Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Dari paragraf jenis ini diharapkan para pembaca dapat memahami hal atau objek itu dengan sejelas-jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan, paragraf eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya. Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf eksposisi, yakni dengan cara proses, sebab dan akibat, serta ilustrasi.
-
Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut;
1.Penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2.Penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3.Penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
Contoh:
Pohon anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah. Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.
-
Pola Sebab Akibat
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik: akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
Contoh:
Jalan kebon...lalulintas.80
-
Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman-pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
Contoh:
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak mengalami imbas krisis ekonomi sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbu 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sektor pertanian merosot dari tahun ke tahun.
-
Paragraf Argumentasi
Argumen bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti ‘pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan’. Dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan.
Dalam beberapa hal memang terdapat beberapa persamaan antara paragraf-paragraf eksposisi, yang telah kita pelajari terdahulu, dengan paragraf argumentasi. Persamaan tersebut, antara lain, bahwa kedua jenis paragraf tersebut sama-sama memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Namun demikian, terdapat pula perbedaan yang mencolok antara keduanya.
Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan antara paragraf eksposisi dan argumentasi adalah sebagai berikut;
-
Persamaan
-
Argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan kita.
-
Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas dengan angka, peta, grafik, diagram, gambar, dan lain-lainnya.
-
Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan analisis dan sintesis dalam pembahasannya.
-
Argumentasi dan eksposisi sama-sama menggali idenya dari:
-
pengalaman,
-
pengamatan dan penelitian,
-
sikap dan keyakinan.
-
Perbedaan
-
Tujuan eksposisi hanya menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya. Argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap dan keyakinan kita benar.
-
Eksposisi menggunakan contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan. Argumentasi memberi contoh, grafik, dan lain-lainnya itu untuk membuktikan bahwa sesuatu yang kita kemukakan itu benar.
-
Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
-
Penutup pada akhir argumentasi biasanya berupa kesimpulan atas sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
Contoh:
Mengembangkan hubungan positif dengan orang lain sebenarnya bertujuan pada satu hal: Anda harus menjadi seorang pengamat manusia. Bila Anda benar-benar mampu mengerti manusia atau orang, tahu akan ketakutan, harapan dan impian mereka, maka Anda akan memiliki kemampuan mengembangkan hubungan tersebut. Bicaralah dengan orang-orang. Dengarkanlah keinginan hati mereka. Amatilah mereka dan pelajarilah cara mereka berpikir. Tentu saja Anda harus membaca buku dan mendengarkan pita kaset-raihlah apa yang Anda peroleh dari kebijakan orang lain-namun jangan abaikan bergaul dengan orang lain dan pelajarilah tabiat mereka. Ini adalah satu gaya hidup yang harus dikembangkan, bukan satu studi ilmiah.
Dalam paragraf tersebut penulis mengemukakan sejumlah pendapat, antara lain bahwa kita (pembaca) harus menjadi seorang pengamat manusia. Untuk meyakinkan pembaca atas argumennya itu, penulis mengemukakan sejumlah alasan, bahwa dengan menjadi seorang pengamat manusia, kita akan memiliki kemampuan dalam mengembangkan hubungan positif dengan orang lain.81
Paragraf dapat pula dikembangkan dengan cara pertentangan, perbandingan, analogi, contoh, sebab akibat, definisi, dan klasifikasi.
1.Cara Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
HUKUM INDONESIA
“Orde 1998-2006” atau orde politik Indonesia kini jauh berbeda dari “orde 1967-1998”. Ini menyebabkan kehidupan dan penegakan hukum dalam kedua periode itu juga berbeda besar. Orde pemerintahan Soeharto memiliki kecenderungan kuat ke arah sentralisme, otoriter, dan represif. Kekuasaan politik dengan efisien dan efektif mengendalikan kekuasaan publik, baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Meski peraturan yang membolehkan campur tangan presiden ke dalam pengadilan dicabut dalam periode itu, tetapi pencabutan itu tidak dapat menahan kekuatan politik Soeharto untuk mencampuri urusan pengadilan. Sejak 1998, orde politik disebut reformasi bertolak belakang dengan watak orde sebelumnya.
2.Cara Perbandingan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan biasanya menggunakan ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, kan tetapi, sedangkan,dan sementara itu.
Perhatikan contoh berikut.
Seruan “Kiri!” seorang penumpang angkot untuk turun dari mobil yang ditumpanginya, misalnya di Bandung, mungkin tidak lazim di beberapa daerah lain seperti Manado, Gorontalo, dan Malaysia, yang membuat para penumpang serempak menengok ke kiri. Seperti halnya di Bandung, di Jakarta juga menggunakan seruan “Kiri!” untuk menghentikan angkot. Akan tetapi, di Manado kata yang diserukan yaitu “Muka”. Sementara itu, seruan “Minggir!” lazim digunakan di daerah Lampung untuk menandakan penumpang yang akan berhenti. Lain halnya dengan di Padang, meskipun penumpang yang turun lebih dari satu atau mungkin seluruh penumpang, kata seruan yang digunakan “Siko Cieh!” yang berarti “Di sini satu!”82 (Mulyana, 2000:259).dicek lagi
3.Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang telah dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya, pengembangan analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan.
Contoh pengembangan cara analogi
“Dalam persoalan Poso kita memang diingatkan bahwa penanganannya tidaklah mudah. Ibaratnya kita diminta untuk memegang telur. Kalau terlalu keras memegangnya, telur itu akan pecah, tetapi kalau terlalu longgar juga akan pecah karena akan terlepas dari tangan. Kita harus menanganinya secara tepat dan harus menjadi perhatian kita bersama janganlah masalah ini membuat kita sebagai bangsa menjadi pecah. Kasihan para pahlawan dan mereka yang berharap masa depan (Kompas, 2006:6).”
4.Cara Contoh-contoh
Kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain-lain adalah ungkapan-ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan paragraf dengan contoh.
Selain tipe introvert, sifat manusia adalah ekstrover. Tipe ekstrover adalah orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain, dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe ekstrover memiliki sifat-sifat tertentu, contohnya berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah tamah, penggembira, mudah mempengaruhi, dan mudah dipengaruhi oleh orang lain (Purwanto, 1984:147).
5.Cara Sebab Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.
Berikut contohnya.
“Seharusnya Indonesia telah menerapkan Negara kesejahteraan sejak awal kemerdekaan. Program Jamsostek baru dimulai pada 1976 sehingga Indonesia tertinggal membentuk tabungan nasional. Padahal, Malaysia sudah memulainya sejak 1959. Akibatnya, saat krisis melanda Asia pada 1997/1998, Indonesia paling sulit untuk bangkit lagi. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan reformasi penyelenggaraan program jaminan sosial.”
6.Cara Definisi
Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah kata-kata yang digunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara definisi. Kata adalah biasanya digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata benda, yaitu digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata kerja atau sifat. Jika akan menjelaskan sinonim suatu hal, kata ialah yang digunakan dan jika akan mendefinisikan pengertian rupa dan wujud, kata merupakan yang dipakai. Contoh pengembangan paragraf dengan cara definisi adalah
Apakah psikologi itu? R.S. Woodworth berpendapat, “Psikologi adalah ilmu jiwa.”, sedangkan menurut Crow dan Crow “Psikologi adalah kejiwaan manusia dalam berinteraksi dengan dunia sekitarnya.”. Sementara itu, Santian mengemukakan bahwa psikologi merupakan perwujudan tingkah laku manusia.
7.Cara Klasifikasi
Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan cirri-ciri tertentu. Kata-kata atau ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.
Penyelidikan tentang temperamen dan watak manusia telah dilakukan sejak dahulu kala. Hippo Crates dan Galenus mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuhnya. Empat golongan tersebut yaitu sanguistis (banyak darah) yang sifatnya periang, gembira, optimis, dan lekas berubah-ubah. Kemudian kolerisi (banyak empedu kuning) adalah manusia yang memiliki sifat garang, hebat, lekas marah, dan agresif. Selanjutnya, flogmatis (banyak lendirnya) adalah manusia yang sifatnya tenang, tidak mudah berubah dan lamban. Terakhir, melankolis (banyak empedu hitam) memiliki sifat muram, tidak gembira, dan pesimis.
-
Penalaran dalam Karangan
Di dalam karangan paparan dan persuasi peranan logika sangat penting. Logika artinya bernalar; penalaran (reasoning) ialah proses pengambilan kesimpulan (conclusion, inference) dari bahan bukti atau petunjuk (evidence), ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk.83 Dengan demikian, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik suatu kesimpulan.84
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat digunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan.
Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi. Kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi disebut term.
Contoh:
Semua tebu manis.
Semua tebu adalah term
Manis adalah term
Term dan proposisi mempunyai hubungan yang erat. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat.
Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak dapat disebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Kalimat berikut ini bukan proposisi.
-
Bangsa burungkah ayam?
-
Mudah-mudahan Indonesia menjadi negara makmur.
-
Berdirilah kamu di pinggir pantai.
Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi sebagai berikut.
-
Ayam adalah burung.
-
Indonesia menjadi negara makmur.
-
Kamu berdiri di pinggir pantai.
Dari uraian di atas ini dapat dikatakan bahwa proposisi itu harus terdiri atas subjek dan predikat yang masing-masing dapat diwujudkan dalam kelompoknya sehingga dapat dilihat hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat.
Secara umum ada dua jalan untuk mengambil kesimpulan: lewat deduksi dan lewat induksi.
-
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif…..85Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum daripada proposisi tempat menarik simpulan itu. proposisi tempat menarik simpulan itu disebut premis.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Misalnya:
-
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
-
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
-
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
-
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
-
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
Tidak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pun yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
-
Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah pada silogisme di atas adalah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan).
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut.
-
Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh:
Semua atlet harus giat berlatih.
Eko adalah seorang atlet.
Ekoe harus giat berlatih.
Term mayor = Eko
Term minor = harus giat berlatih
Term penengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu gambar, menempel di dinding, dan menempel di tiang.
Oleh sebab itu, di sini tidak dapat ditarik simpulan.
-
Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
-
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
-
Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajahpun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
-
Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
-
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai adalah orang jujur.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
-
Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
-
Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah bijaksana
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
-
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
-
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.
-
Entimen
sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.
-
Dostları ilə paylaş: |