... ilallah ...
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung.“
(QS. Ali Imran: 104)
Islam mengajarkan kepada kita untuk berdakwah atau menyerukan nilai Islam dengan satu prinsip utama, yakni tauhid. Mengajak objek dakwah untuk beriman kepada Allah adalah tujuan aktivis dakwah kampus dalam melakukan semua kegiatannya. Ia mengajak objek dakwah meyakini bahwa Allahlah pemilik semesta alam, Allahlah yang mengatur masa depan, dan Allah pula yang memberikan nikmat maupun azab. Berkat Allah semua aktivitas manusia berjalan dengan mudah.
Cara pandang ini harus melekat pada setiap aktivis dakwah kampus. Dengan inilah seorang aktivis dakwah mampu memiliki energi yang lebih dalam melakukan segala aktivitasnya. Bukannya dengan membangun cara pandang bahwa dakwah itu untuk lembaga dakwah, atau pun agar sebanyak-banyaknya mahasiswa mengikuti mentoring dan citra lembaga dakwah meningkat. Karena semuanya tiada arti tanpa cinta-Nya.
Perbedaan niat akan menentukan perbedaan daya tahan dan keikhlasan aktivis dakwah. Ketika cara pandang yang dibangun adalah berdakwah untuk lembaganya, maka jika suatu saat lembaga dakwah mengecewakan dirinya atau lembaga dakwah tidak urung berkembang meski ia sudah memberikan segala upaya, aktivis dakwah tersebut bisa saja mundur dari jalan dakwah ini.
Namun jika cara pandang yang dibangun adalah berdakwah hanya untuk Allah, seorang aktivis dakwah tidak akan memedulikan dimana ia beraktivitas dan bagaimana kondisi lingkungan dakwahnya. Ia akan memandang lembaga dakwah, mentoring, dan hal-hal sejenisnya hanyalah sebagai sarana. Yaitu sarana untuk mendukung dan mempercepat seseorang agar bisa lebih mengenal Allah.
Dalam salah satu ayat di Al Qur’an, Allah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An Nahl: 125)
Dalam menjalankan tugas sebagai da’i, tentu sebagai aktivis dakwah kita membutuhkan berbagai kebutuhan mendasar yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dakwah kita. Minimum threshold yang harus dimiliki oleh seorang aktivis dakwah kampus antara lain:
Pertama, pemahaman Islam yang mendalam dan berlandaskan pada kekuatan ilmu yang baik serta keyakinan yang kokoh. Ditopang pula dengan penghayatan dan pendalaman terhadap Al Qur’an dan Sunnah.
Kedua, iman yang mendalam dan membuahkan rasa cinta kepada Allah, rasa takut kepada-Nya, rasa mengharap kepada-Nya dan selanjutnya mengikuti Rasulullah Muhammad dalam segala urusan kehidupannya.
Ketiga, menjadikan Allah sebagai landasan dalam segala hal, menjadikan Allah sebagai satu-satunya cinta yang sejati. Aktivis dakwah menjadikan Allah sebagai alasan untuk berikhtiar dan bertawakal serta meminta petunjuk dan pertolongan.
Ketiga hal inilah yang menjadi penopang keikhlasan seorang aktivis dakwah yang kuat dan tahan lama. Menjadikan Allah sebagai tujuan berdakwah akan memberikan kita berkah dalam menjalankan peran kita mentransformasi komunitas kita menjadi komunitas yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai kita.
... bil hikmah ...
Aktivis dakwah diharapkan dapat melakukan pendekatan dakwah sedemikian rupa sehingga objek dakwah bersedia mengikuti ajakannya tanpa merasa ada paksaan, tekanan, maupun konflik batin. Dengan kata lain dakwah bil hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif. Hal ini merupakan sebuah konsep dakwah yang Allah siapkan dan rekayasakan kepada Rasulullah.
Bila kita menilik kembali ke sirah nabawiyah, Muhammad kecil sudah disiapkan dengan berbagai tempaan yang membuat dirinya matang dan bijaksana dimulai sejak beliau kehilangan orang tuanya. Pada kejadian ini Allah menyiapkan beliau agar menjadi seseorang yang mandiri. Pekerjaannya membantu pamannya berdagang di usia muda membuat beliau cakap dan memiliki kemampuan sosial yang baik. Keahlian berdagangnya yang dikenal baik juga memberikan citra bahwa beliau memang adalah seseorang yang bisa dipercaya. Hingga pada akhirnya, di usia yang masih muda, Nabi Muhammad sudah diberikan gelar Al Amin oleh kaum Quraisy Mekkah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Allah menyiapkan rasul terakhirnya ini untuk bisa dijadikan teladan ekstrim, atau sebaik-baiknya teladan. Beliau dijauhkan dari segala hal yang bisa merusak dirinya maupun umat. Akan tetapi, biarpun sudah menjadi sosok Al Amin di masyarakat Kota Mekkah, Nabi Muhammad tidak serta merta mudah melakukan dakwah Islam. Penolakan yang beliau terima sangatlah banyak, sampai-sampai memaksa beliau untuk memindahkan basis dakwahnya ke Madinah.
Dalam surat Al Qalam ayat 3 dan 4 pun Allah menyampaikan firman-Nya tentang keindahan teladan Rasulullah: “Dan sesungguhnya bagi kamu (Muhammad) benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
“Tugas da’i ibarat seorang dokter. Menghayati hati dan cara pikir pasien
dan menghapus penderitaan pasien dengan kata-kata
dan obat yang sesuai.”
-Abbas Asy Siisiy-
Dakwah bil hikmah juga bisa diartikan sebagai berdakwah dengan keteladanan. Dengan konsep sederhana, yakni menjadi yang terbaik di bidang yang menjadi perhatian di komunitas kita. Sebutlah untuk berdakwah di lingkungan pengusaha, alangkah baiknya bila kita bisa terlebih dahulu menjadi pengusaha yang sukses, baru bisa dengan mudah berdakwah kepada sesama pengusaha lainnya. Sedangkan untuk berdakwah di kalangan atlet, kita dituntut untuk dapat terlebih dahulu berprestasi, barulah kita dapat berdakwah dengan lebih mudah.
Dalam konteks dakwah kampus, maka salah satu kebutuhan keteladanan adalah dengan menjadi yang terbaik di bidang akademik. Menjadi seorang aktivis dakwah kampus yang berprestasi. Menyiapkan sebanyak-banyaknya aktivis dakwah kampus yang “terancam” cum laude. Dengan kapasitas akademik yang baik, maka ia telah menjadi teladan di kelas atau di jurusannya sehingga akan sangat memudahkannya dalam berdakwah.
Kekuatan keteladanan ini seringkali dilupakan oleh para aktivis dakwah, karena mungkin mereka merasa terlalu nyaman dengan aktivitas di dunia lembaga dakwah. Para aktivis seringkali tidak banyak berinteraksi di kelas, memiliki nilai kuliah yang tidak layak, dan kehadirannya pun tidak dirasakan oleh teman-teman sejurusan, seangkatan, bahkan teman-teman sekelas. Seringkali saya amati, aktivis dakwah suka sekali mengikuti rapat, dan rapatnya diadakan jauh dari objek dakwah. Mereka tidak berpikir untuk masuk ke dalam lingkaran pergaulan objek dakwah, menjadi teladan bagi mereka, dan pada akhirnya berkemungkinan mengubah nuansa keislaman di lingkungan tersebut.
Perlu dipahami oleh seluruh aktivis dakwah, bahwa ketika seseorang telah mendedikasikan dirinya sebagai aktivis dakwah kampus, maka hukum majas sinekdok pars prototo berlaku pada dirinya. Ketika ia baik, maka citra dakwah kampus akan baik, dan ketika ia buruk, maka citra dakwah kampus bahkan citra Islam itu sendiri akan buruk. Sebagai aktivis dakwah kampus, kita tinggal memilih apakah akan menjadikan diri kita sebagai representatif Islam yang baik, atau tidak sama sekali.
Dengan kekuatan keteladanan ini, akan terbentuk kepercayaan objek dakwah terhadap para aktivis dan Lembaga Dakwah Kampus. Dengan modal inilah lembaga dakwah dapat lebih mudah menyampaikan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, jika kita tidak bisa memberikan keteladanan yang baik, maka objek dakwah pun akan menjadi ragu untuk mengikuti ajakan ajaran Islam yang kita sampaikan.
Mari kita pikir saja secara realistis, bagaimana mungkin seorang objek dakwah dapat percaya pada sosok aktivis dakwah kampus, jika aktivis tersebut selalu datang terlambat ke kelas, tidur saat kuliah berlangsung, tidak pernah mencatat materi pelajaran, dan langsung menghilang begitu kuliah berakhir sehingga ia mendapat nilai yang buruk? Jika sikap ini menghinggapi mayoritas aktivis dakwah kampus, maka citra Lembaga Dakwah Kampus jelas akan menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa-mahasiswi yang sudah hopeless dengan nilai dan masa depannya, sehingga mereka mentawakalkan nasibnya kepada Allah ....
Mari kita bayangkan kondisi sebaliknya. Jika mayoritas aktivis dakwah kampus adalah mahasiswa yang rajin kuliah, rajin mencatat di kelas serta catatannya sering dipinjam oleh mahasiswa lain, juga aktif bertanya dan berdiskusi sehingga nilainya pun memuaskan, maka Lembaga Dakwah Kampus akan bercitrakan sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa-mahasiswi yang baik secara akademis, oleh karena itu mereka memasuki lembaga dakwah karena ingin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan.
Silakan ditentukan sendiri oleh masing-masing Lembaga Dakwah Kampus, akan seperti apakah citra dakwah Islam yang ingin kita bangun? Diharapkan dengan kekuatan keteladanan ini, pergerakan dakwah fardiyah secara masif dan variatif akan bisa lebih dikembangkan. Kekuatan dakwah fardiyah dengan keteladanan adalah modal besar untuk membangun basis kader dakwah yang solid dan militan.
Dostları ilə paylaş: |