Delajjam karya Rido Amilin H. E para pelaku pelaku panggung / aktor



Yüklə 270,42 Kb.
səhifə5/6
tarix27.12.2018
ölçüsü270,42 Kb.
#86760
1   2   3   4   5   6

USEN CANGOK: Siapa kamu ini? Baru kali ini aku melihat seorang bujang yang memiliki kurap yang begitu buruk di tubuhnya.

BUJANG KURAP: Orang-orang menyebut saya dengan sebutan Bujang Kurap tuan.

USEN CANGOK: Lantas, untuk apa kau membawa aroma busukmu kesini wahai Bujang Kurap?

BUJANG KURAP: Kedatangan hamba kesini sangat sederhana tuan, hamba datang untuk melamar Putri Sayati. Hamba telah membawa persembahan-persembahan untuk syarat melamar Putri.

LATUSKO KAMAL: (TERTAWA)Ternyata selain memiliki badan yang busuk, kau juga menyimpan nyali yang begitu besar, tampaknya kau memiliki nyawa cadangan Bujang Kurap. Aku sudah muak dengan hal ini. Kau datang bukan hanya menebar aroma busuk, kau juga datang ke kedatuan dengan nilai yang sangat menghinaku. Apakah kau tidak melihat orang-orang datang kemari. Mereka dari kalangan kedatuan. Pedagang yang memiliki banyak emas, lihatlah sekelilingmu mereka memakai kain sutra yang tak terhingga harganya. Sedangkan engkau datang dengan membawa aroma busuk, kau sangat menginjak-injak martabatku sebagai Rajo di kedatuan ini. Panglima ringkus dia. Lalu kurung dalam kerangkeng. Aku tidak mau ada yang menganggu malam bahagia ini.

OBANDA SIDEN: Siap tuanku.

NEK ROKIAH: Tuan, ampunkan kelancangan hamba. Hamba kira Bujang Kurap memang lelaki sejati. Sebagai seorang rajo kiranya dengan rasa kesatria, Rajo dapat mempertimbangkan apa yang di inginkan oleh Buajng Kurap itu. Mungkin dia dapat memenuhi persyaratan yang tuanku rajo minta. Namun sebaliknya jika ia gagal tuanku dapat mengurungnya.

MANSOR HASAN: Aku sependapat denganmu Pek, sangat jarang orang yang memiliki keberanian sejati seperti Bujang Kurap ini. Aku kira tuan-tuan yang menyaksikan hal ini akan memberi kesempatan pada Tuan Bujang Kurap untuk melamar Putri Sayati.

(ORANG-ORANG DI KEDATUAN MENGANGGUK MENYETUJUI PERMINTAAN BUJANG KURAP).



LATUSKO KAMAL: Baiklah, untuk saat ini aku akan mengijinkan engkau menunjukan apa yang dapat kau berikan untukku sebagai penganti dari Sayati. Tapi ingat jika hal yang kau suguhkan gagal maka kau akan mendapatkan hukuman yang berat.

BUJANG KURAP: Saya memiliki sepuluh kendi emas, dan sepuluh pasang sutra tuan. inilah yang dapat hamba berikan untuk melamar Putri Sayati.

LATUSKO KAMAL: (TERKEJUT)Wahai pemuda kurap, apakah kau bermain-main dengan membawakan aku sepuluh kendi emas, dan sepuluh pasang pakaian sutra. Kau tahu telah banyak para pangeran dari negeri sebrang dan kedatuan-kedatuan di jagat ini yang membawakan satu kapal emas dan perak. Bahkan aku menolaknya karena itu tidaklah cukup. Kini kau datang dengan membawa semua ini. Kau sangat menghinaku Bujang Kurap. Panglima tangkap dia.

(RAJA SANGAT MURKA DENGAN KELAKUAN BUJANG KURAP, PADA SAAT ITU NEK ROKIAH JATUH DAN TERDUDUK. RAJO MENUSUKAN PISAU KE PERUT PESERAH).



KULOP KOPLIK: Rokiah. (LANGSUNG MENOLONGNYA)

LATUSKO KAMAL: Aku tidak menyangka kalau seorang tua sepertimu berani bertindak senekat itu padaku. Aku yakin kau lupa kalau aku memiliki ajian delapan mata. Aku tahu kau memasukan racun getah rengas dalam minumanku. aku masih waspada Peserah. tubuhku telah mengola racun itu menjadi santapan yang baik. Karena ilmu kebalkulah yang membuat aku tidak mempan dengan racunmu. Nasib yang malang Penghulu. Algojo masukan Peserah dalam lumbung lintah.

ALGOJO: Laksanakan Rajo.

LATUSKO KAMAL: Siden ikat pemuda kurap itu. Siksa dia. Jangan beri dia makan. Didalah yang membuat gagal pernikahanku. Segerahlah engkau menyuru orang-orang pulang, dan perintahkan algojo ke dusun tetangga untuk mencari penghulu yang baru.

OBANDA SIDEN: Siap tuanku.

Lampu mengelam.

BABAK LIMA

SUASANA TAMPAK DIAM, SUARA JANGKRIK MALAM MENEBAR DI KALANGAN RUANGAN. TERLIHAT BUJANG KURAP YANG TERIKAT TANGAN DAN KAKINYA, YANG TERGOLEK DI LANTAI. DENGAN WAJAH PENUH DENGAN LUKA. BADANYA PENUH DENGAN CAMBUK. LUKANYA SEMAKIN PARAH. AROMA BUSUK MENEBAR DI RUANGAN. SEORANG PUTRI SAYATI DATANG DENGAN MEMBAWA KAIN DAN OBAT, JUGA MAKANAN DAN MINUMAN.

PADA ADEGAN INI MENCERITAKAN SAMBUNGAN DARI PENYIKSAAN BUJANG KURAP YANG DI SIKSA DI KEDATUAN BESELANG. NAMUN HAL LAIN TERJADI. KARENA ULAHNYA ACARA PERNIKAHAN DI BATALKAN SAMPAI PENYEMBUHAN PEK JAT SELAKU PENGHULU.

(MALAM HARI DI PEKAN SATU)



PUTRI SAYATI: Bujang.. bujang… bangunlah. Bujang… bagunlah.

BUJANG KURAP: (SADAR)Putri apa yang kau lakukan, pergilah nanti Algojo melihatmu kau akan di hukum karena menyusup ketempat busuk ini.

PUTRI SAYATI: Kau tidak perlu cemas, semua orang di kedatuan ini sudah tidur. Aku sudah mengaturnya. Makanlah ini. Aku sudah membawa obat untukmu. Maafkan aku sejak sepuluh hari kejadian aku tidak menjenguk mu. Aku masih mencari jalan untuk ini semua. Aku sangat berterimakasih atas keberanianmu. Berkatmu pula aku tidak jadi di nikahi oleh bapakku sendiri. Makanlah yang banyak. Kau jangat takut kelaparan. Aku akan setiap malam memberikan makanan dan mengobati lukamu.

BUJANG KURAP: Putri apakah kau tidak jijik dengan luka-lukaku. Aku begitu jijik, dan tubuhku mengeluarkan aroma busuk putri.

PUTRI SAYATI: Tidak, aku tidak merasa jijik padamu. kau tenang saja. Aku seharusnya sangat senang saat kau melamarku. Aku di paksa menikah dengan bapaku sendiri, aku selalu berharap keajaiban terjadi. Aku lebih jijik dengan kelakuan bapakku sendiri.

BUJANG KURAP: Putri aku sangat terharu dengan ucapanmu.

PUTRI SAYATI: Bujang siapa namamu?

BUJANG KURAP: Namaku Patih putri, tapi umak angkatku menyebutku dengan panggilan Dulfatih. Ujarnya namaku sama dengan anaknya yang hilang.

PUTRI SAYATI: Dulfatih (MELAMUN)

BUJANG KURAP: Putri, putri. Putri..

PUTRI SAYATI: Maaf patih, aku hanya teringat dengan seseorang yang namanya mirip denganmu. Nama itu seolah menjadikanku lebih tangguh untuk sekedar berdiri saja. Ialah kekuatanku.

BUJANG KURAP: Siapa itu Putri?

PUTRI SAYATI: Ia adalah seorang yang dulu ku cintai. Tapi kini ia menghilang. Aku tidak tahu di mana ia berada. Kejadian itu menjadi semakin rumit. Namun aku hanya seorang wanita, meskipun apa yang terjadi di depanku. Apalah dayaku. Tidak akan mengingkari bahwa aku adalah wanita lemah. Ketika ia disiksa aku tidak berdaya menolongnya.

BUJANG KURAP: Apakah ia sudah mati putri?

PUTRI SAYATI: Tidak ia tidak mati. Ia pasti kembali untukku. Aku selalu merasa yakin bahwa ia masih mencariku di luar sana, entah kapan ia akan kembali. (SUARA-SUARA ALGOJO TERDENGAR MENGGERANG) Aku harus segera kembali Patih, makanlah yang banyak.

BUJANG KURAP: Putri dapatkah saya meminta tolong pada tuan Putri.

PUTRI SAYATI: Tentu kau dapatkan itu. Apa yang harus ku lakukan untukmu.

BUJANG KURAP: Sewaktu kejadian engkau hendak di sunting bapakmu, sebelum kejadian itu. Seorang wanita tua di jamu dengan minuman yang di berikan oleh Rajo. Didalam minuman itu mengandung racun, aku tidak tahu racun apa yang ada di dalam cangkir perak itu. Sampai sekarang aku belum tahu kabar dari wanita tua itu, dia wanita yang sangat baik. Ialah yang merawatku, dikala semua orang mengasingiku, putri dapatkah engkau mencari tahu tentang umak angkat ku itu?

PUTRI SAYATI: Tentu patih, akan ku usahakan. Aku akan kembali dulu. Tampaknya para algojo sudah mulai terjaga.

BUJANG KURAP: Baiklah putri. Aku sangat menunggu kabar darimu.

MALAMPUN BERAKHIR DENGAN HATI BUJANG YANG BERBUNGA-BUNGA, TIBALA PAGINYA, RAJO DAN PARA PETINGGI KEDATUAN TERLIHAT BERKUMPUL DI SEBUAH PENGIKAT PENYAMUN BUJANG KURAP. SEMENTARA ALGOJO TERUS MENCAMBUK TUBUHNYA



OBANDA SIDEN: Rajo, apakah kita akan membunuhnya hari ini?

LATUSKO KAMAL: Jangan di bunuh sekarang Siden. Kita akan menyiksanya. Siksa hingga ia benar-benar merasakan perbuatanya. Aku ingin tahu sebatas mana kemampuanya bertahan dengan cambuk-cambuk berduri milik algojo. (TERTAWA)

(BUJANG KURAP DI HANTAM CAMBUK, RAJA DAN KELOMPOKNYA TERTAWA LEBAR).



USEN CANGOK: Rajo, hari ini kami akan memohon untuk pergi. Kami akan ke kedatuan bulo kuning untuk mengambil upeti setiap bulan. Karena sudah sepantasnya upeti itu kita ambil.

LATUSKO KAMAL: Usen, ku kira kau tidak perlu turun tangan untuk mengambil upeti di kedatuan bulo kuning, Siden saja sudah cukup untuk mengatasinya, kau temani aku di kedatuan. Siden perintahkan Algojomu untuk mencambuki bujang kurap itu.

USEN CANGOK: (KESAL)

OBANDA SIDEN: Siap tuanku rajo. Kumbang cambuk dia hingga tulangnya mengelitir. Berikan ia rasa karena ketidak tahuan dirinya.

ALGOJO KUMBANG: Baiklah Panglima.

(ALGOJO-ALGOJO MENCAMBUKI BUJANG KURAP HINGGA IA TERUS MENJERIT-JERIT).



LATUSKO KAMAL: Ini adalah salah satu saksi untuk kalian semua yang ada di kedatuan ini. dan juga dengan sikap yang di pilih oleh Peserah tua itu. Sekarang tubuhnya telah habis di makan lintah. Jika kalian melakukan kesalahan yang membuatku murka, maka lintahku dan cambuk-cambuk algojo tidak pernah letih. (MENGAMBIL ANGGUR) minumlah. Algojo cambuk dia! hahahah

USEN CANGOK: Tentu rajo, tidak ada yang berani mengusik kedatuanmu yang agung. Semua tunduk dengan perintah demi perintahmu.

ALGOJO KUMBANG: (MENGAYUNKAN CAMBUK)Rasakan ini. huahahahah

BUJANG KURAP: Tuan saya sangat haus. Tuan mintaklah sedikit air.

LATUSKO KAMAL: Lihatlah ia memohon meminta air padaku. Apakah kau begitumembutuhkan air pangeran kendi emas? (SEMUA TERTAWA)

BUJANG KURAP: Iya tuan, saya sangat haus. Berikanlah saya sedikit air.

LATUSKO KAMAL: Baiklah jika kau memang meminta itu. Kumbang beri ia ari. Air kencingmu! hahah

ALGOJO KUMBANG: (IA MENGENCINGI BUJANG KURAP)Kau haus bukan, cepat minum itu.hahaha

(RAJA TERLIHAT SANGAT SENANG DAN SEMUANYA IKUT TERTAWA)



OBANDA SIDEN: Rajo tampaknya kita harus melihat upeti-upeti yang di kirim dari dusun sungai itam. Semua sudah di siapkan di dalam kedatuan.

LATUSKO KAMAL: Apakah gadis-gadis pesananku sudah di bawa kesini Siden? Oh upeti gadis dan emas sama-sama tinggi nilainya.

OBANDA SIDEN: Tentu rajo, gadis-gadis bahkan sudah di siapkan dengan wewangian yang kahas sumur aya itam. Juga ia sudah di balutkan dengan sutra mahal dari luar pulau tuan. semua nya sudah percis dengan yang tuan rajo inginkan.

LATUSKO KAMAL: Bagus bagus, mari melihatnya, Usen apakah kau tidak ingin mengikuti aku.

USEN CANGOK: Tentu aku ikut Rajo.

LATUSKO KAMAL: Ikutlah akan ku berikan kau satu gadis untuk malam ini. (TERTAWA)

(MEREKA MASUK LAMPU MENGELAM DI IRINGI TANGIS BUJANG KURAP).

TAMPAK SUASAN TEGANG DI KEBUN CUNGKADIRO, DI DALAM KEBUN TAMPAK TANAMAN-TANAMAN CUNGKADIRO, DAN MEJA DAN KURSI DI TENGAHNYA. PANGLIMA DAN USEN CANGOK SEDANG BERBICARA DI SANA. MEREKA TERLIHAT KETAKUTAN DAN WAS-WAS AKAN KEADAAN DI KEDATUAN.

PEKAN DUA MALAM HARI.



USEN CANGOK: Mengapa kau mengajaku kesini?

OBANDA SIDEN: Maafkan aku tuan, memang waktu ini tidak tepat. Tapi ku kira aku harus menanyakan tentang kabar anak dan istriku Sayatin. Apakah mereka terlihat bahagia disana?

USEN CANGOK: Iya anak dan istrimu terlihat sangat bahagia di sana. Tapi tidak bahagia karena orangtuanya tidak becus disini. Aku sudah muak dengan semua yang terjadi di kedatuan ini.

OBANDA SIDEN: Maaf tuan usen aku tidak mengerti perkataanmu.

USEN CANGOK: Iya aku merasa aku disini seolah menjadi ajudan Kamal, kau tahu sejak kejadian itu aku sangat menyesal. Bukanya kamal yang jatuh tapi mala sebaliknya. Rencana kita gagal. Semuanya berantakan. Dan kau masih ingat tentunya, kau masih menyimpan budi padaku.

OBANDA SIDEN: Maafkan atas ketidak telitianku tuan. bukankah kita sedang menjalankan rencana kedua tuan. tentu tuan aku mengingat budi itu.

USEN CANGOK: Aku sudah tidak tahan dengan perlakuan Kamal padaku. Kau tahu seharusnya akulah yang menjadi Rajo di kedatuan itu, bukan dia.

OBANDA SIDEN: Iyo tuanku kaulah yang akan menjadi Rajo disini.

USEN CANGOK: Aku ingin kau membeli racun kemeleng di dusun aya itam. Belilah dengan seorang tua yang bernama Wak Sinto. Dia seorang pendekar sakti yang melumpuhkan lawanya dengan racun. Hanya racun dialah yang dapat membuat kebal Kamal tunduk. Dapatkan racun itu meskipun nyawamu taruhanya kau mengerti?

OBANDA SIDEN: Tapi tuan. tempat itu sudah sangat keramat. Mustahil aku dapatkan racun itu.

USEN CANGOK: Siden, kau ingat janjimu. Apakah kau ingin istri dan anakmu di masukan dalam lumbung lintah. Aku tahu jawabanya tidak. Lakukan apa yang ku perintahkan.Kau paham! Tapi sebalinya, bila kau menolak. Kau tahu apa yang akan aku lakukan.

OBANDA SIDEN: Maafkan hamba tuan. akan hamba cari racun itu walaupun tebusanya adalah nyawa saya.

USEN CANGOK: Ini baru yang di sebut Panglima Perang kedatuan. Malam ini aku akan istirahat. Jika besok kau pergi telah ku selip dua kotak emas dan perak di ujung dusun. Kirimlah itu atas upahmu untuk istrimu makan di sana.

OBANDA SIDEN: Laksanakan tuan. hamba juga akan istirahat. Karena besok hamba akan pergi.

USEN DAN PANGLIMA PERANG MASUK, RUANG KEMBALI PADA BUJANG KURAP. HINGGA PUKUL TENGAH MALAM. PUTRI DATANG MENGHAMPIRI BUJANG KURAP.



BUJANG KURAP: Putri aku sudah menunggu kedatanganmu. Bagaimana putri apakah kau mendapatkan kabar dari umakku?

PUTRI SAYATI: Iya tentu aku memenuhi janjiku.

BUJANG KURAP: Putri kau tampak sedikit tidak bersemangat. Apakah engkau sakit. Maafkan aku jika tugas ini membuatmu sangat berat.

PUTRI SAYATI: Tidak bujang, aku tidak sakit. Aku hanya sedikit lelah.

BUJANG KURAP: Kabar apa yang kau bawa putri? hamba mohon sampaikanlah. Hamba telah menunggunya sepanjang hari. hamba sangat mengkwatirkan nasib umak Rokiah.

PUTRI SAYATI: Baiklah, (MENARIK NAFAS)Tuan Bujang, setelah beberapa waktu lalu aku dan beberapa pelayanku kepasar. Setelah itu aku menemui kediaman Nek Rokiah. Namun hal lain yang kudapati di sana. Aku melihat orang-orang kampung sangat ramai di pondok, sementara orang-orang lainya menyiapkan alat-alat penguburan. Lalu aku masuk aku sempat tidak percaya. (MENANGIS) Aku tidak kuasa mengatakan hal ini. Aku sangat hafal rasanya.

BUJANG KURAP: Apa yang kau katakana dengan semua ini, putri ku mohon selesaikan semua apa yang kau ceritakan. Sungguh aku tidak mengerti tuan putri.

PUTRI SAYATI: Nek Rokiah sudah meninggal beberapa hari lalu. Racun yang ada dalam tubuhnya tidak ada penakarnya. Aku sangat berduka. Aku turut bersedih atas apa yang meinmpa Umakmu tuan bujang.

BUJANG KURAP: Meninggal?

MUSIK SEDIH BERKUMANDANG, MENGIRINGI HATI YANG BERDUKA. BUJANG KURAP TERDIAM SANGAT LAMA. IA MERASA TIDAK MAMPU MELINDUNGI ORANG YANG SUDAH SELAMA INI BAIK KEPADANYA. DALAM KEADAAN APAPUN. AIR MATANYA MENETES PERLAHAN-LAHAN, TUBUHNYA MENJADI LEMAH.



PUTRI SAYATI: Bujang maafkan aku membawa berita buruk untukmu, sungguh aku tidak berdaya mengadukan hal ini padamu. Tapi ini adalah janjiku padamu, mau tidak mau aku harus mengatakanya padamu.

BUJANG KURAP: Mungkin bukan dia Putri, (MENANGIS) dia adalah seorang wanita yang menyayangiku di dunia ini. Tentu kau salah! Dia seorang wanita yang baik, dia tidak mungkin meninggal putri, pasti bukan dia kau salah orang putri.

PUTRI SAYATI: Maafkan aku tuan bujang, aku tidak bermaksud membuatmu menderita.

BUJANG KURAP: Aku hanya merasa berdosa, karena aku tidak mampu melindungi orang yang sangat baik padaku. Aku juga merasa sangat berdosa ketika penguburan ke tempat terakhirnya aku tidak ikut serta. Maafkan aku putri aku sangat bersedih, bahkan aku begitu larut dengan berita yang kau sampaikan. Seharusnya aku ada di sampingnya. Tapi apalah dayaku, aku hanya terikat rapat dan kuat oleh besi-besi di tangan yang melingkar kuat ini. Aku sungguh tidak berdaya.

PUTRI SAYATI: Kau tidak perlu meminta maaf padaku. Aku hanya teringat Umaku. Ia mati karena jantungan ketikak bakku sendiri akan menikahi anaknya, bagaimana tidak pada saat akan di gelar pernikahan itu umakku di kuburkan. Aku tidak di perkenankan untuk melihatnya untuk yang terakhir kali. Begitu banyak beban di pundakku. Aku tidak tahu dosa apa yang telah ku perbuat sehingga aku mengalami penderitaan yang begitu berat ini.

BUJANG KURAP: Kau wanita yang baik, kau di penuhi cinta. Kau akan menemukan kebahagiaanmu kelak putri, terimakasih atas semua yang kau lakukan untuku.

PUTRI SAYATI: Aku sangat bersedih, tidak ada lagi kebahagiaan yang aku temui. Besok bak akan melaksanakan pernikahan dengan penghulu dari kedatuan lain. Besok adalah akhir dari semua hidupku. Aku hanya berharap sesuatu keajaiban datang di kedatuan ini.

BUJANG KURAP: Tenanglah putri, kau tidak boleh berkata seperti itu, janganlah putus asa, yakinlah semua hal ini pasti akan selesai dengan baik. Aku sangat paham perasaanmu saat ini. Sesuatu akan memang terjadi.

PUTRI SAYATI: Terimkasih bujang hanya engkaulah yang ku miliki saat ini. satu-satunya orang yang peduli nasibku. Satu-satunya orang tempatku meluapkan segala aku tidak tahu apa yang harus aku katakan lagi. Aku sangat bersedih. Tidak ada yang dapat aku lakukan. Bahkan menolong ibuku aku tidak mampu.

BUJANG KURAP: Putri, dapatkah engkau membuka gelang besi yang melekat di tangan dan kakiku putri, aku harus melihat kuburan umakku putri. Jika tidak aku sangat berdosa putri. Aku mohon putri. Bebaskanlah aku putri.

PUTRI SAYATI: (BERJALAN-JALAN)Apa yang harus aku lakukan untuk membuka itu?

BUJANG KURAP: Kuncinya ada di pinggang Algojo Kumbang, algojo kumbang sangat letih. Ia seharian ini mencambuki tubuhku. Pasti ia akan tertidur lelap. Aku mohon tuan putri lakukanlah.

PUTRI SAYATI: Algojo Kumbang, tunggulah disini. Aku akan berusaha semampuku.

BUJANG KURAP: Putri, kau sangat baik padaku.

PUTRI SAYATI: (TERSENYUM)

(SUARA TEGANG MEMENUHI RUANGAN DENGAN WAKTU YANG CUKUP LAMA)



BUJANG KURAP: Umak, maafkan kesalahanku. Aku sangat bersalah, aku sangat menyesal mak. Sewaktu terakhir engkau di dunia ini aku tidak sempat mencium pipimu, alangkah sedih nasib ku ini mak. Aku akan membalas semuanya. Semua ini sudah semestinya berakhir. Rajo Kubu harus mendapatkan ganjaran atas kekejamanya. (Putri Sayati Masuk) Putri. Apakah kau dapatkan kunci itu?

PUTRI SAYATI: Aku mendapatkanya tuan. diamlah akan ku buka pengikat ini.

BUJANG KURAP: Putri engkau begitu berhati mulia. Aku tidak tahu akan mengatakan apa lagi untukmu. Kebaikanmu begitu sangat mulia.

PUTRI SAYATI: Kau juga tuan, kau pemuda yang tangguh dan pemberani. Aku juga banyak berterimakasih padamu.

BUJANG KURAP: Putri, apakah bila aku tidak mengagalkan pernikahan kau dengan rajo. Apakah kau masih ingin mengurusku, mengolesi lukaku yang beraroma busuk ini. Menjamuku seolah sebagai orang yang lama kau kenal?

PUTRI SAYATI: Mengapa kau mengatakan itu, aku sangat iklas membantumu meskipun engkau tidak kukenal sekalipun. Karena engkau memang membutuhkan pertolongan. Kau tengah di landa musibah. Apakah aku hanya diam saja. Aku bukan seperti putri-putri kedatuan yang lainya tuan.

BUJANG KURAP: Putri aku harus pergi, aku tahu kau melakukan itu dengan hati yang iklas. Kaulah wanita yang menyelamatkan aku. Aku harus pergi.

PUTRI SAYATI: Baiklah.

BUJANG KURAP: Putri jaga dirimu.

PUTRI SAYATI: Apakah kau akan kembali?

BUJANG KURAP: Putri mengapa kau terlihat sangat sedih. Aku akan mencari cara untuk kembali.

PUTRI SAYATI: Tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin. Ah sudahlah pergilah sebentar lagi Algojo Kumbang akan terjaga.

BUJANG KURAP: Baiklah putri.

Pekan tiga

KEDATUAN DI PENUHI DENGAN ORANG-ORANG KAYA DARI DUSUN TETANGGA. MEREKA TERLIHAT MENGENAKAN SUTRA DAN PERNAK PERNIK DI KAKI DAN TANGANYA. JUGA TERLIHAT PARA JAJARAN KEDATUAN SUDAH SIAP MENJADI WALI PADA PERNIKAHAN RAJO DAN PUTRI SAYATI. BUNGA TUJU WARNA YANG DI ADUK DALAM KENDI EMAS SUDAH DI SIAPKAN DI TENGAH PANGGUNG. SEMNETARA DI MEJA-MEJA TERDAPAT BERBAGAI MACAM BUAHAN. JUGA ANGGUR DAN TUAK.

(SEBELUM ORANG MASUK RAJO MEMBENTAK PANGLIMA SIDEN)

LATUSKO KAMAL: Aku tidak mau tahu. Meskipun tadi malam Bujang kurap telah melarikan diri. Hingga kini aku akan melangsungkan pestaku. Hanya satu catatan untukmu. Jangan ada hal apapun yang menganggu.

OBANDA SIDEN: Iyo rajo. Permintaanmu adalah titah bagiku.

PINGAO: Rajo, acar pernikahan sudah dapat di mulai jika mempelai wanita sudah ada duduk bersanding denganmu.

LATUSKO KAMAL: Sebentar lagi akan kita mulai Pingao. Usen pergilah kekamar Sayati.

USEN CANGOK: Segera rajo.

(MUSIK MENGALUNN MENGIRINGI HARI PERSANDINGAN RAJO. PUTRI SAYATI KELUAR).



LATUSKO KAMAL: Alangkah cantik engkau Putri, tak sia-sia selama ini aku menyiramimu setiap hari hingga kau tumbuh menjadi wanita tercantik di jagat ini.

USEN CANGOK: Rajo, acara sudah dapat kita mulai.

LATUSKO KAMAL: Mulailah secepatnya.

(RAJO DAN PUTRI SAYATI BERDIRI BERHADAPAN, PENGHULU MENGELILINGINYA DENGAN ASAP-ASAPAN. LALU MULAI MENABURKAN BUNGA HINGGA HABIS).



PINGAO: Dengan bunga tuju warna yang di petik dari bukit barisan, di dalamnya telah di satukan restu-restu para tetua-tetua, ninek moyang yang mengikat sepasang cinta di kedatuan beselang ini. Hingga menjadi terikatlah engkau sepasang kasih yang mencintai.

(SEMUA ORANG BERTEPUK TANGAN).



LATUSKO KAMAL: Rajo, putri. Silahkan berdiri di tugu pengikat janji. Setelah kalian mengikat janji maka sudah terikatlah bahwa kalian sepasang pengantin baru.

(BUJANG KURAP MASUK DENGAN MEMAKAI BAJU KUNING BESILANG DI DADANYA).



BUJANG KURAP: Tidak. Pernikahan ini tidak akan pernah terjadi. Arwah ninek moyang akan mengutuk pernikahan sedarah ini. Rajo. Sudah sepantasnya engkau menerima segalanya. Engkau telah menebar kesakitan-kesakitan di dusun ini hinga berlalu lalang purnama.

LATUSKO KAMAL: Siden penggal kepala binatang itu.

BUJANG KURAP: Tunggu! Kau tidak perlu memberi perintah pada Panglima yang engkau agung-agungkan itu. Aku hanya datang kesini untuk menantangmu.

LATUSKO KAMAL: (MELOMPAT DARI TEMPAT DUDUKYA)Aku terima tantangan itu, aku tidak menyangka bahwa selama ini yang terikat adalah seorang lelaki yang di bangga-banggakan oleh orang dusun sungai jernih. Marilah aku terima tantanganmu. Sudah lama aku menantikan seorang pemuda dengan kain bersilang di dadanya. Rupanya seorang lelaki yang meminum air kencing.

BUJANG KURAP: Tapi tidak dengan beradu tenaga rajo, bila memang engkau rajo yang sakti. Aku hanya ingin engkau mencabut tiga bilah lidi yang ku tancapkan ini. Sangat mudah. (MENANCAPKAN LIDI-LIDI)

LATUSKO KAMAL: (TERTAWA) Lihatlah pendekar ini. Kau sangat menghiburku. Apa yang dapat aku ambil bila aku berhasil mencabut lidi yang kau tancapkan itu.

Yüklə 270,42 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin