Duhai Ukhti Duhai Istri Sholehah Aku Ingin Sepertimu


Top of Form Bottom of Form



Yüklə 364,27 Kb.
səhifə5/7
tarix26.07.2018
ölçüsü364,27 Kb.
#58424
1   2   3   4   5   6   7

Top of Form

Bottom of Form

Bekas Paku

Seorang ayah memiliki anak yang pemarah, dia sering sekali menasehati anaknya untuk menahan amarah dan bersabar. selain itu, si anak juga harus minta maaf kepada mereka yang kena amarahnya. Sang ayah memberi paku dan palu, dia berpesan pada anaknya agar menancapkan paku tersebut di pagar setiap marah pada orang dan mencabut paku tersebut setelah dia meminta maaf. Selang sebulan si anak dengan bangganya pamer kepada ayahnya, ” Lihat Ayah, aku sudah minta maaf setelah marah-marah”


Segera ayahnya menjawab ” Bagus anakku, tapi lihatlah bekas paku yang ada…meski kamu sudah minta maaf dan dimaafkan, tapi tetap meninggalkan bekas luka di hati orang lain. Oleh karena itu, lebih baik kamu menahan marah dan bersabar”


http://1.1.1.2/bmi/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs439.snc3/25244_109665815737038_103134439723509_73041_7608183_n.jpg

Top of Form

Jangan Takut Menjadi "Orang Aneh"

http://1.1.1.4/bmi/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs419.snc3/25244_109981022372184_103134439723509_73766_4986082_n.jpg


Dari sekian lama perjalanan usia kita, mungkin kita pernah mengalami suatu hal yang “aneh” yang kita anggap sebagai sebuah pembelajaran untuk masyarakat kita pada umumnya. Ya, mungkin kita pernah pergi ke sebuah masjid dengan maksud ingin menunaikan shalat maghrib berjamaah dengan penampilan yang sangat rapi. Bagi yang laki-laki, mengenakan kain sarung, baju koko, dan peci. Bagi yang perempuan mungkin mengenakan pakaian muslimah beserta kerudung dan mukena yang ia bawa. Lantas di tengah jalan, kita bertemu dengan seseorang yang dengan enaknya berujar pada kita, “Aduh, tumben nih rapi banget. Kayak Pak Ustadz/Bu Ustadzah. Emang mau kemana sih?”

Mungkin awalnya kita biasa saja dalam menyikapi hal tersebut karena bisa jadi orang yang menegur kita itu tetangga kita, namun menjadi sesuatu yang lain rasanya ketika dikaitkan dengan ucapan Pak Ustadz/Bu Ustadzah. Kenapa orang yang hendak pergi ke masjid dengan berpakaian rapi dan memang sudah seharusnya seperti itu dikatakan ‘tumben’? Kenapa justru orang yang sedang jalan-jalan sore sambil mengasuh anaknya ditengah kumandang adzan menjadi biasa-biasa saja?

Ya, orang yang pergi ke masjid akan terasa “aneh” dan “asing” ketika orang-orang justru tengah asyik menonton tayangan sinetron atau menyaksikan pertandingan bola. Orang yang pergi ke masjid akan terasa “aneh” bin “asing” ketika melalui kerumunan orang banyak yang sedang mengobrol ngalor ngidul seolah ingin menyaingi suara adzan yang menggema. Dan orang yang pergi ke masjid akan terasa “aneh” binti “asing” ketika orang lain justru tengah sibuk dengan hal-hal keduniawian mereka.

Mungkin kita akan lebih sering menemukan keanehan-keanehan dan rasa keterasingan diri yang lain, disekitar kita. Coba saja ketika kita datang ke kantor. Sebelum memulai aktivitas kerja, kita sempatkan diri untuk melaksanakan shalat dhuha. Pasti akan terasa “aneh” tatkala karyawan-karyawan yang lain tengah sibuk menghabiskan sarapan, kopi, atau hanya sekedar membaca koran pagi sambil ngobrol.

Ketika adzan zuhur atau ashar berkumandang, cobalah kita menunaikan kewajiban itu tepat waktu atau di awal waktu. Pasti akan terasa “aneh” sebab masjid atau mushalla masih kosong karena teman-teman kita biasa shalat di akhir waktu.

Ba’da menunaikan shalat, cobalah kita berdzikir atau membaca selembar dua lembar ayat Al Qur’an, pasti akan terasa sangat “aneh” ditengah dengkuran orang-orang yang tertidur pulas di masjid atau mushalla. Dan akan makin terasa “aneh” dan “terasing” kala kita ingin menunaikan waktu shalat kita di masjid, malah justru lampu masjid nya sudah di matikan agar orang-orang yang tertidur disana tidak terganggu dengan silaunya lampu masjid.

Kita yang ingin shalat di masjid jadi serasa “numpang” di tempat orang yang tidur. Bukan sebaliknya, orang yang tidur itu justru numpang di tempat orang shalat. Aneh bukan? Cobalah pekan ini anda shalat Jum’at lebih awal. Pasti akan terasa “aneh” karena masjid masih kosong dan baru akan terisi penuh jika khutbah kedua akan selesai. (Realita di luar Ramadhan, entah kalau di bulan Ramadhan).

Masih banyak keanehan dan keterasingan kita lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang “aneh” selama keanehan kita itu sesuai dengan tuntunan agama dan norma syariat yang benar. Jangan takut merasa “aneh” jika kita shalat tepat waktu sementara yang lain shalat di akhir waktu sebab shalat adalah kewajiban yang memang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang yang beriman.. Jangan merasa asing menjadi orang “aneh” jika kita melakukan shalat dhuha dikantor sementara yang lain tengah asyik menyantap sarapan paginya sebab itulah yang terbaik. Jangan merasa “terasing” jika anda berada di shaf terdepan ketika shalat Jum’at karena perintahnya pun bersegeralah.

Jangan takut dianggap sok tahu dan sok alim ketika kita sering mengirimkan artikel-artikel islami yang sarat makna sebab memang itu yang diperintahkan oleh Allah dalam surat Al Ashr [103:3] “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (AL 'ASHR (MASA) ayat 3). Toh banyak orang yang saling berkirim artikel-artikel yang hanya berisi humor atau sekedar candaan belaka, mereka biasa-biasa saja, kenapa kita harus merasa “aneh” dan tak enak hati untuk mengirim artikel-artikel islami? Mutiara akan tetap menjadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Dan sampah pun tidak akan pernah menjadi emas walaupun berasal dari istana sekalipun.

Tetap lakukan “keanehan dan keterasingan” kita yang dituntunkan oleh syariat dan manhaj Islam. Kenakan jilbab dengan penuh keistiqomahan, meskipun itu akan terasa sangat aneh ditengah orang-orang yang berpakaian seksi dan mengumbar aurat.

Jangan takut dan cemas mengatakan perkataan yang baik dan benar yang berasal dari Al Qur’an dan Al Hadits meskipun akan terasa sangat aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral.

Kesimpulannya, jangan pernah takut menjadi “orang aneh” atau “manusia langka” atau “manusia asing” jika memang keanehan di mata mereka yang kita lakukan bisa menyelamatkan kita di hari akhir.

Selamat menjadi orang aneh yang sesuai dengan syariat dan manhaj Islam…. :-)
Top of Form

Bottom of Form

Tips Mengelola Virus CINTA Yang Baik

funny (5).jpg

Seringkali kita merasa tabu untuk membicarakan ‘Cinta’. Entah karena tak pantas, atau memang persepsi mayoritas orang yang membuat tabu akan hal itu. Tapi kali ini, saya akan coba membahas hal itu dari sudut pandang yang berbeda. Di suatu waktu, pernah seorang sahabat di facebook berkomentar pada saya, “Ukhti, coba anti yang membahas tentang cinta yang terpendam / cinta yang bertepuk sebelah tangan”. Wow !!! menjadi sebuah tantangan nih buat saya. Ok, saat ini saya akan coba membahasnya.

Sebenarnya jatuh cinta dengan lawan jenis itu hukumnya apa sih? Islam tidak mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri manusia. Akan tetapi, cinta itu harus dijaga dan dilindungi dari kehinaan dan kekotoran. Cinta pada lawan jenis bukan sesuatu yang kotor. Bahkan ia sesuatu yang suci. Dan pernikahan adalah “bingkai” yang dapat menjaga kesucian itu. Cinta tidak haram dan tetap terjaga kesuciannya selama tidak menimbulkan kemaksiatan pada Allah. Inilah yang harus digarisbawahi karena seringkali dengan dalih cinta, namun menghalalkan apa-apa yang Allah haramkan.

Pernikahan adalah solusi mutlak bagi dua insan yang tengah jatuh cinta. Tapi hal itu tidak terlepas dari kesiapan fisik, mental, dan materi dalam menuju gerbang pernikahan. Jika kedua belah pihak masing-masing sudah mapan dan siap, sebaiknya jangan pakai ditunda-tunda lagi sebab kebaikan haruslah disegerakan.

Seorang antropolog asal AS, Helen Fischer, menemukan kesimpulan yang amat “berani”. Setelah melakukan penelitian selama beberapa tahun, ia menyatakan bahwa cinta itu tak abadi. Daya tahan cinta hanya 4 tahun saja. Ia menemukan betapa kasus perceraian mencapai puncaknya ketika usia pernikahan mencapai usia 4 tahun. Kalaupun masa 4 tahun itu terlewati, kemungkinan itu berkat hadirnya anak kedua. Kalau mau main hitung2 an, rasanya seru juga. Misal, masa pacaran telah dilalui 3 tahun, berarti kesempatan untuk bisa mempertahankan gelora cinta hanya ada di tahun pertama pernikahan. Lalu apa yang terjadi ketika masa pernikahan menginjak tahun kedua, ketiga, dan seterusnya? Cuma ada sisa-sisa / bahkan punah sama sekali. Lalu bagaimana dengan mereka yang mengalami masa pacaran lebih dari 6 tahun?

Maka dari itu saya tekankan bagi mereka yang sudah mapan dan siap, bersegeralah untuk menikah dan jangan ditunda-tunda lagi. Hal ini untuk menghindari hilangnya gelora cinta bila yang dilakukan hanya pacaran bertahun-tahun tanpa ada realisasinya dalam wujud pernikahan. Makanya tak jarang orang-orang yang sudah melakukan pacaran selama bertahun-tahun, hubungan mereka kandas ditengah jalan karena mungkin dari masing2 mereka sudah jenuh dengan pasangannya (gelora cintanya sudah hilang) dan memutuskan untuk mencari pasangan yang lain. Juga karena sesuatu yang belum halal, secara paksa telah mereka rasakan.

Lalu bagaimana bagi mereka yang hanya bisa memendam cintanya dalam diam, dalam hati, cinta terpendam, atau bertepuk sebelah tangan? Mungkin hal ini yang masih belum bisa disikapi secara baik oleh masing2 kita. Banyak yang merealisasikan perasaan cinta itu dengan menjalin hubungan tanpa status alias pacaran. Padahal mungkin masing2 kita tahu bahwa dalam berpacaran, banyak hal-hal haram yang justru dihalalkan dengan cara pemaksaan.

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra: 32).

“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. Sabdanya : "Nasib anak Adam mengenai zina telah ditetapkan. Tidak mustahil dia pernah melakukannya. Dua mata, zinanya memandang. Dua telinga, zinanya mendengar. Lidah, zinanya berkata. Tangan zinanya memegang. Kaki, zinanya melangkah. Hati, zinanya ingin dan rindu, sedangkan faraj (kemaluan) hanya mengikuti atau tidak mengikuti." (Hadits Shahih Muslim No. 2282)

Lalu, ada tidak sih pacaran yang islami? Jelas tidak. Pacaran itu bid’ah (mengada-ada), jadi tidak ada istilah pacaran islami. Terlepas dari alasan karena Allah / tidak, pacaran tetap diharamkan karena tidak merujuk pada syariat Islam. Khawatir jika pacaran ada embel-embel islaminya, maka judi pun juga bisa ditambahkan embel-embel islami oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Jadi apa yang harus dilakukan bagi mereka yang “katanya” jatuh cinta, namun belum saatnya / tidak bisa memiliki? Hal ini sebenarnya susah-susah gampang, tergantung dari masing-masing kita apakah berniat untuk menjalankannya atau tidak.

Pertama, bila hasrat cintanya sudah menggebu, sebaiknya dia menindaklanjuti ke jenjang pernikahan. Kedua, jika belum mampu, sebaiknya dia berusaha melupakan “pujaan hatinya” itu dan senantiasa menyibukan diri untuk melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat. Dia harus merahasiakan cintanya, menahan diri, dan tetap bersabar. Bahkan Rasulullah dalam sebuah haditsnya menganjurkan untuk berpuasa.



Belajar dari pengalaman, ada beberapa tips yang bisa dilakukan bagi kalian yang terjebak dalam kasus ini, namun belum mampu untuk merealisasikannya ke jenjang pernikahan.
1) Niatkan dalam diri bahwa kita mampu melupakan si dia. Bukan karena kita tidak boleh jatuh cinta, namun karena adanya dia di hati kita, membuat cinta kepada-Nya menjadi terduakan / terlalaikan. Banyak aktivitas kita yang terganggu karenanya.
2) Sibukkan diri dengan hal-hal positif yang bisa mengalihkan perhatian kita dari hanya memikirkannya.
3) Hindari sebisa mungkin hal-hal yang berhubungan dengannya. Baik interaksi secara langsung dengannya atau hanya sekedar mencari tahu kabarnya dari teman. Bukan bermaksud untuk memutus silaturrahim, tapi lebih kepada menjaga jarak dengannya. Mungkin mengikuti setiap perkembangan kabar dan berita dari si dia bisa membuat kita senang. Tapi ada yang perlu diingat, bila hal itu terus kita lakukan, maka ibarat bermain api, kalau kita tidak hati-hati, maka kita yang akan terbakar oleh api itu. Setiap kali kita mengikuti perkembangan si dia, timbul harapan-harapan yang membuat kita jadi semakin berharap padanya, padahal harapan itu masih semu. Banyak hal yang kita interpretasikan sendiri, yang pada akhirnya membuat kita jadi berpikiran yang macam-macam terhadap dirinya. Kalau sudah begitu, maka kita sendirilah yang jadi tersiksa karena terus memupuk harapan-harapan yang semu.
4) Hindari sebisa mungkin perbincangan yang tidak penting, sebab hal itu hanya akan membuat kita lebih berharap padanya.
5) Jangan pernah memberikan perhatian lebih ataupun memberikan berbagai macam hadiah pada si dia sebab hal itu hanya akan menimbulkan harapan akan sebuah balasan / pamrih darinya. Jika dibalas, alhamdulillah. Namun jika tidak? Maka kecewalah yang kita rasakan. Dan hal itu kita rasakan sendiri tanpa sepengetahuannya.
6) Jangan pernah berprasangka apapun terhadap dirinya. Posisikan dia sama seperti teman-teman kita lainnya. Sebab dengan cara itu, bisa membuat kita lebih nyaman dalam berinteraksi dengan semua teman-teman kita, termasuk dirinya.
7) Jangan pernah merasa cemburu bila kita lihat si dia lebih sering memberikan perhatiannya kepada orang lain / temannya / teman kita, ketimbang pada kita. Sebab sampai saat ini, dia adalah seorang yang single yang tak punya hubungan apa-apa dengan kita. Lagipula dia pun juga tak pernah tahu apa yang kita rasakan terhadapnya. Daripada api cemburu membakar hati kita, lebih baik padamkan kobaran api itu dengan selalu bersikap husnudzon terhadapnya. Toh sampai saat ini, dia bukan siapa-siapa kita.
8) Hindari dari memikirkan dia, termenung, bermimpi / berangan-angan tentang dirinya. Jangan pernah berandai-andai, “Jikalau bisa hidup bersama dengannya….” Sebab hal itu, lagi-lagi hanya akan menimbulkan harapan yang tak pasti dan hanya akan mengotori diri kita dengan zina hati.
9) Bersikaplah yang sewajarnya dan biasa-biasa saja. Tidak terlalu over dan agresif, namun jangan pula terlalu menghindarinya dan menutup diri darinya. Jadi, ‘B’ aja lagi. Hehehe…

Intinya, kalau sedang jatuh cinta tidak perlu malu. Namun kita harus pandai-pandai menempatkan cinta kita sesuai pada tempatnya. Setelah diikat dengan ijab qabul, barulah rasa cinta itu kita ungkapkan kepada suami / istri kita.

Jadi pacaran itu tidak boleh? Kita lihat QS. Ar Rum: 21

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (AR-RUUM (BANGSA RUMAWI) ayat 21)

Pada ayat diatas, Allah menjelaskan terlebih dahulu bahwa Dia menciptakan pasangan supaya kita merasa cenderung dan tenteram (menikah), barulah Dia menjadikan diantara kita rasa cinta dan kasih sayang. Itu artinya bahwa tidak ada cinta dan kasih sayang sebelum kita merasa cenderung dan tenteram terhadap pasangan kita, yaitu dengan jalan pernikahan dulu, barulah Allah menghadirkan rasa cinta dan kasih sayang itu.

Tidaklah perlu kita menguji kedalaman cinta dengan pacaran bertahun-tahun, karena mengenal seseorang bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dari itu, yaitu dengan cara ta’aruf (berkenalan secara syar’i). Kita juga tidak perlu menilai kecocokan dengan merelakan diri berpacaran bertahun-tahun karena saat ngobrol dalam sesi ta’aruf itu pun sudah bisa dikenali apakah kita cocok dengan si dia / tidak.

Hati yang kotor akan menyebabkan pemiliknya senantiasa berfikir kotor, bertindak kotor, berucap kotor, dan sebagainya yang serba kotor. Karena segala sesuatunya bersumber dari hati, maka apa-apa yang kita lakukan merupakan cerminan dari hati. Begitupun rasa cinta yang tumbuh dari hati. Jika diumbar dan diperturutkan, terlebih lagi bila ditujukan pada seseorang yang belum halal bagi kita, akan menimbulkan titik noda dan benih-benih kekotoran. Wajar jika Allah memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan. Dan menjaganya sangatlah dianjurkan agar hati kita tetap terjaga. Wallahu’alam.

Pembahasan ini menemukan kesimpulan yang mungkin sudah ditangkap oleh kita. Bahwa mencintai lawan jenis adalah hal yang wajar. Senang, suka, naksir, jatuh hati, jatuh cinta, atau apalah namanya adalah sebuah kewajaran. Ia akan menjadi ladang pahala bila ditindaklanjuti dan disemai dalam bingkai pernikahan. Namun, ia akan menjadi penghasil dosa yang luar biasa, manakala hanya dibingkai pacaran dan senang-senang saja. Bagi mereka yang sudah siap menikah, maka carilah cinta anda dan menangkan. Namun, bagi anda yang hanya ingin mencicipi rasanya di awal usia, sebaiknya pertimbangkan kembali niat anda. Karena sudah banyak yang capek dan kelelahan karenanya.

Seorang pemenang bukan dilahirkan, namun harus diciptakan. Note ini hanya sebagian kecil dari banyaknya ilmu yang ada di dunia ini. Semoga bermanfaat bagi saya, sebagai hamba yang masih harus banyak belajar dari apa yang belum saya ketahui, dan juga anda tentunya.
(Dari berbagai sumber)

NB:
Ayo, segera hubungi murrabinya jika anda cenderung dengan seseorang



Top of Form

Bottom of Form

peSaN untuk saudari Q

http://1.1.1.4/bmi/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs459.ash1/25244_109975389039414_103134439723509_73756_1372197_n.jpg

Saudariku,
Kala malam telah menjemput kita, Kulihat kau masih asyik dengan ponsel ditanganmu. Kau mainkan seluruh jari tanganmu Diatas tombol-tombol yang dapat membawa kabar dan beritamu Pada orang yang ada di seberang sana. Tanpa sadar azan Isya sudah berkumandang Sejak tiga jam yang lalu. Waktu terus saja bergulir namun kau tak sedikitpun beranjak dari peraduanmu kini, untuk menunaikan kewajibanmu sebagai seorang muslim dan hamba Allah atau sekedar menyentuh surat cinta-Nya yang hanya kau jadikan sebagai hiasan belaka. Menit sudah berganti jam dan matamu kini sudah tak dapat lagi dipaksa untuk menatap layar ponselmu. Kau putuskan untuk beralih pergi ke dunia lain dan berharap malam ini bisa menemukan mimpi-mimpi indah di duniamu itu. Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Isya??

Saudariku,


Kala fajar sudah memancarkan sinarnya, kulihat kau masih asyik berkelana di duniamu yang kau bilang indah. Kau tak lagi menghiraukan sang mentari pagi yang sudah hadir untuk kembali menyambut hari. Kau tak lagi menghiraukan pekerjaan rumah yang tengah menanti uluran tanganmu. Begitu sang mentari menggeser sedikit tubuhnya kearah barat, kau baru tersadar dari mimpi-mimpi indahmu. Setelah sebentar menatap sinar sang mentari, kau segera bergegas dari peraduanmu kini. Membersihkan diri, merapikan raga, menata jiwa, untuk kembali mendulang rizki di hari ini.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Shubuh??

Saudariku,


Kala mentari tengah berada di ujung angkasa, kau senantiasa menikmati santap siangmu dengan segala rizki yang kau miliki hari ini. Bersama teman, kawan, sahabat, kerabat. Kau menikmatinya tanpa pernah kau berpikir, ada siapa dibalik semua rizki yang kau miliki kini. Saat kau makan, kau mendengar seruan Tuhanmu tengah memanggilmu untuk bergegas menunaikan kewajiban. Tapi apa yang kau perbuat? Seusai makan siang, kau masih terus berbincang dengan sahabatmu tentang kehidupan yang tak bertujuan. Kau kembali melanjutkan aktivitasmu tanpa menghiraukan seruan Zat penciptamu.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Zuhur??

Saudariku,


Kala senja tengah menaungi langit kita, kau melangkah pulang mendulang banyak uang. Peluh disekujur tubuhmu segera hilang oleh usapan sabun wangi yang baru saja kau beli. Kau kembali membersihkan diri, merapikan raga, menata jiwa. Kau santap hidangan sore sambil menyaksikan tv kita. Kau habiskan kepunyaanmu saat itu, sampai senja kembali meredup di peraduannya. Dari tv kita terdengar lantang azan maghrib berkumandang. Kau beranjak dari tempatmu kini, untuk istirahat barang sejenak.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Ashar dan Maghrib??

saudariku,


Kala malam menjemput kita kembali, Kulihat kau masih asyik berceloteh ria di depan rumah kita dengan beberapa pria. Kau leburkan jiwa ragamu bersama angin malam, tanpa pernah tahu kemana angin itu akan bermuara. Kau terus saja menghabiskan waktu disana tanpa sadar bahwa hari sudah terlalu malam untuk kau berada dibawah naungan langit kelam. Ketika waktu semakin merambat naik, kau tepiskan rasa kantukmu dibawah hangatnya selimut mimpi.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Isya??

Saudariku,


Tak semestinya kau hidup seperti itu. Mengawali hari tanpa doa, dan menutup hari tanpa bekal. Apa kau bisa menjamin bahwa esok masih milikmu? Apa kau bisa menjamin bahwa esok kau masih disini? Hidup tak hanya di dunia. Ada masanya kau mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Disana, di akhirat nanti. Kelak, kau kan menyesali atas apa yang kau lewati dalam mengisi hari-hari. Kau selalu melupakan kewajibanmu, tapi kau selalu menuntut hakmu pada sang pemberi hidup. Kau selalu mengeluh pada-Nya tatkala sulit, namun kau selalu terlupa untuk bersyukur kala bahagia tengah menyambangi hidupmu. Kau selalu tak mau mengingat bahwa kehidupan ini ada akhirnya.

Lalu banyak pertanyaanku untukmu,


Sudahkah kau mengingat Sang Maha Pemberi Hidup??
Sudahkah kau mempunyai bekal untuk menghadap-Nya??
Sudahkah kau bersyukur pada-Nya??
Tak sadarkah kau bahwa nikmat yang kau rasakan selama ini itu datangnya dari zat pencipta Kau dan Aku??
Lantas mengapa kau lupakan Dia dengan kesibukan-kesibukan duniamu??
Tak sadarkah kau bahwa hidup ini akan bermuara pada dua tempat yang rasanya sangat kontras??
Tempat mana yang akan kau pilih saudariku??
Surga yang nikmatnya tiada terkira??
Atau neraka yang panasnya 7000X panas dunia??

Saudariku,


Tak dapatkah aku berharap agar kelak kita bisa memasuki surga-Nya secara beriringan??



Top of Form

Bottom of Form

Sehari Bersama Buah Hatiku

http://1.1.1.4/bmi/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs459.ash1/25244_109966615706958_103134439723509_73747_4150224_n.jpg

Bersama sinar sang mentari pagi, kau terbangun dari tidur malammu yang begitu nyenyak kuperhatikan. Sinaran bola matamu memancarkan kehangatan dan kelembutan, yang membuatku tak mampu banyak berkata. Ah, kaulah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan untukku. Menatap senyummu, membuatku seolah tak inginkan yang lain dalam hidupku.

Sayang, marahku bukan berarti benci, melainkan agar kau mengerti. Tidurlah dalam pelukan hangat sang surya, agar kelak kau bisa menjadi pewaris negeri sejati.

Anakku, makan yang banyak ya? Agar kelak kau tumbuh sehat dan kuat. Dapat membawa negeri ini ke peradaban yang lebih baik, sebab peradaban adalah harga mati bagi mahalnya syurga.

Jangan menangis sayang. sebab tangismu adalah pilu buatku. Tertawalah, agar kelak dunia tersenyum untukmu.

Sayang, mendekatlah, biar aku bisa mendekapmu, biar merasakan kehangatan cintaku. dan kuciumi pipimu yang lembut, agar kau mengerti betapa kasih terlimpah untukmu. (*

Sayang, buah hatiku, siang menjelang dan kau masih belum juga mau terpejam dalam bayang sang surya. Tidurlah, agar kudapat menatap wajah lugumu yang penuh kepolosan.

Manisku, celotehmu di siang ini tetap tak bisa membuatku jemu. Walau mataku ingin sekali terpejam tuk melepas lelah, tapi tak jua bisa jika masih melihat tingkah polahmu yang terus membuatku terjaga.

Sore ini, kukembali menggendong tubuh mungilmu yang masih bersih dan suci. Kulantunkan ayat-ayat cinta, sembari menunggu sang surya bersembunyi dibalik senja. Ah,, indahnya…

Hei, lihatlah sayang. Senja telah berganti malam, dan kau pun telah kembali ke alam bawah sadarmu. Tidurlah dalam pelukan sinar sang rembulan karena esok masih terus setia menantimu. Kaupun akan selalu menjadi rembulan dilangit hatiku dan mutiara terindah dikedalaman jiwaku, sebab hadirmu, adalah penantian panjang buatku. Tidurlah nak, kau kan selalu ada dalam mimpiku...


Yüklə 364,27 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin