CERITA FIKSI : PLOT SITTI NURBAYA
Berikut ini diberikan contoh plot untuk roman Sitti Nurbaya
Sitti Nurbaya berhubungan dengan
Samsulbachri di Padang
Perpisahan antara Sitti Nurbaya
(A) dengan Samsulbachri
(B)
Problem yang timbul karena perpisahan
Sitti Nurbaya dengan Samsulbachri
Perkawinan Datuk Maringgih de-
(C ) ngan Sitti Nurbaya
Kedukaan Samsulbachri, Surat Nurbaya (D)
Kedatangan Nurbaya ke Jakarta dan Sam
ke Padang
(E) Meninggalnya Sitti Nurbaya karena
diracun melalui lemang.
Akhir Cerita: pertempuran antara Datuk (F)
Maringgih dengan Samsulbahri diakhiri
Dengan meninggalnya kedua-duanya.
(G)
Gambar 2. Plot Roman Sitti Nurbaya
SURAT NURBAYA KEPADA SAMSULBAHRI
Surat panjang itu ditulis dengan kepedihan mendalam dengan bekas-bekas tetesan air mata.
Baginda Suleman berkata kepada Sitti Nurbaya “Jika engkau sudi menjadi istri Datuk Maringgih, maka selamatlah aku, tak masuk ke dalam penjara. Namun jika kau tak sudi, maka sekalian yang kita miliki itu akan menjadi miliknya”. Mendengar perkataan ayahku ini, hancur luluh rasa jantungku, lalu menangislah aku, dan tiada terjawab perkataan ayah sepatah pun karena dadaku bagai pecah dan leherku bagai terkunci. ……..
Tatkala kulihat ayahku akan dibawa ke dalam penjara, sebagai seorang penjahat yang bersalah besar, gelaplah mataku dan hilanglah pikiranku dan dengan tiada kuketahui, keluarlah aku lalu berteriak: “Jangan penjarakan ayahku! Biarlah aku jadi istri Datuk Maringgih !……………………………………...
Barangkali tak dapat kaupikirkan Samsu, bagaimana hancur hatiku sekarang ini. Pertama karena telah mangkir janji kepadamu dan memutuskan pengharapanmu; kedua karena terpaksa duduk dengan seorang-orang yang sebagai Datuk Maringgih itu, iblis tua yang sangat kubenci. Tiadalah yang dapat kupandang padanya. Sungguh kaya
rupanya sama dengan hantu pemburu, bangsanya, ya Allah, asalnya penjual ikan asin, tabiatnya lebih daripada tabiat binatang, kelakuannya kasar dan bengis.Kepada orang yang semacam itu aku harus menyerahkan diriku, hidup bersama-sama. Cobalah kaupikir,Sam …..…………………………………………………………………………………………………… hingga ini dulu kekasihku. Kelak, jika masih ada hayat dikandung badanku, kusambunglah pula cerita yang malang ini, asal kau masih sudi melihat bekas tanganku yang akan melukiskan untungku yang celaka ini. Barangkali juga aku tidak boleh lagi memanggil engkau kekasihku, tetapi menjadi abangku, barang kali masih suka dan sambutlah peluk cium dari adikmu yang sengsara ini.”
Satu bagian dalam buku ini hanya berisi surat Sitti Nurbaya yang sangat menyedihkan. Karena kerinduan yang mendalam, Sitti Nurbaya nekat menyusul kekasihnya ke Jakarta.
AKHIR KISAH SALAH ASUHAN
Sepeninggal Corrie, Hanafi seperti orang gila. Pernah ia tidur di kuburan Corrie sambil berbicara seorang diri. Kemudian ia pulang ke Jakarta. Setelah segala hartanya dijual, maka ia memutuskan untuk pulang ke Padang. Hanafi masih memiliki 3 orang dekat yang berada di kampung halaman, di Solok, yaitu: ibunya, Syafei anaknya, dan mantan isterinya Rafiah. Dalam duka dan putus asa, Hanafi pulang ke kampung halamannya. Demi bertemu dengan Syafei, digendongnya anaknya itu. Melihat hal itu, Rafiah yang tidak menghiraukan Hanafi menjadi marah. Direntakkannya Syafei dari tangan Hanafi dan larilah Rafiah menjauhi Hanafi. Bahkan ibunya berkata bahwa Hanafi belum boleh pulang ke tanah kelahirannya sebelum mendapat izin dari ninik mamak.
Luka hati orang-orang terdekat dan kaum keluarganya sudah sangat parah. Kalau dulu, Hanafi hanya merasa ditolak oleh ninik mamaknya karena melanggar adat Minang, dan ditolak orang kulit putih karena dipandang rendah martabatnya, kini Hanafi ditolak oleh orang-orang yang dulunya paling dekat dengan dirinya, paling mengerti pada dirinya, dan yang dulu paling menghormati dirinya. Tubuhnya bagai tersepak ke lumpur paling dalam. Karena itu, di rumahnya di Kota Anau, ia masuk kamar dan meminum pil sublimat. Bunuh diri. Inilah tindakan terakhir orang yang tidak memiliki adat dan lembaga, dan merasa tidak diberi harapan oleh Tuhan. Bunuh diri. Betapa nistanya perbuatan ini. Ibu Hanafi menyadari bahwa anak lelakinya semata wayang adalah korban “salah asuhan”. Karena itu, pada akhir cerita dikisahkan bahwa Syafei anak Hanafi, cucu Sang Ibu, disekolahkan ke Jakarta dan kemudian direncanakan untuk sekolah di Eropa, dengan berbagai nasihat bahwa ia harus tetap orang Minang, orang Indonesia, orang Timur, dan jangan sampai menjadi sepuhan Barat. Roman Salah Asuhan merupakan kritik kepada masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan dulu yang sering kali bersikap lupa daratan, kebarat-baratan, bahkan lebih barat dari orang barat (dalam hal yang tidak baik). Hal ini mendatangkan malapetaka seperti yang dialami Hanafi.
BAGIAN DARI NOVEL LAYAR TERKEMBANG
Surat Tuti kepada Supomo, lelaki terakhir yang tidak mungkin ada gantinya karena usianya sudah tua (untuk ukuran waktu itu l.k. 27 tahun).
“ Supomo, terhadap cintamu yang mulia dan suci itu, yang lahir dari hatimu yang lembut dan penuh kasih sayang, saya tiada dapat memberikan cinta yang setara dengan itu. Hatiku kosong…kosong, maka jika kuterima cintamu itu, penerimaan itu niscaya hanya mencari pengisi kekosongan saja. Saya tidak layak mempermain-mainkan cintamu yang mulia itu, Supomo… Saya tidak dapat memberikan cinta yang kaudambakan itu kepadamu. Supomo, kepadamu kuucapkan selamat bahagia, pasti nanti akan bersua dengan orang yang dapat membalas cintamu. Meski bagaimana sedih dan meratap jiwa saya, namun sedikitpun aku tidak bermaksud mempermain-mainkan kau. Selamat bahagia, aku akan tetap menjadi saudaramu yang akan senantiasa bersedia membantumu dengan tulus dan ikhlas…”
Maria gelisah karena tubuhnya tidak kuat lagi, dan dirasa bahwa maut akan menjemputnya, maka dalam suatu kesempatan Yusuf dan Tuti menengoknya, Maria memberanikan diri untuk berkata :
“Alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nanti, kalau tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidaklah rela selama-lamanya, kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain …”
Kata-kata Maria itu ditolak oleh Tuti. Namun sebenarnya sudah lama dalam hati mereka berdua bahwa keduanya ada kecocokan dalam berpikir, bercakap-cakap, dan dalam menghadapi hidup. Ketika mereka berdua pulang ke Jakarta, mereka tidak berkata-kata tentang hal tersebut. Mereka berpikir sendiri-sendiri. Yang nyata terjadi adalah bahwa kemudian Maria meninggal dunia di Pacet, dan kedua insan yang mencintainya – Yusuf dan Tuti – yang sudah disatukan oleh cinta mereka kepada Maria kemudian bertunangan. Perkawinan kedua insan itu kemudiannya, bukan untuk bersenang-senang… “dunia kita adalah kerja, Yusuf…”. Pada hakikatnya dalam roman ini, pelaku utama terpenting adalah Yusuf dan Tuti, dua pemuda yang memenuhi harapan dan cita-cita pengarangnya – Sutan Takdir Alisyahbana – untuk mengisi pembangunan bagi Indonesia Baru. Merekalah yang membentangkan layar sehingga terkembang .
BAGIAN PENTING KONFLIK SUMARTINI >< ROKHAYAH DLM BELENGGU
Dialog berikut sangat menarik dalam roman Belenggu ini.
Tini memandang Rokhayah dengan sikap merendahkan, lalu memandang ke papan nama. Rokhayah mengikuti pandangan Tini, lalu tersenyum simpul . “Itu nama saya , nyonya. Bukankah nama dapat diganti-ganti. “Tini tertarik hatinya. Pantas Tono tertarik. Tidak benar ia penyanyi kroncong. Tingkah lakunya tertib. Rokhayah naik tangga. Tini menuruti ajakan Rokhayah untuk duduk. “Nyonya Dokter ?”
“Aku? Akulah isteri Dokter Sukartono !” Rokhayah terkejut. Tetapi hanya sekejap saja, kemudian tersenyum. “Saya senang berkenalan dengan nyonya. Saya sudah lama merasa, kita mesti juga akan berkenalan !” Dengan sinis Tini menjawab: “Berkenalan ? Aku datang bukan untuk berkenalan. Mana mungkin perempuan baik-baik suka berkenalan dengan perempuan seperti engkau!”.
“Katakanlah nyonya dengan terus terang. Dalam kalangan perempuan baik-baik kata itu buruk terdengar, tetapi telinga kami, nyonya sudah biasa mendengarnya. Katakanlah dengan terus terang saya ini perempuan jalang. Kalau hendak membungkusnya juga dengan kain sutera, katakanlah aku sebagai: bunga raya!”
“Engkau…..!” Yah marah “Teruslah ber-engkau-engkau, nyonya ! Memang saya lebih rendah dari nyonya. Nyonya adalah nyonya Dokter, boleh naik mobil sendiri, berumah bagus, hidup senang. Katakanlah apa saja kehendak Nyonya !”
Tini hati-hati “Siapa sebenarnya kamu ?” Yah dengan terkendali “Seperti tertulis di papan nama…Saya Siti Rokhayah.Dulu Tono, eh, Dokter Sukartono, suami saya, tetangga saya di Bandung. Waktu itu kami sekolah rendah, selisih tiga kelas.Baru-baru ini kami bertemu lagi, kebetulan saja. Jangan marah.Dia tidak akan terpikat jaringku kalau nyonya baik !”
“Memang kau lebih pandai, sudah biasa menangkap sembarang laki-laki !”
“Katakanlah sebarang kata. Keadaan tidak akan berubah. Dia memang suami nyonya. Tetapi kasihnya tersangkut pada saya. Nyonya boneka yang tidak berdaya. Memakai permata, tetapi tidak tahu menghargainya…”
“Engkau hendak memberi nasihat ? Engkau perempuan jal……!”
“Kata-kata nyonya membuat kuping merah.Ingatkah nyonya ketika masih sekolah, ada seorang Mahasiswa Teknik membawa nyonya ke tempat pelesiran ?”
“Dari mana kau tahu ? Tono yang memberi tahu ?”
“Bukan…Sopir itulah yang memberi tahu. Dan juga seorang perempuan tua !”
“Sudahlah !” Tini nampak sangat terpukul karena itu dosa masa muda.
“Maafkan saya, nyonya. Saya tidak akan menyinggung hal itu kalau nyonya tidak menghina saya. Kalau engkau memelihara Tono baik-baik, kau turut kemauannya, kesukaannya yang kecil-kecil, dia tidak akan datang kepadaku !”
“Boleh jadi !” Kata Tini penuh keraguan.
Setelah peristiwa itu, Tini merasa salah. Karena itu, Tini menyerahkan Tono kepada Rokhayah. Rokhayah tidak mau menerima karena ia tidak mau berbahagia di atas penderitaan orang lain. Begitu juga Dokter Sukartono. Ia tidak mau menyakiti hati kedua orang yang pernah dicintai itu. Pada akhirnya ketiga orang itu saling berpisah untuk menghilangkan belenggu egoisme mereka. Dokter Sukartono memperdalam ilmu kedokteran, Sumartini pergi ke Surabaya, sedangkan Rokhayah pergi ke New Kaledonia. Akhir cerita ini menunjukkan penyelesaian yang banyak menimbulkan kontradiksi. Cinta segi tiga belum tentu selesai oleh perpisahan di antara mereka. Mungkin justru kompromi adalah penyelesaian terbaik, sebab cinta tidak dapat dihalangi oleh perbedaan kota tempat tinggal. Jika cinta masih ada, Rokhayah dan Sukartono pasti masih berjumpa juga.
BAGIAN PENTING DARI NOVEL pendek Ave Maria
. Ia tidak kerasan berada di Sonanto. Syamsu meminta agar bisa tinggal bersama kakaknya di Jakarta.
“Dua hari dua malam surat itu kubawa ke mana-mana.Surat yang menjadikan hatiku kacau balau dan pikiranku gelisah. Pada malam ketiga, kami sedang duduk-duduk di ruang dalam rumah. Maksudku tetap sudah hendak membicarakan isi surat itu dengan Wartini. Tapi lidahku kaku. Kalimat-kalimat yang sudah kuhafal-hafalkan untuk dikatakan kepada Wartini, hilang dari ingatanku. Aku memandang ke jendela,melihat ke langit bertaburan bintang. . “Wartini, indah betul malam ini. Seperti pada malam pertemuan kita benar.Lihatlah ke bintang yang berleret tiga buah itu !” Entah kenapa, kata-kataku menimbulkan syak wasangka dalam hati Wartini. “Adakah yang hendak kaubicarakan dengan daku, Zul. Katakanlah !” Demikianlah, kemudian kuceritakan Syamsu, adikku hendak pindah ke Jakarta dan hendak tinggal bersama kami
.Kuterangkan pula bahwa aku tak bisa menolak. Jika kutolak, maka aku dipandang rendah oleh orang kampungku. Dan tentang bahayanya Syamsu tinggal bersama kami, terus terang pula kuuraikan kepada Wartini.”Takutmu berlebih-lebihan, Zul. Aku cinta kepadamu. Syamsu hanya teman mainku di waktu kecil. Cinta demikian tidak masuk ke dalam akal. Cinta monyet, kata orang!”
Di dalam peristiwa berikutnya dinyatakan bahwa Syamsu benar-benar pindah di Jakarta dan benar-benar tinggal bersama Zulbahri dan Wartini. Pada minggu-minggu pertama. hubungan mereka berdua masih wajar-wajar saja. Mereka masih menjaga jarak selayaknya antara kakak ipar dan adik iparnya. Pada minggu-minggu selanjutnya, nampaknya cinta mereka kambuh kembali. Mereka mengulangi kegemaran mereka berdua, yaitu Wartini bermain piano dan Syamsu bermain biola. Jika mereka sedang bermain musik, seolah-olah dunia ini menjadi milik mereka berdua.
“Bulan semakin terang juga memancarkan sinarnya melalui daun-daun jarak di pekarangan menerangi pekarangan itu. Dari jauh kedengaran bunyi seruling sayup-sayup sampai. Daun-daun jarak berdesir-desir ditiup angin malam. Mereka, Wartini dan Syamsu sering bermain musik bersama-sama.Wartini main piano dan Syamsu main biola. Sejak kedatangan Syamsu, Wartini mulai bermain piano kembali. Sekali, malam-malam, Wartini dan Syamsu memainkan lagu Ave Maria karangan Gounod.Aku waktu itu sedang sakit kepala sedikit dan tidur saja dalam kamarku.
Asyik betul mereka bermain. Bunyi biola Syamsu sangat mengharukan hati. Pertengahan lagu itu mengenangkan kepada seorang yang hampir putus asa memekik ke arah langit,, meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan sesudah habis lagu itu, kedengaran olehku sedu orang menangis. Terdengar pula Syamsu lekas-lekas meletakkan biolanya di atass piano.
“Mengapa kau menangis, Wartini ?” “Aku terkenang masa silam, Syam. Pernah lagu ini kita mainkan bersama-sama !” “Waktu itu takkan kulupakan selama-lamanya Tini. Waktu itu, aku sedang penuh dengan cita-cita yang sangat tinggi.” “Dan semua cita-cita itu kandas bukan, Syam ?”Engkau tak meneruskan pelajaran biolamu!” “Ya….., dan gadis yang kucintai hilang dari pelupuk mataku!” Lalu, dengan pelan-pelan, terdengar olehku perkataan Syamsu “Tapi, mengapa kamu menangis, Wartini !” “Syam, dapatkah seorang perempuan mencintai dua orang laki-laki sekaligus ?” Pelan-pelan Samsu menjawab “Tidak Tini….hanya seorang ibu kepada anak-anaknya dapat.Engkau sesat, Wartini… Hanya aku….”.
Saat peristiwa itu terjadi, Zulbahri tidak berani keluar kamar. Ia tidak berani menyaksikan kemesraan adiknya dengan isterinya. Ia pura-pura sedang sakit kepala. Namun, ketika Samsu mendekatkan wajahnya ke wajah Wartini, Zulbahri mengintip dari lubang pintu kamar. Dibulatkannya tekadnya, dikuatkan hatinya, ia akan menyerahkan Wartini kepada Syamsu. Kata hatinya selama ini yang menyatakan bahwa ia telah merebut hak adiknya (yaitu Wartini) adalah benar. Kata hatiku, Wartini milik Samsu.
BAGIAN PENTING ATHEIS.
Kemarahan Hasan makin menjadi-jadi.Untuk menghindari tindakan yang tidak diinginkan, Kartini masuk kamar dan mengunci pintu. Tindakan itu semakin menyinggung martabat Hasan. Maka, kemarahan Hasan semakin menjadi-jadi. Hasan menggedor-gedor pintu, sambil berteriak-teriak. Tetangga-tetangga menyembulkan kepala di jendela menonton percekcokan itu. Demi rasa malu, Kartini membuka pintu. Di dalam kemarahan yang memuncak,
“Tar, tar, kutempeleng Kartini. “Aduh” pekik Kartini.Kujambak rambutnya, kusentakkan dia dengan sekuat tenaga, sehingga ia terjatuh tersungkur ke lantai.Kepalanya berdentam membentur daun pintu. Menjerit-jerit minta ampun. Seluruh badanku bergetar. Seluruh badanku panas.Panas terbakar api marah. Api amarah yang menjolak-jolak keluar dengan sinar mataku, dengan suaraku membentak-bentak, berkaok-kaok.” Sejak itulah Kartini meninggalkan rumah Hasan. Minggat.
Kemelut dalam rumahtangganya menyadarkan Hasan akan kesalahan dalam hidupnya. Ia merasa bersalah kepada orang tuanya karena telah meremehkannya, telah mengkhianatinya. Ia juga merasa bersalah kepada Tuhan yang telah dilupakannya. Hidupnya telah menyimpang dari jalan yang benar. Saat itu, ia berusaha bersimpuh di kaki ayahnya untuk memohon ampunan. Namun, ternyata, sampai meninggalnya ajahnya tidak mau memberikan maaf kepadanya.
“Kau pembunuh ayahmu…kau pembunuh ayahmu. Mendesis-desis suara itu dalam hatinya. Mendakwa. Menuduh.Terbayang-bayang lagi di dalam mata batinnya peristiwa yang sangat sedih itu, ialah peristiwa ketika Raden Wira membuka matanya yang lesu, memandang sejenak ke dalam wajahHasan yang baru dilihatnya itu. Memandang sejenak untuk menutup kembali, tapi kemudian berkata setengah berbisik dan terputus-putus, “Janganlah engkau dekat-dekat kepadaku…..janganlah kauganggu aku dalam imanku, agar mudah kutempuh perjalananku ke hadirat-Nya”..Tangannya menggapai-gapai isyarat kepada Hasan, supaya meninggalkan kamarnya.
Kepergian Kartini dari rumah Hasan membakar hati Hasan. Api cemburu menggelegak. Maka, Hasan pergi mencari Kartini. Dalam kedukaannya, Hasan menuduh Anwar sebagai pangkal malapetakanya. Ia dendam kepada Anwar. Ia ingin membuat perhitungan dengan Anwar. Ke sana ke mari ia mengejar Kartini. Sebenarnya Kartini bukan wanita yang jahat. Ia tetap setia kepada suaminya. Namun, Anwar
Begitulah, dalam kemarahan oleh api cemburu, Hasan tetap lari untuk mencari Anwar dan Kartini. Ia lupa bahwa hari itu telah malam.
Hasan tak tahan lagi. Ia bergegas keluar. Bergegas….Ia terus berlari.Lari…Cepat…cepat…”KusyuKeiho…KusyuKeiho…Lampu ! Lampu !…ngeooooongng, ngeoooongng, ngeeoooongng.. Rrrrtttm lampu-lampu semuanya padam. Gelita turun menyelimuti kota. Orang-orang berlarian. Hasan terteguh sebentar, tetapi kemudian lariii…terus berlari . Ia berguman “Kaubiarkan begitu saja….kaubiarkan begitu saja ? Ia bergegas terus. Dalam gelap gulita. Tiba-tiba….tar ! Tar! Aduh ! Hasan jatuh tersungkur. Darah menyemprot dari pahanya. Ia pingsan.”
Cerita Atheis terkenal di samping tema yang cukup relevan dengan zamannya, juga karena menggunakan alur cerita “flash-back” (arus balik) yang belum lazim digunakan pada waktu itu. Kisah awal, dimulai dari akhir cerita, yakni ketika Kartini, Rusli, dan “aku lirik
Dari novel PADA SEBUAH KAPAL
Cara Dini melukiskan pemilihan Saputro sangat lembut mengingatkan pikiran dan perasaan seorang wanita.
“Aku mengenalnya semakin hari semakin dekat. Dari tilpun ke tilgram, sampai percakapan-percakapan kami jika kami bersama. Aku mmengerti bagaimana aku telah hidup sampai ke berbagai lingkungannya, bagaimana dia selalu mengertiku, dan mengasihiku.Kecemburuannya kadang-kadang muncul, tetapi tidak pernah ditunjukkannya dengan cara yang kasar. Wajahnya tenang memandang kepadaku, seolah hendak menyelidiki ke lubuk hati…..”
Pengarang juga melukiskan bagaimana Sri dengan cintanya yang tulus, menyerahkan keperawanannya kepada Saputro, orang yang sangat dicintainya. Malam itu, pamannya sekeluarga pergi ke Jogya dan Sri hanya berdua dengan Saputro. Sri sudah siap menjadi isteri Saputro. Ia siap menyerahkan dirinya, apa pun resikonya. Itulah bukti cinta yang harus ia berikan kepada Saputro. Penggambaran tentang penyerahan diri Sri kepada Saputro juga menampakkan pikiran dan perasaan wanita yang sangat lembut.
“Aku tidak mengharapkan benar Saputro tidur di rumah pamanku. Tetapi di samping itu ada perasaan lain yang menggetar dan mendorongku untuk melihat Saputro datang dengan tas kecil berisi alat-alat mandi dan sarung untuk tidur. Dan ketika ia datang tepat seperti yang kubayangkan, aku mengerti bahwa aku semakin mencintainya.
Malam itu kami habiskan tandas. Aku tidak menunggu saat-saat perkawinan lagi seperti kebanyakan gadis-gadis dari keluarga baik-baik.Aku mencintai Saputro. Apa yang mesti kami tunggu untuk saling melumat satu dengan lainnya, memasabodohkan hukum yang dibikin manusia abad-abad terakhir. Saputro memang untukku. Dunia yang asing kuketuk perlahan. Aku berpegang erat ke bahunya…….”
Peristiwa bersejarah dalam cinta Sri itu terjadi menjelang Saputro diberi tugas ke Malang. Kemudian, Saputro berangkat ke Malang. Dalam kepulangan ke Jakarta, ternyata pesawat yang ditumpangi Saputro mendapat kecelakaan di daerah Bandung dan Saputro meninggal dunia. Kematian Saputro benar-benar memukul hati Sri. Namun ia sama sekali tidak menyesal bahwa dirinya bukan perawan lagi. Saputro telah dianggapnya sebagai suaminya orang yang sangat dicintainya.Kehancuran hatinya oleh meninggalnya Saputro dilukiskan oleh Dini sebagai berikut:
“Mulutku serasa terkatup. Pandanganku beralih dari kepala bagian siaran kepada orang itu Bibirku kurapatkan untuk menguatkan diri. Mengapa dia mati? Sekali lagi aku disiksa oleh ketidakpercayaan karena hilangnya seseorang yang kukasihi.Hatiku serasa teriris ketika terbayang sedapnya ketawanya di tilpun kemarin sore……..”
Sepeninggal Saputro, Sri seolah-olah kehilangan semangat hidup. Meskipun seorang gadis, ia bukan lagi sebagai perawan. Hal ini memberikan pertimbangan baginya dalam memilih suami. Ternyata sahabat pena Sri, Charles Vincent, diplomat Perancis itu akhirnya dipilih sebagai suami Sri. Dini menunjukkan pertimbangan tersembunyi mengapa Sri memilih orang barat sebagai suaminya. Mungkin antara lain karena ia bukan perawan lagi yang tentulah tidak diingini oleh pemuda-pemuda timur (meskipun ada beberapa yang mencoba mendekatinya di samping Carl, pemuda Amerika yang kaya raya itu). Meskipun ternyata diketahui bahwa Charles Vincent adalah lelaki yang kasar, egois, keras kepala, dan mau menangnya sendiri. Namun perkawinan mereka tetap berjalan. Ketika Sri melahirkan anaknya, ia berharap agar suaminya berubah perangainya. Namun, Charles tetap mempertahankan sikap dan perangainya.Permintaan Sri untuk bercerai juga tidak diluluskan oleh Vincent.
MEMBACA PUISI
Aroma Maut
Berapa jarak antara hidup dan mati, sayangku
Barangkali satu denyut lepas, o, satu denyut lepas
tepat saat tak jelas batas-batas sayangku
Segalanya terhempas, o segalanya terhempas!
(Laut masih berombak, gelombangnya entah ke mana-mana
Angin masih kembali berhembus, topannya entah ke mana,
Bumi masih beredar, getamya sampai ke mana?
Semesta masih belantara, sunyi sendiri, ke mana?)
Berapakah jarak antara hidup dan mati, sayangku?
Barangkali hilir mudik di suatu titik
Tumpang tindih merintih dalam satu nadi, sayangku:
Sampai tetes embun pun selesai, tak menitik!
(Gelombang lain datang begitu lain.
Topan lain datang begitu lain.
Getar lain datang begitu lain.
Sunyi lain begitu datang sendiri tak bisa lain!)
(Wajah Kita, 1981
Doa Sawah Ladang
atas padi yang kautumbuhkan dari sawah
ladang bumimu, kupanjatkan syukur dan
kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu
sendiri berterima kasih kepadamu dan bersuka ria.
lahir dari tanah, menguning di sawah, menjadi
beras di tampah, kemudian sebagian nasi memasuki
tenggorokan hambamu yang gerah, adalah cara
paling mulia bagi padi untuk tiba kembali di pangkuanmu
betapa gembira hati pisang yang dikuliti dan
dimakan oleh manusia, karena demikianlah tugas
luhurnya di dunia, pasrah di pengolahan usus para
hamba, menjadi sari inti kesehatan dan kesejahteraannya
demikian pun betapa riang udara dihirup,
air yang direguk, sungai yang mengaliri persawahan,
bermilyar ikan, serta kadungan bumimu yang
menyiapkan berjuta macam hiasan
aku bersembahyang kepadamu, berjamaah
dengan langit dan bumimu, dengan siang dan malammu,
dengan matahari yang setia bercahaya dan
angin yang berhembus menyejukkan desa-desa
(Cahaya Maha Cahaya, 1988)
Sajak di Sembarang Kampung
Di sebuah kampung di kota metropolitan
tak diperlukan sajak, karena anak-anak
bagai ayam. Dilepas waktu dini
dan barn larut malam nanti dipaksa tidur dengan tangis
setelah sepanjang siang mengais dan melengking
di sebuah kampug itu, tak ada batas-batas
ruang tidur ialah tempat makan dan marah.
kamar mandi milik bersama, dan bau pesing
disumbangkan beramai-ramai
desas-desus berlalu lalang dengan deras
- kau tak mengenal lagi
Apakah yang tergantung itu boneka atau bayi
Tak ada ejek-mengejek, tapin semua merasa tersindir
tak ada pekerjaan, tetapi semua kelelahan, pusing
bahkan hampir pingsan, katanya karena penyakit jantung
perut selalu lapar, meskipun hutang makin menggunung
- sepuluh tikus dalam kotak sabun
Tak membayangkan bakal rukun
Di seberang kampung, di kota metropolitan dan bukan
harapan telah lama dibunuh oleh mimpi, lewat badai ikan
Harga diri teah terbeli, di antaranya secara resmi
Adakah kau masih menulis puisi
Pada saat seharusnya menyusui?
(Tonggak IV, 1987)
Gadis Penjual Jagung Bakar
-alun-alun utara Yogyakarta
dalam kepulan asap
jagung seorang gadis bermimpi
melihat sorga:
naik mobil ke sorga! Katanya
arang pun membara oleh kipasnya
dibakarnya jagung demi jagung
sampai lupa, sampai terbakar rambutnya
yang tergerai panjang
inilah bau asap sorga
aroma cinta Wulan dan Jaka!
teriaknya sambil tertawa
dan dibakarnya jagung demi jagung
sampai habis rambutnya.
(Tugu, 1985)
Sajak Transmigran II
dia selalu singkong
dan terus menerus singkong
hari ini singkong
tadi malam singkong
besok mungkin singkong
besoknya lagi juga singkong
di rumah sepotong singkong
di ladang seikat singkong
di pasar segerobak singkong
di rumah tetangga sepiring singkong
enam bulan lagi tetap singkong
setahun lagi tetap singkong
sepuluh tahun masih singkong
dua puluh tahun makin singkong
dan lima puluh tahun kemudian
transmigran beruban
sakit-sakitan
mati
lalu dikubur di ladang singkong
(Soempah WTS, 1983)
Negeri Bencana
alangkah giris lagu hujan, musim yang
terlalu cepat menyeberangi tanahtanah
pecah dan padang tandus. kunikmati
kehangatan rindu yang berhamburan
bersama uap hujan.
tapi tak bisa kurasakan tanah bencana
mengkukmangkuk bubur diaduk debu. dan
burung bangkai yang tak sabar menunggu.
tapi tak bisa kurasakan tubuh yang
gemetar. tulangtulang gemerutuk dan
pasirpasir yang tibatiba berdarah.
dengarlah angin: ia tak lagi menerbangkan
debudebu. Tapi bau daging saudaramu.
(Mimpi Gugur Daun Zaitun, 1999)
Cipasung
Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning
Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu.
Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan mernbuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu.
Hari esok adalah perjalananku sebagai petani
Membuka ladang-ladang aural dalam belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kehancuran
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranku yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan berkubur.
(Di Luar Kata, 1989)
Negeriku
mana ada negeri sesubur negeriku?
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku
emas dan perak perhiasan mereka
digali dari tambangku
air bersih yang mereka minum
bersumber dari keringatku
mana ada negeri sekaya negeriku?
majikan-majikan bangsaku
memiliki buruh-buruh mancanegara
brankas-brankas ternama di mana-mana
menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
dan mengikis habis kaum melarat
rata-rata pemimpin negeriku
dan handai taulannyaterkaya di duniamana ada negeri semakmur negerikupenganggur-penganggur diberi perumahangaji dan pensiun setiap bulanrakyat-rakyat kecil menyumbangnegara tanpa imbalanrampok-rampok diberi rekomendasidengan kop sakti instansimaling-maling diberi konsesitikus dan kucingdengan asyik berkolusi
(Pahlawan dan Tikus, 1995
Abad yang Berlari
palu. waktu tak mau berhenti, palu. waktu tak mau berhenti.
Seribu jam menunjuk waktu yang berbeda-beda,
semua berjalan sendirisendiri, palu.
tak satu yang mau berhenti. semua berjalan sendiri-sendiri.
orang-orang nonton televisi, palu. nonton kematian yang dibuka di jalan-jalan,
telah bernyanyi di bangku-bangku sekolah,
telah bernyanyi di pasar-pasar,
o anak kematian yang mau mengubah sorga,
manusia sunyi yang disimpan waktu.
palu. peta lari
berlarian dari kota datang dari kota pergi, mengejar waktu.
palu. dari tanah kerja dari laut kerja dari mesin kerja.
kematian yang bekerja di jalan-jalan, palu.
kematian yang bekerja di jalan-jalan
o, dada yang bekerja di dalam waktu.
dunia berlari, dunia berlari
seribu manusia dipacu tak habis mengejar.
(Abad yang Berlari)
Bertelur
Dengan perjuangan berat, alhamdulillah akhirnya aku
Bisa bertelur. Telurku lahir dengan selamat.
Warnanya hitam pekat.
Aku ini seorang peterak; saban hari
Mengembangbiakkan kata, dan belum kudapatkan kata
Yang bisa mengucapkan kita.
Kata yang kucari, konon, ada di dalam telurku ini.
Kuperam telurku di ranjang kata-kata yang sudah lama
Tak lagi melahirkan kata
Kuerami is saban malam
Sampai tubuhku demam dan mulutku penuh igauan.
Kalau aku lagi asyik mengeram, diam-diam telurku
Suka meloncat, memantul-mantul di lantai
Kemudian menggelinding pelan ke toilet
Dan ketika hampir saja nyemplung ke lubang kloset
Cepat-cepat ia kutangkap dan kubawa pulang ke ranjang.
"Mana telurku?" Tiba-tiba banyak orang merasa
kehilangan telur dan mengira aku telah mencurinya
dari ranjang mereka.
Ah, telur kata, telur derita, akhirnya kau menetas juga.
Kau menggelembung, memecah, memuncratkan darah
"Itu bukan telurku!" mereka berseru.
(Celana, 2000)
Puisi Si Tukang Loper Koran
Lapor dulu mas ke bapak keamanan
catatkan namamu di buku tamu itu
tulis ingin ketemu siapa perlu apa
"Bapak direktur?"
wah bapak direktur hari ini banyak tamu
tapi kalau mau silakan menunggu
barangkali beliau masih ada waktu
(lalu petugas keamanan itu mengantarkan aku
pentungan tergantung di pinggang
langkah tegap baju seragam)
lalu katanya:
jalan lurus terus ke depan nanti ada tangga
naiklah nanti ada lorong ke kanan
kemudian belok kiri nah di situ nanti ada
tangga lagi
belok kiri sedikit
terus ke kanan ke kiri ke kanan
nanti ada pintu
nah itulah!
lalu aku sendiri
lorong-lorong panjang
ubin-ubin dingin persegi
kantor ini besar dan tinggi
tapi sangat sunyi
hanya suara mesin ketik
hanya suara sepatu
hanya itu
selebihnya tembok-tembok
melulu tembok!
Semarang 1986
PADAMU JUA (Amir Hamzah)
-
Habis kikis
-
Segala cintaku hilang terbang
-
Pulang kembali aku padamu
-
seperti dahulu
-
Kaulah kandil kemerlap
-
Pelita jendela di malam gelap
-
Melambai pulang perlahan
-
Sabar, setia selalu
-
Di mana engkau
-
Rupa tiada
-
Suara sayup
-
Hanya kata merangkai hati
-
Di mana engkau
-
Rupa tiada
-
Hanya kata merangkai hati
-
Engkau cemburu
-
Engkau ganas
-
Mangsa aku dalam cakarmu
-
Bertukar tangkap dengan lepas
-
Aku manusia
-
Rindu rasa
-
Rindu rupa
-
Kasihmu sunyi
-
Menunggu seorang diri
-
Lalu waktu – bukan giliranku
-
Mati hari – bukan kawanku
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buah : Sri Ayati
-
Ini kali tidak ada yg mencari cinta
-
Di antara gudang rumah tua pada cerita
-
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
-
menghembus diri dalam mempercaya mau bertaut
-
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
-
menyinggung muram, desir hari lari berenang
-
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
-
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak
-
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
-
menyisir semenanjung. Masih pengap harap
-
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
-
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
DOA
Kepada Pemeluk Teguh
-
Tuhanku
-
Dalam termangu
-
Aku masih menyebut nama-Mu
-
Biar susah sungguh
-
Mengingat Kau penuh seluruh
-
Caya-Mu panas suci
-
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
-
Tuhanku
-
Aku hilang bentuk
-
Remuk
-
Tuhanku
-
Aku mengembara di negeri asing
-
Tuhanku
-
Di pintu-Mu aku mengetuk
-
Aku tidak bisa lagi berpaling.
NGIAU
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa panjang.Seekor
Kucing menjinjit tikus yang menggelepar tengkuknya. Seorang perempuan dan se-
orang lelaki bergigitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya ? Ngiau! Ah ! Gang
yang panjang.Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Be –
nua aku kenal jam aku tahu jentera aku kenal terbang.Tapi bila dua manusia saling
gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka aku ragu menetapkan yang mana suka
yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yg mana orang yang mana
kera yang mana dosa yang mana sorga. O, 1971
O
Dukaku dukakau dukarisu dukakalian dukangiau
Resahku resahkau resahrisau, resahbalau, resahkalian
Raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
Mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
Siasiaku siasiakau siabalau siarisau siakalian siasiasia
Waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswas
Suhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
Oku okau okosong orindu okalian obolong orisau oKau….o…… O, 1971
NIKAH PISAU (Dorothea Rosa Herliany)
aku sampai entah di mana. berputarputar
dalam labirin. perjalanan terpanjang
tanpapeta. dan inilah warna gelap paling
sempurna. kuraba di antara sungai
ada jerit, serupa nyanyi. Mungkin dari
mulutku sendiri. Kudengar erangan, serupa
senandung. Mungkin dari mulutku sendiri.
tapi inilah daratan dengan keasingan paling
sempurna: tubuhmu yang bertaburan ulatulat
kuabaikan. sampai kurampungkan kenikmatan
sanggama. sebelum merampungkanmu juga: menikam
jantung dan merobek zakarmu, dalam segala
ngilu. 1992
DRAMA TRADISIONAL :
- Jawa Tengah: ketoprak, srandul, jemblung, gatholoco
(ingat tokoh ketoprak: Siswondo HS, Hanung Kusudiyar sono, Bagong Kusudiardjo, Yusuf Agil, dan tokoh-tokoh
dagelan (Mataram), Basiyo, Marwoto, dll).
- Jawa Timur: lodruk, ketoprak, kentrung, topeng, reyog
(ingat Suripan Sadi Hutomo: tokoh kentrung; lodruk: Markuat, Markeso, Kancil, Kartolo, ciri khas pemain waria)
- Jawa Barat: tarling, blantek, topeng Cirebon, ketuk tilu,
ubruk, banjet, longser.
- Lombok : cekepung
- Sumatera Selatan: dermuluk
- Sulawesi Selatan: sinlirik
- Betawi: lenong, topeng Betawi, blantek (Bokir, Anen)
- Sumatera Barat: randai (ingat Wisran Hadi)
- Kalimantan Selatan: mamanda dan bapandung
- Riau: makyong dan mendu.
-
RENDRA DAN BENGKEL TEATER
-
Sepulang dari Amerika kuliah di American Academy of Dramatical Arts, drama memimpin Bengkel Teater bersama: Bakdi Sumanto, Azwar AN, Adhi Kurdi, Arifin C.Noer, Sunarti Suwandi (kemudian disusul Sito Resmi dan Ken Zuraida), Totok Thewel,Sawung Jabo, Putu Wijaya, Genthong Haryono, Murti Purnomo, Heru Kesowo Murti, kemudian juga Sitok Srengenge (setelah pindah ke Depok tahun 1980 bersama Ken Zuraida).
-
Pengikut Rendra kemudian mendirikan teater modern sendiri, yaitu: Ari- fin C.Noer (Teater Kecil: teater sukma), Her Kesowo Murti (Teater Gan- drik: ingin buat kejutan), Putu Wijaya (Teater Mandiri: anggota dulunya para wartawan Tempo), Azwar A.N. (Teater Alam), Riantiarno (Teater Koma: tidak pernah berhenti memajukan diri), Jasso Winarto (Teater Starka), Adhi Kurdi (Teater Bocah).
-
TEATER DI BANDUNG: Studi Teater Bandung
-
Dengan tokoh: Suyatna Anirun, Jim Adilimas, Saini K.M., dan Jakob Sumardjo. Teks Sunda banyak dipentaskan. Juga teks terkenal ber- judul “Monsherrat” karya Emanuel van Robbels yang kemudian oleh Teguh Karya disadur menjadi “Pengejaran” yang kemudian diubah jadi film “NOVEMBER 1828” yg menang dalam Festival Film Ind. 1989.
-
TEATER DI BERBAGAI KOTA
-
Di Surabaya: Bengkel Muda Surabaya dengan tokoh Akhudiat dan Basuki Rahmat. Karya terkenal: Jaka Tarub dan Grafito. Berkali-kali memenangkan lomba penulisan drama TIM.
-
Di Solo: Teater Gidak-gidik (dpp Hanindawan), Teater Gapit (dpp Kenthut/Bambang Widoyo Sp), Teater Muda Surakarta (St. Wiyono), 9 teater di UNS, teater di beberapa SMA, di UMS, dan di masyarakat umum. (Di UNS: Peron, Kedok, Thukul, Tesa, dsb.)
-
Di Jogjakarta: Teater Alam (Aswar A.N.), Starka (Moorti Purnomo), Teater Muslim (Masbukhin, Mohamad Diponegoro, dan Pedro Sudjono); Teater Jogya (Darmanto Yatman),dan ber bagai teater di perguruan tinggi Jogjakarta (misalnya Asdrafi).
-
Di Jakarta: Teater Populer (Teguh Karya, Slamet Rahardjo, Tuti Indra Malaon, dan Riantiarno); Teater Koma (Riantiarno, Ratna R., Sari Manumpil); Teater Mandiri (Putu Wijaya); Teater Oncor (Mat Solar), Teater Bocah (Adi Kurdi), Teater Merah Panggung (Ratna Sarumpaet); dan Teater Kecil (Arifin C.Noer,Ikranagara
-
Tokoh teater Ngawi : Kusprihyanto Namma, Witdarmono.
-
Tokoh teater Semarang: Prie G.P. (Teater Lingkar).
-
Tokoh teater Magelang: A.Y.Sutrisman dan Tanto Mendut.
-
Tokoh teater Malang : Henry Supriyanto (Prof.Dr. yang juga pakar dramaklasik/lodruk).
-
Tokoh teater kota Padang: Alm. Mursal Esten (yg juga pakar drama dgn disertasi karya-karya dramawan Wisran Hadi, dgn judul Tradisi dan Pembaruan dalam Drama).
-
Karya-karya pementasan Rendra: Kereta Kencana, Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus (Oedipus Berpulang), Antigone (ingat saudarinya bernama Ismene dan saudaranya bernama Eteocles dan Polineyses)(Sophocles), Hamlet, Macbeth, Pangeran Homburg, Romeo & Yuliet (W.Shakespeare), Orang-orang Tikungan Jalan, Lysistrata, Perjuangan Suku Naga, Panembahan Reso, Mastodon dan Burung Khondor, Selamat- an Anak Cucu Adam, Menunggu Godot, Dunia Aswar, Bip Bop di mana kau saudaraku (eksperimen teater mini kata).
-
Karya Arifin C.Noer : Sumur Tanpa Dasar, Mega-mega, Kapai- kapai, dan Di Bawah Bayangan Tuhan (catur logi); Kasir Kita, Madekur dan Tarkeni, Aa Ii Uu, Orkes Madun, Raja Mati, dan Caligula (terjemahan dari Albert Camus).
-
Karya Riantiarno (Teater Koma): Wanita-wanita Parlemen, Ope ra Ikan Asin, Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Yulini, (drama trilogi), Semar Gugat, Suksesi (dilarang pentas hari ke-13 utk 26 hari pertunjukan yg karcisnya tlh habis), Sampek Eng Thay (dg suasana Jawa Barat), Kontes i980, masih banyak lagi karya nya (pemain andalan: Ratna Riantiarno, Sari Majid, Idris Pulu- ngan, dan Salim Bungsu).
-
Karya Putu Wijaya: Bila Malam Bertambah Malam, Dag dig dug Lho, Aduh, Entah, Sssst, Tai, Front, Pot, Di Bawah Tiang Listrik (drama mini kata).
-
Teater Populer Teguh Karya: Pengejaran, Monserratt, Pacar, saduran Pengejaran difilmkan menjadi November 1828. Peng- ikutnya: Slamet Raharjo, Tuti Indra Malaon,El Manik, Christine Hakim, Riantiarno, Charlie Sahetapy, Budi Mualam, Alex Ko- mang, dan Borisman.
-
Teater Gandrik (sangat produktif dgn inspirasi Dagelan Mata- ram, pimpinan Heru Kesowo Murti. Pemain: Heru Kesowo Mur- ti, Jujuk Prabowo, Butet Kartarajasa, Denmase Ngarso, Jaduk Ferianto, dsb.Karya-karya a.l.: Sindhen, Dhemit, Pasar, dsb.
-
Tokoh ketoprak Yogyakarta: Handung Kusudiyarsono adalah ayah Heru Kesowo Murti. Handung juga adik Bagong Kusudi- yardjo seniman tari terkemuka yang memiliki Padepokan Tari Bagong Kussudiyardjo dan dua putra yang terkenal, yaitu Butet Kertarajasa dan Jadhug Ferianto.
-
Pakar Drama : Prof.Dr. Bakdi Sumanto (dgn disertasi intertekstualitas drama Menunggu Godot karya Rendra dan pe- mentasan di Amerika Serikat); Prof.Dr. Mursal Esten (dgn diser tasi tentang randai di Padang dgn judul “Tradisi dan Pembaru- an dalam Drama”; Prof.Dr. Henry Supriyanto (dgn disertasi ttg teater tradisional Lodruk di Jawa Timur); Prof.Dr. Sudiro Sato- to (dgn disertasi tentang Caturlogi Drama Arifin C.Noer);
-
UNSUR PEMENTASAN DRAMA
-
AKTOR-AKTRIS : harus dilatih beracting, yaitu berperan sebagai org lain. Untuk latihan acting harus melalui latihan dasar acting, misalnya latihan pernafasan, gerak indah, latihan vokal, dan latihan penghayatan pemeranan.
-
SUTRADARA: tokoh utama yang mengkoordinasikan semua unsur pementasan, utamanya acting para aktor; tugas lain dapat diserahkan para pembantu sutradara, tetapi masih dalam koordinasi sutradara.
-
BAGIAN TEKNIS DAN ARTISTIK: pembantu sutradara yang mengu- rusi kelengkapan pementasan. Karena beratnya tugas sutradara, maka bagian ini biasanya dipercayakan kepada asisten sutradara yang juga diserahi mengkoordinasikan budang lain. Masing-masing bagian dari unsur ini dipimpin seorang koordinator, yaitu: musik, sound effect, stage manager, sound system, costum (tatapakaian), dekorasi, lighting (tata lampu), make-up (tatarias), suplier (juru busil), dan publikasi/ dokumen- tasi.
-
PRODUSER DAN MANAJER: keduanya mengurus manajerial dan pembiayaan pementasan, sehingga dapat mengurangi tugas sutradara yang memang sudah sangat berat.
-
ACTING VERSI RENDRA DAN LAIN-LAIN
-
RENDRA:
-
Teknik muncul
-
Teknik memberi isi
-
Teknik pengembangan (progresi)
-
Teknik timing (pengaturan waktu yg tepat)
-
Terlalu banyak penjelasan (over, obvious, dan ham acting)
-
Mengatur tempo permainan
-
Mengatur sikap dan gerak
-
Menanggapi dan mendengar
-
Menyesuaikan dengan situasi pentas.
-
OSCAR BROCKETT
-
Latihan tubuh
-
Latihan suara
-
Observasi dan imajinasi
-
Konsentrasi
-
Latihan teknik
-
Sistem acting
-
Pelenturan fisik (dan gerak yakin)
-
TAHAP LATIHAN MENURUT ADJIB HAMZAH
-
Latihan suara
-
Latihan pernafasan
-
Diskusikan struktur teks drama
-
Latihan movement dan gesture
-
Latihan blocking dan perpindahan posisi
-
Latihan penghayatan dan imajinasi
-
Latihan mood yang sesuai
-
Dan general rehearshal (menyeluruh) berkali-kali seperti improvisa-si.
-
SARANA ARTISTIK DAN TEKNIS
-
Costum dan jenis-jenisnya
-
Musik dan jenis-jenisnya
-
Sound effect dan jenis-jenisnya
-
Make-up dengan beberapa jenisnya
-
Lighting dan jenis-jenisnya
-
Sound system yang jelas dan ekspresif
-
Stage manager dan dekorasi serta jenis-jenisnya.
-
ALIRAN-ALIRAN DALAM DRAMA
-
Naturalisme: meniru alam, gambar alam atau bahkan membawa pepohonan ke pentas.
-
Realisme : sesuai dengan kenyataan
-
Romantik: melebihkan perasaan, biasanya sedih berlebihan atau bahagia berlebihan. Ungkapan, kata-kata, dan adegan romantik banyak ditampilkan. Kalau terlalu berlebihan disebut sentimentil.
-
Ekspesionisme: mengutamakan curahan pikiran/perasaan penga- rang.
-
Eksistensialisme: disebut aliran kesadaran dan absurd, tokohnya memiliki cara berpikir bebas sehingga meninggalkan logika pemi- kiran yang lazim.
-
Jean Paul Sartre : ingin kebebasan penuh, dgn pengikut Iwan Simatu- pang dngan drama – drama ttg orang gelandangan.
-
Albert Camus : kisah tentang bunuh diri sbg ekspresi kebebasan paling tinggi: Caligula; engikutnya: Iwan Simatupang.
-
Samuel Beckett: kisah tentang penghiburan yang sebenarnya hanya tipu daya. Kebahagiaan sejati tak pernah datang sampai akhir hayat.
-
Tokoh Indonesia: Arifin C. Noer (dgn Mae dan Emak), dan Putu Wijaya.
Dostları ilə paylaş: |