STRATEGI SUKSES
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya,
dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.
(QS. Al-Qashash: 56)
Suatu hari saya dan teman mendatangi sebuah tempat makan yang terkenal memiliki makanan yang lezat. Dengan sebuah harapan besar bahwa saya akan mendapatkan makanan yang enak, kami pun masuk ke sana. Setiba disana harapan yang ada itu tiba-tiba pudar. Kami sudah duduk di bangku meja makan di sana, tetapi tidak ada satu pun pelayan yang menghampiri kami.
“Kok gue dicuekin, sih?”, pikir saya dalam hati. Teman saya akhirnya memanggil pelayan rumah makan tersebut. Seorang pelayan pun datang. Namun tanpa disangka ia hanya memberikan kami daftar menu, kertas, dan alat tulis tanpa berbasa-basi memberi penjelasan, ataupun sekedar memperkenalkan diri. Hingga selesai makan, bisa dikatakan bahwa pelayanan yang kami dapat sangatlah buruk. Makanan yang kabarnya lezat tersebut jadi terasa hambar tanpa memiliki kelebihan apa pun.
Di hari lain saya pergi ke sebuah toko buku dan membeli buku berjudul “Starbucks Experience”. Dalam waktu singkat buku tersebut mampu membuat saya tertarik untuk datang ke Starbucks dan menikmati “pengalaman” khas di sana. Dalam buku itu dijelaskan tentang sistem staffing di Starbucks yang menuntut jiwa staf yang baik, ramah, dan murah senyum. Starbucks yakin bahwa staf (dalam hal ini pelayan) adalah garda terdepan yang akan memberikan pencitraan cafe-nya kepada pelanggan.
Akhirnya pada suatu siang, saya bermaksud mencoba merasakan “pengalaman ala Starbucks” tersebut. Saya pun mendatangi cafe yang ternyata cozy itu. Sejak tiba hingga berjalan sampai ke counter pembeliannya, saya disambut oleh senyuman pelayan-pelayannya. Wajah cerah dan ramah mereka membuat saya merasa semakin nyaman. Di counter saya ditawarkan berbagai pilihan minuman kopi yang ada. Mungkin pelayan di counter ini bisa melihat kalau saya bukanlah pelanggan biasa Starbucks, melainkan baru pertama kali datang, sehingga bingung ingin memilih minuman yang mana. Pelayan itu pun seketika membimbing saya untuk memilih kopi yang tepat.
“Mau yang dingin atau yang panas?”, si pelayan bertanya.
“Hmhmh... kayaknya yang dingin, deh”, jawab saya.
Lalu si pelayan melanjutkan, “Kalo yang dingin kami ada yang ini... ini... ini... (saya lupa nama pastinya). Tapi biasanya anak muda suka yang frappucinno blended.”
“Yawda yang itu aja”, saya pun memutuskan.
Pelayanan yang mengesankan ini berlanjut. Si pelayan menunjukkan saya counter additional ingredients, yaitu semacam tempat untuk menambahkan gula, susu, atau coklat bubuk. Setelah itu saya mengambil tempat duduk. Entah mengapa ramahnya pelayan-pelayan di Starbucks membuat perasaan saya menjadi nyaman. Harga kopi yang mencapai Rp 40.000,00 itu terasa sebanding dengan experience yang saya dapatkan.
Kisah di atas adalah perbandingan dua kisah yang pernah saya alami. Saat menikmati kopi Starbucks, saya berpikir: Kalau semua kader LDK punya jiwa ramah, murah senyum, bersikap positif dan selalu bahagia, alangkah indah dan mudahnya bagi LDK untuk mengajak massa kampus lain bergabung, dalam hal ini, tertarik untuk mengikuti agenda LDK. Semakin saya sadari lagi bahwa kader adalah agen, sekaligus sales, sekaligus media promosi, dan juga wajah yang akan memberikan pencitraan kepada LDK.
Seorang kader yang baik, ramah, dan berbudi pekerti akan memberikan dampak positif dan pencitraan yang baik pula untuk LDK. Seorang kader yang kemampuan akademiknya baik serta memiliki IP yang tinggi akan membuat massa kampus melihat bahwa kader LDK adalah kader yang pintar. Seorang kader yang bijak, murah senyum dan gemar menyapa langsung objek dakwah, akan memberikan sebuah persepsi bahwa LDK inklusif.
Memang perlu disadari bersama bahwa kader adalah media promosi paling efektif. Kita perlu membiasakan kader terlibat secara personal dalam mengajak mahasiswa untuk datang ke acara yang kita adakan—jangan hanya mengandalkan poster atau pamflet. Kader LDK adalah wajah dari LDK. Baik buruknya kader adalah cerminan dan persepsi massa kampus terhadap LDK. Oleh karena itu pemimpin LDK perlu menjamin kualitas kader sebagai seorang agen dakwah.
Dengan konsep bahwa LDK adalah lembaga berbasis kader, maka kader kita harus kita siapkan dengan baik. Persiapan kader untuk dapat berdakwah di mana pun dia berada ini memerlukan berbagai pembekalan. Setelah ilmu yang mencukupi, hal selanjutnya yang harus dipersiapkan adalah skill interpersonal kader yang supel, ramah, murah senyum dan bijak. Pendekatan ini sangatlah penting. Semua kader diharuskan dapat memahaminya dengan baik.
Berikut saya akan memberikan tips paradigma berpikir bagi kader dakwah. Konsep ini bisa dijadikan nilai dasar kader dalam menyiarkan Islam secara personal dan bisa digunakan untuk berbagai hal seperti pencitraan LDK, dakwah fardiyah, mempromosikan kegiatan, atau bahkan untuk pengajuan proposal sponsorship.
Teori SS Marketing (Rendy Saputra, 2006)
Telinga hanya bisa disentuh dengan mulut, dan mulut hanya bisa diredam dengan telinga. Begitu pula, hati yang hanya bisa diluluhkan oleh hati. Kebahagiaan seseorang akan terpancar dari senyumannya. Perasaan seseorang yang memahami betul apa yang dilakukannya akan terpancar dari tatapan matanya. Orang yang sungguh-sungguh melakukan suatu hal akan tampak dari raut wajahnya. Begitulah kurang lebih inti dari soul to soul. Seorang kader yang memahami apa yang ia lakukan, akan meniatkan perbuatan tersebut dengan ikhlas lalu melakukannya dengan sungguh-sungguh sehingga kebahagiaan dan kepuasan akan tampak pada dirinya.
Jiwa seperti inilah yang dibutuhkan oleh seorang kader. Kekuatan ini akan berdampak pada konsistensi perbuatannya karena ia menjalankan segala sesuatu dalam dakwah dengan pehamaman yang kuat dan hati yang ikhlas. Oleh sebab itu tantangan atau rintangan tidak menjadi alasannya untuk mundur, tapi justru menjadi penambah semangatnya untuk bisa berbuat lebih, karena Allahlah tujuannya semata.
Seorang dosen saya pernah mengatakan, “Kamu harus all out dalam segala hal”. Penjiwaan dalam melakukan aktivitas dakwah akan memberikan dampak kader sangat all out dalam berdakwah. Konsep ruhiyah yang saya pahami adalah adanya keterlibatan jiwa pada setiap aktivitas yang kita lakukan, bukan hanya sekedar berapa banyak halaman Al Qur’an yang dibaca atau berapa lama shalat malam yang dilaksanakan, karena ibadah tersebut hanya akan jadi ibadah biasa jika tidak berdampak pada semangat kita dalam bergerak.
Kekuatan soul to soul ini pula yang akan memberikan pencitraan pada massa kampus. Orang luar LDK akan melihat kader kita bersungguh-sungguh dan penuh kerja keras dalam melakukan setiap urusan. Pencitraan ini memberikan dampak positif bagi LDK dalam mengembangkan sayap dakwahnya.
Seorang kader dakwah harus memiliki kedekatan dengan Allah yang baik. Kedekatan ini terpancar dari perilaku. Seseorang yang dekat dengan Allah biasanya mempunyai kharisma yang kuat. Kedekatan ini bisa diperoleh melalui banyaknya interaksi kader dengan Al Qur’an serta ibadah kepada Allah, terutama ibadah mahdah seperti shalat dan tilawah. Kekuatan spiritual ini sangat berdampak pada baiknya ketenangan diri kita dalam mengambil kebijakan.
Salah seorang mantan kepala GAMAIS ITB pernah berkata kepada saya bahwa sejak menjadi kepala GAMAIS, jumlah tilawah beliau tidak pernah kurang dari 3 juz setiap harinya. Seorang mantan kepala GAMAIS ITB lainnya pernah juga bercerita bahwa ia tidak mau memimpin sebuah rapat jika di malam harinya ia tidak melaksanakan shalat malam. Kedekatan ruhiyah adalah paramater keberhasilan dakwah, dan keberkahan dakwah yang kita lakukan sangatlah tergantung pada kedekatan kader kepada Allah.
Dampak langsung dari kekuatan spiritual ini adalah ketenangan dan kedamaian dalam LDK. Allah senantiasa akan membukakan hati-hati kader kita untuk terus bergerak. Bergerak tanpa diperintah. Bergerak dengan sepenuh hati dalam naungan Islam karena sesungguhnya Allahlah yang membukakan hati ini, dan Allah pulalah yang menyatukan hati ini—hati kita dengan semua kader LDK, dan hati kader LDK dengan semua mahasiswa di kampus.
Selain itu kader dakwah harus berjiwa ksatria, pantang menyerah dan selalu optimis. Seorang kader dakwah tidak boleh berpikir negatif terhadap LDK-nya. Anda harus menanamkan dalam pikiran Anda bahwa Andalah yang terbaik, dan LDK Anda adalah yang terbaik. Dalam buku “The Secret” yang pernah saya baca, hal ini dikenal dengan istilah law of attraction, yakni sebuah pemikiran bahwa alam akan memantulkan apa yang kita pikirkan dan alam akan mendukung apa yang kita inginkan.
Saya selalu mencoba menanamkan hal yang positif dalam benak saya. Ketika awal saya menjadi kepala GAMAIS ITB, saya pernah memikirkan bagaimana cara agar lembaga dakwah program studi dan lembaga dakwah fakultas bisa berjalan beriringan dengan GAMAIS ITB. Saya selalu memikirkan hal ini dan menyampaikan gagasan saya ke kawan-kawan yang lain.
Alhasil, setelah 6 bulan kami mengemban amanah di GAMAIS ITB, cita-cita itu terwujud dengan bukti suksesnya Muktamar GAMAIS ITB. Pada saat itu pertama kali dalam sejarah GAMAIS ITB, visi misi serta rancangan dakwah kami selama 6 tahun mendatang dipikirkan bersama antara GAMAIS pusat (LDK), lembaga dakwah fakultas (LDF), dan lembaga dakwah program studi (LDPS). Kata ganti “kita” juga mulai muncul sebagai representatif dari GAMAIS pusat serta kedua lembaga dakwah wilayah di ITB ini sehingga saat ini ketika disebutkan kata GAMAIS, maka semuanya paham bahwa yang dimaksudkan adalah LDK, LDF, dan LDPS.
Seorang kader dakwah pun harus pantang menyerah dalam kegagalan. Sudah menjadi hal yang lumrah jika manusia gagal. Seorang manusia yang hebat bukanlah orang yang tidak pernah gagal, akan tetapi orang yang cepat bangkit dari kegagalan. Jika gagal membuat sebuah agenda, maka seorang kader dakwah harus cepat bangkit dan mulai merencanakan agenda lain yang lebih baik. Jika gagal mengajak seseorang untuk ikut mentoring, maka seorang kader dakwah harus cepat beralih ke target lain untuk diajak mentoring.
Selain itu pandangan optimis harus terus ditanam dengan baik di pikiran setiap kader dakwah. Optimis bahwa LDK akan terus berkembang dan maju. Optimis bahwa semua masalah bisa diselesaikan. Seorang Arya Sandhiyudha (mantan ketua SALAM UI) pernah berpesan pada saya, “Ingat, masalah bukanlah problem, tapi priority. Jadi selesaikan, jangan ditunda, apalagi dilimpahkan ke orang lain”. Seorang kader LDK harus bersikap positif terhadap semua tantangan yang dihadapinya karena dengan ujian dan tantanganlah diri ini akan menjadi semakin kuat dan berpengalaman.
Ada dua buah kisah yang ingin saya sampaikan. Pertama, kejadian yang berlangsung di suatu siang. Saat itu sedang terjadi kemacetan yang sangat hebat di wilayah pusat kota.
Ada seorang wanita yang membawa mobil seorang diri. Mungkin karena cuaca yang panas dan kepenatan akibat macet, ia tidak sengaja menabrak mobil di depannya. Dengan ekspresi marah, seorang pria berbadan besar pemilik mobil yang tertabrak itu keluar dari mobilnya lalu mendatangi wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian diri yang baik, perempuan itu bisa menghadapi kemarahan pemilik mobil yang ditabraknya. Tidak dengan emosi, tapi dengan senyuman yang lebar, wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria tersebut melunak, dan ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.
Kisah kedua terjadi pada tahun lalu saat saya berkesempatan mengunjungi Singapura. Saya teringat pada sebuah kejadian di sebuah hotel di kota ini. Saat itu seorang resepsionis terlibat konflik kecil dengan tamu hotel. Tampak tamu hotel tersebut komplain akibat miss communication. Konflik akhirnya dapat ia tangani dengan tetap menerima teguran keras dari tamu hotel. Hal yang membuat saya takjub adalah, saat menghadapi tamu hotel selanjutnya, sang resepsionis bisa melayaninya dengan tersenyum lebar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Menurut saya hal ini adalah hasil didikan yang sangat baik dari pihak manajemen hotel kepada para karyawannya.
Dari dua kisah ini saya melihat ada kekuatan tersendiri pada senyuman yang lebar dan bercahaya. Senyuman membuat hati kita senantiasa berbahagia dalam keadaan tersulit sekalipun, sehingga kita dapat memaksimalkan pelayanan yang kita berikan.
Kader dakwah butuh memiliki senyum yang ikhlas. Kekuatan senyuman kadang lebih kuat ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun semalaman. Dari diskusi yang saya lakukan belum lama ini dengan salah seorang ketua himpunan, saya memperoleh masukan bahwa ternyata massa kampus membutuhkan kader kita yang ramah, lembut dan kerap menyapa dan mengajak mahasiswa lain untuk berbuat kebaikan. Mereka butuh disapa, mereka butuh di datangi, dan mereka butuh diajak dengan keramahan dan kelembutan dari seorang kader.
Sahabat aktivis LDK di seluruh Indonesia, sering kali LDK menjadi tidak berkembang hanya karena pengurusnya bingung merangkai agenda. Perlu dipahami bahwa berapa banyak agenda yang dibuat tidak menjadi parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan hati dan peningkatan kapasitas serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama keberhasilan LDK. Sering kali pula kita terlalu mengandalkan media-media mahal sebagai alat publikasi, padahal kita punya kader LDK yang bisa digunakan sebagai media promosi yang paling baik untuk LDK.
Kader adalah wajah sebuah LDK. Bila baik citra kader, maka baiklah citra LDK. Bila buruk citra kader, maka buruk pulalah citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan karena kaderlah yang mengendalikan kemajuan dan kemunduran sebuah LDK.
Tulisan ini terinspirasi oleh pelayanan Starbucks
dan pemikiran Rendy Saputra (entrepreneur muda-ketua majelis syuro GAMAIS ITB 2007-2008) tentang Teori SS Marketing: Soul to Soul, Spiritual and Strong, dan Smile and Shining
BAB 13
MENJADI KADER
PENUH PRESTASI
“Dakwah dinamis, akademik optimis”
Jargon di atas menjadi sebuah keyakinan yang saya terapkan dalam pikiran selama saya kuliah. Semua ini bermula pada tingkat pertama kuliah. Saya diajarkan oleh mentor saya agar menjadi sosok teladan ekstrim. Maksudnya adalah sosok seorang kader dakwah yang benar-benar bisa menjadi teladan yang mendekati ideal karena dakwah kampus membutuhkan banyak sosok seperti itu untuk menunjang pergerakanya. Mulai saat itulah saya menetapkan niat dalam diri ini untuk menjadi sosok teladan ekstrim.
Teladan ekstrim ini saya coba turunkan menjadi beberapa indikator, antara lain:
-
Bergerak berdakwah tiada henti (kader non-stop hits)
-
Mendapatkan Indeks Pretasi (IP) terancam cumlaude
-
Dipercaya sebagai pemimpin di antara massa kampus yang heterogen
-
Memiliki pribadi yang baik dan diterima oleh semua kalangan
-
Memiliki karya tulis yang bisa menjadi inspirasi banyak kader
-
Membuka kesempatan untuk berbicara dan menginspirasi banyak orang
Bisa jadi indikator ini bertambah tergantung dengan kapasitas setiap individu. Tetapi bagi saya enam indikator inilah yang menjadi niat dalam hati saya untuk bisa dijalankan selama menjalani kehidupan di dunia kampus. Titik tekan yang saya coba berikan sesuai dengan jargon di awal, “Dakwah dinamis, akademik optimis”. Saya ingin mematahkan pandangan bahwa ketika seseorang bergelut dalam dunia dakwah kampus secara total maka ia tidak bisa mendapatkan prestasi akademik yang baik.
Buat saya tentu sangat tidak masuk akal ketika seseorang harus mendapatkan IP rendah agar ia bisa memberikan yang terbaik untuk dakwah. Saya justru berpikir seharusnya dengan dakwah baik yang berkah, Allah akan memberikan nikmatnya berupa kemudahan bagi aktivis dakwah kampus tersebut menjalani aktivitas akademiknya. Karena saya sangat yakin, jika dakwah ini memperoleh keberkahan dari Allah, tentulah pertolongan-Nya akan selalu menemani perjuangan kita.
Alhamdulillah atas izin Allah pula enam indikator di atas berhasil saya penuhi selama menjalankan kehidupan di kampus. Dalam tulisan ini saya akan menekankan pada pembahasan indikator pertama dan kedua dengan memberikan cara menjaga keseimbangan dalam aktivitas dakwah dan aktivitas akademik.
-
Manajemen Hati dan Pikiran
Orang bijak mengatakan “Life is about mindset”, atau pakar kesehatan sering berpendapat “Akar dari penyakit adalah pikiran dan hati”, ahli motivasi juga berkata “Anda adalah apa yang diri anda pandang tentang diri Anda”.
Berbagai kata bijak sejenis pun telah menjadi hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat. Dari semua kata-kata bijak ini bisa diambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa segala sesuatu tentang keberhasilan ataupun kegagalan selalu bermula dari bagaimana kita menata hati dan pikiran dengan bijak dan tenang.
Langkah sederhana yang selalu saya terapkan ke dalam diri saya adalah meyakinkan diri bahwa saya bisa memberikan yang terbaik untuk setiap hal yang saya lakukan. Meyakinkan diri bahwa saya bisa menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dikerjakan dan siap memberikan segala yang bisa diberikan untuk mencapai keberhasilan. Secara tidak sadar, proses meyakinkan diri ini memberikan sebuah pola pikir baru dan berbuah sebuah karakter dalam diri saya agar menjadi pribadi yang selalu optimis menghadapi segala sesuatu.
Khusus untuk akademik, saya meyakinkan diri saya bahwa hanya boleh ada nilai A di dalam transkrip akademik. Keyakinan saya ini didukung pula oleh sugesti diri yang saya tanamkan dengan menuliskan huruf A besar di wallpaper komputer pribadi, menuliskan nilai A ketika sedang iseng, dan sebagainya.
Dengan menata hati dan pikiran, diri ini akan memiliki landasan hati yang kuat dalam berpikir dan bertindak. Kekuatan pikiran sangat menentukan segalanya, kemampuan diri untuk bisa merekayasa hati dan pikiran sehingga melahirkan sebuah sugesti positif terhadap diri merupakan cara yang ampuh untuk bisa menggapai keberhasilan diri.
Manajemen fokus adalah cara yang penting untuk aktivis dakwah kampus yang dikenal memiliki banyak kesibukan di berbagai tempat sehingga kekuatan fokus terhadap aktivitas yang dikerjakan menjadi sebuah kebutuhan tersendiri untuk mengoptimalkan kinerjanya.
Saya memandang bahwa inti dari manajemen waktu adalah manajemen fokus itu sendiri, karena waktu lebih mudah diatur ketimbang fokus yang beredar di pikiran. Sering kali ditemui seorang aktivis dakwah kampus yang tidak fokus dan melamun di kelas karena memikirkan tanggung jawab dakwahnya. Begitu pula sebaliknya saat seorang aktivis dakwah kampus tidak fokus memimpin rapat karena memikirkan tugas kuliah yang belum selesai. Dua kejadian yang tidak produktif diatas adalah hasil dari tidak fokusnya seorang aktivis dakwah. Oleh sebab itu, manajemen fokus diperlukan untuk bisa menunjang dan mengoptimalkan kinerja kita sebagai aktivis dakwah kampus.
Salah satu perangkat pendukung untuk menunjang manajemen fokus adalah dengan memiliki buku catatan yang berbeda antara kuliah dan aktivitas dakwah sehingga ketika mengerjakan salah satunya, seorang aktivis dakwah tidak akan memikirkan yang lain. Selain itu biasakan pula untuk memulai sesuatu dengan menjadi gelas kosong, yang tidak memiliki beban pikiran akan aktivitas atau kegiatan lain ketika memulai sebuah kegiatan baru. Biasakan mengambil wudhu dan membaca lafadz basmallah ketika memulai sesuatu.
Inti dari manajemen diri adalah integritas dan disiplin. Kedua hal ini akan membuat diri anda lebih yakin, tidak tegang, dan percaya diri dalam menghadapi segala hal. Seseorang harus mampu menahan ego atau keinginan sesaatnya dikala sedang berada dalam kesibukan tertentu.
Kebanyakan orang sangat sulit untuk menolak permintaan bantuan atau ajakan dari orang lain dengan berbagai alasan. Meski demikian terkadang anda perlu tegas dengan rencana yang sudah disusun. Intervensi jadwal kegiatan di tengah aktivitas adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan dengan masak sebelum menerimanya.
Manajemen diri juga sangat terkait dengan kebiasaan rutin yang dijalankan dengan konsisten, seperti bangun pagi untuk ke mesjid atau jadwal untuk istirahat dan belajar. Dengan konsisten terhadap jadwal rutin, seseorang akan memiliki standar minimal kegiatan yang dilakukannya setiap hari sehingga ia dapat selalu meningkatkan kualitas pekerjaannya.
Tiga pola manajemen sederhana ini menjadi kunci agar aktivis dakwah kampus dapat bergerak dinamis dalam berdakwah dan optimis melihat hasil indeks prestasi. Dengannya seorang aktivis dakwah tidak lagi memandang dakwah sebagai sebuah beban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Ia menjadi lebih tertantang untuk menyelesaikan tanggung jawab dakwah yang lebih besar untuk mengharapkan keberkahan dari Allah.
BAB 14
MENJADI
MENTOR IDAMAN
Bagaimana agar saya bisa menjadi mentor yang baik? Apa saja yang harus saya persiapkan dan harus saya pahami?
Mentoring adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader. Pada saat seseorang menyampaikan materi, secara tidak langsung ia juga belajar untuk memahami kembali materi yang ada. Orang bijak pernah berkata, ketika Anda bisa mengajarkan suatu hal kepada orang lain, Anda berarti telah memahami hal itu dengan baik. Saya sangat sepakat dengan statement ini. Seseorang yang menjadi mentor tentunya sebelum menyampaikan materi akan mempersiapkan dirinya dengan baik terlebih dahulu.
Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktivitas tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya di LDK dibutuhkan pelatihan dan kesempatan untuk mempraktikkan menjadi seorang mentor sejak dini dan berkelanjutan.
Dalam beberapa kesempatan saya mengisi materi pada diklat mentor di beberapa kampus atau SMU. Saya menemukan masalah yang kerap ditemukan oleh para mentor pemula. Permasalahan ini seputar ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas, kepercayaan diri, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah. Yang paling membuat saya bingung adalah kenapa semua masalah ini sering dijadikan alasan untuk menolak menjadi mentor. Karena urung memulai, penundaan kesiapan ini justru membuat kita tidak akan menjadi mentor untuk selama-lamanya.
Pada dasarnya alasan di atas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang tepat. Saya sangat kagum pada tulisan Satria Hadi Lubis yang banyak membicarakan cara menjadi mentor yang baik. Selain buku panduan menjadi mentor, buku-buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu juga kita baca. Permasalahan komunikasi bisa diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil—mungkin dimulai dari di hadapan satu orang, lalu lima orang, dan seterusnya—hingga ada keyakinan pada diri kita untuk berani berbicara. rasa ketidakpercayaan diri juga bisa diatasi dengan mencoba berpikir positif, dan memandang kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan.
Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina binaan yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah Anda seorang mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan untuk memberikan materi mentoring. Untuk menghadapi kekhawatiran bahwa Anda tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Anda bisa mentekadkan dalam diri bahwa setelah Anda menyampaikan sesuatu, maka Anda akan langsung menjalankannya.
Bisa saya coba memahami bahwa sebab mengapa ada kader yang punya permasalahan di atas adalah dikarenakan ia tidak cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor. Selain berbekal ilmu, bekal pengalaman atau jam terbang juga menjadi kebutuhan tersendiri. Jika hal kedua ini yang ternyata menjadi sumber masalah, maka solusinya hanya satu, yakni membiasakan diri kader untuk membina kelompok mentoring agar ia semakin berpengalaman.
Berbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak beredar dan bisa kita dapati di berbagai media. Namun ternyata untuk mengaplikasikannya secara utuh memiliki tantangan tersendiri. Hal ini selain dikarenakan oleh adanya personal capacity yang berbeda pada setiap orang, kondisi setiap anggota kelompok mentoring pun juga beragam. Dengan demikian trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman materi saja.
Pada kasus ini saya akan menyampaikan beberapa tips untuk menjadi seorang mentor yang memahami posisinya. Saya tidak akan berbicara materi apa yang tepat atau bagaimana cara berkomunikasi. Akan tetapi jika Anda memahami peran Anda sangat penting sebagai mentor ini, saya berharap Anda bisa termotivasi untuk menjadi mentor yang terus belajar menjadi lebih baik.
Dalam eskalasi tahapan pembinaan, kita mengenal beberapa tahapan, yakni:
Peran mentoring dalam tahapan ini ada pada tahap kedua, yakni pada proses pembentukan kader. Mentoring berperan dalam memperkuat kader yang sudah baik, dan membentuk kader baru menjadi militan dan produktif. Supplai kader ini akan menentukan keberhasilan pada tahapan selanjutnya. Saya pernah menganalogikan mentoring ini sebagai tulang punggung dakwah yang selalu mencetak darah (baca:kader) baru setiap tahunnya.
Jika dipersentasekan, maka kurang lebih komposisinya dalam hal keberhasilan dakwah adalah:
Fase perkenalan : 30 %
Fase pembentukan : 30 %
Fase penataan : 20 %
Fase eksekusi : 20 %
Besarnya komposisi ini menggambarkan bahwa peran sentral mentor dalam mengelola mentoring merupakan peran besar yang sangat strategis dalam pembangunan dakwah kampus kita. Oleh sebab itu, pengelolaan mentoring serta pemahaman mentor yang baik adalah sebuah kebutuhan untuk menguatkan basis ekspansi lembaga maupun kader. Kader yang kuat akan mampu merencanakan dan menjalankan sistem yang kuat, dan sistem yang kuat juga akan menghasilkan kader yang kuat pula. Berikutnya akan saya paparkan sedikit mengenai tips untuk menjadi mentor yang baik untuk peserta mentoring.
Memiliki Ruhiyah yang Stabil
Kekuatan ruhiyah sering saya sebut dengan kekuatan “langit” yang Allah berikan untuk kader dakwahnya yang dekat dengan-Nya. Kekuatan ruhiyah-lah yang menjadi penunjang kader untuk selalu bertahan dalam dakwah sehingga ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Dengan demikian segala tantangan yang ia hadapi dapat dimaknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi.
Kekuatan ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta mentoring. Dengan kekuatan ini pula Allah akan membalas cinta kita dengan membukakan hati serta pikiran kita dan binaan kita untuk dapat menerima apa yang disampaikan.
Saya pernah menemukan seorang mentor yang memiliki kelemahan dalam hal berkomunikasi, namun memiliki keunggulan ruhiyah yang baik yang dapat menunjang amanahnya sebagai seorang mentor. Allah pun memudahkan aktivitas mentoringnya dengan membukakan hati binaannya, yang saat itu masih jauh dari Allah, dan ternyata saat ini telah menjadi kader yang sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan hati Anda dengan binaan dalam rajut tali kecintaan kepada Allah semata.
Mengenal Pribadi Binaan
Mengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok dan mengenal secara pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera “in” dengan mereka sehingga terbentuklah kepercayaan di antara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah modal penting bagi seorang mentor agar sukses menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang mentor mengetahui apa saja yang perlu ia pahami agar dapat berempati dengan baik kepada para binaannya.
Mentor harus dapat mengetahui bagaimana karakter umum dari binaan. Anda bisa menggunakan buku panduan “Personality Plus” untuk mengidentifikasi karakter para adik binaan. Apakah ia seorang yang koleris, melankolis, plegmatis, atau sanguinis. Dengan mengetahui bagaimana karakternya Anda akan lebih mudah memahaminya.
Setiap orang punya kultur yang berbeda-beda. Orang dari Aceh atau Medan, tentu berbeda dengan orang yang berasal dari Jawa atau Papua. Setiap kultur ini punya kekhasannya masing-masing. Gunakan perbedaan kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan binaan. Gunakan pula kesamaan kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk menyampaikan materi.
Masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola piker binaan. Seorang kader yang berasal dari keluarga yang berkecukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang kader yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang kader yang berasal dari keluarga ulama. Anda sebagai mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.
Setiap manusia mempunyai keinginan, tujuan hidup, dan masa depan masing-masing. Anda sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi keinginan binaan Anda di masa yang akan datang sehingga Anda dapat membimbingnya untuk menuju masa depan yang baik.
Maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi olahraga, kompetensi softskill, atau pun kompetensi lainnya. Jadikanlah kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan. Gunakan pula pengetahuan kita terhadap kompetensi binaan ini sebagai salah satu upaya pendekatan materi mentoring. Misalnya seorang mahasiswa IT bisa kita dekati dengan memberikan materi berisikan contoh-contoh istilah programming, atau mahasiswa kedokteran bisa kita dekati dengan materi tentang bedah mayat untuk lebih mengenal keagungan Allah.
Mengetahui Peran Mentor
Menjadi seorang mentor adalah sebuah tugas yang membutuhkan kesiapan yang memadai. Artinya ketika seseorang sudah menyiapkan diri menjadi mentor. Maka ia harus mengetahui peran apa yang bisa ia jalankan sebagai seorang mentor agar kelompok binaanya menjadi dinamis dan progresif. Secara umum ada empat peran yang bisa dijalankan sebagai seorang mentor, yakni sebagai seorang kakak yang siap mendengar, pelatih yang siap mendamping, petunjuk jalan untuk membimbing masa depan, dan headhunter untuk menyiapkan mentor dimasa yang akan datang.
Seorang mentor berperan sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring sebagai tempat berdiskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi. Oleh karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para adik binaannya sehingga terjadi keterbukaan satu sama lain dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.
Pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor. Karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring. Untuk ini seorang mentor membutuhkan pula kemampuan merangkul dan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
Seorang mentor diharapkan dapat menjadi pembimbing bagi binaannya dalam menapaki masa depannya. Dalam hal ini mentor perlu memahami potensi tiap binaan dan member mereka alternatif pilihan untuk masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan-pilihan yang ada dan memberikan rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan juga dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring.
Kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau mentor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat mempersiapkan dan membentuk karakter binaan untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang.
Variasi Metode
Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika memungkinkan, usahakan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi metode sehingga setiap variasi bisa ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk persiapan berkeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit), makan bareng, simulasi, dan sebagainya. Variasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan agar binaan siap menerima.
Sejatinya semua mentor adalah idaman bagi setiap binaannya. Karena kehadiran mentor yang baik akan berdampak kepada nyamannya anggota kelompok binaan tersebut dalam menjalankan kegiatan permentoringan. Mentor yang idaman akan menjadi inspirasi bagi binaannya dan akan membuat mereka semakin bersemangat untuk mendalami Islam.
Menjadi mentor yang baik diperlukan pengalaman yang cukup panjang. Semakin banyak karakter binaan yang pernah ditemui, semakin matang pula seseorang untuk bisa membentuk sebuah kelompok yang dinamis. Meski demikian, bukan berarti kita harus menunggu matang dulu untuk menjadi mentor. Pada akhirnya , kita harus berani memulai untuk menjadi mentor. Dengan memulai sejak dini akan berdampak kepada semakin cepat matangnya seseorang untuk menjadi mentor idaman.
BAB 15
Dostları ilə paylaş: |