilai sebagai figur yang tak mau berkorban dan hanya

>berjuang untuk kepentingan sendiri dan kelompok tertentu yang

>membesarkannya.

>

>Selama di PDIP, kehidupan Laks tetap dijamin Lippo dan keluarga Sudono



>Salim. Untuk tetap mempertahankan life style-nya yang sudah telanjur sangat

>tinggi, Salim memberikannya order sebagai konsultan Salim Group. Peluang

>itu dimanfaatkan Laks lewat ReForm Consult. Gaji sopir Laks yang dibayar

>Lippo baru dihentikan beberapa bulan setelah Laks diangkat menjadi Menneg

>Investasi dan Pemberdayaan BUMN oleh Gus Dur.

>

>Dengan kondisi seperti itu, bisa dipahami bila Laks diisukan sebagai antek



>Lippo dan Salim. Bisa dimengeti pula, bila Laks dengan kewenanganya

>berupaya keras memuluskan divestasi saham pemerintah di BCA dan bank rekap

>lainnya seperti Lippo dan BII. Mayoritas saham BCA kini dikuasai PT

>Farindo Investment, perusahaan patungan Farallon Capital Management dengan

>PT Alaerka Investama, anak perusahaan PT Djarum. Pada masa lalu, BCA

>menjadi bank yang selalu memberikan kredit besar kepada Djarum. Bisa dengan

>mudah dibaca bahwasanya Salim kini sudah kembali menguasai BCA lewat anak

>perusahaan Djarum itu.

>

>Laks juga berjuang mati-matian agar Mochtar Riady bisa kembali



>menguasai saham Lippo Bank. Sekitar 59 persen saham Lippo Bank dikuasai

>pemerintah. Kepemilikan keluarga Riady di bank yang direkap dengan dana

>pemerintah sebsar Rp 6 triliun ini tinggal 8,11 persen. Meski sekitar 32,64

>persen lainnya dimiliki publik, kuat dugaan bahwa sebagian besar saham Bank

>Lippo milik publik sudah kembali dimiliki keluarga Riady lewat aksi

>goreng-menggoreng saham di lantai bursa. Laks dan keluarga Riady bersama

>jaringannya kini mulai membangun opini bahwa pemegang saham lama bank

>rekap boleh kembali membeli sahamnya.

>

>Laks ternyata tak hanya menjadi antek konglomerat lokal, tapi juga antek



>asing. Mantan Ketua BPPN I Putu Gede Ary Suta memberikan kesaksikan bahwa

>tatkala BPPN melakukan deal bisnis di Singapura, Laks sebagai pemimpin

>tertinggi BPPN ikut hadir dan menginap di Shangri-La Hotel. Pada saat BPPN

>hendak membayar biaya hotel, ternyata, semua akomodasi Laks sudah dbayar

>Defence Ministry of Singapore.

>

>Wah, tokoh yang selalu berapi-api bicara harga diri bangsa ternyata



>menyediakan diri menjadi 'orang bayaran' kekuatan asing. Ulah orang-orang

>seperti Laks telah ikut membesarkan Singapura sebagai negara yang kuat di

>bidang keuangan, perdagangan, dan sebentar lagi jasa telekomunikasi dan

>militer.

>

>Tak sulit dipahami bila Laks dengan mudahnya meloloskan divestasi saham



>Indosat, sehingga Singapura kini menjadi penguasa Indonesia di bidang

>telekomunikasi. Amboy, Indosat yang menjadi kebanggaan perusahaan nasional

>kini sudah berstatus menjadi PMA.

>

>Rakyat Indonesia harus mencermati serius sepak terjang Laksamana. Prinsip



>dia bahwa 'Tak perlu memiliki kambing, yang penting bisa memakan satenya'

>sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa. Pandangan hidupnya bahwa "Tak

>perlu memiliki asal bisa menikmati" cepat atau lambat akan menjerumuskan

>bangsa ini ke dalam jurang kehancuran.

>

>Jika langkah Laks tak segera dihentikan, maka sekali waktu, seluruh BUMN



>--yang tidak strategis maupun yang strategis-- dikuasai asing. Semua

>perusahaan bagus yang ada di BPPN akan jatuh ke tangan pemodal asing dengan

>harga murah. Dan kita sebagai anak bangsa kelak hanya sebagai penonton,

>bahkan kuli di rumah sendiri.

>

>Bila Anda mencintai bangsa ini dan terpanggil untuk memerangi aksi



>perampokan aset bangsa di bawah komando Laksamana, sebarkan informasi ini

>ke teman-teman Anda dan seluruh milis/ jaringan yang anda miliki. Selamat

>berjuang!***
_________________________________________________________________

STOP MORE SPAM with the new MSN 8 and get 2 months FREE*

http://join.msn.com/?page=features/junkmail

***********************************************************

Web Page : http://www.hppia.or.id

Post message : hppia-wa@yahoogroups.com

Subscribe : hppia-wa-subscribe@yahoogroups.com

Unsubscribe : hppia-wa-unsubscribe@yahoogroups.com

***********************************************************
Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/

---------------------------------

Yahoo! Personals

- New people, new possibilities. FREE for a limited time!


[Non-text portions of this message have been removed]

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________
Message: 2

Date: Tue, 21 Oct 2003 11:01:32 +0800

From: "karaengta"

Subject: Re: Re: KLARIFIKASI


salam hormat
saya cuma berucap syukur senangnya kalau unhas punya org2 yg mau berdiskusi

dan memberikan transparansi laporan yg accountability sehingga semua

stakeholder bisa tahu apalagi kalau laporan2 seperti ini di buat di satu web

site tentunya langkah awal bagi unhas dalam membersihkan diri dari hal2 yg

tidak akademisi ..dan saya bersyukur di milis ada pro dan kontra untuk

mencari kebaikan ...jangan meniru model lama main diam2 sembunyi2 para -

paranya yg tau sesuatu akhirnya jadi bisik2 ...dan seterusnya ...salut buat

FK ....dan pak mahmud yg menyampaikan hal2 yg transaparan via milis ini

jadi kita pada tahu ..dan pada akhirnya kita tahu dimana kah uang yg sisanya

????...entar kayak anggaran non budgeter hehe....nggak jelas larinya

kemana..khan rakyat tidak peduli ji laporannya jadi no problemji padahal

itukan pertanggungjawaban pengelolaan dana itu dunia - akhirat pak ....bravo

dech ..semoga milis ini betul2 menjadi watch bagi unhas ...dan usulan pak

loeky bagus juga sehingga menurut saya ada benchmark untuk setiap unsur yg

ada di unhas....sedikit lagi unhas menjadi kampus terbebas dari kkn, dan

menjadi kampus terbersih dengan org2 yg menjunjung nilai luhur akademisi yg

menjadi roh sebuah kampus yg akademik....amin
wassalam tabe di' karaengta

nb : kalau pribadi saya pak kalau honor/gaji buat dosen atau apapun

bentuknya untuk mereka yg telah mengabdi layak diberi honor/gaji yg tinggi

,,,sesuai keprofesionalism kerja mereka ..mudah - mudahan gaji dosen

ditingkatkan selalu dan diperjuangkan ke level yg paling baik sehingga

mereka bisa mengabdi , dan berkarya untuk generasi penerus...kalau cuman 2

jt sampai 4 jt itu masih jauh (belum biaya pribadi .keluarga, belum

langganan jurnal, beli buku dll wah masih jauh ) ..dan tidak ada artinya

dibanding anggota dprd yg cuman datang duduk , kungkow dan dapat mobil

lagi...mending kasih ke dosen atau guru apbd suatu daerah porsinya ke

pendidikan...karena mereka yg memberikan investasi ilmu buat kita sehingga

kita punya bekal dimasa yad...kalau ada pemilihan rektor baiknya rektornya

yg punya visi dan misi mensejahterakan dosen sehingga mereka bisa mengajar &

meneliti dengan ilmu yg up to date ..

----- Original Message -----

From: "LH-TUDelft"

To:

Sent: Tuesday, October 21, 2003 2:52 AM

Subject: Re: [unhas-ml] Re: KLARIFIKASI

> Rekan-rekan di mailis Unhas;

>

> Saya senang kalau anda semua tidak ragu untuk membuka semua data yang



memang

> harus diketahui oleh 'stakeholder' (para dosen adalah salah satu unsur

dari

> 'stakeholder', selain orang tua mhs, pemerintah dan masyarakat lokal, dst,



> kan?). Ini contoh suatu kemajuan dan dampak dari tulisan-tulisan di mailis

> ini.


>

> Hanya saya rasa kalau Ibu Triyatni, pak Mahmud, dsb yang langsung menulis

> sendiri di sini, berarti menambah beban pekerjaan (untuk menulis ini) bagi

> bapak dan ibu. Sebaiknya di masa yang akan datang, sudah ada satu orang

> khusus di timnya ibu Triyatni, di timnya PR IV atau di timnya pak Mahmud

> (FK) yang selalu siap dengan data untuk dikomunikasikan. Tentu saja data

> yang untuk publik tidak usah terlalu teknis dan detail, hanya berupa

> 'summary' saja. Mungkin tahun depan atau 10 tahun lagi, kita akan terbiasa

> melihat dan membandingkan kinerja PR-PR, Fakultas atu jurusan dari

data-data

> semacam.

>

> Saran di atas juga bertujuan untuk menghindari jangan sampai ada yang



> 'kepleset' menulis. Maklum menulis spontan itu kadang-kadang lebih besar

> kadar emosionalnya daripada kadar rasionalnya.

>

> Salam dari Loeky Haryanto



>

>

>



>

> Mau stop berlangganan? Mudah saja:

> Kirim e-mail kosong ke alamat:

> unhas-ml-unsubscribe@yahoogroups.com

> Klik:

> http://groups.yahoogroups.com/group/unhas-ml/messages/



>

> Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/

>

>

________________________________________________________________________



________________________________________________________________________
Message: 3

Date: Tue, 21 Oct 2003 11:56:44 -0700

From: TRIYATNI

Subject: Re: Re: KLARIFIKASI


Dana masuk melalui jalur kemitraan ada 4 macam, terdiri dari :

1. Uang pendaftaran 150 ribu.

2. Uang masuk bervariasi dari 5 hingga 40 juta. Sastra kecuali jurusan bhs. Inggris dan beberapa jurusan Mippa mis. 5 juta. Kedokteran Umum 40 juta, Gigi dan Farmasi 30 juta.

3. Sumbangan, besarnya antara 0 - 125 juta.

4. Tabungan Mahasiswa suka rela, mulai 100 ribu.


Yüklə 2 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   ...   16




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin