AGEN MARKETING
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan
(QS. At Taubah: 105)
Saudara saya yang juga merupakan kepala syiar dan pelayanan kampus GAMAIS ITB, Albaz Rosada, menerjemahkan kata “syiar” dalam bahasa Inggris dengan “marketing”. Awalnya saya sempat bingung, kenapa harus “marketing”? Padahal kata tersebut lebih cocok diterjemahkan menjadi “pemasaran”. Kemudian lebih jauh saya melihat bahwa memang yang dilakukan oleh lembaga dakwah adalah memasarkan produk dakwah, mempromosikan Islam, atau menyebarluaskan jaringan Islam. Untuk itu semua, maka dibutuhkan pemasaran yang baik dalam LDK.
Marketing atau proses syiar dalam LDK adalah hal yang sangat penting, karena memang tugas utama LDK adalah ber-syiar. LDK adalah lembaga dakwah yang tugasnya men-syiar-kan Islam. Poin penting dalam tulisan ini adalah bagaimana kader kita bisa mempunyai karakter syiar yang kuat—bisa dikonotasikan sebagai kader yang berkarakter da’i—sehingga dimanapun dan kapanpun seorang kader berada, jiwanya akan selalu berorientasi syiar.
Kader bagi sebuah LDK adalah garda terdepan. Perlu diingat juga, kader LDK berarti semuanya, dari low sampai top management. Jiwa da’i ini harus ditanam sejak masa awal seorang kader bergabung dalam LDK. Penanaman jiwa ini sejak awal pelan-pelan akan menghapus paradigma bahwa LDK adalah EO, yang cukup marak beredar beberapa tahun belakangan ini. Karena itulah pembekalan terhadap kader harus terpadu dan berkelanjutan.
Seorang kader harus dibina agar ia memiliki kekuatan Qur’aniyah yang kuat, dimulai dari belajar membaca, tahsin yang baik, membaca tafsir, menghafal hingga mengamalkannya. Selain itu seorang kader harus mempunyai kredibilitas seorang pemimpin. Ia harus mampu menjadi yang terbaik di kelas, memimpin lab, menjadi asisten mata kuliah, dan memiliki keunggulan di bidang akademik lainnya. Kita sangat mengharapkan seorang kader dakwah punya kemampuan untuk menjadi teladan di tempat-tempat ia berhimpun.
Kader adalah agen promosi bagi LDK dan media paling tepat untuk mengajak orang lain untuk bergabung dalam barisan dakwah ini. Masyarakat kampus akan melihat dengan positif, seorang kader kita yang memiliki budi pekerti yang baik, maka dengan itu mereka bisa jadi simpati dan tertarik untuk mendalami Islam.
Saya pernah suatu waktu ditanya oleh kawan sekelas saya, “Cup, apa sih yang bisa buat lo berubah, lo tampak tenang dan excited banget dengan hidup lo?” Saya pun menjawab, “Gue gabung di Gamais. Bukan karena gue udah soleh, tapi gue tau bakat maksiat gue tinggi, makanya gue banyak belajar di Gamais, dan gue dapet apa yang gue ingingkan. At least gue bisa tenang dan selalu berpikir positif dalam setiap langkah gue”. Diskusi pun berlanjut, dan saat ini beliau telah bergabung dengan kelompok mentoring.
Kader pula yang akan memberi contoh kepada masyarakat kampus, bagaimana seorang muslim yang baik memimpin. Seorang muslim memimpin dengan sepenuh hati dan raga, melayani anggota yang dipimpinnya, dan mau berkorban tanpa pamrih. Itulah seorang pemimpin muslim yang akan disenangi oleh masyarakat kampus. Kader LDK harus bisa mengisi pos-pos kepemimpinan di semua wilayah, dari yang terkecil—ketua kelas atau ketua kelompok tugas—hingga pos-pos yang lebih besar dan berpengaruh—ketua unit mahasiswa, ketua himpunan mahasiswa, atau ketua BEM. Lagi-lagi dengan sebuah harapan agar kader kita dapat mencontohkan bagaimana Islam mengajarkan umatnya memimpin, dan bagaimana Islam bisa betul-betul menjadi rahmat bagi semua manusia.
Saya punya saudara bernama Muhammad Iqbal. Beliau Ketua Angkatan Mahasiswa Fisika Teknik angkatan 2005. Ada sebuah kisah yang saya ingat tentangnya. Saat itu dalam prosesi orientasi mahasiswa, beliau dicabut amanahnya oleh pengkader. Namun karena tuntutan berbagai pihak dan karena beliau juga disenangi dan disayangi oleh anggotanya, beliau terpilih kembali sebagai ketua angkatan. Menurut kabar pula, beliau adalah ketua angkatan Fisika Teknik pertama yang gagal diturunkan oleh para pengkader saat masa orientasi mahasiswa. Subhanallah... kader dakwah inilah yang kemudian berperan besar dalam menegakkan kekuatan Islam di kampus. Iqbal yang saya ceritakan saat ini diamanahkan sebagai kepala Departemen Manajemen Sumber Daya Anggota GAMAIS ITB.
Di lain pihak, kader LDK dituntut pula untuk memiliki IP yang tinggi dan aktif dalam perkuliahan. Kampus berisikan masyarakat yang berpendidikan, jadi seseorang akan dipandang di kampus karena kepandaiannya dalam bidang akademik. Semakin tinggi IP kader, akan semakin banyak pula orang yang mendengarkannya. Untuk itulah LDK harus mampu menjaga stabilitas IP kader. Adanya Departemen Akademik dan Profesi di GAMAIS ITB mulai sejak saya memimpin juga ditujukan untuk mem-back up hal tersebut.
Ada sebuah contoh di kampus saya mengenai saudara saya Anggit Saputra, seorang Ketua Lembaga Dakwah di Program Studi Teknik Kimia (GAMISTEK). Beliau dikenal sebagai seseorang yang bersahaja dan luar biasa dalam bidang akademik. Beliau sempat mendapat IP 4,00 dengan IPK saat ini seingat saya masih diatas 3,5. Kekuatan ini beliau jadikan sebagai keunggulan pribadi yang dimanfaatkannya untuk berdakwah. Kepintaran beliau membuat banyak teman-temannya simpati. Satu tahun kiprah beliau menjadi ketua GAMISTEK telah membuahkan hasil yang sangat signifikan, terutama dalam semakin rutinnya agenda syiar dan semakin baiknya produktivitas kader. Saat ini beliau diamanahkan sebagai Ketua Lembaga Dakwah Fakultas Teknologi Industri.
Sahabat-sahabat kader LDK yang saya sayangi karena Allah, memberi peran lebih kepada kader, terutama sebagai agen terdepan syiar (marketing) adalah sebuah keniscayaan. LDK mendidik kadernya untuk menjadi da’i dan untuk menjadi teladan, serta untuk menjadi pemimpin di masyarakat. Dengan membangun paradigma bahwa kader adalah agen terdepan dalam memasarkan Islam di kampus, mudah-mudahan bisa terbentuk LDK yang berfondasikan kader-kader yang berkarakter, kuat, dan produktif.
Glosarium
D:
-
Da’iyah : berjiwa seorang pendakwah
-
Dakwah Fardiyah : dakwah personal
-
Diniyah : ilmu agama
-
Dzatiyah : seorang diri
L:
M:
-
Mahdah : (ibadah) langsung
Q:
-
Qur’aniyah : berjiwa Qur’an
R:
-
Rabbani : Panghamba Allah
-
Rihlah : Perjalanan
-
Ruhiyah : kedekatan dengan Allah (jiwa)
S:
-
Syiar : menyampaikan ajaran Islam
T:
-
Tahsin : tata cara membaca Al Qur’an
-
Tarbiyah : pembinaan
-
Tilawah : membaca Qur’an
U:
Membangun Kapasitas
dan Pengaruh
Kader
BAB 16
TAHAPAN KADERISASI
Kepada anakku Al Walid,di kegelapan yang hitam pekat ini,
aku menatapmu dengan mata hatiku.
Aku datang dari jauh menuju fajar baru dengan cita-cita
yang mengharu biru kalbu.
Untuk mengangkat panji Islam kembali seperti dahulu.
Abbas As Syisi
LDK sangat erat kaitannya dengan lembaga kaderisasi karena memang pada mulanya LDK didirikan untuk mengkader para mahasiswa agar memiliki pemikiran dan kapasitas seorang muslim yang komprehensif. Dalam perkembangannya LDK beralih peran menjadi lembaga syiar Islam yang melaksanakan berbagai agenda syiar. Terkadang peralihan peran ini menyebabkan beberapa segi menjadi “kebablasan”. Roda syiar berjalan, namun basis pembinaan tidak terperhatikan.
Inilah yang menjadi sebab mengapa beberapa LDK mengalami krisis kepemimpinan pada tahun-tahun tertentu. Sejatinya LDK bisa memastikan sistem kaderisasi berjalan dengan baik dalam keadaan apapun karena kaderisasi yang baik akan berperan besar sebagai dinamo dakwah kita.
Mengapa saya berbicara sistem? Sistemlah yang membantu LDK membentuk kader-kader yang solid dan militan setiap saat. LDK tidak boleh berorientasi pada pribadi atau ketokohan. LDK tidak boleh punya tokoh sentral yang diibaratkan “pahlawan” bagi LDK tersebut. LDK harus mampu membentuk banyak kader hebat di setiap waktu.
Bagaimana LDK melakukan sistem kaderisasi? Pada dasarnya ada empat tahap kaderisasi, yakni perkenalan, pembentukan, pengorganisasian, dan eksekusi. Empat tahapan kaderisasi ini adalah sebuah siklus yang membentuk seorang objek dakwah agar siap menjadi aktivis dakwah.
Tahapan dalam Kaderisasi LDK
Perkenalan (Ta’rif)
Pandangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Pada tahap awal ini, alangkah baiknya bila LDK mampu memberikan kesan pertama yang baik kepada mahasiswa. LDK berperan penting untuk membuat mahasiswa mengetahui apa-apa yang belum diketahuinya mengenai Islam. Dengan kata lain, merubah mereka dari bodoh menjadi pintar; Membuat mahasiswa berkata “Oh!” pada hal-hal yang ia dapatkan. Karena tahapan perkenalan ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan kontribusi mahasiswa ketika bergabung kelak, maka berikanlah gambaran umum yang jelas tentang LDK kita. Dengan demikian calon kader akan memiliki orientasi yang jelas saat mengikuti pembinaan Islam.
Lakukanlah pendekatan dengan agenda syiar dan pelayanan kampus. Ta’lim dan tabligh bisa dijadikan pilihan. Perlu diingat bahwa tidak ada parameter keberhasilan yang berlebihan di sini. Cukuplah bagi mahasiswa yang sebelumnya belum mengetahui bahwa sholat itu wajib, menjadi tahu bahwa sholat itu wajib. Mahasiswa yang belum tahu bahwa puasa itu wajib, menjadi tahu bahwa puasa itu wajib. Belum perlu langsung sampai pada tahap melaksanakan. Dengan ini diharapkan setelah mahasiswa mengetahui urgensi dari beberapa hal tentang Islam, mereka tertarik untuk mendalaminya dengan mengikuti kegiatan pembinaan.
Poin penting dalam tahapan ini adalah tindak lanjut dari agenda syiar yang dilakukan. Keberadaan data sangat diperlukan di sini. LDK bisa mempunyai absensi peserta ta’lim atau agenda syiar lainnya lalu menindaklanjuti data tersebut dengan mengarahkan pesertanya untuk mengikuti mentoring sebagai agenda pembinaan rutin LDK. Selain itu pembuatan stand pendaftaran kegiatan mentoring di setiap event dakwah juga akan sangat membantu. Cara baik lainnya adalah dengan menjadikan dakwah fardiyah sebagai kebiasaan kader. Dengan demikian setiap kader LDK kita bisa berperan aktif mengajak mahasiswa muslim mengikuti mentoring. Sedangkan bagi mahasiswa yang sudah memiliki pengaruh di kampus atau sudah punya landasan pemikiran yang kuat, lakukanlah pendekatan dengan diskusi langsung.
Pembentukan (Takwin)
Inilah tahap yang membutuhkan waktu yang cukup lama dan usaha yang berkelanjutan. Pada tahap ini LDK berperan sebagai pembentuk kader-kader yang seimbang kemampuan dirinya. Membuat mekanisme dan sistem pembentukan yang jelas, bertahap dan terpadu akan menghasilkan kader yang kompeten dan produktif. Oleh karena itu pelaku kaderisasi—dalam hal ini tim kaderisasi LDK—diharapkan bisa memberikan asupan ilmu yang luas dan tidak terbatas. Seimbangkan pula anjuran untuk berilmu dan beramal. Berikut akan dijelaskan berbagai dimensi yang perlu dipahami dan dibina dalam tahap pembentukan pribadi kader.
Maksud diniyah adalah pemahaman ajaran dasar Islam seperti pengajaran tentang aqidah yang bersih dan lurus, dan bagaimana ibadah yang benar. Diutamakan ibadah wajib dijalankan dengan konsisten terlebih dulu, barulah meningkat ke pembiasaan ibadah sunnah. Selanjutnya bisa dikaitkan dengan dasar-dasar fiqih Islam dan berbagai hukum kontemporer yang ada. Penguatan akhlak yang baik bagi kader perlu dibiasakan juga sehingga diharapkan pembentukan kader yang berkepribadian Islam yang komprehensif bisa dipenuhi di dimensi ini.
Maksudnya adalah memberikan pengajaran dasar-dasar Al Qur’an yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan kader. Tahapan pengajaran ini bisa dimulai dari tahap pra-tahsin, tahsin, dan tahfidz. Bila keadaan memungkinkan, tafsir Al Qur’an juga bisa dilaksanakan. Besar harapan saya agar kader LDK sangat dekat dengan Al Qur’an karena memang semua hal yang disampaikan saat berdakwah bersumber pada Al Qur’an. Kedekatan kader pada Al Qur’an pula yang akan membuat dakwah ini diberkahi dan dirahmati Allah. Kader diharapkan bisa mengaji atau membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar. Jika bacaannya sudah baik, selanjutnya diharapkan kader bisa mulai menghafalkannya.
LDK adalah lembaga dinamis yang memerlukan kader yang bisa selalu produktif. Kader LDK haruslah kader yang baik dalam memanajemen diri dan organisasi. Penanaman dasar-dasar organisasi sejak dini dilakukan dengan harapan supaya kader tidak bingung ketika sedang menjalankan amal dakwah. Isi dari dimensi ini seperti dasar-dasar kaderisasi, manajemen waktu, manajemen konflik, manajemen rapat, syiar efektif, fund rising, pengelolaan organisasi dan lainnya. Diharapkan materi tersebut tidak hanya bisa menjadi bekal untuk lembaga dakwah, tapi juga untuk diri kader sendiri.
Kader LDK dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak hanya bisa menunjang pergerakan dakwah, tetapi juga berguna bagi dirinya di masa yang akan datang. Contoh penerapan pembentukan softskill untuk kader adalah pelatihan membawa mobil dan motor, cara desain dengan Corel Draw atau Adobe Photoshop, public speaking, training manajemen, aksi, memasak, memasang spanduk dan umbul-umbul, pelatihan multimedia seperti web dan blog, olahraga dan bela diri, bahasa Inggris dan bahasa Arab, serta kemampuan pendukung lainnya yang sekiranya dibutuhkan untuk kader.
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin, begitupula kader LDK yang nantinya akan memimpin pos-pos dakwah di mana pun. Seorang kader dakwah harus siap memimpin jika kondisi menghendaki beliau sebagai pemimpin. Jiwa seorang pemimpin ini tidak bisa dibangun secara instan. Seorang pemimpin perlu memiliki visi yang kuat dan komprehensif dalam melihat sesuatu. Pemimpin juga butuh kekuatan komunikasi dan karisma serta memiliki jiwa empati dan bisa berkerja sama. Pemimpin juga harus bijak dalam mengambil keputusan. LDK harus bisa mencetak banyak pemimpin karena kader LDK tidak hanya akan memimpin di LDK. Kita juga perlu menyiapkan kader yang akan memimpin di wilayah dakwah lain.
Seseorang yang berilmu lebih baik ketimbang yang tidak berilmu. Ilmu dalam hal ini tidak dibatasi dalam hal ilmu agama saja. Kader LDK perlu memahami dasar-dasar ilmu politik, sosial, hukum, budaya dan ekonomi. Kekuatan dan luasnya wawasan yang dimiliki oleh kader dakwah akan memudahkan proses keberterimaan seorang kader di masyarakat dan memudahkan amal dakwah yang dilakukan oleh kader. Kekuatan wawasan ini pula yang akan membuat kader lebih bijak dan tepat dalam mengambil keputusan.
Dimensi-dimensi pembinaan ini perlu diberikan secara jelas, bertahap dan terpadu. Dengan memberikan banyak wawasan bagi kader LDK, sama juga dengan membangun aset dalam suatu bisnis. Aset terbesar LDK adalah kader yang produktif. Flow dari rangkaian pembinaan ini harus bisa disusun dengan tepat agar memberikan sebuah formulasi kaderisasi yang terbaik.
Mekanisme pendukung dari tahapan ini adalah form evaluasi rutin per kader. Dengan form ini kita bisa mengetahui tingkat partisipasi kader dalam pembinaan serta menguatkan basis penjagaan dalam kelompok kecil yang sering kita kenal dengan mentoring.
Nama:
|
Program Studi/Angkatan:
|
Nama Mentor:
|
Kode Kelompok:
|
Bulan Mentoring
|
Tanggal
|
Pekan I
|
Pekan II
|
Pekan III
|
Pekan IV
|
Materi
|
Materi I
|
Materi II
|
Materi III
|
Materi IV
|
Kehadiran
|
|
|
|
|
Contoh Form Evaluasi Rutin
Mentoring akan berfungsi sebagai kelompok penjagaan terkecil dari sebuah LDK. Pada tahapan pembentukan ini, ilmu yang didapatkan diharapkan sudah bisa menjadi pemikiran dan gagasan yang kuat bagi kader dan mereka siap untuk mengamalkannya.
Penataan/Pengorganisasian (Tandzhim)
Setelah kader dibina, mulailah LDK menata potensi-potensi kader menjadi sebuah untaian tali pergerakan yang harmonis. Setiap kader mempunyai kelebihannya masing-masing. Ada kader yang pandai menghafal Al Qur’an, maka jadikanlah ia sebagai pengajar tahsin dan tahfidz. Ada kader yang gemar aksi atau demonstrasi, maka tempatkanlah ia di garda politik. Ada kader yang gemar mengadakan kegiatan, maka tempatkanlah ia di kepanitiaan. Ada kader yang hanya gemar belajar, maka proyeksikan ia agar menjadi asisten dosen dan ketua lab di masa yang akan datang. Ada kader yang suka bertualang, maka tempatkanlah ia sebagai relawan sosial LDK. Ada kader yang senang berpikir, maka tempatkanlah ia sebagai tim strategis. Ada kader yang gemar menggambar, maka tempatkanlah ia sebagai tim desain LDK. Tempatkanlah kader sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Walaupun seorang pimpinan LDK punya wewenang untuk menempatkan kader sesuai dengan keinginannya, namun menempatkan mereka sesuai minat dan potensi yang mereka miliki akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Akan tercipta sebuah kesinambungan dakwah yang harmonis.
Hubungan kader dengan amanah seperti hubungan tumbuhan dengan habitatnya. Kaktus tidak mungkin hidup di pantai, dan rumput laut tidak mungkin hidup di padang pasir. Begitulah analogi kader. Jika pimpinan memaksakan seorang kader ditempatkan di tempat yang tidak sesuai, maka akan terjadi pembunuhan karakter kader.
Oleh karena itu, hal ini perlu sekali dipahami oleh pimpinan LDK karena kader kita adalah manusia, bukan mesin yang bisa diatur-atur sesuai dengan keinginan penggunanya. LDK harus mampu memanusiakan manusia. Kalau memang harus ada yang berkorban, maka pimpinan LDK-lah orang yang paling tepat. Sedangkan kader hanyalah objek dakwah bagi pimpinan LDK.
Penyediaan ladang beramal dari LDK pun harus ditambah seiring dengan bertambahnya jumlah kader. Ada beberapa LDK yang menyesuaikan komposisi dan bentuk struktur organisasinya dengan jumlah kader. Bisa juga dengan memberikan kader tempat beramal di lembaga lain seperti mahad kampus, BEM, himpunan, unit mahasiswa dan sebagainya.
Poin yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana kader bisa memiliki amanah di mana pun, namun dengan catatan, ia selalu beraktivitas dengan mengguankan paradigma dakwah yang baik? Dimanapun Anda berada, frame dakwah haruslah tetap terinternalisasi karena LDK harus mampu menyediakan kader yang bisa mengisi berbagai pos di masa yang mendatang.
Dalam tahap yang lebih lanjut, terutama untuk LDK yang sudah stabil, kader diharapkan selalu memiliki empat peran dalam satu waktu, yakni:
-
Peran Kader sebagai Seorang Mentor (Pembina)
Seorang kader LDK harus aktif membina dan dibina. Misalnya dengan membina kelompok mentoring rutin atau mengisi ta’lim rutin. Peran ini adalah peran murni seorang da’i yang diharapkan bisa menjadi peran utama kader dakwah.
-
Peran Kader sebagai Penentu Kebijakan Strategis (Syura)
Kader dididik untuk bisa memimpin dan berpikir. Oleh karena itu kader harus mempunyai tanggung jawab sebagai anggota syura (rapat strategis) di lini yang sesuai dengan kapasitas kader saat itu. Dengan menjadi anggota syura diharapkan kader akan terbiasa berpikir strategis dan komprehensif, sekaligus mampu menumbuhkan jiwa pemimpinnya.
-
Peran Kader sebagai Pelaksana Operasional (Teknis)
Selain sebagai pemegang kebijakan di suatu tingkatan LDK, kader juga diharapkan bisa berperan dalam tatanan operasional atau pekerjaan teknis. Dengan demikian kader akan selalu berada dalam peran sebagai atasan dan bawahan dalam waktu bersamaan. Keseimbangan ini akan membentuk jiwa kerjasama yang baik. Contoh dalam kasus ini adalah, seorang kader berperan sebagai tim inti panitia kegiatan (dalam hal ini dia sebagai anggota syura) dan juga sebagai pelaksana operasional di tatanan LDK (berkoordinasi dengan pengurus inti LDK).
-
Peran Kader di Bidang Akademik
Kader dakwah pun perlu memiliki kompetensi akademis yang baik. Oleh karena itu, peran terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kader bisa berperan dalam bidang akademik baik di bangku kuliah maupun di lab. Peran yang bisa diambil antara lain sebagai ketua kelas, ketua kelompok tugas, koordinator lab, ketua praktikum, asisten dosen, atau aktif dalam penelitian dan lomba ilmiah. Memiliki kader yang memiliki IP baik adalah harapan besar bagi LDK. IP yang baik sebetulnya akan memudahkan pergerakan dakwah kita di dunia kampus.
Eksekusi dan Peralihan Objek Kaderisasi Menjadi Seorang Kader (Tanfidzh)
Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam siklus kaderisasi. Pada tahap ini seorang kader dakwah sudah bisa berkontribusi secara berkelanjutan dan sudah siap untuk menjadi pengkader bagi objek dakwah yang lain. Fase eksekusi ini diisi dengan monitoring kader dan evaluasi berkala agar sistem kaderisasi yang dijalankan di LDK semakin baik. Dengan monitoring dan evaluasi diharapkan bisa timbul ide-ide masukan dan perbaikan bagi perencanaan siklus kaderisasi selanjutnya. Variasi dan inovasi metode, kurikulum, flow materi, perangkat pendukung dan kebijakan manajemen SDM lainnya bisa berkembang pesat di tahapan ini.
Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki dorongan untuk berkerja. Perlu diingat, karena seorang kader saat ini sudah memegang peran sebagai pengkader, maka kader pun perlu dibina dengan siklus yang baru. Pada dasarnya seorang kader akan dibina sesuai dengan siklus ini, yang membedakan adalah pola dan isi dari setiap tahapannya. Seringkali LDK tidak membina kader tahap lanjut. Bisa dikatakan pembinaan untuk pengurus harian lebih sedikit ketimbang kader mula. Oleh karena itu pada LDK yang sudah cukup stabil diharapkan mempunyai alur dan kurikulum serta metode kaderisasi yang berbeda untuk setiap tingkatan (angkatan) kader. Dengan membuat sistem kaderisasi seperti ini, maka LDK dapat menjadi mesin pencetak kader yang solid dan militan secara terus-menerus. Membangun sistem kaderisasi yang kuat adalah aset berharga bagi sebuah LDK.
Tahapan kaderisasi ini dibuat sebagai skema langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh sebuah LDK dalam mengembangkan karakter kadernya. Dengan pentahapan yang jelas dan terstruktur, pengembangan kapasitas dapat lebih mudah diserap oleh para kader. Pada dasarnya pengembangan kapasitas sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan yang dibangun. Melalui tahapan yang ada dalam kaderisasi, LDK akan lebih bisa merencanakan peningkatkan kualitas kader-kadernya.
BAB 17
MEMBENTUK KADER
BERBASIS KOMPETENSI
Tabel Daftar IPK Alumni LDK
Nama
|
IPK
|
Lama Lulus
|
Iyan
|
2,4
|
5 tahun
|
Dani
|
3,01
|
5,5 tahun
|
Eko
|
2,99
|
4,5 tahun
|
Wawan
|
2,75
|
6 tahun
|
Herman
|
2,67
|
7 tahun
|
Syahban
|
2,86
|
6,5 tahun
|
Raka
|
3,13
|
5 tahun
|
Rozi
|
2,23
|
5,5 tahun
|
Tabel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas mungkin tampak biasa jika kita tidak memperhatikan judulnya: Tabel Daftar IPK Alumni LDK. Bukan hal yang tidak mungkin bila tabel ini merupakan cerminan dari LDK tempat kita beramal saat ini. Terkadang terbesit dalam benak saya, pantaskah ini menjadi tabel hasil IPK alumni LDK?
Sebenarnya tidak ada yang perlu disesalkan dan dipermasalahkan karena Allah memang telah menciptakan manusia dengan takdir masing-masing, dan manusia patut bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Kegagalan bukan akhir dari segalannya. Kegagalan hanya merupakan persimpangan dari sebuah jalan keberhasilan.
Namun jika saya mengingat kembali, kalimat terakhir yang diucapkan ibu saya ketika melepas saya kuliah di ITB, “Belajar yang rajin ya nak, supaya cepat lulus dengan nilai baik”. Ucapan ini adalah sebuah do’a dan harapan dari seorang orang tua yang mendidik saya sejak lahir hingga saya berumur 17 tahun, sebelum saya memasuki dunia kampus. Ini adalah sebuah harapan dari seorang bunda yang selalu saya pegang dengan sebaik-baiknya, karena bagaimana pun ini adalah amanah dari orang tua. Sejauh yang saya pahami, kita wajib mematuhi orang tua selama ia tidak mengajak kita menyekutukan Allah.
Setelah menanyakan hal yang sama kepada beberapa mahasiswa lain di LDK kami, ternyata memang 100% orang tua mengharapkan anaknya menjadi pribadi yang sukses dengan parameter lulus cepat dan IP memuaskan. Tanggung jawab yang orang tua berikan ini perlu kita sempurnakan dengan mewujudkannya.
Saya teringat kata-kata Kepala GAMAIS terdahulu, Romzy Rio Wibawa, bahwa kompetensi sangat penting dalam dakwah. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi akademik. Menurut beliau, LDK seharusnya bisa membentuk alumni yang kuat pemikiran dakwahnya dan baik pemahaman akademiknya. Karena pada hakekatnya, peran kita sebagai da’i akan terus berlanjut hingga masa pascakampus. Jika apa yang dijalankan di dakwah kampus diharmonikan dengan rencana dakwah pascakampus, maka kader yang memilki kompetensi inilah yang kelak bisa banyak “bicara” di dunia luar.
Kader LDK perlu ditempa dan dibina secara berkelanjutan dalam bidang kompetensi akademiknya. Pengembangan manusia yang ada di LDK harus menyesuaikan dengan keadaan akademik. Kondisi kampus yang kian fluktuatif dan menuntut kita untuk memiliki IP tinggi dan lulus cepat perlu segera diadaptasikan ke dalam LDK. Selain itu kader yang baik secara akademik juga bisa berperan sebagai media dakwah yang andal. Kader bisa menjadi teladan yang baik, dan menjadi cerminan Islam yang positif di mata mahasiswa dan dosen.
Ketika diamanahkan sebagai Kepala GAMAIS ITB. Orang tua saya yang berprofesi sebagai seorang dosen pernah mengeluh:
“Mama sering kali kecewa dengan tampilan anak masjid di kampus mama. Mereka sering kali datang kuliah telat dengan alasan sholat, datang dengan pakaian tidak rapi dan memakai sendal jepit, lalu duduk di belakang dan tidak memperhatikan perkualiahan, dan setelah selesai kuliah langsung pulang.”
Jika profil kebanyakan kader dakwah seperti ini, maka LDK akan tercitrakan sebagai lembaga yang berisikan kumpulan mahasiswa dan mahasiswi yang tidak baik secara akademik, sehingga mereka masuk ke LDK untuk bertawakal kepada Allah.
Tentu saya kaget dengan hal ini, dan mulai saat itu saya mendambakan agar kader dakwah memiliki profil: Datang ke kuliah tepat waktu, membantu dosen menyiapkan perlengkapan perkuliahan, duduk paling depan, di kelas aktif bertanya dan mencatat, dan ketika meninggalkan kelas ia tidak bisa langsung pulang karena teman-temannya ingin memfotokopi catatannya.
Jika profil seperti ini menjadi profil dominan kader dakwah, maka LDK akan tercitrakan sebagai kumpulan mahasiswa terbaik dan mereka masuk LDK untuk mensyukuri nikmat kepada Allah.
Citra seperti apa yang LDK Anda Inginkan?
Peran LDK dalam Meningkatkan Kompetensi Akademik Kader
Pembentukan jiwa peduli pada akademik adalah poin pertama yang perlu ditanamkan. Ada sebuah anekdot pada masa dahulu: “Kader yang IP-nya dibawah 2,00 adalah mujahid, dan kader yang IP nya diatas 3,00 adalah pengkhianat”. Sebuah anekdot yang menurut saya sudah tidak relevan lagi saat ini. Perlu ada perubahan paradigma menjadi: “Kader yang IP-nya dibawah 2,00 adalah kader yang tidak amanah, dan kader yang IP nya di atas 3,00 adalah kader yang produktif”. Saya berani mengatakan demikian karena memang ketika IP kita bermasalah, ada sesuatu yang salah pada manajemen diri kita, yang juga berarti kita tidak optimal dalam merencanakan hidup.
Cecep Pratama, seorang sahabat seperjuangan saya yang kini menjadi seorang dosen di UNTIRTA Banten, pernah mengatakan sebuah kalimat yang bijak kepada saya, “Kita perlu mengevaluasi diri kita, apakah sudah optimal dalam memanfaatkan potensi serta kesempatan yang Allah berikan? Apakah tidur kita masih di atas 4 jam, ataukah masih banyak waktu yang tersita untuk hal sia-sia? Apakah rapat kita masih belum efektif dan terlalu lama? Apakah pikiran kita sudah fokus dalam melakukan segala sesuatu?” Menjadi sebuah renungan untuk saya pribadi, bahwa sebetulnya tidak ada kata “tidak bisa” dalam hidup ini karena sudah default setting-nya manusia diciptakan sebagai umat yang terbaik.
Poin kedua adalah percepatan masa kepengurusan LDK. Masih banyak LDK yang saya amati memiliki ketua LDK yang sudah tingkat 5 yang seharusnya mereka sudah lulus, atau tingkat 4 yang seharusnya mereka sudah memikirkan tugas akhir agar cepat lulus. Percepatan LDK diperlukan untuk menyesuaikan kondisi ini. Menurut hemat saya, untuk kampus yang standar lulusnya adalah 4 tahun, maka ketua LDK baiknya adalah yang duduk di tingkat 3 sehingga ia punya waktu yang cukup untuk segera mempersiapkan tugas akhir dan lulus dengan nilai yang memuaskan.
Program Pendukung Peningkatan Kualitas Akademik Kader
Salah satu hal yang sering dikeluhkan oleh para kader adalah bertambahnya beban dakwah yang membuat waktu yang mereka berikan untuk akademik menjadi berkurang. Idealnya antara dakwah dan perhatian akademik haruslah berimbang. Oleh karena itu LDK diharapkan juga mampu mengakomodasi setiap kadernya untuk tetap dapat berdedikasi secara akademik dengan tanpa perlu mengurangi intensitas dalam melakukan aktvitas dakwah. Beberapa hal yang bisa dilakukan LDK dalam meningkatkan kemampuan kader dalam bidang akademik antara lain:
LDK perlu menanamkan paradigma berikut sejak dini: SO atau “study-oriented” bukanlah hal yang salah, akan tetapi “study-oriented-only” barulah merupakan hal yang salah. Orientasi akademik diperlukan agar di masa yang akan datang kader bisa menjadi seorang ahli yang cakap dalam bidangnya (baca: profesional). Orientasi ini juga akan berdampak pada masa depan yang akan dipilih. Kader memiliki kebebasan untuk memilih ingin menjadi apa di masa yang akan datang, dan kaderisasi LDK perlu mengarahkan kemana saja arah-arah profesi yang bisa dipilih oleh para kadernya sejak dini. Maka dari itu, LDK perlu mengingatkan kadernya untuk membuat perencanaan hidup jangka panjang dan menentukan profesi apa yang sebaiknya ia pilih. Selanjutnya LDK perlu membekali kader agar betul-betul memahami bidang yang digeluti dengan berbagai program yang mendukung.
Tutorial akademik adalah salah satu bentuk bimbingan akademik kepada seorang mahasiswa oleh mahasiswa yang lebih senior agar ia lebih memahami mata kuliah di program studi masing-masing. Tutorial ini diberikan kepada semua kader yang membutuhkan bimbingan akademik. Di kampus kami tutorial ini bahkan menjadi agenda syiar yang menarik perhatian banyak mahasiswa. Tutorial diberikan secara masif atau individual atau pun kelompok kecil dengan harapan bisa meningkatkan pemahaman kader akan ilmu di bangku kuliah sehingga berdampak pada peningkatan IP. Tutorial ini diberikan oleh kader yang lebih senior kepada kader yang lebih junior.
-
Bundel Catatan dan Bundel Soal
Kader perlu dibantu akademisnya dengan menggunakan referensi soal-soal terdahulu agar ia dapat belajar dengan lebih mudah. Bundel catatan dan bundel soal adalah salah satu bentuk perangkat pendukung untuk kader yang berisikan catatan kuliah secara lengkap dari semester pertama hingga semester akhir. Bundel ini sangat berguna untuk memudahkan kader belajar dengan maksimal. Pengelolaan bundel ini bisa dieksekusi oleh lembaga dakwah program studi, dan bisa pula menjadi lahan penghasil uang bagi LDK.
-
Inkubasi Kader dengan IP Bermasalah
Seorang kader yang IP-nya menurun karena beban dakwah yang berat perlu diinkubasi atau diberhentikan sementara dari tanggung jawab dakwah. Sebagai seorang pimpinan dakwah, merupakan sebuah tindakan yang zalim jika memberikan tanggung jawab yang mengakibatkan kader harus mengorbankan dirinya. Pemberikan masa inkubasi pada kader yang disertai dengan pemberian beberapa treatment tertentu, akan memungkinakn kenaikan IP kader di semester selanjutnya.
Karena menurut sebagian orang membicarakan IP adalah hal yang tabu, maka LDK perlu membuat mekanisme yang bijak untuk mengetahui IP kader. Data hasil akademik kader perlu dimiliki oleh pimpinan LDK sebagai landasan menentukan program dakwah selanjutnya. data ini bisa juga berguna untuk memberikan penanganan khusus kepada kader yang memerlukan dukungan.
-
Informasi Lomba Penelitian Ilmiah
Kader dakwah perlu berkontribusi lebih pada lomba-lomba ilmiah dan teknologi. LDK perlu memfasilitasi lomba-lomba yang akan diadakan dalam bentuk memberikan informasi terkait, sehingga kader bisa termotivasi untuk bisa berkarya. Lomba-lomba ini bisa juga menjadi wadah untuk menyalurkan kreativitas kader yang kurang cocok beramal dengan cara konvensional.
LDK bisa memfasilitasi pemberian informasi mengenai beasiswa pascasarjana, karena paradigma dakwah kita adalah melayani. Terkadang, dikarenakan oleh aktivitas yang terlalu banyak, seorang kader sulit mendapat akses informasi mengenai bidang studinya. Dengan memberikan informasi ini berarti LDK telah berperan dalam memberikan jasa pelayanan.
Dengan wawasan yang luas kader akan menjadi lebih bijak dalam menentukan masa depannya. Biasanya sebuah kampus sudah memiliki alumni yang terhimpun dalam sebuah wadah. LDK bisa menghubungi alumni tersebut untuk men-sharing pengalamannya dalam meniti karir. LDK bisa memanfaatkan agenda career sharing ini untuk meningkatkan wawasan kader tentang kehidupan pascakampus. Di lain pihak kader pun akan memperoleh gambaran karir yang cocok untuk dirinya, apakah sebagai profesional, pengusaha, dosen atau politikus.
Pada tahap akhir kuliah, sebutlah tingkat 3 dan tingkat 4, perlu dibentuk semacam kelompok kompetensi. Kelompok kompetensi ini bisa saja dibagi menjadi beberapa bidang utama, seperti kelompok dosen, kelompok pengusaha, kelompok politikus, dan kelompok profesional. Kelompok ini berisikan kader-kader yang memiliki minat akan rencana pascakampus yang sama.
Sebagai contoh, kelompok dosen adalah sekelompok kader yang berminat untuk menjadi dosen. Di kelompok ini kader bisa bertukar informasi mengenai beasiswa pascasarjana, mengikuti TOEFL course bersama serta menyiapkan diri agar bisa mengikuti program pascasarjana dan doktoral yang akan memudahkan jalan untuk menjadi dosen. Contoh kedua, kelompok pengusaha. Di kelompok ini kader bisa belajar bagaimana memulai bisnis. Jika perlu langsung membuat bisnis sendiri. Di kelompok ini pula kader bisa saling sharing pengalaman dengan sesamanya atau dengan pengusaha yang sudah sukses.
-
Departemen Akademik dan Profesi
Sebagai wadah formal agar semua rencana di atas bisa berjalan, maka perlu didirikan departemen khusus yang menangani masalah akademik dan profesi kader LDK. Di GAMAIS ITB ada wilayah akademik dan profesi yang bertujuan sebagai wadah penguatan akademik kader dan wadah syiar akademik. Dengan adanya departemen ini, kegiatan LDK kian seimbang antara dakwah dan akademiknya. Saya sangat meyakini adanya kekuatan akademik yang menunjang dakwah membuat LDK semakin diakui sebagai lembaga kaderisasi yang baik dan produktif, karena LDK akan bisa membentuk cendekiawan-cendekiawan muslim yang andal.
Dakwah kampus di masa mendatang sangat membutuhkan kader dakwah yang baik secara kapasitas dakwah, dan memiliki dedikasi akademik yang baik pula. Untuk itu LDK perlu menjadi wadah yang mampu mengakomodasi kebutuhan kader dakwah yang notabenenya adalah seorang mahasiswa. Dengan pemberian perhatian yang baik dalam pengembangan akademiknya, kader akan lebih merasakan kebermanfaatan LDK terhadap dirinya.
BAB 18
PENGELOLAAN
MENTORING
Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakangmereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allahdan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar
(QS. An Nisaa: 9)
Mentoring bukanlah hal baru di dunia ke-LDK-an. Tulisan, artikel, atau buku tentang permentoringan seperti menjadi mentor yang baik dan pengelolaan mentoring sudah cukup mudah bisa kita temui di hampir semua toko buku. Pada bagian ini hal yang akan saya bahas bukanlah mengenai konsep dasar mentoring. Saya akan mencoba lebih menyentuh sisi teknis lapangan yang bisa jadi akan memberikan suatu cara baru bagi LDK dalam mengelola mentoring.
Seperti yang telah kita pahami bersama, mentoring seringkali diibaratkan sebagai sumsum tulang belakang LDK. Kegiatan mentoringlah yang menghasilkan dan mencetak darah baru atau kader baru. Jika sumsum tulang belakang seseorang baik, maka darah yang diproduksi akan baik. Sebaliknya jika sumsum tulang belakang seseorang rusak atau terkena virus, maka darah yang bervirus atau berpenyakit pulalah yang akan diproduksi. Begitu pula dengan mentoring, jika dikelola dengan baik, kegiatan mentoring akan mampu mencetak kader yang baik. Sedangkan jika mentoring gagal dikelola, maka yang dihasilkan adalah kader yang buruk pula.
Begitu pentingnya peran mentoring dalam dunia dakwah kampus. Jadi sudah sewajarnya jika kegiatan mentoring diberi perhatian khusus. Perhatian khusus ini tidak bisa sekedar dengan adanya program kerja yang baik, diperlukan juga adanya orang-orang terbaik dalam tim pengelolaan mentoring, serta supply dana yang kuat untuk menunjang keberjalanan agenda pengelolaan mentoring.
Pada bab ini yang akan saya uraikan adalah penjelasan mengenai pengelolaan mentoring dilihat dari sudut pandang tim pengelolanya. Secara garis besar ada 5 aspek yang perlu kita bangun bersama dalam mengelola mentoring ini, yaitu:
Aspek Pengelolaan Mentoring
Dostları ilə paylaş: |