I.G.N. TEGUH PUTRA NEGARA
Pengalaman berunding saya minggu iniadalah pada saat seorang talent scout dari sebuah klub basket professional dalam liga bola basket Indonesia yaitu Satria Muda Britama menawarkan dan mengajak saya unttuk ikut seleksi masuk klub tersebut. Saya sangat bingung, karena disatu sisi saya sangat ingin bergabung dengan klub tersebut, tetapi disisi laen saya tidak bias dan tidak ingin meninggalkan kuliah saya.
Dia berusaha membujuk saya agar iku dalam seleksi itu. Pada awalnya saya tidakmau ikut karena alasan tidak mau meninggalakan kuliah. Selain iu juga seleksi itu berbarengan dengan kepulangan saya ke BALI karena saya sudah membeli tiket. Setelah berunding sekian lama dan akhirnya dia memberikan penjelasan kepada saya yaitu, semua biaya akomodasi,mulai dari tiket pulang pergi, biaya makan dan menginap selama sepuluh hari ditanggung pihak klub. Lalu tiket pulang saya itu ditanggung pihak klub juga. Selain itu, jika saya ditrima maka kuliah saya akan dipindahkan dan segala biaya perkuliahan ditanggung oleh pihak klub. Saya akhirnyamenyetujuinya setelah berunding selama hampir 3 jam. Saya juga berpikir tidak ada salahnya saya mencoba.jika memang nasib,maka tidak akan lari kemana. Karena kesempatan tidak akan dating 2kali (busyet dah ah,sok bijak banget diriku ini).
Saya puas dengan hasil tersebut. Saya bisa saja mewujudkan impian saya bermain di klub basket professional dengan syaray harus rela waktu untuk berada diruma lebih sedikit dan orang itu puas karena keinginannya sudah tercapai.
Fuyuh!! Doakan saya ya teman teman semua!!!!
***
Eko Pujosantoso
Sepulang dari berbuka di warung, saya menjumpai teman saya yang sedang menunggu di depan kamar kos saya. Tanpa berpikir panjang saya menanyakan kepentingannya. Ternyata teman saya datang untuk meminjam kamera digital. Sebenarnya saya tidak keberatan, karena memang kamera itu jarang saya gunakan.
Tetapi, yang sedikit mengganggu pikiran saya adalah SD card-nya. Berhubung saya tidak memiliki flash disk atau alat elektronik lain yang dapat digunakan untuk menyimpan data, saya jadi sedikit keberatan, karena SD card itu sangat penting bagi saya, terutama untuk urusan kuliah. Apalagi tugas kuliah saya mulai menumpuk, sehingga saya harus mencari bahan-bahan lewat internet dan seperti biasa data-data itu harus saya simpan menggunakan SD card saya. Karena saya merasa SD card itu sangat penting, maka hal ini saya utarakan kepada teman saya. Untungnya teman saya mau mengerti dan sebagai gantinya ia meminjamkan flash disk-nya untuk saya gunakan selama kamera digital dan SD card saya ia pinjam.
Dilihat dari kasus saya tadi, kedua perunding yaitu saya dan teman saya, berusaha memecahkan masalah dengan mencari tahu kepentingannya masing-masing. Teman saya butuh kamera beserta SD card-nya dan saya tetap membutuhkan sebagai penyimpan data yang portable. Kemudian sebagai specific compensation yang dijadikan jalan keluar adalah flash disk. Gaya berkonflik yang digunakan yaitu collaborating dan strategi berunding yang digunakan yaitu problem solving.
***
YUSHFAL MUNA
Tema negosiasi : negosiasi tentang pemindahan tempat reuni
Lawan berunding : fahmie, teman sesama panitia penyelenggara reuni
Posisi : kedudukan kita berdua sama yaitu sebagai panitia reuni, dia seksi publikasi dan saya seksi acara.
Kepentingan : sama-sama ingin bertanggungjawab dalam mensukseskan acara ini.
Dekripsi mengenai konteks dan proses negosiasi :
Setelah lebaran, biasanya tradisi temen2 SMA qt selalu mengadakan reuni dengan tempat yang bergantian dari rumah temen yang satu ke rumah temen yang lain, dengan harapan supaya juga bisa silaturrahmi ke keluarga teman. Nah tahun ini rencana reuni diadakan dirumah Irwan. Dan Fahmie sebagai seksi woro-woro sudah terlanjur menyebar informasi ke semua temen. Tetapi setelah undangan disebar, baru aku kepikiran kalau sesuai dengan pengalaman tahun-tahun sebelumnya kalo kita jarang bisa dateng semua. Apalagi tahun ini yang rencana tempatnya di rumah Irwan yang notabene sangat jauh, dan sulit di jangkau oleh kita semua.
Karena masalah itulah, aku mengusulkan untuk memindahkan tempat reuni di rumah olief yang tempatnya lebih strategis dan mudah dijangkau oleh kita semua dari arah manapun. Sehingga kita bisa datang semua, tanpa ada alasan tempat kejauhan lagi.
Awalnya Fahmie g’ setuju, karena dia bilang kemarin ja dah menghabiskan pulsa banyak buat menginformasikan acara ini pada temen2, apa lagi sekarang lagi boke’.
Tetapi saya tidak mau menyerah begitu saja. Saya menggunakan beberapa jurus jitu ‘n alasan2 yang mendukung untuk memenangkan negosiasi ini.
Taktik yang digunakan :
Saya berani memberikan jaminan kepada fahmie kalo acara reuni kali ini bakal lebih rame, ‘n temen2 bisa lebih banyak yang datang karena tempatnya strategis.
Saya yang akan melobi olief tentang ijin pemilihan rumahnya sebagai tempat reuni tahun ini.
Tetapi saya meminta dia yang menjelaskan kepada Irwan tentang peng-cancel-an rumahnya.
Saya akan membantunya mempublikasikan kesebagian temen2 ttg perubahan tempat acara ini, walaupun kedudukan saya sebagai seksi acara.
Saya juga menjelaskan pada dia, bukan hanya masalah tempat yang strategis, tetapi pemilihan tempat juga didasarkan pada alasan bahwa rumah olief lumayan dekat dengan rumah mb’ rifa yang kebetulan pada hari yang sama juga ditempatin buat acara reuni kakak angkatan. Dimana sebelum negosiasi ini berlangsung, panitia reuni dari kakak angkatan meminta kepada saya untuk bisa mengusahakan tempat yang dekat untuk reuni dengan tempat mereka. Karena setelah acara selesai, mereka berencana untuk mengajak angkatan saya dan angkatan mereka untuk bisa ngumpul bareng buat sharing pengalaman ‘n mempererat jalinan silaturrahmi sambil jalan2, ‘n jika tempat kita berdekatan maka otomatis akan memudahkan koordinasi.
Hasil negosiasi :
Fahmie akhirnya setuju dengan usul saya dalam pemindahan tempat reuni. Dia akhirnya menerima semua saran, maksud, alasan, dan tawaran saya dalam perundingan tadi. Dan akhirnya kita bekerjasama untuk bisa mensukseskan acara tersebut.
***
FITRI HAPSARI PRAMUDITA
Diskripsi Singkat Proses Perundingan:
Negosiasi ini saya lakukan beberapa hari yang lalu ketika saya mengikuti course di sebuah lembaga bahasa asing. Due to the fact bahwa sebentar lagi akan lebaran maka tutor dalam kelas bahasa asing yang saya ambil mengumumkan bahwa les akan mulai diliburkan pada tanggal 9 Oktober, itu berarti pada tanggal 9 Oktober adalah pertemuan terakhir sebelum liburan.
Menanggapi pengumuman ini saya agak keberatan karena saya berencana untuk pulang ke kampung halaman pada tanggal 7 Oktober. Tetapi kalau pada tanggal 9 Oktober masih ada les, otomatis saya akan ketinggalan kelas tersebut karena saya sudah tidak berada di Jogja lagi. Atau jika saya ingin mengikuti les tanggal 9 ini saya akan ketinggalan momen bulan puasa dirumah karena saya tidak pulang selama bulan puasa. Atas pertimbangan itulah saya kemudian menegosiasikan hal ini kepada tutor dan teman-teman sekelas. Saya berusaha untuk membujuk mereka semua untuk melakukan make up class pada tanggal 6 Oktober, agar saya bisa pulang pada tanggal 7 Oktober.
Namun keinginan saya nampaknya agak susah direalisasikan mengingat kelas kami akan melakukan make up class setelah liburan , karena telah melakukan make up class dua kali tersebut tutor merasa keberatan untuk melakukan make up class lagi. Tetapi saya tidak kehilangan akal, saya berusaha untuk mencari tahu kapan teman-teman sekelas saya akan pulang. Hanya ada tujuh murid di kelas saya, yaitu: Dias orang jakarta yang akan pulang pada tanggal 6 Oktober, Dika yang berdomisili jakarta yang akan pulang setelah tanggal 9 Oktober, Angga yang akan mudik ke Solo, Vera yang masih SMA yang diperkirakan tidak dapat mengikuti make up class pada tanggal 6 Oktober pagi karena dia masih sekolah, sisanya adalah Adit dan Hatta yang orang Jogja dan tidak bermasalah akan melakukan make up class kapan saja.
Setelah menanyakan dan berusaha menyakinkan mereka semua agar melakukan make up class pada 6 Oktober pagi, akhirnya teman-teman saya setuju untuk melakukan make up class. Namun masih tersisa satu kendala yaitu Vera yang hari itu tidak masuk les, jadi saya tidak tahu apakah ia bisa mengikuti make up class pada tanggal 6 Oktober pagi. Karena saya benar-benar ingin bisa mudik tanggal 7, saya berusaha untuk membujuk Vera via sms. Alhamdulilah, ia mengatakan ya. Akhirnya kami semua setuju untuk melakukan make up class tanggal 6 dan saya bisa pulang tanggal 7 Oktober. Yippiee saya bisa pulang secepatnya ke rumah!!!
Posisi Perundingan:
Harus diadakan make up class pada tanggal 6 Oktober.
Kepentingan Perundingan:
Mengikuti Les Bahasa Asing
Isu Perundingan:
Menurut saya, ada dua isu perundingan kali ini yang pertama adalah untuk mengadakan make up class atau kelas pengganti pada tanggal 6 Oktober 2007 dan yang kedua adalah mudik ke rumah secepat-cepatnya.
Strategi Perundingan:
Saya berusaha untuk mendapatkan tujuan saya dari perundingan ini dengan menggunakan strategi perundingan Persuasive Arguments dan teknik berunding Good Cop. Saya berusaha untuk menggunakan cara-cara persuasive yang baik untuk mempengaruhi teman-teman saya agar mereka mau mengambil kelas pengganti pada tanggal 6 Oktober. Pada akhirnya strategi saya ini berhasil karena semua teman saya mau mengambil kelas pengganti pada tanggal 6 Oktober.
***
Diwya Anindyacitta
Negosiasi terpenting saya minggu ini terjadi hari Selasa kemarin. Setelah saya membayar BOP via ATM, saya baru sadar kalau sisa uang saya di ATM tinggal sedikit, yaitu sekitar Rp 200.000,-. Padahal sisa uang yang saya miliki itu seharusnya masih digunakan untuk ongkos mudik (maksimal kira-kira Rp 100.000,-). Jadi pegangan saya sampai Jumat besok 'cuma' Rp 100.000,-. Celakanya lagi, saya terlanjur berjanji pada teman-teman dan kerabat saya untuk membelikan mereka oleh-oleh, setidaknya berupa jajanan khas Jogja. Sekedar informasi di ATM Mandiri (ATM saya) jumlah limit uang yang tidak boleh diambil adalah sebesar Rp 50.000,-. Dengan kata lain, saya harus bisa tetap 'hidup' hingga hari Jumat besok dan membelikan oleh-oleh teman-teman dengan uang Rp 50.000,- saja. Itu hampir tidak mungkin terjadi karena saya harus membelikan oleh-oleh untuk orang banyak, belum lagi tagihan fotokopian-fotokopian masih meneror hari-hari terakhir saya sebelum mudik x_x
Karena itu, saya berpikir keras mencari jalan keluar. Minta kiriman lagi ke orang tua sungkan, karena beliau-beliau kan baru mengeluarkan uang untuk membayar BOP. Tiba-tiba sosok kakak saya yang sudah mapan dan berpenghasilan sendiri menari-nari di benak saya. Lalu saya berinisiatif untuk mencoba meng-sms kakak dan membujuknya untuk memberi saya insentif alias 'bantuan-dana-buat-anak-kos-bersahaja-seperti-saya”. Begini sms saya : ”Mbak Lia yang cantik, aku habis bayar BOP lho, mahal ya mbak, hampir 1,5 juta. Trus saldo di ATM tinggal dikit jadinya. Mbak... Mbok aku ditransfer duit 50ribu aja buat ngisi limit di ATM, jadi semua sisa uangnya bisa kuambil, buat mudik mbak...”. Saya tahu kakak saya orangnya kritis (baca: pelit). Jadi saya tahu ini bakal susah. Benar saja, kakak saya membalas, ”Emang saldonya brapa? Mau buat apa aja sih? Bukannya kemarin bapak baru ngirim ya?”. Lalu saya jelaskan keadaan saya yang memilukan, tapi kakak membalas, ”Alah, duit segitu masih cukup kok buat mudik plus bayar fotokopian. Beli oleh-olehnya di Pasuruan aja (kota asal saya). Kan bisa beli lemper banyak di deket rumah...”. Saya balas sms kakak, ”Ya elah mbak, itu mah namanya bukan oleh-oleh, harusnya beli sesuatu yang khas Jogja.. Bakpia misalnya, lha lemper... Itu makanan kebangsaan, hehe..”...
Setelah perdebatan yang panjang dan seru, hingga kakak saya ancam sambil becanda bahwa saya gak akan mudik (yang menurut saya ancaman itu sama sekali gak credible), akhirnya kakak mengiyakan permintaan saya. Dan setelah saya cek di ATM, Yippie!!, saldo saya malah jadi Rp 350.000,-!! Jadi itu berarti alih-alih mentransfer uang Rp 50.000,-, kakak saya mengirim sebanyak Rp 150.000,-. Dan lagi itu berarti saya punya duit Rp 200.000 (yang tadinya Rp 50.000,- saja) untuk beli oleh-oleh dan biaya hidup hingga Jumat! Itu lebih dari cukup! Dan sejak saat itu saya bersumpah untuk mencintai kakak saya sepanjang hayat... Terima kasih mbak...
Dari negosiasi itu, posisi saya adalah minta transfer uang 50.000 untuk limit ATM sehingga saya bisa ambil semua uang saya. Kepentingan saya : hidup sejahtera sampe hari Jumat plus beli oleh-oleh. Posisi kakak adalah mentransfer uang secukupnya, dan kepentingannya (mungkin) agar saya tidak terlalu menghabiskan banyak uang. Taktik berunding yang saya pakai adalah kombinasi dari threat-annoyance-persuasive agreement (competing). Dan dalam negosiasi itu, menurut saya, goal saya terpenuhi, bahkan pada akhirnya saya mendapat lebih dari goal (demand?) karena jumlah uang yang dikirim jauh lebih banyak dari yang saya minta. Karena ada persinggungan di mana kesepakatan tercapai dan ada viable options, maka perundingan tersebut punya positive bargaining range.
***
Prue.love
bukan negosiasi ini mah....
Hari sabtu kemarin, saya datang ke sebuah acara KMHD (keluarga mahasiswa hindu dharma) di UPN bersama dengan seorang teman saya. Naah, di UPN ini menggunakan sistem bayar parkir dan tempat pembayaran itu ada fotografernya. Mau tidak mau memang harus lewat situ, jadi kena lah saya di foto, karena fotografernya langsung minta&menyodorkan kameranya. Pada saat ini juga saya sedang mengeluarkan uang Rp2000 untuk bayar parkir, tapi terhenti dulu karena lagi di foto. Sudah di foto, saya langsung bilang "aku gak usah bayar ya bli, kan sudah sama foto. dapet foto kita berdua &sendiri-sendiri pula" Akirnya yang harusnya bayar Rp2000 saya hanya di minta Rp1000 sama kaya motor...wehehehehe....
Tapi sebenarnya kurang puas saya dengan hasil nego itu, karena saya maunya tidak bayar sama skali.
***
THEODORA RETNO S.U.
Suatu hari, teman saya (Intan) meminta saya untuk menemaninya membeli hadiah untuk pacarnya (Miko) yang bulan Oktober ini berulang tahun. Ia menjanjikan akan menjemput saya dan mentraktir saya makan malam. Kebetulan Miko sudah lama bersahabat dekat dengan saya dan sudah seperti hubungan kakak-adik, jadi Intan menganggap saya pasti lebih tahu seleranya. Saya menyarankan untuk menghadiahkan Miko jaket berbahan parasut karena sudah lama ia menginginkannya. Intan memutuskan untuk pergi hari Sabtu sore, padahal di hari itu saya sudah janjian dengan teman saya yang lain (Hepi) dan tidak bisa dibatalkan. Namun Intan malah merengek dan memaksa saya membatalkan acara itu.
Saya memutuskan untuk tetap pergi dengan Hepi di hari itu dan mengganti acara dengan Intan pada hari Minggu sore. Sesuai dugaan saya, Intan menolak. Saya menawarkan lagi bahwa saya yang akan menjemput dia, tetapi acara traktir tetap ada. Lalu saya tambahi jurus jitu dengan berkata bahwa dia tidak dapat membeli hadiah tanpa saya karena seleranya dengan Miko jauh berbeda. Akhirnya dia menyerah dan menuruti tawaran saya. Jadi saya tetap bisa pergi dengan Hepi, menemani Intan, dan mendapat makan malam gratis, walau harus kehilangan bensin.
Saya melakukan positive bargaining range untuk mendapatkan deal dan memperoleh tujuan saya. Untuk memperoleh tujuan saya, saya keluar dari limit, yaitu memakai motor saya sehingga saya harus kehilangan bensin, tetapi saya melakukan threat dengan mengatakan dia tidak akan mendapat apa-apa kalau tidak saya temani.
***
Lilo
Hari meminta tolong untuk mencarikan sebuah buku berjudul “Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis” karangan Karen Armstrong. Alasannya:
1. Kosnya ada di Jakal atas dan dia sudah mencari ke seluruh toko buku disana, tetapi nihil
2. Dia tidak punya waktu untuk mencarinya lebih jauh karena besok sore akan pulang ke Palembang, sedangkan paginya dia kuliah penuh sampai siang
3. Sepertinya dia kurang mengetahui seluk-beluk toko-toko buku di Jogja
Perjalanan dimulai dari toko buku Togamas, yang jaraknya paling dekat dari daerah kos saya. Hasilnya nihil. Beranjak ke 2 toko buku Social Agency (masing-masing di Sagan dan depan Ambarukmo Plaza), hasilnya kehabisan. Saya sempatkan mampir ke toko buku Gramedia, ternyata nama buku itu pun sama sekali tidak ada dalam daftar. Harapan terakhir jatuh pada kompleks kios buku Sriwedani atau lazim disebut Shopping. Pilihan kios begitu banyak sehingga saya memutuskan mencari kios yang terlihat paling lengkap. Saya sudah bertanya tentang buku tersebut pada 10an kios yang menurut saya terbilang lengkap. Alhamdulillah hampir semua penjual yang saya tanyai mengetahui dengan pasti identitas dan deskripsi buku tersebut secara lengkap. Sayangnya semuanya mengatakan bahwa bukunya habis. Malah beberapa kios menawarkan buku alternatif lain tentang biografi Nabi Muhammad, yang juga dikarang oleh Karen. Masalahnya memang bukan buku itu yang saya cari.
Putus asa mencari di lantai bawah, saya mencoba keberuntungan di lantai atas. Saya sempat pesimis karena di bawah banyak yang mengaku kehabisan. Lagipula di lantai atas lebih sepi karena lebih banyak yang berjualan kliping atau makalah daripada buku. Beberapa menit berjalan saya memutuskan berhenti pada sebuah kios dengan banyak buku, meski kemudian baru saya tahu bahwa buku-buku yang dipajang adalah buku-buku lama. Sang penjual, seorang bapak, tampak duduk tenang. Kemudian saya bertanya, “Bapak, ada buku Muhammad, Biografi Sang Nabi, karangannya Karen Armstrong?”. Beliau berpikir sejenak dan tidak lama kemudian berkata bahwa bukunya juga habis. Tetapi beliau bertanya, di sisi sebelah sana (kanan) ada atau tidak. Saya memang belum mencari di sisi sebelah satunya, sehingga kemudian saya menjawab tidak tahu. Tiba-tiba bapaknya beranjak berdiri dan mencoba membantu saya untuk mencarikannya.
Saya menunggu dan selang beberapa menit kemudian, terlihat dari kejauhan bapaknya membawa sesuatu. Sebuah buku berwarna putih, agak tebal, sebesar buku pegangan mata kuliah MRHI karangan Walliman. Saya teringat perkataan bapaknya bahwa buku tersebut sampulnya berwarna putih. Alhamdulillah, ternyata benar. Meski sebelumnya saya belum pernah mengetahui seperti apa rupa buku itu, dari judulnya saya langsung tahu bahwa buku itulah yang saya cari.
Negosiasi hargapun dimulai. Kepentingan saya tentu saja mendapatkan harga yang terjangkau, begitu juga bapaknya menginginkan harga yang mampu memberinya laba. Menurut beliau, harga semula adalah Rp 50.000,00. Ketika saya mencari di toko buku Social Agency saya sempat melihat daftar harga buku tersebut, yaitu sebesar Rp 45.000,00. Setahu saya, perbandingan harga di Shopping dengan Social Agency sebenarnya tidak begitu jauh, jadi saya pikir seharusnya harganya bisa kurang dari Rp 50.000,00. Apalagi sang bapak dengan baik hatinya mempersilakan saya menawar. Setelah konsultasi dan kasak-kusuk dengan teman saya, kami memutuskan memintanya menjadi Rp 40.000,00. Bapaknya terlihat sedang berpikir. Beberapa menit kemudian bapaknya dengan tenang juga bertanya, apakah 40 ribu yang saya tawarkan akan ditambah atau tidak. Dengan tampang selugu mungkin saya menjawab tidak. Bapaknya berpikir lagi. Jawaban berikutnya membuat saya terkejut sekaligus sangat senang. Tanpa banyak bertanya lagi atau melalui proses tawar-menawar yang menjemukan karena penjual dan pembeli sama-sama tidak mau kalah, bapaknya memberikan buku tersebut dengan harga yang saya minta.
Tujuan kepentingan saya terpenuhi, mendapatkan buku pesanan Hari dengan harga yang cukup terjangkau, bahkan bila dibandingkan jika saya membeli di Social Agency. Sang bapak terlihat ikhlas memberikan bukunya tanpa pertimbangan yang memberatkan. Menurut pengamatan saya, dalam hal ini saya selaku pembeli dan sang bapak penjual mendapatkan win-win solution, karena sepakat dan tidak ada yang merasa dirugikan atau lebih diuntungkan/keuntungannya seimbang.
***
Riyanto Lesmana
Negosiasi yang aku lakukan terjadi 2 hari yang lalu di saat aku sedang menunggu waktu imsyak. Temanku yang tinggal di Singapore mengirim sms kpdku untuk OL (Online/chatting) pada waktu itu juga. Jam di Jogja menunjukkan pukul 3.50 am, mgkn d sana udah 4.50. Saat itu aku sudah menikmati sahur, dia malah baru mulai siap2 untuk eating at dawn (sahur).
Sembari menunggu sahurnya tersaji, dia ingin ngobrolin rencana reunian SD di Palembang.
Pada saat itu aku sedang dalam kondisi tidak fit (flu) sehingga malas untuk pergi ke warnet di pagi buta. Tapi untungnya kosan ku udah tersambung ke koneksi internet, kecuali beberapa kamar termasuk kamarku. Lalu aku mencoba ke kamar bawah tempat teman yang pada saat itu sedang belajar (dengan serius dan kayaknya mati-matian ingin mendapatkan IP 4 lagi).
Aku bilang kepadanya, "Kak Fauzan, numpang ngenet y, males ke warnet nih, lagi flu".
"Waduh, Dek, aku lagi belajar, besok ada kuis, aku gak bisa tenang belajarnya", katanya.
"Janji deh gak bakalan gangguin n ribut lagi."
maklum aku dah biasa numpang ngenet di kamarnya n pake acara ribut lg...hehehe...
tapi dia tetap menolak!
akhirnya kusuruh dia belajarnya di kamarku saja, tapi dia bilang males cuz kamarq di lantai 2 n dia gak mau pk acara naek2 tangga sgala di pagi itu...
aku jadi bingung... dia juga bingung...
lalu aku ingat dia pernah mo download lagunya MIKA, n gak berhasil, kemudian aku bilang kalo aku punya MP3 ny n silahkan pinjem/puter aja d kamarku selagi belajar... dia pun sempat mikir dan akhirnya memberikan kesempatan kepadaku untuk menggunakan komputernya (lagi)...
aku pun berhasil chatting dgn temanku... sementara waktu belajar nya tetap aman,,, malah dapat bonus dengerin lagu MIKA lagi...
***
Khanisa
Dua hari lalu, saya dan teman saya mencari makan malam. Saya saat itu sedang menginginkan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Ayam goreng sudah membuat saya bosan. Sedangkan teman saya “sepertinya” menginginkan membeli lagi ayam goreng untuk dimakan di kost. Saya yang bosan dengan suasana kost terlebih lagi menu ayam goreng mengusulkan dia untuk makan diluar. Yang jelas saya tidak ingin makan di kost. Ia menyetujuinya dengan syarat kami tidak makan terlalu jauh, karena ia belum mengerjakan tugas.
Dengan hati senang kami pun melangkah, tetapi saat membicarakan dimana kami akan makan, perdebatan pun terjadi lagi. Saya berniat makan di SS di jakal (walaupun tahu tempat itu terlalu jauh). Teman saya pun kontan tidak setuju. Ia bilang lebih baik makan nasi goreng langganan kami karena lebih dekat. Saya pun mengusulkan tenda nasi bakar yang juga di jakal. Tetapi ia mengatakan itu masih terlalu jauh. Ia pun mengusulkan makan nadi uduk di dekat atm mandiri jakal. Tadinya saya mau mengusulkan tempat lain lagi. Akan tetapi ia meng-cut itu semua dengan mengatakan di tenda nasi uduk itu ada sambal bawang yang enak (yang saya pernah akui memang enak) juga mengatakan waktu kami makin sempit kalau berjalan ke tenda Nasi Bakar dan ia belum mengerjakan tugas. Saya pun setuju, karena paling tidak keinginan saya untuk makan di luar terwujud.
Saya tidak bisa mengatakan berhasil sepenuhnya dalam negosiasi ini, taktik saya menggunakan overbidding (dengan menawarkan tempat yang terlalu jauh, karena saya kira ia akan stuju dengan tempat kedua yang lebih dekat) pun gagal, mungkin karena opsi kedua yang saya tawarkan masih jauh diatas limitnya. Barangkali juga karena ada berbagai aspek yang menjadi pertimbangan kami, diantaranya waktu yang sempit dan tempat yang jauh, belum lagi tuntutan teman saya untuk secepatnya dapat mengerjakan tugas. Saya juga merasa tidak enak karena telah memaksanya makan diluar.
***
Dostları ilə paylaş: |