Dasar Dasar Perencanaan Dakwah


Tahap Ketiga: Membangun Basis Institusi



Yüklə 0,87 Mb.
səhifə6/17
tarix26.07.2018
ölçüsü0,87 Mb.
#59540
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   17

Tahap Ketiga: Membangun Basis Institusi

Pada tahap ini dakwah yang dilakukan di kampus mulai terlembagakan secara formal dan wajar dalam suatu instansi dakwah bernama Lembaga Dakwah Kampus. LDK dibangun atas dasar memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari basis massa yang ada. Bagaimanapun juga, sekelompok orang atau komunitas yang mempunyai tujuan, perlu dilembagakan secara formal agar geraknya menjadi lebih mudah dan legal. Demikian pula dengan para aktivis dakwah yang membutuhkan suatu lembaga legal untuk memudahkan geraknya. Dengan mengikuti tahapan pengembangan ini, LDK akan terbangun bukan hanya dalam rangka untuk legalitas saja, akan tetapi LDK juga dibangun atas adanya kesadaran dan kebutuhan dari masyarakat kampus itu sendiri.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memulai pelegalan dan pendirian LDK ini.



  1. Basis Massa yang Setia

Dalam membuat sebuah lembaga di kampus, biasanya diperlukan kuota minimal untuk mendirikannya. Kuota minimal ini selain untuk memenuhi syarat birokrasi, juga berfungsi untuk memastikan adanya regenerasi aktivis dakwah kelak.

Bassis massa yang ada diharapkan terdiri dari berbagai angkatan yang ada di kampus. Selanjutnya basis massa inilah yang akan membentuk bangunan yang kokoh dalam mengembangkan LDK di masa yang akan datang.



  1. Birokrasi Kampus yang Mendukung

Perlu dipahami bahwa keberadaan LDK tidak bisa terlepas dari kampus dan tata tertib serta birokrasi yang ada di dalamnya. Pendekatan personal ke pihak rektorat, dosen, dan birokrat kampus lainnya adalah sebuah tuntutan yang perlu kita penuhi agar proses legalisasi ini bisa berjalan mulus. Pendekatan ini dilakukan sejak kita mempunyai basis massa, agar ketika jumlah massa yang dimiliki telah cukup, pendirian LDK bisa menjadi lebih mudah.

  1. Bentuk Lembaga Dakwah Kampus

Berikut adalah beberapa bentuk yang bisa diajukan sebagai wadah legal formal LDK. Keterangan lebih jelasnya bisa dilihat pada bab selanjutnya.

  • LDK sebagai unit kerohanian pada unit kegiatan mahasiswa

  • LDK berbentuk Dewan Kesejahteraan Masjid

  • LDK di bawah departemen kerohanian Badan Eksekutif Mahasiswa

  • LDK berbasis di setiap fakultas

  • Infiltrasi ke LDK yang telah ada

Setelah lembaga ini terbentuk, perlu dipenuhi beberapa syarat kelengkapan lembaga agar fungsi lembaga dakwah ini bisa optimal.

Kelengkapan lembaga ini antara lain:



Pertama, adanya tata organisasi yang sesuai, seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan ketua departemen. Untuk LDK mula, departemen yang dibutuhkan antara lain: departemen kaderisasi, departemen syiar dan pelayanan kampus, serta departemen dana. Tiga departemen ini bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok sebuah LDK. Dengan mempertimbangkan jumlah SDM yang terbatas, adanya tiga departemen ini seharusnya sudah cukup untuk bisa menjalankan fungsi LDK dengan baik.

Dalam perkembangannya, sebuah LDK diharapkan bisa memenuhi beberapa fungsi lainnya yang menjadi fungsi pokok yang diturunkan dari sektor dakwah ke dalam bentuk departemen/divisi, yakni:



  1. Sektor Internal (Kaderisasi, Mentoring, Rumah Tangga)

  2. Sektor An Nisaa/Kemuslimahan

  3. Sektor Syiar dan Pelayanan Kampus (Media, Event)

  4. Sektor Keuangan

  5. Sektor Jaringan (Humas)

  6. Sektor Akademik dan Profesi

  7. Sektor Kesekretariatan (Administrasi, Litbang)

Tujuh sektor ini adalah representasi dari bentuk serta fungsi yang harus dipenuhi LDK dalam kondisi ideal. Memang butuh waktu dalam membangun LDK hingga tahap ini, akan tetapi bisa saja dalam proses perkembangan LDK, dua fungsi digabungkan ke dalam satu departemen. Hal ini tergantung pada jumlah dan kapasitas kader yang ada.

Kedua, diperlukannya sebuah tata nilai dan tata hukum atau pedoman dakwah yang diberlakukan di LDK. Pedoman yang dibutuhkan antara lain: Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, visi dan misi, serta perangkat sederhana lainnya yang bisa mengarahkan gerak dakwah kader kita.

Seiring berjalannya waktu, sebuah LDK juga perlu memiliki pedoman dakwah yang lebih advance. Contohnya saudara kita di SALAM UI yang mempunyai Manajemen Mutu SALAM UI (MMS UI) yang memuat berbagai aturan dan norma, serta standardisasi yang digunakan dalam pengelolaan LDK. Selain di UI, kawan-kawan di UNDIP memiliki sebuah komitmen bersama antara lembaga dakwah pusat dan lembaga dakwah fakultasnya sehingga gerak dakwah menjadi sinergis. Sedangkan di GAMAIS ITB, gerak dakwah kami berpedoman pada Pedoman Lembaga Dakwah Kampus GAMAIS ITB (PLDK GAMAIS ITB), yang memuat: blue print GAMAIS ITB 2007-2013, Rencana Strategis Jangka Panjang 2008-2010, dan Panduan Fiqih Praktis Aktivis Dakwah.

Berbagai bentuk pedoman yang ada disesuaikan tergantung kebutuhan dari LDK. Semakin besar LDK, semakin detail pula aturan yang ada, karena dalam tahapan kemandirian LDK, sistemlah yang akan dibangun. Sistem yang kuat akan menghasilkan kader yang kompeten di masa yang akan datang.

Ketiga, adanya mekanisme kaderisasi berkelanjutan bagi kadernya. LDK adalah sebuah lembaga kaderisasi. Fungsi kaderisasi atau membina kader menjadi fungsi yang utama pada sebuah LDK. Kaderisasi ini harus senantiasa menjadi dinamo yang berkelanjutan, tanpa henti. Sebagai lembaga yang baik, kaderisasi di LDK haruslah dapat memberikan manfaat bagi para kadernya dengan meningkatkan kapasitas dan keilmuan yang bisa menunjang aktivitas mereka baik di LDK maupun di kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi syarat yang mutlak agar LDK bisa memastikan sistem regenerasinya berjalan, dan dakwah di kampus bisa bertahan lama.




Tahap Keempat: Membangun Bangunan Kampus secara Keseluruhan dengan Konsep Islam

Legalitas LDK memudahkan gerak dakwah kita menjadi lebih dinamis dan bebas. Kekuatan formal lembaga ini memberikan banyak kemudahan bagi kita untuk dapat berbuat lebih di kampus. Pada tahap keempat ini varian metode dan objek dakwah semakin luas, bisa dikatakan tidak terbatas. Semua tergantung pada manajemen kreativitas dan inovasi dari kader LDK.

Lingkup dakwah pertama yang harus dipenuhi adalah civitas academica di kampus kita. Selanjutnya bisa meningkat menjadi lingkup kota, nasional, dan akhirnya internasional. Pada proses pendekatan dakwah terhadap komunitas di lingkup civitas academica ini terdapat beberapa pihak yang bisa kita dekati.



Mahasiswa, objek utama dalam dakwah kampus kita. Ketika lembaga sudah ada, metode dakwah pun bisa kian variaif, seperti pembuatan event syiar dengan ta’lim, tabligh, outbound, kajian, olahraga bareng atau mungkin mabit. Media LDK juga bisa semakin terbuka, contohnya pamflet, poster, spanduk, baliho, atau perangkat multimedia lainnya.

Dengan adanya lembaga yang legal, agenda syiar pun seharusnya akan mendapat respons lebih dari massa kampus. Akan tetapi walaupun sudah ada lembaga yang formal, metode dakwah dengan pelayanan, dakwah dengan memimpin, serta wadah mentoring yang ada harus tetap dijalankan karena metode-metode ini merupakan metode klasik yang masih bisa digunakan sampai kapanpun.



Dosen, dakwah ke dosen butuh pendekatan yang lebih persuasif. Cara berdakwah ke dosen bukanlah dengan menceramahinya, tetapi dengan memberikan kesempatan kepada beliau untuk menjadi pembicara di acara-acara LDK sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dapat pula dengan melibatkan dosen dalam kegiatan, seperti menjadi penasihat atau tempat konsultasi. Selain itu, memberikan sedikit kenang-kenangan kepada dosen berupa buku, bisa menjadi media dakwah yang tepat karena dosen biasanya gemar membaca. Dengan adanya keterlibatan ini, dosen akan mempunyai sense of belonging terhadap LDK dan akan lebih peduli terhadap gerak dakwah kita dan LDK kita.

Birokrat kampus, pendekatan ke birokrat kampus hampir sama dengan pendekatan ke dosen. Tetapi bisa ditambah dengan silaturahim rutin dalam rangka meningkatkan kedekatan dan kepercayaan antara kader LDK dan birokrat kampus. Dengan kedekatan dan kepercayaan yang dapat ditimbulkan ini, gerak dakwah kita akan lebih didukung dan bisa lebih cepat berkembang.

Karyawan kampus, karyawan kampus berasal dari berbagai elemen, seperti bagian administrasi, satpam dan penjaga kantin. Mereka merupakan bagian dari kampus yang juga perlu kita dakwahi. Keteladanan, budi pekerti, akhlak yang baik, serta citra kita sebagai mahasiswa yang bermoral dapat menjadi modal dakwah di sini. Dukungan dari para karyawan kampus ini biasanya juga akan mendukung gerak dakwah secara umum dikarenakan jumlah mereka yang banyak, dan adanya peran penting mereka di kampus. Selain itu, pengadaan ta’lim khusus karyawan atau pemberian bingkisan untuk mereka di momen tertentu bisa juga semakin mempererat kedekatan kita dengan mereka.




Saya menilai bahwa tidak ada metode dakwah yang terbaik di antara berbagai metode dakwah kampus. Yang ada hanyalah metode dakwah yang tepat. Setiap kampus mempunyai kekhasan tersendiri, dan menjadi tanggung jawab bagi kita untuk bisa memformulasikan metode dakwah yang paling tepat untuk kampus kita. Berpegang pada tahapan ini, akan sangat membantu paradigma berpikir kita dalam mengembangkan Lembaga Dakwah Kampus.
BAB 4




PROSES LEGALISASI

LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

Sebagai agama dakwah ternyata Islam dan sejarahnya



telah memberikan informasi sehingga berhasil membangun realitas sosial baru, yakni terbentuknya masyarakat Islami yang berperadaban tinggi dalam berbagai dimensinya.”

Mahbub Fauzie

Organisasi dibentuk dalam rangka memudahkan dan memformalkan kelompok untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam amal jama’i, adanya wajihah atau organisasi atau lembaga bertujuan agar dakwah yang dilakukan lebih diakui dan memiliki kekuatan dan pengakuan oleh objek dakwah. Pada tahap lanjut dari dakwah kampus, pembuatan sebuah organisasi formal terkait dakwah adalah sebuah tuntutan tersendiri.

Pada tulisan ini saya akan mencoba memberikan sedikit gambaran bagaimana cara melegalkan LDK. Tulisan ini saya coba paparkan setelah diskusi dengan para kader LDK yang telah berhasil melegalkan LDK-nya.

Ada empat tahap yang akan kita lalui dalam pelegalan LDK, dan keempat tahap ini tidak dibatasi oleh waktu. Lama tidaknya waktu yang diperlukan untuk melegalkan LDK sangat ditentukan oleh kondisi internal kampus masing-masing.

Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini ada dua langkah yang perlu dilakukan, yakni pembentukan tim inti dan penyaringan massa simpatisan. Tim inti merupakan kelompok terkecil yang akan berperan sebagai founding fathers, konseptor, dan berperan sebagai sumbu berputarnya roda dakwah. Anggota tim inti berasal dari orang-orang yang peduli dan ingin melakukan dakwah denagan perngorbanan maksimal. Pada kondisi dimana LDK belum ada, mungkin akan sulit untuk menemukan banyak orang yang mau berpikir tentang dakwah. Adanya tim inti yang kecil ini diharapkan bisa memudahkan langkah awal dalam menyusun rencana dakwah.

Komposisi dari tim ini sebetulnya bebas jumlahnya, akan tetapi sebisa mungkin diusahakan sesuai dengan komposisi mahasiswa di sebuah kampus. Sebutlah di ITB yang didominasi oleh pria, jumlah tim inti LDK kami adalah 3 ikhwan dan 2 akhawat. Pada kampus lain yang jumlah perempuannya lebih banyak, bisa jadi komposisi tim inti ini terdiri dari 2 ikhwan dan 3 akhawat.

Selain mempertimbangkan jumlah, anggota tim inti diharapkan juga bisa mewakili kompetensi-kompetensi tertentu. Sebutlah di tim ini ada seorang yang ahli manajemen, ada seorang yang ahli Al Qur’an, ada yang ahli dalam berdiplomasi dan sebagainya.

Komposisi berdasarkan karakter juga perlu diperhatikan. Menurut buku “Personality Plus”, ada empat tipikal manusia, yaitu koleris, melankolis, sanguinis, dan plegmatis. Jika memungkinkan, komposisi tim inti sebaiknya terdiri dari orang-orang yang berbeda karakter agar keseimbangan dan dinamisasi pemikiran dan kebijakan bisa berjalan.

Setelah tim inti ada dan telah aktif baik pembinaan maupun konsolidasi dakwahnya, tim ini perlu melebarkan sayapnya dengan menghimpun orang-orang yang sekiranya mau bergabung dengan barisan dakwah. Saya sering menyebutnya dengan istilah “Ring Dua”. Ring Dua ini adalah orang-orang yang akan mendukung pergerakan dakwah kita di kampus.

Karena dakwah ini masih dalam tahap awal dan belum stabil, namun diyakini akan terus bergerak ke depan, maka Ring Dua dari barisan dakwah ini perlulah terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian tertentu. Sebagaimana di zaman Rasulullah, dalam barisan beliau ada seorang ahli perang seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, ada seorang pemimpin ulung sekaliber Umar bin Khattab, ada seorang yang cerdas seperti Ali bin Abi Thalib, dan ada seorang yang kaya raya seperti Mushaf bin Umair. Dalam konteks saat ini, kita perlu orang yang pandai berorganisasi, cerdas dan berwawasan, berbakat seni dan desain, dan menguasai softskill lainnya.

Selain kompetensi, diperlukan juga adanya orang-orang yang berpengaruh di dalam barisan dakwah ini. Pada zaman Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seseorang yang ternama, Utsman bin Affan adalah seseorang yang dikenal khalayak luas, dan Khalid bin Walid adalah seorang jendral besar. Orang-orang yang berpengaruh ini akan menguatkan barisan dakwah kita. Pengaruh yang mereka miliki akan bisa menarik simpatisan objek dakwah yang lain.

Selain menyiapkan Ring Dua, kita juga perlu mendefinisikan orang-orang yang sekiranya simpatik dengan apa yang kita lakukan. Maksud dari simpatik ini adalah mendukung kegiatan kita, akan tetapi masih belum bersedia aktif. Dakwah juga membutuhkan orang-orang yang siap mendukung agenda dakwah kita, minimal dengan menghadiri agenda yang kita adakan.




Tahap Eksistensi

Pada tahap ini barisan kader dakwah mulai menunjukkan keberadaanya di kampus agar bisa mendapat dukungan dari banyak pihak untuk memudahkan legalisasi LDK, ada dua cara yang bisa kita lakukan.

Pertama, sebagai teladan di kampus. Teladan dan idola dalam banyak hal. Biasanya yang mudah untuk dilakukan adalah menjadi teladan di bidang akademik dengan menunjukkan bahwa kita bisa berprestasi dengan IP yang sangat memuaskan. Dapat juga dengan prestasi memenangi kompetisi yang bergengsi, atau berprestasi di bidang olahraga. Dengan banyaknya teladan serta prestasi yang dilakukan, gerak dakwah ke depannya akan menjadi lebih mudah karena citra positif dan inklusif dapat dibentuk dengan memanfaatkan kader kita sebagai marketer dakwah kita.

Kedua, melalui agenda agenda kecil dan medioker yang bersifat rutin. Hal yang paling mudah adalah menyelenggarakan kajian atau ta’lim serta membuat media cetak seperti buletin atau mading. Agenda yang dilakukan adalah agenda yang tidak memerlukan legalisasi dari kampus sehingga kita bebas melaksanakannya dengen leluasa. Dengan agenda rutin ini massa kampus yang juga adalah objek dakwah kita akan menyadari bahwa ada sekelompok orang yang peduli dengan Islam di sekitarnya.

Dengan kedua metode pendekatan di atas, diharapkan kelompok barisan dakwah kita bisa mulai dikenal dengan citra positif tentunya, sehingga ketika tahap legalisasi melalui birokasi dimulai, kita sudah bisa mendapatkan dukungan dari banyak orang.



Islam Minhaj At-taghyiir.



Secara makro, eksistensi dakwah Islam senantiasa

bersentuhan dengan realitas sosio-kultural yang

melingkupinya. Ini berperan sangat signifikan

terhadap lingkungan masyarakatnya, yakni

memberikan dasar filosofis, arah, dorongan dan

pedoman perubahan masyarakat sampai terwujudnya

realitas sosial yang baru dan sangat maju di zamannya. Fenomena inilah yang secara faktual pernah diaktualisasikan oleh Nabi Muhammad saw.”

Didin Hafidhuddin

Tahap Birokrasi

Secara umum ada dua pendekatan yang perlu dilakukan dalam tahap akhir (legalisasi birokrasi), yakni pendekatan terhadap birokrasi kampus dan birokrasi mahasiswa. Pada beberapa kampus, diperlukan legalisasi kampus untuk mengesahkan sebuah LDK. Sedangkan pada kampus lain cukup hanya dengan legalisasi dari badan legislatif mahasiswa sudah bisa mengesahkan sebuah LDK. Pada bagian ini akan saya coba paparkan mengenai keduanya.

  • Pendekatan terhadap birokrasi kampus

Birokrasi kampus yang dimaksud di sini adalah pihak yang berwenang dalam menentukan kebijakan terkait urusan kemahasiswaan.

Pendekatan pertama yang perlu dilakukan adalah melalui dosen. Dosen diperlukan sebagai pembina dari sebuah LDK. Walaupun sebuah LDK belum legal, kita juga memerlukan keberadaan dosen pembimbing dengan harapan bisa menjadi pendukung aktivitas LDK kita di kalangan dosen lainnya. Dosen bisa memberikan dukungan moril kepada LDK, yang tentunya sangat diharapkan. Selain itu, dosen juga bisa memberikan kita tips terkait apa yang perlu dilakukan untuk melegalkan dan memajukan LDK. Semakin banyak dosen yang terlibat akan semakin baik untuk perjungan kita.

Pendekatan selanjutnya adalah kepada wakil rektor bidang kemahasiswaan. Biasanya wakil rektor bidang kemahasiswaan adalah pengambil kebijakan dalam hal yang berhubungan dengan kegiatan mahasiswa. Pendekatan kepada beliau adalah langkah strategis yang perlu dilakukan. Yakinkan beliau bahwa adanya lembaga dakwah di kampus adalah sebuah hal yang positif.

Ada beberapa trik yang bisa kita gunakan untuk melakukan pendekatan ke pihak birokrasi kampus ini, antara lain:



Silaturahim dan diskusi. Kunjungilah beliau dalam rangka memberikan gambaran tentang pemikiran kita. Perlu juga bagi kita untuk memahami bagaimana pola pikir seorang dosen atau pihak birokrat kampus lainnya sehingga kita bisa merencanakan langkah-langkah pendekatan selanjutnya sesuai dengan pola pikir mereka

Melibatkan dalam agenda kita. Melibatkan dalam hal ini, tidak hanya sebatas sebagai peserta, akan tetapi juga sebagai pemateri atau pengisi dari agenda yang kita adakan. Dengan mengikuti agenda kita, harapannya beliau bisa memperoleh manfaat serta merasakan rasa memiliki barisan dakwah kita

Menunjukkan data dan fakta. Dalam kampus yang serba ilmiah, diperlukan data penunjang yang bisa meyakinkan pihak birokrat bahwa kampus kita butuh LDK. Data pendukung ini bisa berupa survei, seperti survei tingkat ketepatan shalat wajib mahasiswa, angka moralitas mahasiswa, dan sebagainya. Data yang valid, akan memudahkan proses diplomasi kita dalam melegalkan LDK.

Melalui pendekatan ke birokrasi ini diharapkan pemegang kebijakan di kampus bisa melegalkan LDK dan memberikan fasilitas yang layak serta dukungan moril dan materil.



  • Pendekatan terhadap birokrasi mahasiswa

Selain pendekatan ke birokrasi kampus, diperlukan juga pendekatan ke birokasi mahasiswa. Yang dimaksud dalam hal ini adalah senat mahasiswa atau kongres mahasiswa, yang berada di posisi legislatif dalam organisasi kemahasiswaan.

Pendekatan ke badan legislatif mahasiswa ini membutuhkan proses yang tidak bisa dipastikan karena terkadang sangat bergantung pada siapa yang berada di posisi legislatif tersebut. Pada dasarnya mekanisme diskusilah yang dapat dijalankan. Biasanya legalisasi ini bisa dilakukan melalui sidang kongres mahasiswa. Oleh karena itu kita juga perlu bersilaturahim dengan seluruh anggota kongres mahasiswa, serta ketua-ketua organisasi mahasiswa lainnnya, agar apa yang kita perjuangankan dapat memperoleh dukungan dari mereka.


Tahap Penyesuaian Bentuk

Tahap terakhir setelah LDK dilegalkan baik melalui birokrasi kampus maupun birokrasi mahasiswa, kita perlu menentukan bentuk LDK yang sesuai. Ada beberapa bentuk LDK yang pernah saya amati ada di Indonesia.

Pertama, LDK sebagai unit kegiatan mahasiswa, yang berupa unit kerohanian. Ini adalah bentuk yang ideal dan paling diharapkan bisa terbentuk di kampus. Contohnya seperti LDK GAMAIS ITB, SALAM UI dan Al Hurriyah IPB.

Kedua, LDK dengan bentuk Dewan Kesejahteraan Masjid. Bentuklah LDK seperti ini jika ternyata sudah ada LDK lain di kampus, atau pihak birokrasi ternyata tidak setuju dengan dibentuknya LDK. Contohnya DKM UNPAD dan Jamaah Masjid Manarul Ilmi UNAIR.

Ketiga, LDK berada di bawah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). LDK ini berada di bawah Departemen Kerohanian di BEM.

Keempat, LDK berada di bawah kongres mahasiswa atau legislatif mahasiswa, di bawah Komisi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kelima, jika ternyata sudah ada LDK lain yang kuat, pergerakan dakwah ini bisa dengan membangun basis lembaga dakwah di fakultas, dengan bentuk LDF. Perlu disadari bahwa massa real yang ada di kampus berada di fakultas, sehingga dengan adanya lembaga di fakultas ini daya rangkul kader kita akan lebih optimal. Contohnya seperti FKDF UNPAD.

Keenam, jika ternyata di kampus sudah ada LDK lain, yang mungkin kurang begitu aktif, dan pihak birokrat kampus tidak mengizinkan adanya LDK lagi, maka proses infiltrasi ke LDK yang sudah ada menjadi pilihan. Dengan basis massa yang sudah kuat dan setia, kader kita bisa saja secara bertahap mengisi pos-pos yang ada di LDK tersebut hingga suatu saat posisi ketua beserta jajaran tim inti LDK tersebut diisi oleh kader kita yang punya pemikiran dan gerak dakwah yang sesuai. Memang butuh waktu lama, akan tetapi pola ini lebih “cantik” dan “apik” dibandingkan pola lainnya. Contohnya ada pada LDK UNHAS.

Pada kondisi bisa memilih, bentuk LDK sebagai unit kegiatan mahasiswa merupakan bentuk yang telah terbukti ideal. Akan tetapi pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk memilih, maka sebetulnya tidak jadi masalah bagaimana posisi atau bentuk LDK kita. Tinggal bagaimana nanti kita bisa mengoptimalkan peran LDK sebaik mungkin agar fungsinya dalam melayani kebutuhan mahasiswa dapat terus berjalan.



Kebutuhan untuk melegalkan LDK menjadi sebuah kebutuhan untuk membuat gerak dakwah menjadi legal, formal, dan wajar. Selain itu dengan legalnya lembaga dakwah akan memberikan sebuah keyakinan kepada objek dakwah bahwa lembaga dakwah di kampus adalah wadah yang aman dan tepat sebagai tempat pengembangan diri dan meningkatkan pemahaman keislaman .

Menentukan waktu yang tepat untuk melegalkan lembaga dakwah juga perlu dipertimbangkan. Sebagaimana Rasulullah saat membangun dakwah Islam, yang mana beliau baru membuat institusi dakwah saat Islam sudah hijrah ke Madinah. Di sana pulalah lembaga atau institusi Islam dalam bentuk negara dibangun oleh Rasulullah.

Seperti yang dikisahkan dalam sejarah, sejak adanya legalisasi kelembagaan Islam, ekspansi Islam berkembang pesat sehingga dapat menginspirasi masyarakat luas tidak hanya di jazirah Arab, tetapi juga wilayah Eropa, Afrika dan Asia. Dengan adanya institusi legal, gerakan dakwah dapat lebih bebas dan dipercayai masyarakat.

Untuk itulah aktivis dakwah di kampus perlu menyiapkan waktu yang tepat untuk melegalkan lembaga dakwahnya. Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, dakwah kampus akan memiliki posisi tersendiri dalam membangun opini ketinggian Islam di kampus.



Yüklə 0,87 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   17




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin