KULOP KOPLIK: Wahai putri, alangkah berterimaksihnya kami padamu. Sungguh tidak ada balasan yang dapat membalas semua itu. Untunglah putri tangkas menjelaskan kepada tuanku rajo. Kalau tidak entah bagaimana nasib keponakan hamba Muslimin.
PUTRI SAYATI: Tidak ada-apa lop kau tidak perlu membalasnya. Sudah kewajibanku untuk membela kesewenangan yang di berlakukan oleh bapakku. Lagian pula sewaktu aku menempuh pengajaran syair menyair. Aku sangat paham dengan hal itu.
MUSLIMIN: Putri Sayati sungguh banyak hamba meminta beribu-ribu terimakasih atas bantuanya. Jikalau saja tidak ada putri yang datang, entah nasib saya akan berujung seperti apa. Salam hormat putri.
PUTRI SAYATI: (KEPADA PELAYAN)Tinggalkan kami bertiga disini. Kau jangan berucap seperti itu, aku memang tidak suka dengan peragai bapaku yang sangat membabi buta itu. Siapa namamu? Aku tampak tidak asing dengan suaramu. Apakah kita pernah bercakap-cakap sebelumnya?
MUSLIMIN: Tampaknya kita belum pernah putri, perkenalkan nama hamba Muslimin, hamba dari kampung sebelah.
PUTRI SAYATI: Dari bahasa tubuh dan suaramu kau mengingatkanku pada seorang. Seorang yang juga sangat di benci oleh bapakku.
MUSLIMIN: Siapa itu wahai putri?
PUTRI SAYATI: Dulfatih namanya, ia pengembara yang sangat baik. Di dusun ini ia selalu membantu rakyat-rakyat miskin. Namun saat ini ia dalam bahaya yang sangat besar. Bapak dalam waktu dekat akan mencarinya. Ia tak segan-segan mengusut Delajam dan algojo-algojonya untuk menangkap Dulfatih. Wahai kulop. Hendaklah engkau menyampaikan pesan-pesanku pada Dulfatih. Katakan padanya untuk segerahlah meninggalkan dusun ini, jika tidak ia akan mendapat bahaya yang besar.
KULOP KOPLIK: Akan saya sampaikan segera putri.
PUTRI SAYATI: Lekaslah pergi. Aku akan meinta para pelayan kerajaan mengirim garam dan gendum atas bayaran malam ini. Dan beberapa logam emas untuk merawat muslimin.
KULOP KOPLIK: Siap putri.
(PUTRI SAYATI MENGANTARKAN KULOP DAN MUSLIMIN KELUAR KEDATUAN)
Layar Gelap.
BABAK TIGA
Pekan Satu
SETELAH MALAM ITU, DULFATIH TERTIDUR LELAP HINGGA IA TUMBUH KEDALAM MIMPI YANG DALAM. IA BERADA DI SEBUAH HUTAN YANG DI PENUHI DAUN DAN KAYU MATI YANG MELINTANG DI TENGAH PANGGUNG. LALU SUARA-SUARA SAHUT MENYAHUT MEMANGGIL NAMA DULFATIH DARI SETIAP ARAH. IA KETAKUTAN. KEMBALI TUBUH TUA DAN ORANG-ORANG BERTUBUH ULAR MENDATANGINYA. DENGAN RITME TARIAN DAN DESITAN ULAR YANG PANJANG.
TUBUH TUA: Telag habis waktumu, telah tamat malammu. Datanglah engkau menangis.
DULFATIH: Apa yang harus aku lakukan lagi? Semua perjuangan telah aku lakukan, aku telah mengabdi pada dusun Sungai Jernih selama 7 purnama. seperti yang kalian inginkan. Apakah aku sudah terbebas dari kutakan itu?
(ORANG-ORANG BERTUBUH ULAR TERUS MENARI-NARI MELINGKARI TUBUH TUA DAN DULFATIH).
TUBUH TUA: Kau tidak mampu. Kau belum sepenuhnya mampu. Kejanggalan di dusun terus mengalir. Bahakan kekacauan semakin meraja lela. Kau telah tamat. Waktumu telah habis. Tibalah waktumu pangeran.
ORANG-ORANG: Tamat. Kau telah tamat. Hukuman. Kau akan mendapatkanya.
DULFATIH: Aku sudah melakukan pembelaan. Aku tidak melawan. Aku menolong orang. Aku membantu mereka dalam segala hal. Bukankah itu sudah lebih dari cukup. Lekaslah cabut kutukan kalian. cabutlah. Aku sudah menjalankan tujuh purnama tunggal.
TUBUH TUA: Kau tidak akan terlepas dengan sumpahan itu. Karena hakmu belum mengikat, engkau masih bertabiat sombong, engkau masih bersifat pangeran. Engkau belum sepenuhnya merakyat. Engkau belum membela. Ingatlah Dulfatih. Betapa busuknya tubuh pangeran kami. Bahkan jasadnya tidak mampu kami abadikan. Hanya akan hilang bila kau mengabdi dan menjalankan dengan segala kecintaan. Bukan keterpaksaan.
ORANG-ORANG: Lihatlah sekelilingmu.
Mereka kelaparan!
Mereka menangis!
Seorang bapak kehilang anak gadisnya.
Istri-istri menjadi janda, karena suaminya di bantai.
Harta-harta mereka di peras!
Disiksa tanpa ampun.
Kau masih kalah!
TUBUH TUA: Anak-anakku menarilah lagi, terus menari.
DULFATIH: Orang tua jangan pergi!
TUBUH TUA: Kami harus pergi
DULFATIH: Berilah aku petunjuk
TUBUH TUA: Petunjukmu jelas, kuncinya adalah kedatuan.anak-anak terus menari. Ingatlah kau akan menangis. Kau akan menangis. Terimalah!
(DULFATIH TERBANGUN ORANG TUA DAN ORANG-ORANG BERTUBUH ULAR LENYAP.
DULFATIH: (BERTERIAK) Tidak! (MENARIK NAFAS, MEMERIKSA TUBUH DAN SELURUH ANGGOTA BADANYA).Benar ini hanya mimpi. aku sungguh belum percaya, (MENAMPAR DIRI SENDIRI) Ah sakitt. Benar itu hanya mimpi. aku harus berbuat sesuatu. Sebelum tamat waktuku, sebelum tubuhku di godok oleh kebusukan. Putri Sayati. Aku memiliki janji padanya. Pasti ia sudah menungguku di tepi sungai. Aku harus menemuinya.
(LAMPU MENGELAP PERLAHAN RAUNGAN DULFATIH MEMENUHI RUANGAN).
Pekan Dua:
DI TEPI SUNGAI, TEPATNYA DI ATAS TEBING, TERDENGAR SUARA AIR MENGALIIR TERASA SEJUKNYA, HANYA BEBATUAN-BEBATUAN BESAR YANG TERLETAK DI TEBING, BATU BATU NAMPAK TIDAK BERSUSUN SECARA BERATURAN, YANG BESAR DAN YANG KECIL. DISISI DEPAN TERDAPAT BANGKU KECIL YANG SUDAH SANGAT LAMA. WARNAYA KECOKLATAN. SUDAH SEDIKIT REOT. SESEKALI SUARA RIANG-RIANG HUTAN MENGALUN. PUTRI SAYATI TENGAH TERMENUNG DUDUK DI ATAS BANGKU, SEMENTARA DUA ORANG DAYANGNYA SIBUK MEMIJATNYA KEDUA KAKINYA, SATU DI KIRI DAN SATU DI KANAN. SESEKALI PUTRI BERDIRI DAN DUDUK KEMBALI, IA NAMPAJ GELIAS, BAHAGIA, TAKUT. SEMUA RASA SEMPURNA LENGKAPNYA.
PUTRI SAYATI: Apakah ia akan datang menemuiku. Aku ragukan kalau ia akan datang.
DAYANG 1: Tenang saja Putri. Ia pasti datang. Aku yakin ia pasti datang.
DAYANG 2: Iya putri, benar apa yang di katakana Adis. Ia pasti datang. Lagian menurutku. Lelaki mana yang tidak datang bila yang mengajak bertemu adalah seorang Putri. Cantik, terpelajar, pintar dan santun. Kukira lengkap.
PUTRI SAYATI: menurut kalian, apa yang akan membuatnya datang ke mari, selain undangan seorang Putri?
DAYANG 1: Mungkin takut.
DAYANG 2: Kalau menurut aku itu karena cinta.
PUTRI SAYATI: Cinta? Benarkah Cik ia datang karena cinta? Aku merasa sangat aneh ketika mendengarkan kata-kata cinta. Selama hidupku aku tidak pernah berkenalan dengan cinta.
DAYANG 2: Iya.
PUTRI SAYATI: Aku harap ia datang bukan karena memenuhi undangan seorang Putri, lebih tepat lagi datang dengan rasa yang lain. Bukan dengan ketakutan. Bicik apakah tidak ada yang melihat ketika kita keluar dari kedatuan. Kalau sampai ketahuan mampuslah sudah kita semua.
(DAYANG-DAYANG HANYA DIAM)
PUTRI SAYATI: Mengapa kalian diam. Beritahu aku.(BERDIRI).
PELAYAN 1: Tidak ada putri, hanya tadi kami bertemu dengan Algojo Teleng saat hendak keluar. Untung saja kami berdua membawa dua keranjang bungga, kami bilang saja kalau kami akan kepasar mengambil pesanan bunga untuk Putri Sayati, la pun langsung memberi perintah lewat kepada kami.
PUTRI SAYATI: Untunglah jika begitu. Aku takut kalau sampai ketahuan, buakan takut diriku, aku lebih takut bila kita keluar untuk menemui Dulfatih. (MENGHELA NAFAS) ia akan di cambuk dan di kelupas kulitnya bila ketahuan.
Dari kejauhan suara orang berjalan, mengibas ilalang terdengar.
DULFATIH: Salam hormat pada Putri kedatuan, salam maaf atas keterlambatan hamba datang kemari. Tampaknya Putri telah menunggu sudah lama, mohon maafkanlah hamba atas kegelagapan ini.
PUTRI SAYATI: Tidak apa-apa, kau tidak perlu meminta maaf. Tidak terlalu terlambat bagiku. Bangkitlah. (PADA PELAYAN). Cik tinggalkan kami berdua. Duduklah di depan. Lihat dan cepat kemari kalau ada gerak-gerak yang mencurigai.
PELAYAN: Iya Putri (BERJALAN KELUAR)
DULFATIH: Tuan Putri Sayati, maafkan atas kelancangan hamba. Kiranya pangilan ini teramat penting. Dapatkah saya mendengar apa yang dapat saya luangkan untuk membantu Tuanku Putri Sayati.
PUTRI SAYATI: Dulfatih, bersikaplah biasa. Jangan memanggilku seperti itu, aku lebih nyaman bila kau memangil namaku saja.
DULFATIH: Ampun Putri, sungguh saya tidak berani.
PUTRI SAYATI: Baiklah, kalau begitu apakah kau patuh terhadap perintahku?
DULFATIH: Senantiasa selalu untuk mematuhi tuanku Putri Sayati.
PUTRI SAYATI: Ini perintah untukmu, mulai detik ini, saat ini kau diperbolehkan memanggil Putri kedatuan Beselang dengan nama aslinya. Sayati. Kau mengerti. Perintah sudah di kumandangkan kau tidak bisa mengelak lagi.
DULFATIH: Salam hormtaku tuan Putri, perintah sudah di terima dan siap dilaksanakan. Dik Sayati sesungguhnya setelah datang pesan yang di bawakan oleh Soda, aku merasa ada yang sangat penting, selain itu aku juga sangat mengkwatirkan keadaanmu Dik, kau tahu di kedatuan bila kau keluar secara diam-diam. Aku yakin Tuanku Rajo akan menghukum mu dengan berat.
PUTRI SAYATI: Benar kak Dulfatih, tentu kedatangan Adik kesini semata-mata hanya ingin membicarakan beberapa hal. Dan hal itu sangat penting. Bapakku, ia sudah mendengar laporan-laporan dari algojo-algojonya, bahwa kakak saat di Kampung Teluk beringin waktu lalu, tela mengagalkan wilayah kerjanya. Para anak buahnya pulang dengan babak belur, ia mengatakan bahwa ia di hadang olehmu, namun hal yang paling penting bagiku, ia tidak tahu percis namamu. Ia hanya menyebutkan ciri-cirimu saja. Aku yakin Bapak tidak akan berhenti apabila ia sudah mendapati engkau kak. Saat ini bapak sangat bernafsu untuk memburu pemuda berkain silang kuning di dadanya. Itu kau kak.
DULFATIH: Apakah benar demikian Dik, tapi kakak hanya melakukan hal yang sepatunya di lakuakn. Kau tenang saja. Akak akan bersigap lebih hati-hati lagi. Tapi dik kau sekarang lebih baik kembali ke kedatuan. Kakak sangat mengrisaukan bila terjadi hal-hal yang buruk saat kau kemari.
PUTRI SAYATI: Tapi kak, kau belum mendengar semuanya apa yang ingin aku sampaikan. Kak ini sangat berat bagiku, aku mendengar Bapak akan membuat syaimbara untuku.
DULFATIH: Dalam hal apa itu Dik Sayati?
PUTRI SAYATI: Dalam rangka meminangku kak, aku tidak mau menikah dengan orang yang belum aku kenal, lebih tepatnya lagi kalau tidak aku cintai. Kak bagaimana aku dapat bahagia. Aku ingin engkau membawaku lari dari sini kak. Kita dapat pergi ke sebrang dan menhilang jauh-jauh dari dusun ini.
DULFATIH: (DIAM)
PUTRI SAYATI: Kak jawablah kak.
DULFATIH: Dik Sayati, sesungguhnya bukan niat kakak tidak ingin membawa engkau pergi dari dusun ini, tapi ada hal-hal yang begitu kuat membuat kakak harus tetap berada di dusun ini. Tapi kau tenang saja Dik. Kau jangan begitu cemas, kalau boleh akak tahu apa isi syaimbara itu Dik?
PUTRI SAYATI: (MENGELUARKAN KERTAS COKLAT YANG BERTULIS LATIN, KERTAS TERBUAT DARI KULIT BINATANG).Ini kak bacalah sendiri apa isinya.
DULFATIH: Dalam rangka meminang Putri Sayati kedatuan beselang, rajo kedatuan memberikan kesempatan kepada semua kalangan manusia. Dengan beberapa syarat-syarat yang harus di penuhi. Yang pertama, bahwa seseorang yang berhasil membuatkan patung Mandau yang terbuat dari emas dan perak. Yang kedua, mengumpulkan seratus kotak, diantara kotak itu lima puluh kotak berisi emas, sedang kotak selebihnya berisi perak perak asli. Yang ketiga, menyediakan tujuh puluh karung goni gadong dan gandum, serta dua puluh kotak garam. Dan yang terakhir, dapat membawa sebuah pohon kemang yang berbuah emas. Apa bila semua syarat itu terpenuhi maka ia akan di kawinkan dengan anaknya putri Sayati.
(DIAM SEJENAK)
Dik Sayati. Sayarat-syarat ini begitu dahsyatnya. Apakah ada yang dapat memenuhinya?
PUTRI SAYATI: Iya kak, aku harus pergi bersamamu kak. Kau harus mengajak aku pergi bersamamu.
(DUA PELAYAN MASUK DENGAN TANGAN TERIKAT DAN MULUT TERIKAT.)
PUTRI SAYATI: Siapa yang melakukan ini pada kalaian (MENCOBA MELEPASKAN IKATAN)
Algojo teleng dan semut lado masuk menghampiri putri
ALGOJO TELENG: Rupanya engkau yang bernama Dulfatih. Berani-beraninya engkau menemui Putri Rajo. Kau tidak takut mati rupanya.
PUTRI SAYATI: Kak lari kak lari.
(DULFATIH BERGEGAS LARI, SEMENTARA ALGOJO ALGOJO MENGEJARNYA, TELENG MEMBAWA PUTRI KE KEDATUAN).
ALGOJO TELENG: Setan! Lado kejar dia sampai dapat.
(SEMUT LADO BERLARI MENGEJAR DENGAN TANGKAS).
ALGOJO TELENG: Cepat pulang.. cepat seret mereka.
(ALGOJO-ALGOJO MENYERET PUTRI SAYATI DAN DUA PELAYANYA ITU)
Lampu mengelam dan semakin kelam hingga hilang.
Pekan tiga
RUANG KEDATUAN. PUTRI SAYATIN TERLIHAT SANGAT GUSAR MUKANYA, KADANG DUDUK, KADANG IA BERJALAN. DAN SESEKALI IA MENGENDAP-ENDAP.
PUTRI SAYATIN: Bahkan semua orang lebih memenintangkan Sayati dari pada aku. Termasuk Bapak Rajo sekalipun. Semuanya. Berjalan-jalan aku harus berkata jujur aku sangat iri dengan Sayati. Aku sangat heran dengan kelakuan bapak rajo, saat ini seharusnya Sayati di sekap di dalam kandang di bawah tanah. Tapi mala kebalikanya, seolah tidak terjadi apa apa siang tadi. Sepertinya aku harus mencari cara untuk mengeser Bapak rajo dari kedatuanya. Setelah ia oleng maka secara bertahap orang-orang tidak berguna di kedatuan ini akan perlahan lenyap. Termasuk Sayati!
(MUAL-MUAL. DELAJAM MASUK).
OBANDA SIDEN: Sayatin, mengapa kau memintaku datang kesini. Kau tahu saat ini keadaan begitu kacau! Aku harus berada di samping tuan Rajo. Aku takut dia menaruh curiga pada kita berdua.
PUTRI SAYATIN: Jadi sekarang akak lebih mementingkan masalah Putri Sayati, dari pada Putri Sayatin? Sungguh tak ku sangka-sangka.
OBANDA SIDEN: Sayatin ini bukan masalah Sayati. Ini masalah Dulfatih. Raja sangat bengis dengan tindak tanduk yang dilakukan oleh Dulfatih, itulah sebabnya aku harus berada di sampingnya. Kau harus memahami semua ini.
(USEN CANGOK TIBA-TIBA MASUK NAMUN TERHENTI SAAT MENDENGARKAN SAYATIN DAN DELAJAM SEDANG BERBICARA).
PUTRI SAYATIN: Aku tidak perduli dengan Dulfatih, Siden kau dengar jelas-jelas perkataanku. Kita dalam bahaya besar. Inilah sebabnya aku mengajakmu bertemu disini. Jika tidak terlalu penting bagiku tidak akan sampai-sampainya menunggumu disini.
OBANDA SIDEN: katakana! Apa yang ingin kau sampaikan padaku.
PUTRI SAYATIN: Kau membentakku?
OBANDA SIDEN: Aku tidak membentakmu Sayatin. Aku hanya memintamu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi? Sayatin aku harus segera mendapingi Bapakmu. Jika ia mencariku dan aku tidak ada di sampingnya, aku pasti di marahi olehnya.
PUTRI SAYATIN: (MENANGIS) Aku hanya ingin mengatakan jika bapak tahu hal ini, kau akan lebih di marah. Lebih tepatnya lagi kita akan di hukum pancung olehnya.
OBANDA SIDEN: Sayatin aku tidak bermaksud membuatmu sedih, baiklah aku akan menunggumu siap untuk mengatakanya.
PUTRI SAYATIN: Kak Siden, aku hanya ingin mengatakan kalau aku (GUGUP DAN MENANGIS)
OBANDA SIDEN: iya aku tahu, kau pasti ingin mengatakan kalau kau meminta aku segera meminangmu. Ini bukan waktu yang tepat Sayatin. Semua orang di kedatuan ini akan merasa tidak aman jika sang Rajo masih marah-marah.
PUTRI SAYATIN: Aku sudah lelah bersembunyi. Baiklah. Kau harus tahu dan perlu tahu, bahwa sebanranya, sejak kedatangan mu malam itu di kamarku, kau memang tidak meninggalkan jejak apapun hingga membuat semua orang tahu kalau kau tidak pernah kekamarku, tapi hanya aku yang tahu bahwa kau meninggalkan sesuatu di dalam perutku.
OBANDA SIDEN: Apa maksud mu Sayatin, aku tidak mengerti dengan percakapanmu.
PUTRI SAYATIN: Aku mengandung anakmu Kak. (MENANGIS)
OBANDA SIDEN: (BADANYA TERDUDUK DI KURSI TANPA BERKATA APA-APA)
PUTRI SAYATIN: Bapak Rajo akan menyembelih kita berdua jika tahu aku mengandung anakmu kak. Aku sangat hafal tabiat bapaku. Aku sudah yakin ia akan melakukan itu. Apa yang harus kita lakukan kak?
OBANDA SIDEN: (MENARIK NAFAS DALAM-DALAM)Baiklah Sayatin. Kita tidak mungkin memberitahukan hal ini pada Rajo. Hal satu-satunya yang harus kita lakukan adalah menghilang dari kedatuan ini, inilah jalan agar bayi yang ada di kandunganmu selamat. Aku memiliki Bapak angkat di dusun Aya Itam. Aku akan meminta algo-algojoku mengantarkanmu kesana, setelah itu aku akan membuat cerita bahwa engkau menghilang saat sedang jalan-jalan di tepi sungai. Dengan begitu bapakmu tidak akan berpikir ada sesuatu yang aneh dalam kedatuan ini. Sementara itu, aku akan mengumpulkan Kotak-kotak emas dan perak, lalu akan aku seludupkan secara diam-diam kepadamu. Untuk bekal kita hidup disana. Sekarang kau istirahat saja, besok pagi aku akan memberi isyarat pada algojo, dan menyiapkan rumah jinjit di hulu tebing. Kau berjalanlah dulu dari kedatuan. Tapi ingat, jangan sampai orang melihat engkau pergi. Bersikaplah biasa saja.
(USEN CANGOK MASUK SEMBARI BERTEPUK TANGAN)
USEN CANGOK: Sungguh tidak di sangka-sangka. Itu rencana yang mutahir hebatnya Panglima Perang Kedatuan. Tidak banyak orang gagah yang menyimpan rencana seperti itu, melainkan sijenius Panglima Perang Kedatuan. Aku sungguh terkesan. Bagiku butuh satu purnama melingkar untuk merancang semua strategi itu.
PUTRI SAYATI: Paman, apa paman mendengar semua yang kami bicarakan tadi?
USEN CANGOK: Hampir semuanya ku dengar, hanya saja yang paling menarik dari segalanya berada pada puncak perdebatan seorang penyusup gadis anak rajo Kedatuan. Paman sangat yakin jika Kamal mengetahui ini maka ia tak segan-segan memenggal kepala penyusup diam-diam itu.
PUTRI SAYATIN: (DIAM)
OBANDA SIDEN: Ternyata seorang mantan Panglima Perang kedatuan juga memiliki kemampuan mendengar pembicaraan orang secara diam-diam. Ilmu yang sangat licik.
USEN CANGOK: Iya, sebab seorang Panglima Perang juga harus pandai menyiasatkan strategi licik ketika kekalahan mendera Kedatuan. Bukankah begitu Siden? Tampaknya akan ada hal yang lebih dahsyat lagi di kedatuan ini.
PUTRI SAYATIN: Paman ku mohon jangan kau bicarakan hal ini kepada bapak rajo, jika beliau tau hal yang terjadi pada kami, bapak tidak akan segan-segan merajam kami. Aku mohon paman jagala rahasia ini.
USEN CANGOK: Maaf nakan pamanmu ini sudah terlalu banyak menyimpan rahasia, paman sangat tidak yakin jika dapat menutupi rahasia yang kalian sembunyikan, sudah terlalu banyak rahasia yang tersembunyi.
OBANDA SIDEN: (BERLUTUT)Paman dengan segala kerendahan hati aku memohon, berikanlah kami ampun, janganlah engkau mengatakan hal ini kepada Rajo kedatuan.
USEN CANGOK: Kau tidak perlu melakukan itu Siden, kau tahu sejak aku terpilih menjadi Panglima Perang didalam kedatuan beselang ini. Aku sangat tersingkir, aku sangat terpukul dan menyimpan bara api yang dalam pada kedatuan ini. Ketika aku dilempar di dusun tempat jin membuang anak itu. Aku mulai menerima dalam kegelapan. Kulihat saat pembuanganku di sana, kau tersenyum dengan lebarnya. Sesekali dalam pikirku terbesit untuk menyusun rencana besar membalas kepahitan itu. Kukira kau akan menemui kekelaman yang sama seperti yang kurasakan.
OBANDA SIDEN: Apa yang harus kami lakukan untukmu paman?
PUTRI SAYATIN: (BERLUTUT MEMELAS),Iya paman, katakanlah apa yang harus kami lakukan, aku memiliki banyak mahkota emas, dan beberapa pakaian sutra yang begitu luar biasa harganya, ambilah semua itu paman.
USEN CANGOK: Nakan, dulu Paman pernah terobsesi dengan emas dan harta yang banyak, tapi itu hanya hal yang biasa untuk saat ini. Dan tidak akan merubah niat untuk mengatakan hal ini kepada Rajo di kedatuan, dengan itu. Kita akan satu sama Siden, kau akan paham bahasa yang kau lempari lewat senyuman 7 tahun silam. Aku harus segera menemui rajo (BANGKIT DAN BERJALAN)
OBANDA SIDEN: Paman kami mohon tunggulah, aku siap mengambdi padamu, apapun perintahmu akan ku laksanakan paman.
USEN CANGOK: (BERHENTI DAN TERTAWA)itu yang ku tunggu dari tadi Panglima Perang, (MENARIK NAFAS)baiklah ini masalah bisnis, nakan Sayati ambilkan anggur. Silahkan duduk dulu. Kita akan membicarakanya secara seksama.
(PANGLIMA PERANG PERLAHAN DUDUK BERSAMA USEN, SEMENTARA SAYATIN MENGAMBIL ANGGUR DI MEJA LALU MENUANGKANYA).
USEN CANGOK: Baiklah, akan kita mulai dengan rasa sakit. Sejak keterbuanganku yang di lakukan Kamal, aku tidak hanya menyimpan dendam pada kamal. Bahkan Kedatuan yang didalamnya adalah musuh bagiku. Selama tujuh purnama aku bertahan hingga akhirnya aku memutskan untuk memulai rencanaya. Kalian tahu kedatanganku kemari bukan hanya untuk meminjamkan dua kotak emas kepada Latusko Kamal, juga aku kesini bukan dengan kata tidak disengaja, iya kedatanganku memang disengaja. (MINUM ANGGUR DENGAN GELAS PERAK BERUKIR BUNGA-BUNGA)sudah tuju tahun rencana yang kusiapkan, ya kalian bisa bayangkan itu. Baiklah seperti ini, kalian harus mendengarkan baik-baik. Kalian harus membantuku untuk mengeser tahta Rajo kedatuan itu dengan alasan yang memalukan dan menyakitkan. Dan setelah itu aku akan menaiki tahta. Dan selepasnya kalian akan hiudup berdua. Tentu tidak di kedatuan ini.
OBANDA SIDEN: Maksud paman kita akan memusnakan rajo kedatuan?
USEN CANGOK: Tepat sekali!
PUTRI SAYATIN: (DIAM)
USEN CANGOK: Ini sangat muda untuk kalian, kalian hanya mengikuti perintah dan permainanku. Jika tidak, aku akan mengatakanya hal yang kudengar pada Kamal. Sangat mudah bukan.
OBANDA SIDEN: (DIAM TIDAK BERBICARA, SAMBIL MENEGUK ANGGUR DI GELASNYA).
PUTRI SAYATIN: Baiklah Paman, kami akan menyanggupi itu.
USEN CANGOK: (TERTAWA)Oh. Ho…o.. kau sangat mewakili sifat Bapamu, pemberani. Tidak segan merampas hak-hak orang lain, termasuk itu diriku. Baiklah kini kalian ku terima sebagai tim, mengambil apa yang seharusnya menjadi miliku. tapi ingat. Jika kalian tidak menjalankan perintahku. Kalian akan tahu apa yang harus kalian dapati. Panglima ikut aku, kita akan menemui raja di kebun cungkadiro.
(AKHIRNYA MEREKA BERTIGA KELUAR BERSAMA SAMA, LALU LAMPU MULAI KELAM DAN SANGAT KELAM).
Pekan Empat.
SUARA GITAR GAMBUS TUNGGAL MENGALUN DI SEBUAH PONDOK KEDIAMAN NEK ROKIAH. PONDOK SEDERHANA YANG TIDAK TERLALU TINGGI JUGA TIDAK TERLALU RENDAH, JENIS RUMAH ITU TAMPAK RUMAH ADAT SUMATERA SELATAN. SEDANGKAN SAPU LIDI, DAN KAYU BAKAR TERSUSUN DI BAWAHNYA. KULOP KOPLIK TAMPAK MEMETIK GITAR TUNGGAL DI ATAS TANGAN PONDOK. NEK ROKIAH MASIH MERATAP PILU SEDALAM-DALAMNYA. DUDUK DI DEPAN PINTU PONDOK. SESEKALI IA MENGUSAP AIR MATANYA.
NEK ROKIAH: Sudah lah lop. Untuk saat ini aku sangat terpukul. Tidak ada tempat yang bahagia lagi dalam hidupku. Sejak menghilangnya Dulfatih aku merasa hidupku tidak ada lagi masa depanya. Semua menjadi kelam. Bahkan aku sebagai Umaknya tidak tahu harus menemukanya dimana. Aku sungguh menyesal lop.
KULOP KOPLIK: Rokiah.. Rokiah. Kamu tidak boleh larut bersedih dalam hal ini. Kamu harus banyak-banyak berdoa. Semoga anakmu dalam keadaan baik-baik saja. Aku sangat paham perasaanmu saat ini. Tapi akan sampai kapan seperti ini. Aku juga merasa kehilangan. Bukan engkau saja.
Dostları ilə paylaş: |