Diktat kuliah


Berbicara untuk Presentasi



Yüklə 0,7 Mb.
səhifə13/15
tarix26.07.2018
ölçüsü0,7 Mb.
#59536
1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   15

Berbicara untuk Presentasi

Secara umum, komunikasi lisan berintikan presentasi. Presentasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari diri/karir mahasiswa/akademisi, pelaku bisnis, atau setiap profesi. Kesempatan berbicara selalu ada dalam sepanjang karir seseorang. Berbicara bukan saja di depan sejumlah audiens/hadirin atau media, tetapi juga berbicara dengan teman sejawat saat meminta saran, menawarkan produk pada konsumen, atau terlibat dalam suatu pembicaraan.

Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah untuk menyebarkan informasi ilmiah, baik informasi konseptual maupun prosedural. Kemahiran presentasi ilmiah merupakan kebutuhan, maka mahasiswa dilibatkan dalam melakukan presentasi, mulai dari menyusun bahan, membuat alat peraga dengan bantuan teknologi informasi, menyajikannya, dan merevisi berdasarkan umpan balik dari hadirin.



Presentasi ilmiah umumnya dilaksanakan di suatu ruang rapat/seminar di hadapan beberapa peserta. Tahap penyampaian presentasi adalah sebagai berikut.

      1. Tahap Persiapan

Presentasi disampaikan di depan audiens/hadirin/publik dari berbagai golongan, maka diperlukan teknik komunikasi untuk meyakinkan bahwa audiens dapat mendengar uraian yang kita sampaikan. Uraian lisan hanya dapat didengar satu kali oleh hadirin, tidak dapat diulang melalui lembaran-lembaran cetak, maka presenter harus menjaga agar hadirin memusatkan perhatian selama presentasi berlangsung. Untuk itu diperlukan analisis audiens.

      1. Menetapkan Tujuan Presentasi

Presentasi disesuaikan dengan tujuan atau alasannya. Presentasi seorang manajer sumber daya manusia, misalnya, berorientasi pada kebijaksanaan, prosedur, dan manfaat pembinaan personil perusahaan. Seorang konsultan berorientasi pada presentasi analisis tentang manfaat berbagai proposal. Seorang peneliti berorientasi pada keabsahan metode dan temuan penelitian untuk mendapatkan penilaian dari audiens.

      1. Analisis Audiens/Hadirin

Sifat audiens berpengaruh terhadap strategi untuk mencapai tujuan presentasi, karena itu, analisis audiens merupakan elemen penting yang perlu diperhatikan dalam persiapan presentasi. Yang perlu diperhatikan dalam analisis audiens adalah

  1. Jumlah dan Komposisi Audiens

    1. Memperkirakan jumlah audiens yang akan mengikuti presentasi

    2. Mengetahui latar belakang profesi dan agama.

    3. Menganalisis bauran pria dan wanita, tingkat usia, kelompok sosial dan etnis, serta tingkat ekonomi dan pekerjaan

  2. Kemungkinan Reaksi Audiens

    1. Menganalisis alasan audiens mengikuti presentasi

    2. Memastikan sikap audiens secara umum pada topik presentasi:

      1. Memastikan minat audiens (sangat tertarik, tertarik, atau tidak tertarik) pada topik presentasi.

      2. Meninjau reaksi audiens terhadap informasi yang sama dengan yang telah mereka dengar pada waktu yang lalu.

      3. Mengetahui bagian materi presentasi yang mungkin dapat menyebabkan kesulitan bagi audiens.

    3. Memprediksi respons audiens

      1. Mencatat manfaat yang diperoleh audiens dari pesan yang mereka dapatkan.

      2. Merumuskan ide yang paling mungkin mendapat reaksi positif dari audiens.

      3. Mengantisipasi kemungkinan timbulnya pertanyaan yang mencerminkan rasa keberatan audiens.

      4. Menganalisis hal-hal yang terburuk yang mungkin terjadi dan cara meresponsnya.

  3. Tingkat Pemahaman Audiens

    1. Mengetahui apakah audiens telah mengetahui sesuatu tentang pokok bahasan dalam presentasi.

      1. Mengetahui kesetaraan tingkat pengetahuan audiens.

      2. Mempertimbangkan pengetahuan audiens tentang kosa kata yang digunakan dalam presentasi.

    2. Memperkirakan tingkat kemampuan audiens untuk memahami pesan dalam presentasi.

    3. Mempertimbangkan bauran konsep umum dan rincian khusus yang akan diterangkan.

  4. Hubungan Audiens dengan Pembicara

    1. Menganalisis cara audiens bereaksi terhadap pembicara

    2. Mengetahui sikap audiens untuk dapat menjadi akrab, berpikir terbuka, atau kurang ramah terhadap maksud pembicara

    3. Mengetahui cara audiens memberi respons

      1. Mengetahui yang diinginkan audiens.

      2. Mempertimbangkan kemungkinan sikap audiens terhadap organisasi/lembaga yang diwakili oleh pembicara.

      1. Membuat Rencana Presentasi

Perencanaan komunikasi lisan tidak berbeda dari tulis, menetapkan ide pokok, menyusun pesan, membuat kerangka, memperkirakan jangka waktu, dan menetapkan gaya yang paling efektif. Pada setiap tahap, perencanaan didasarkan pada pengetahuan pembicara terhadap audiens.

      1. Menentukan Ide Pokok

Ide pokok atau tema presentasi dapat menunjukkan cara audiens mendapat manfaat dari presentasi. Untuk itu, perlu dicari kalimat yang menghubungkan pokok pembicaraan dengan tujuan pada kerangka referensi audiens, seperti slogan yang banyak digunakan dalam periklanan. Misalnya, Penataan kembali departemen data akan meningkatkan kualitas pelayanan pada tingkat biaya yang rendah.

      1. Menyusun Pesan

Penyusunan pesan dimulai dari gagasan pokok yang telah ditetapkan. Jika waktu yang tersedia singkat, materi harus diringkas. Jika pokok pesan tentang informasi rutin atau berita gembira, gunakan metode langsung. Bila pokok pesan tentang persuasi, gunakan metode tidak langsung.

Uraian presentasi terdiri atas tiga bagian, yaitu



          1. Pembukaan

Saat memulai presentasi, presenter harus menyiapkan audiens untuk siap menerima pesan yang akan disampaikan, juga harus mampu membangkitkan minat audiens. Cara yang dapat dilakukan ialah:

      1. Cerita human interest tentang pengalaman ringan yang menarik dan menyegarkan suasana.

      2. Mengungkapkan hal atau penyataan yang mengundang surprise.

      3. Memberikan data statistik yang mengejutkan.

      4. Menyisipkan humor yang sesuai.

      5. Mengutip pernyataan pakar yang terkenal.

      6. Jika mungkin, menampilkan film/gambar dengan multimedia (liquid crystal display atau LCD/infocus).

          1. Isi Presentasi

Presentasi dibagi ke dalam bagian-bagian yang berimbang, misalnya waktu, tempat, faktor, kombinasi. Setiap informasi dipresentasikan dalam hubungan dengan butir-butir yang penting dengan transisi.

          1. Kesimpulan

Pada akhir presentasi, pembicara menyajikan semua butir yang merupakan bagian penting presentasi dan mengakhiri dengan kesimpulan. Penutupan presentasi dapat disajikan dengan strategi berikut:

  1. Ungkapkan kembali pokok-pokok pembicaraan.

  2. Berikan ringkasan butir-butir inti pembicaraan.

  3. Berikan saran untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pokok-pokok presentasi.

  4. Ungkapkan suatu tantangan.

  5. Gunakan kutipan ringkasan.

      1. Menyiapkan Bahan Presentasi dengan Multi Media

Dalam era teknologi informasi ini, presentasi dengan multimedia sudah merupakan keharusan dan kebutuhan karena

  1. Presentasi akan lebih menarik, karena dapat membuat maneuver dalam memvariasikan teknik penyajian bahan termasuk melalui animasi.

  2. Penyaji dapat menghemat waktu karena dapat mengoreksi bahan sewaktu-waktu diperlukan.

  3. Penyaji dapat memberikan penekanan pada butir yang dikehendaki secara menarik.

  4. Penyaji diringankan dengan hanya membawa alat berupa flashdisk yang menampung bahan presentasi.

  5. Bahan presentasi dapat sangat ringkas yang dapat membantu peserta menangkap esensi bahan yang dibahas.

  6. Peserta dapat langsung merekam/menyalin/mengkopi bahan presentasi yang diperlukan.

Agar manfaat multi media dapat dinikmati, perlu disiapkan dengan baik, dengan langkah-langkah berikut:

  1. Tentukan butir-butir terpenting dari bahan yang dibahas, penyebutan butir hendaknya tidak terlalu singkat, tapi juga bukan elaborasi karena elaborasi akan disampaikan dalam lisan.

  2. Atur butir-butir agar alur penyajian runtut dan runut (koheren dan kohesif).

  3. Kerangka pikir perlu diungkapkan dalam bagan alir.

  4. Tulis semuanya dalam bingkai power point dengan ukuran huruf/gambar yang memadai.

  5. Pilihlah rancangan tayangan salindia (slide show) yang cocok (kontras warna sangat penting, begitu juga animasi).

  6. Ujicoba tayangan untuk memastikan bahan yang disajikan terbaca oleh peserta dalam ruangan yang tersedia. Dalam hal ini perlu dipastikan ukuran huruf dan kombinasi/kontras warna, jangan sampai dekorasi lebih menarik daripada butir bahasan.

  7. Cetak bahan untuk dipakai sebagai pegangan dalam penyajian.

      1. Membuat Ikhtisar

Sebuah ikhtisar yang baik merupakan keharusan dalam mempersiapkan pembicaraan. Siapkan catatan-catatan pada kartu terlebih dahulu, kemudian susun menurut tingkat kepentingan informasi.

  1. Membangkitkan dan Menarik Minat: Keberhasilan pembicaraan dalam sebuah presentasi ditentukan oleh sejauh mana pembicara mampu membangkitkan dan menarik minat audiens. Misalnya dengan menyisipkan cerita menarik, juga memberikan tekanan pada ide-ide baru, atau dengan pengalaman diri disertai berbagai contoh, serta menyajikan angka-angka statistik.

  2. Seni Berbicara: Pembicaraan akan lebih menarik jika dilakukan tanpa teks sehingga pembicara leluasa mengolah kata dengan tidak formal. Namun, tidak semua pembicaraan dapat dilakukan tanpa teks. Apa pun metode yang digunakan hendaknya diupayakan berbicara dengan wajar bukan membaca atau berdeklamasi. Dalam hal ini diperlukan ikhtisar sebagai panduan.

  3. Memperkirakan Waktu: Pembicara harus menyesuaikan materi dengan alokasi waktu yang tersedia. Ikhtisar dapat membantu memperkirakan lama berbicara. Kemampuan rata-rata seorang pembicara ialah 125 sampai 150 kata per menit atau 7.500 – 9.000 kata per jam.

  4. Menetapkan Gaya Presentasi: Gaya informal dengan nada percakapan, untuk memotivasi peserta, dapat digunakan dalam ruang rapat yang melingkari meja dengan jumlah peserta yang terbatas. Dapat menggunakan alat bantu visual yang sederhana dan memberi kesempatan peserta untuk berbicara. Jika presentasi disampaikan dalam ruang dan jumlah peserta yang besar, digunakan gaya formal. Gaya disesuaikan dengan event, jumlah audiens, pokok presentasi, tujuan, anggaran, dan waktu. Pada presentasi formal, pembicara biasanya berdiri di atas panggung/podium dan menggunakan pengeras suara, serta menggunakan peralatan multimedia yang mutakhir.

      1. Tahap Pengembangan Presentasi

Presentasi memberikan dua faktor yang bersamaan yaitu kesempatan sekaligus tantangan. Kesempatan terjadi pada interaksi dengan audiens sehingga pembicara dapat menerima maupun menyampaikan informasi, dan dapat menyesuaikan isi dengan perkembangan situasi; menyunting atau membuat lebih jelas presentasi yang disampaikan. Pembicara juga dapat memanfaatkan ide audiens untuk mencapai kesimpulan yang dapat diterima kedua belah pihak. Tantangannya ialah pembicara harus mempersiapkan bahan dengan cermat, seperti berikut ini.

    1. Pembukaan

Bagian ini berfungsi menarik perhatian audiens agar bersedia mendengarkan. Pembukaan perlu disusun secara kreatif, misalnya menerangkan tujuan dan pengembangan presentasi, analisis audiens. Pembicara sering mengabaikan bagian ini karena yang dipikirkan adalah materi presentasi. Berbicara di depan audiens tidak berbeda dengan berkomunikasi tatap muka secara pribadi, kesan pertama begitu menggoda, setelah itu terserah Anda. Dengan demikian, kesempatan awal berkomunikasi dapat berpengaruh positif atau negatif pada proses selanjutnya.

    1. Bagian Inti Presentasi

Volume presentasi dibatasi tiga sampai empat pokok bahasan untuk memastikan susunan presentasi yang jelas, cara penyampaian yang menarik, dan kecukupan waktu.

  1. Merangkai ide, ditentukan oleh kata-kata yang menghubungkan bagian ide dan ide. Kalimat pendek dan paragraf ringkas dirangkaikan dengan kata penghubung. Untuk merangkaikan antarparagraf digunakan kalimat lengkap, misalnya Karena kita telah memahami permasalahannya, sekarang kita perhatikan solusinya. Setiap peralihan topik perlu mendapat penekanan, misalnya dengan meringkas pokok yang telah disampaikan kemudian menyampaikan pokok berikutnya.

  2. Mengikat perhatian audiens, usaha presenter untuk mengikat perhatian audiens, dapat dilakukan dengan cara

    1. Menghubungkan pokok presentasi dengan kebutuhan audiens. Setiap orang akan tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan pribadinya maka rencanakan tiap pokok bahasan agar dipandang penting dan bernilai oleh audiens.

    2. Menggunakan bahasa yang baik dan pengucapan yang jelas. Orang akan cepat bosan jika tidak dapat memahami pembicaraan, kaitkan materi dengan kenyataan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, kalimat pendek, dan contoh konkret.

    3. Menerangkan hubungan antara pokok presentasi dengan ide-ide yang mudah dipahami, dengan sesuatu yang telah dipahami/familier sehingga audiens mengingat hal yang dikemukakan presenter.

    4. Cara lain ialah dengan melibatkan audiens dengan meminta pendapat atau memberikan pertanyaan. Umpan balik audiens akan membantu presenter mengetahui pemahaman audiens sebelum beralih pada pokok berikutnya. Di sini juga memberi kesempatan kepada audiens untuk beralih dari pendengar menjadi pembicara (dadakan dan sementara). Alat bantu visual sangat membangkitkan minat audiens.

    1. Penutup

Menutup tidak kalah penting dengan membuka presentasi karena konsentrasi audiens tertuju pada bagian ini. Sediakan waktu sepuluh menit untuk menyampaikan kesimpulan. Perlu diberitahukan bahwa pembicaraan telah hampir berakhir agar audiens mendengarkan dengan cermat.

    1. Waktu Tanya Jawab

Kesempatan tanya jawab perlu disiapkan bersama dengan pembukaan, bagian inti, dan penutup, juga perlu diperhatikan sifat presentasi, waktu yang tersedia. Tanggapan yang diberikan atas tanggapan audiens selama presentasi berlangsung dapat mengganggu arus pembicaraan. Tapi setiap tanggapan dari audiens merupakan peluang dalam memperoleh informasi penting.

    1. Sarana Pendukung Presentasi

Walaupun penyajian presentasi yang terbaik dengan dukungan multimedia, tetapi jika diperlukan masih ada cara lain. Selain materi/naskah, diperlukank alat bantu lain demi keberhasilan presentasi. Berdasarkan penelitian, orang dapat mengingat 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, dan 50% dari yang dilihat dan didengar. Alat bantu visual yang biasa digunakan ialah:

  1. Handout: lembaran kertas yang berisi ringkasan, kerangka, abstrak, laporan tertulis atau materi tambahan seperti tabel dan grafik. Handout dapat digunakan untuk mengingat pembicaraan dan ide-ide presentasi, juga dijadikan referensi dalam mengikuti presentasi.

  2. Papan tulis: digunakan dalam kelompok kecil peserta, untuk menguraikan ide sambil berbicara dengan tetap memandang audiens.

  3. Flip Charts: adalah lembaran kertas yang ditempelkan pada sebuah papan penyangga. Alat bantu ini digunakan untuk menjelaskan pokok presentasi yang berupa garis besar ikhtisar seperti grafik atau diagram dengan menuliskan langsung pada kertas dengan spidol aneka warna.

  4. Transparansi/kertas tembus cahaya: banyak digunakan pada presentasi bisnis dan akademis untuk menyajikan berbagai ilustrasi dengan overhead projector (OHP). Transparansi dapat dibuat di atas plastik khusus dengan spidol, fotokopi, atau printout komputer. Informasi dalam satu lembar jangan terlalu rumit.

  5. Slide: dapat menampilkan informasi dalam bentuk foto tanpa harus banyak dikomentari. Menggunakan slide perlu dibantu oleh operator yang mampu mengkoordinir antara slide dan pembicaraan. Juga perlu diperiksa apakah alat dapat digunakan dengan baik.

  6. LCD (Liquid Crystal Display) atau infocus (multimedia) adalah media informasi dengan teknologi tinggi yang diatur dari komputer. Dengan alat ini informasi dalam bentuk apa pun dapat disampaikan dengan lengkap, lebih-lebih dengan menggunakan fasilitas hyperlink yang dapat dikonfigurasikan dengan power point. Sekarang, setiap presenter dituntut terampil membuat dan menggunakan teknik ini dalam setiap presentasi.

      1. Menguasai Teknik dan Seni Presentasi

Bisa ala biasa, biasa ala dipaksa, demikian kata pepatah lama maka untuk keberhasilan presentasi perlu latihan yang cukup, terlebih bagi yang belum berpengalaman berhadapan dengan publik. Penggunaan teknik dan seni presentasi harus disesuaikan dengan karakter hadirin, bukan hadirin yang harus menyesuaikan dengan presenter. Misalnya dalam presentasi bisnis ada pernyataan demikian:

Membenarkan dengan fakta, membeli dengan uang.

Membenarkan dengan kondisi bisnis, membeli dengan kondisi pribadi.

Membenarkan dengan logika, membeli dengan emosi.

Latihan yang dilakukan setelah semua rencana presentasi dan alat bantunya disiapkan, dapat dilakukan dengan cara berikut.



    1. Menghafal, seluruh kata dalam naskah presentasi, hampir tidak mungkin apalagi naskah yang cukup panjang. Sebaiknya menghafal bagian pendahuluan saja.

    2. Membaca, dilakukan jika materi bersifat kompleks dan teknis. Latihan diperlukan untuk menjaga kontak dengan audiens. Membaca naskah perlu memperhatikan nada dan irama bicara; degnan mengatur nafas dan isyarat gerak tangan, bahkan mimik.

    3. menggunakan catatan, dalam bentuk ikhtisar adalah cara yang paling efektif dan mudah karena akan memberi kontak banyak yang cukup banyak dengan hadirin. Jika hadirin menampakkan mimik bertanya-tanya, pembicara dapat langsung meresponsnya.

      1. Mempersiapkan Presentasi

Untuk meraih sukses presentasi, pembicara harus menyiapkan baik materi maupun persiapan kepribadian/diri. Untuk menjaga hubungan dengan hadirin, presenter yang bijak menggunakan bahasa tubuh sebagai alat komunikasi verbalnya. Bahasa nonverbal degnan menggunakan pandangan, senyuman, sikap tubuh, dan sikap yang bersahaja lebih efektif menarik simpati hadirin. Sebagai persiapan presentasi, perhatikan hal-hal berikut

  1. Tidak menampakkan perasaan gugup dengan tetap percaya diri karena semua materi presentasi telah disiapkan dengan cermat.

  2. Mengatur volume suara, jangan terlalu pelan atau terlalu keras, jangan terlalu cepat atau terlalu lambat.

  3. Menjaga posisi kepala untuk tetap tegak, posisi ini akan membantu memproyeksikan suara yang baik dan menjangkau audiens.

  4. Menggunakan nada percakapan, presentasi bukanlah orasi. Suara pembicara harus mencerminkan kehangatan, enak untuk didengar, dan bersahabat. Jangan bernada marah, mengkritik, dan kasar karena suasana akan rusak.

  5. Memandang ke arah audiens, akan menciptakan suasana senang pada hadirin karena merasa diperhatikan. Lontarkan pandangan ke tengah, kemudian ke sebelah kanan, dan sebelah kiri. Selanjutnya, pandangan dipersempit sehingga pembicara dapat melihat ekspresi wajah setiap hadirin.

  6. Berdiri tegak dengan tenang; gaya berdiri dan gerakan tangan dapat membantu, atau bahkan sebaliknya dapat mengganggu presentasi. Jika mungkin pembicara dapat berdiri di balik podium dan meletakkan catatan di atasnya. Cara ini untuk menyembunyikan rasa gugup yang terlihat pada gemetar kertas yang dipegangnya. Jika situasi telah dikuasai (biasanya setelah lima menit), pembicara dapat maju ke depan podium bahkan mendekati hadirin untuk menciptakan suasana akrab.

  7. Menghindari kebiasaan buruk; misalnya membasahi bibir dengan ujung lidah, membersihkan hidung dengan ujung jari, dan bersendawa akan merusak suasana dan menurunkan kredibilitas pembicara.

  8. Gunakan durasi waktu sebatas yang diberikan; acara yang menampilkan beberapa pembicara, waktu diperhitungkan dengan cermat hingga akhir acara. Pembicara yang melampaui durasi yang diberikan akan memaksa pembicara selanjutnya untuk menyingkat pembicaraan dan memberi kesan sombong bahwa ialah yang terpenting. Untuk menghindari kemungkinan melewati waktu yang diberikan, mintalah kepada penyelenggara (moderator) untuk memberi peringatan pada menit-menit terakhir.

  9. Memperhatikan reaksi audiens, jika hadirin menampakkan tanda-tanda kebosanan tandanya pembicara harus memberikan jeda yang menyegarkan dengan lelucon atau anekdot yang cerdas. Jika audiens letih karena acara terlambat, ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu berikan gaya presentasi yang menarik dan meringkas pembicaraan sebatas materi yang penting.

      1. Presenter yang Baik

Pembicara yang baik adalah yang memahami kemauan audiens maka presentasi harus selalu berorientasi pada audiens. Berikut kriteria pembicara yang baik.

  1. Mempunyai wawasan, ia mengetahui dengan tepat kekurangan dan kelebihan pada dirinya.

  2. Dapat mengetahui dan mengenal audiens serta menunjukkan kepedulian terhadap pihak yang telah memberi kesempatan untuk presentasi.

  3. Percaya bahwa audiens sedang melakukan pekerjaan yang penting dan beralasan untuk mengikuti presentasi.

  4. Senantiasa berlatih agar mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kebutuhan informasi di pihak audiens serta bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan audiens.

  5. Menganggap penyajian presentasinya sebagai prestasi; ia harus berusaha menarik perhatian pada pembicaraan, mampu memahami sikap audiens maka ia harus menciptakan suasana yang menyenangkan agar audiens dapat mengikuti gagasan-gagasan yang diuraikannya.

  6. Dapat menerima kritik atau analisis purna-presentasi tentang berbagai hal berkenaan dengan presentasi, misalnya gerak tubuh, gaya bicara, kefasihan berbahasa, dan penguasaan materi.

    1. Berpidato atau Orasi Ilmiah

Sebagai insan terpelajar, mahasiswa dituntut memiliki kinerja yang memuaskan dalam semua aspek kehidupan, baik di kampus maupun di tengah masyarakat. Apalagi setelah menyandang gelar kesarjanaan, tuntutan ini semakin kuat. Tuntutan ini sangatlah wajar, maka mahasiswa wajib memenuhinya. Selain mampu menulis ragam karya ilmiah dan mempresentasikannya dengan baik, mahasiswa juga dituntut mampu berpidato karena dengan kemampuan berpidato/orasi, mahasiswa dapat menunjukkan kualitasnya sebagai insan terpelajar.

      1. Yüklə 0,7 Mb.

        Dostları ilə paylaş:
1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   15




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin