membuat Kaisar tergila-gila dan seolah-olah bertekuk lutut di depan kakinya yang kecil mungil, mulailah Yang
Kui Hui memetik hasil pengorbanan diri dan hatinya. Dia menggunakan pengaruhnya terhadap Kaisar, menarik
keluarganya menduduki tempat-tempat penting dalam pemerintahan! Bahkan kakaknya yang bernama Yang Kok Tiong
diangkat menjadi menteri pertama dari Kerajaan Tang setelah menteri yang lama dicopot secara menyedihkan oleh
Kaisar, tentu saja atas bujukan Yang Kui Hui! Dan masih banyak lagi anggota keluarga selir yang cantik jelilta
ini memperoleh kedudukan yang tinggi sekali yang sebelumnya tak pernah termimpikan oleh mereka. Pada jaman
itulah muncul seorang yang akan menjadi terkenal sekali dalam sejarah Tiongkok. Orang ini bukan lain adalah An
Lu San, seorang yang tadinya dari keturunan tak berarti. An Lu San dilahirkan di Mancuria Selatan, di luar
Tembok Besar, yaitu Di Liao-tung. Orang tuanya berdarah Turki dari suku bangsa Khitan, keturunan keluarga yang
bersahaja dan terbelakang. Ketika An Lu San menjadi seorang pemuda remaja, sebagai seorang budak belian dia
dijual kepada seorang perwira Kerajaan Tang yang bertugas di utara, di Tembok Besar. Mulai saat itulah
bintangnya menjadi terang. Sebagai kacung perwira itu, dia ikut pula ke medan perang dan ternyata bocah ini
membuktikan dirinya sebagai seorang yang gagah berani dan cerdik sekali, memiliki keahlian dalam pertempuran
sehingga beberapa kali dia membuat jasa pada pasukan yang dipimpin oleh majikannya. Maka diangkatlah dia
menjadi prajurit dan dalam waktu singkat saja dia membuat jasa-jasa besar sehingga dia diangkat terus,
dinaikkan menjadi perwira dan akhirnya, beberapa tahun kemudian setelah dia memenangkan beberapa peperangan
melawan musuh dari luar sehingga dia berjasa besar bagi Kerajaan Tang, dia diangkat menjadi jenderal! Mulailah
jenderal An Lu Sun ini mendekati Kaisar. Setelah pangkatnya setinggi itu, tentu saja terbuka kemungkinan
baginya untuk berhadapan dengan Kaisar yang waktu itu sedang tergila-gila kepada Yang Kui Hui yang telah
memperoleh kedudukan tinggi. An Lu San memang seorang yang amat cerdik. Menyaksikan pengaruh dan kekuasaan
selir yang cantik jelita itu terhadap Kaisar, dia melihat kesempatan baik sekali untuk mengangkat diri sendiri
ke tempat yang lebih tinggi. Dengan sikapnya yang lucu dan ugal-ugalan, pembawaan watak liarnya, dia berhasil
menyenangkan hati Kaisar dan memancing kegembiraan Yang Kui Hui sendiri. Selir ini, yang setiap hari harus
melayani seorang pria yang sudah tua dan sudah lemah, tentu saja bangkit gairahnya melihat jenderal yang tegap,
gembira dan kasar liar itu! Terjadilah "main mata" antara kedua insan ini, dan akhirnya, dengan bujukan dan
rayuannya, Yanh Kui Hui memuji-muji kesetiaan dan jasa-jasa An Lu San sehingga Kaisar menjadi semakin suka
kepada jenderal ini. Bahkan Yang Kui Hui dengan akalnya yang licik telah mengangkat An Lu San sebagai "putera
angkatnya". Hal ini tidak dijadikan keberatan oleh Kaisar, bahkan Kaisar memuji selirnya sebagai seorang selir
yang cerdik, selir yang mencinta dan yang setia karena perbuatan Yang Kui Hui itu dianggapnya sebagai taktik
selir untuk menyenangkan hati seorang pahlawan sehingga dengan demikian memperkuat kedudukan Kaisar. Kaisar
Beng Ong yang terkenal pandai dan bijaksana itu ternyata menjadi lemah tak berdaya, sama lemahnya dengan
seuntai rambut lemas hitam dari Yang Kui Hui yang setiap saat dapat dipermainkan oleh jari-jari tangan halus
dari selir yang cantik jelita itu. Tentu saja setiap sukses dari seseorang, bail didapatkan dengan jalan apa
pun juga melahirkan iri hati kepada orang-orang lain. Biarpun tidak ada yang berani secara terang-terangan
menentang selir cantik yang amat dikasihi Kaisar tua itu, namun diam-diam banyak anggauta keluarga kerajaan
yang merasa iri hati dan membenci Yang Kui Hui, terutama sekali para selir lainnya yang kini seolah-olah
diabaikan oleh Kaisar yang setiap malam selalu dibuai dalam pelukan Yang Kui Hui. Pada suatu malam Kaisar
beristirahat di dalam kamarnya sendiri. Betapapun dia tergila-gila kepada Yang Kui Hui, namun karena dia sudah
tua sekali, tenaganya tidak mengijinkan dia setiap malam mengunjungi selirnya yang masih muda, penuh nafsu dan
panas itu. Malam itu merupakan malam istirahatnya dan dia tidak mendekati selirnya yang tercinta. Tubuhnya
terasa lelah setelah sore tadi dia berpesta makan minum dan menikmati tari-tarian yang disuguhkan untuk
kehormatan jenderal An Lu San yang datang berkunjung ke istana. Setelah mengijinkan jenderal perkasa itu
mengundurkan diri ke kamar tamu yang disediakan, Kaisar yang merasa lelah itu berbisik kepada selirnya tercinta
bahwa malam itu dia ingin beristirahat karena merasa lelah, kemudian langsung menuju ke kamarnya sendiri.
Menjelang tengah malam, kaisar terbangun dan ternyata yang mengganggu tidurnya adalah seorang selir muda belia
yang cantik seperti selir-selir lain. Selir ini bernama Yauw Cui, masih berdarah bangsawan dan termasuk selir
termuda sebelum Kaisar mengambil Yang Kui Hui yang merupakan selir terakhir. "Hemmm, apa maksudmu datang
mengganggu?" Kaisar berkata, tidak marah karena dia pun pernah mencinta selir yang cantik ini, bahkan tangannya
lalu diulur untuk membelai dagu yang berkulit putih halus itu. "Hamba mohon Sri Baginda mengampunkan hamba,"
selir itu berkata dengan suara agak gemetar, "Sebetulnya hamba tidak berani mengganggu paduka yang sedang
beristirahat, akan tetapi...." Kaisar yang tua itu tersenyum dan salah menyangka. Dikiranya selir muda ini
merindukan curahan kasihnya karena sudah lama dia tidak mengunjungi kamar selirnya ini dan tidak pula
memerintahkan selirnya itu datang melayaninya. "Aihh, manis, naiklah ke sini dan kau pijiti punggungku..."
katanya sebagai uluran tangankarena membayangkan hasrat selirnya ini, sudah bangkit pula berahinya. Yauw Cui
tidak berani membantah, bangkit dari lantai di mana dia berlutut, dan jari-jari tangannya yang halus mulai
menari-nari di atas punggung tua yang pegal-pegal itu. Akan tetapi selir ini berkata lagi, "Rasa penasaran
memaksa hamba memberanikan diri mengujungi Paduka. Hamba tidak ingin melihat Paduka yang hamba junjung tinggi
ditipu dan dihina orang!" Tangan Kaisar yang mulai membelai tubuh selirnya itu tiba-tiba terhenti dan dengan
pandang mata penuh selidik Kaisar Beng Ong bertanya, "Apa maksudmu? Siapa yang berani menipu dan menghinaku?"
Yauw Cui menangis dan suara terisakisak dia berkata, "Hamba.... secara tidak sengaja... mendengar ....
Angoanswe (jenderal An) berada di dalam kamar.... Yang Kui Hui...." Seketika Kaisar bangkit duduk dengan mata
terbelalak. Dengan alis berkerut dia memandang selirnya itu yang masih menangis, hatinya tidak percaya sama
sekali karena memang sudah seringkali Yang Kui Hui difitnah orang lain yang merasa iri hati. "Hammm, jangan
bicara sembarangan saja terdorong iri hati." "Tidak.... hamba rela untuk dihukum mati, rela diapakan saja kalau
hamba membohong.... tidak berani hamba menjatuhkan fitnah.... hamba hanya merasa penasaran melihat Paduka
dihina maka hamba memberanikan diri melapor...." "Pengawal....!!" kaisar berseru sambil mendorong selirnya
turun dari pembaringan. Pintu terbuka dan enam orang pengawal pribadi meloncat masuk dan langsung berlutut
setelah mereka melihat bahwa Kaisar tidak dalam bahaya. Kaisar menyambar jubah luarnya. "Antar kami ke kamar
yang Kui Hui." kata Kaisar singkat sambil memberi isyarat dengan matanya agar Yauw Cui ikut pula bersamanya.
Pada saat Yauw Cui melapor kepada Kaisar, kamar Yauw Kui Hui sudah gelap remang-remang dan pada saat itu memang
selir yang cantik jelita ini sedang bersama An Lu San. Mereka seperti mabok nafsu berahi dan tentu saja segala
pertahanan di hati Yang Kui Hui runtuh menghadapi jenderal yang tegap dan gagah perkasa ini, yang masih
memiliki sifat-sifat liar dan kasar dari tempat asalnya. Selama tujuh tahun Yang Kui Hui menekan kekecewaan
hatinya melayani seorang kakek-kakek lemah. Kini bertemu dengan An Lu San dan berkesempatan menikmati rayuan
laki-laki yang jantan dan jauh lebih muda dari kaisar ini, tentu saja dia terbuai dan lupa segalanya. Sesosok
bayangan menyelinap ke dalam kamar itu dan berisik di luar kelambu pembaringan. Bisikan itu merobah suasana di
dalam kamar itu. Yang Kui Hui dan An Lu San dalam waktu beberapa menit saja telah memakai pakaian yang rapi,
duduk menghadapi meja yang diterangi dengan beberapa batang lilin, dan di atas meja terdapat gambar peta daerah
utara. Di ujung-ujung Kamar itu terdapat mengawal dan pelayan berdiri seperti patung, hanya memandang saja
ketika An Lu San dengan suara lantang sedang menjelaskan tentang situasi dan keadaan pertahanan di perbatasan
utara. Demikianlah, ketika Kaisar yang diiringkan Yauw Cui dan para pengawal memasuki kamar itu dengan sikap
kasar, dia melihat selirnya yang tercinta itu memang benar duduk berdua dengan An Lu San, akan tetapi bukanlah
berjinah seperti yang dilaporkan Yauw Cui, melainkan sedang bicara urusan pertahanan! "Hamba sedang mempelajari
keadaan kekuatan pertahanan kita di utara dari An Lu San," antara lain Yang Kui Hui membela diri ketika Kaisar
menyatakan kecurigaannya. "Paduka terlalu mempercayai mulut seorang wanita yang cemburu dan iri hati setengah
mati kepada hamba." Karena semua pengawal dan pelayan yang berada di kamar itu merupakan saksi yang kuat bahwa
selir tercinta itu tidak bermain gila dengan putera angkatnya tentu saja Kaisar menjadi marah kepada Yauw Cui.
Selir muda ini mengerti bahwa dia berbalik kena fitnah oleh madunya yang lihai itu, maka maklum bahwa tidak ada
lagi harapan baginya, dia menudingkan telunjuknya kepada Yang Kui Hui sambil berteriak nyaring, "Kau Wanita
Iblis! Karena engkaulah kerajaan ini akan hancur!" Dan sebelum para pengawal yang diperintah oleh Kaisar yang
marah-marah itu sempat menangkapnya, Yauw Cui lari membenturkan kepalanya di dinding kamar itu sehingga
kepalanya pecah dan dia tewas disaat itu juga! Tentu saja pada hari berikutnya, ada seorang pelayan yang
menerima hadiah banyak sekali dari Yang Kui Hui, yaitu pelayan yang membisikinya semalam sehingga
menyelamatkannya. Semenjak peristiwa itu, kepercayaan Kaisar terhadap Yang Kui Hui dan An Lu San makin besar.
Tentu saja kesempatan baik ini tidak dibiarkan lewat percuma oleh Yang Kui Hui dan An Lu San yang mengadakan
hubungan gelap sepuas hati mereka. Karena pengaruh Yang Kui Hui di depan Kaisar, maka An Lu San memperoleh
kehormatan yang besar, bahkan diangkat menjadi Gubernur di Propinsi Liao Tung. Menguasai pasukan-pasukan
terbaik dari kerajaan dan menjaga di propinsi yang merupakan perbatasan timur. Kehormatan ke dua diterimanya
tak lama kemudian, tentu saja atas desakan dan bujukan Yang Kui Hui yaitu ketika dia dianugrahi gelar Pangeran
Tingkat Dua. Kehormatan yang besar sekali karena biasanya, gelar ini hanya diberikan kepada keluarga kerajaan
yang berdarah bangsawan! Memang An Lu San seorang yang berasal dari suku bangsa terbelakang, namun dia
diberkahi dengan kecerdikan luar biasa. Melihat betapa kaisar bertekuk lutut di depan kedua kaki yang mungil
dari selir kaisar Yang Kui Hui, dia mengeluarkan semua kepandaian untuk mengambil hati selir ini dan ternyata
semua muslihatnya berhasil baik dan dia memperoleh kedudukan yang tinggi sekali. Akan tetapi, tentu saja banyak
pula orang merasa iri hati dan tidak suka kepada An Lu San. Di antara mereka ini adalah kakak kandung Yang Kui
Hui sendiri, yaitu Yang Kok Tiong yang menjadi Menteri Pertama. Dengan kedudukanya yang tingi, Yang Kok Tiong
melakukan penyelidikan dan ketika dia memperoleh berita bahwa An Lu San mempersiapkan pemberontakan, segera dia
berunding dengan Putera Mahkota dan melapor kepada Kaisar. Kaisar tidak percaya dan menganggap pelaporan ini
omong kosong belaka, akan tetapi karena para pangeran mendesaknya, akhirnya Kaisar memanggil An Lu San yang
merasa keadaannya belum kuat betul untuk memulai pembrontakan yang memang benar telah dipersiapkannya, tidak
membantah. Dia menghadap Kaisar dan dengan air mata bercucuran dia memprotes, menyatakan kesetiaanya terhadap
Kaisar dan dalam hal ini kembali pengaruh Yang Kui Hui membantunya. Selir ini pun mencela Kaisar yang mudah
saja dipermainkan orang yang merasa iri hati bahkan Yang Kui Hui mengambil contoh selir Yauw Cui yang irir hati
kepadanya. "hendaknya Paduka ingat bahwa An Lu San adalah seorang pahlawan kerajaan yang jasanya sudah amat
besar. Tidak mungkin dia memberontak, dan andaikata dia benar mempunyai niat memberontak tentu dia tidak akan
datang memenuhi panggilan Paduka! Kedatangannya ini sudah merupakan bukti akan kebersihan dan kesetiaanya!
Kabar tentang niat pembrontakan itu tentu ditiup-tiupkan oleh mereka yang merasa iri hati kepadanya." Seperti
biasa, hati kaisar luluh dan lenyaplah semua kecurigaan dan keraguannya. Dia malah menjamu An Lu San dan malam
itu dengan amat pandainya An Lu San "membalas budi" Yang Kui Hui, dengan sepenuh hatinya, di dalam kamar selir
Kaisar itu, aman karena terjaga oleh orang-orang kepercayaan mereka. Demikianlah, pada saat cerita ini terjadi
An Lu San sudah kembali ke utara dengan penuh kebesaran dan kebanggaan, dan diam-diam dia makin mempercepat
persiapannya untuk memberontak! Dan demikian pula dengan keadaan kerajaan Tang pada waktu itu. Kelemahan Kaisar
yang jatuh di bawah telapak kaki halus dari Yang Kui Hui, menimbulkan ketidakpuasan kepada banyak pembesar
sehingga di sana-sini timbul niat untuk memberontak. Kesempatan keadaan yang lemah dari kerajaan Tang inilah
dipergunakan oleh The Kwat Lin untuk mulai dengan petualangannya, untuk memenuhi cita-citanya mencarikan
kedudukan tinggi untuk puteranya! Pada suatu hari, datanglah seorang utusan dari kota raja mendaki Pegunungan
Bu-tong-san, menghadap Ketua Bu-tong-pai. Melihat bahwa utusan ini adalah utusan dari Pangeran Tang Sin Ong
dari kota raja, Kwat Lin cepat menerimanya di kamar rahasia. Setelah utusan itu menyampaikan tugasnya dia cepat
pergi lagi meninggalkan Bu-tong-pai dan terjadilah kesibukan di Bu-tong-pai. Pangeran Tang Sin Ong, yaitu
seorang pangeran di kota raja yang mempersiapkan pemberontakan pula, sebagai saingan besar dari An Lu San,
pangeran yang dihubungi oleh Kwat Lin, mengirim berita tentang hari dan tempat di mana Yang Kui Hui akan ikut
dengan Kaisar yang hendak berburu binatang dalam hutan, sebuah di antara kesenangan Kaisar. saat inilah yang
dinanti-nanti oleh The Kwat Lin dan Pangeran Tang Sin Ong untuk menjalankan siasat mereka yan telah lama mereka
rencanakan. Beberapa hari kemudian, tibalah saatnya Kaisar bersama Yang Kui Hui bersenang-senang di dalam hutan
di kaki Pegunungan Funiu-san, tidak jauh dari kota raja. Seperti biasa, di waktu mengadakan perburuan ini,
tempat itu dijaga oleh para pengawal dan ada pula pasukan yang tugasnya hanya mencari dan menggiring binatang
hutan sehingga binatang-binatang yang ketakutan itu menuju ke dekat tempat Kaisar dan Permaisurinya menanti
sehingga dengan mudah Kaisar dapat melepaskan anak panah ke arah binatangbinatang itu. Sekali ini, selain
beberapa orang pembesar penting, yang menemani Kaisar terdapat juga Pangeran Tang Sin Ong.
Seperti biasa, Kaisar dan selirnya yang tercinta menanti di dalam pondok yang memang tersedia di situ, di
tengah-tengah hutan. Para pembesar dan Pangeran Tang Sin Ong menanti di luar pondok sambil bercakap-cakap.
Mereka menanti sampai datangnya binatang-binatang yang akan digiring oleh pasukan yang sudah menyusup-nyusup ke
dalam hutan lebat di depan. para pengawal menjaga di sekeliling tempat itu, pengawal Kaisar dan pengawal
Pangeran Tang Sin Ong karena pangeran ini mempunyai pasukan pengawal sendiri. Mereka tidak usah lama menanti.
Segera terdengar sorak-sorai dari jauh, makin lama makin mendekat. itulah suara pasukan yang bertugas
menggiring binatang hutan menuju ke tempat penyembelihan itu, di mana para pembesar telah menanti dengan
gendewa bersama dengan anak panahnya siap di tangan. Mendengar suara ini, kaisar sudah keluar dari pondok
sambil tersenyum-senyum gembira membawa sebatang gendewa. Seorang thaikam yang menjadi kepercayan dan
pelayannya mengikuti Kaisar sambil membawa tempat anak panah. Tak lama kemudian, mulailah bermunculan
binatang-binatang hutan yang panik ketakutan karena dikejarkejar dan digiring oleh pasukan di belakang mereka
yang bersorak-sorai itu. Dan mulailah Kaisar bersama Pangeran Tang Sin Ong dan para pembesar lainnya
menghujankan anak panah mereka ke arah binatangbinatang itu. Tidak ada seorang pun melihat ketika dari
rombongan pengawal Pangeran tang Sin Ong, seorang pengawal menyelinap kedalam semak-semak, menanggalkan pakaian
biasa menyelinap dan memasuki pondok Kaisar dari samping, meloncat masuk dari jendela yang terbuka. Dengan
kecepatan kilat, laki-laki setengah tua ini menyergap Yang Kui Hui yang sedang berdiri menonton di ambang pintu
depan. Terdengar selir cantik itu menerit, akan tetapi tubuhnya menjadi lemas ketika dia tertotok dan ketika
semua orang menoleh medengar jeritan itu, Yang kui Hui telah dipondong dan dibawa lari oleh laki-laki itu.
"Penculik.....!" "penjahat....!" "Jangan lepas anak panah, bisa salah sasaran....!!" Tiba-tiba Pangeran tang
Sin Ong berseru keras. Mendengar ini, Kaisar yang sudah pucat mukanya cepat berseru, "Benar! Jangan lepas anak
panah. Kejar dan tangkap! Selamatkan dia....!" Semua orang, pengawal, pembesar, pangeran tang Sin Ong, bahkan
Kaisar sediri, mengejar penculik yang memiliki gerakan yang amat gesit itu. Dengan beberapa loncatan saja
penculik itu telah lari jauh sekali. "Cepat kejar.... tolong dia.... ahhhh, Kui Hui....!!" kaisar berteriak
dengan muka pucat. Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan orang berkelebat menghadang penculik itu. Dari jauh
kelihatan jelas bahwa dua orang itu adalah wanita-wanita cantik yang gerakannya cepat luar biasa. Wanita yang
lebih tua sudah menerjang maju dan dengan serangan mendadak berhasil memukul roboh penculik dan merampas Yang
Kui Hui, kemudian wanita ke dua yang muda dan cantik menggerakan pedangnya menusuk. Terdengar jerit melengking
yang nyaring sekali ketika pedang itu menembus dada penculik itu yang berkelojotan, terbelalak dan menudingkan
telunjuknya kepada wanita pertama seolah-olah hendak berkata sesuatu, akan tetapi sebuah tendangan yang
mengenai kepalanya membuat penculik itu tak dapat bergerak lagi dan tewas seketika! Kaisar dan rombongannya
sudah tiba di situ. Dengan tepukan perlahan wanita perkasa yang lebih tua itu membebaskan totokan Yang Kui Hui.
Selir ini mengeluh dan menangis sambil menubruk Kaisar yang memeluknya. kaisar memandang kepada dua orang
wanita cantik yang sudah berlutut di depan kakinya dengan perasaan bersyukur dan berterima kasih. "Untung
sekali kalian berdua yang gagah perkasa datang menolong!" kata kaisar dengan penuh rasa syukur, suaranya masih
gemetar karena ketegangan hebat yang baru saja dialaminya. "Siapakah kalian?" "Hamba adalah Ketua Bu-tong-pai
bernama The Kwat Lin," berkata wanita cantik itu lalu menuding kepada dara muda yang cantik jelita dan tinggi
semampai di sebelahnya, "dan ini adalah Bu Liang-cu murid hamba." "Ahhh, kiranya ketua Bu-tong-pai yang
terkenal!" Kata Kaisar sambil tersenyum lebar. "Pantas saja demikian lihai! Kalian telah berjasa, telah
menyelamatkan kekasih kami dan membunuh penculik jahat. Kalian pantas diberi hadiah besar." Yang Kui Hui sudah
menghentikan tangisnya dan kini dia pun memandang kedua orang wanita itu dengan mata berseri. "Kalian datanglah
ke istana, aku akan memberi hadiah kepada kalian." The Kwat Lin menyembah dengan hormat. "Hamba berdua hanya
melakukan tugas hamba sebagai rakyat yang setia kepada junjungannya. hamba berdua tidak mengharapkan balas
jasa, hanya apabila paduka sudi menerima, biarlah murid hamba ini bekerja sebagai pengawal pribadi paduka.
Sekarang banyak orang jahat, tanpa pengawalan yang kuat tentu membahayakan Paduka. Girang bukan main hati Yang
Kui Hui. "Baik sekali! Siapa namamu tadi?" tanyakan kepada gadis cantik yang menunduk sejak tadi. Gadis itu
kini mengangkat mukannya dan dengan sepasang mata yang bersinarsinar dia menjawab, "Nama hamba Bu Liang-cu.
Saking girangnya, yang Kui Hui mencabut tusuk konde dari emas berhiaskan permata dan menghadiakan benda itu
kepada The Kwat Lin, dan dia menerima pula gadis murid Bu-tong-pai itu sebagai pengawal pribadinya. Mulai saat
ini gadis yang bernama Bu Liang-cu itu ikut bersama rombongan Kaisar, selalu mengawal di belakang Yang Kui Hui,
kembli ke istana. Ada pun The Kwat lin segera kembali ke Bu-tongsan dengan hati girang karena siasatnya
berjalan dengan baik sekali, sungguhpun untuk itu dia terpaksa harus mengorbankan nyawa seorang anggautanya.
Penculik itu bukan lain adalah seorang anggautanya sendiri, seorang bekas penjahat yang memiliki ginkang
tinggi. Penculik itu hanya diperintah untuk melarikan diri Yang Kui Hui dengan janji akan dibantunya kalau
sampai mengalami bahaya. Akan tetapi, penculik itu baru tahu bahwa dia dikhianati oleh ketuanya sendiri setelah
dia roboh dengan pedang menembus dadanya. Baru ia tahu bahwa dia dikorbankan untuk suatu siasat licik dari The
Kwat Lin, namun pengetahuan ini tiada gunanya karena dia keburu mati sebelum dapat mengeluarkan suara. Siapakah
gadis cantik yang kini menjadi pengawal Yang Kui Hui? Tadinya, untuk tugas ini The Kwat Lin menunjuk muridnya,
Bu Swi Nio. Akan tetapi, betapa marahnya ketika dia menghadapi penolakan muridnya! "Teecu tidak berani, Subo.
Perintahlah teecu untuk melakukan hal lainnya, biar disuruh membasmi penjahat yang bagaimanapun, biar harus
mempertaruhkan nyawa, teecu tidak akan mundur dan pasti akan memenuhi perintah Subo! Akan tetapi ini... ah,
teecu tidak mau terlibat dalam.... pemberontakan....." jawab Swi Nio sambil berlutut dan menundukan mukanya.
Hampir saja Kwat Lin menampar kepala muridnya itu saking marah dan kecewanya. Dan pada saat itu, Swi Liang yang
melihat adiknya terancam bahaya kemarahan subonya, cepat maju dan berkata, "Subo, kalau Moi-moi tidak berani,
biarlah teecu melakukannya." "Kau seorang pria.... mana mungkin....?" "Teecu bisa saja menyamar sebagai seorang
gadis. Dahulu di waktu kecil seringkali teecu mengenakan pakaian Moi-moi dan bermain-main seperti seorang anak
perempuan ." Mendengar ini, Kwat Lin termenung. Betapapun juga dia lebih percaya kepada muridnya dan juga
kekasihnya ini. Selama ini, Swi Nio delalu memperlihatkan sikap dingin dan kdang-kadang menentang. Berbeda
dengan Swi Liang yang selalu menuruti kehendaknya, bahkan pemuda itu mau pula melayani nafsu berahinya!
Pekerjaan yang direncanakan ini amat berbahaya kalau sampai bocor, maka sebaiknya kalau dilakukan oleh orang
yang paling dipercayanya. Memaksa Swi Nio amat berbahaya karena siapa tahu kalau-kalau murid perempuan ini akan
mengkhianatinya kelak. "Hemm, kita coba saja!" katanya dan setelah melihat Swi Liang berpakaian wanita dan
bergaya, Kwat Lin menjadi girang sekali. Agaknya murid itu memang mempunyai bakat sandiwara maka ketika
berpakaian wanita dan beraksi, dia sendiri hampir pangling dan mengira bahwa Swi Liang adalah Sawi Nio!
Dostları ilə paylaş: |