Eksistensi pasukan as


Alasan Politis Terbesar Bagi Eksistensi Militer AS di Kawasan Teluk



Yüklə 3,86 Mb.
səhifə2/30
tarix27.12.2018
ölçüsü3,86 Mb.
#87683
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   30

Alasan Politis Terbesar Bagi Eksistensi Militer AS di Kawasan Teluk
Namun, inti alasan politis adalah tetap dan tidak pernah berubah, yaitu merealisasikan mimpi "Israel Raya". Israel Raya adalah inti terpenting motif ideologi dan politik dari eksistensi militer AS di Teluk. Bukti-bukti atas hal ini sangat banyak. Kita ambilkan salah satu contoh, pernyataan mantan presiden AS, Nixon, dalam bukunya "1999 : Menang Tanpa peperangan".

Nixon menulis," Kita memandang, pergulatan Arab-Yahudi telah bergeser, menjadi peperangan antara kaum fundamentalis Islam di satu pihak, dan Israel serta negara-negara Arab Moderat lainnya di pihak lain. Selama bangsa-bangsa ini tidak mampu menyelesaikan persengketaannya, dan mengakui bersama bahwa mereka menghadapi satu ancaman serius, kawasan Timur Tengah akan tetap menjadi kawasan paling bergolak di dunia."

Untuk merealisasikan cita-cita "Israel Raya" yang aman, AS harus mencegah kaum aktivis Islam memegang tampuk kekuasaan di negara Teluk manapun. AS juga harus mencegah pergerakan aktivis Islam agar tidak membawa pengaruh terhadap kebijakan politik AS di Teluk. Ini adalah langkah strategis penting yang akan selalu diambil oleh AS.

Sekalipun di kalangan negara-negara salib Barat terdapat perselisihan, pun AS dan sekutunya meraih kemenangan atas Soviet selama Perang Dingin, 1985 M /1405 H. Namun ini semua tidak melupakan permusuhan mereka kepada Islam. Setelah Gorbachev memegang tampuk kepemimpinan Soviet, presiden AS Nixon menegaskan,"Uni Soviet dan AS harus membuat kesepakatan kuat untuk memukul kaum fundamentalis Islam."

Dalam bukunya, "1999 : menang tanpa peperangan", Nixon menulis," Kewajiban dan peran AS dalam kehidupan ini adalah memimpin dunia yang bebas. AS harus segera memimpin dunia. Satu-satunya cara untuk memimpin dunia adalah kekuatan. Dan, musuh terbesar di dunia ketiga adalah kaum fundamentalis Islam."

Nixon Doctrin
Setelah kegagalan AS dalam perang Vietnam, AS menegaskan bahwa menjaga eksistensi pemerintahan-pemerintahan Arab yang loyal kepada AS, merupakan program AS yang diprioritaskan. Pasca kekalahan di Vietnam, Nixon mengeluarkan Nixon Doctrin yang menegaskan," Negara-negara (Jazirah Arab) yang mengalami ancaman dari luar, harus mengerahkan potensi manusia dan kemampuan militernya untuk menegakkan stabilitas keamanan. AS akan memberikan dukungan militer kepada pemerintahan tersebut, sesuai dengan tuntutan keamanan yang ada."

Langkah ini dipraktekkan dalam masa pemerintahan presiden Richard Nixon dan Gerald Ford. Pada masa pemerintahan kedua presiden AS ini, negara-negara Teluk dibanjiri dengan dukungan peralatan dan teknologi militer dalam jumlah besar dan canggih.

Dalam doktrin Nixon, Nixon menulis," Sebagai pengganti eksistensi militer Inggris, eksistensi militer AS di Teluk mendasarkan langkahnya kepada kekuatan-kekuatan lokal, yaitu Iran dan Saudi Arabia, pada level pertama, untuk menjaga stabilitas keamanan. Hal itu kita lakukan dengan memberikan bantuan-bantuan militer. Politik dua kaki ini telah berjalan normal, sampai ketika salah satu dari keduanya, yaitu Iran, jatuh pada tahun 1979 M."

Menurut Nixon, posisi Iran harus digantikan oleh Iraq, sehingga perimbagan kekuatan tetap terpelihara. Ia juga menegaskan urgensi eksistesi langsung militer AS di kawasan Teluk.

Ia melanjutkan," Karena minyak bumi adalah kebutuhan darurat bagi Barat, bukan sekedar kebutuhan sekunder, AS dan sekutu-sekutunya di Eropa dan Jepang harus menjadikan pemberian bantuan ekonomi dan militer kepada pemerintahan negara-negara di kawasan ini sebagai prioritas program. Hal ini bertujuan untuk menolak segala ancaman atas kawasan tersebut, baik ancaman eksternal maupun internal. Kita seyogyanya juga bersiap-siap dan tega mengambil tindakan apapun, termasuk di dalamnya eksistensi militer yang kuat dan bahkan tindakan militer, untuk menjaga kepentingan-kepentingan kita. Kita seyogyanya juga bersiap-siap membuktikan kebenaran ucapan kita dengan tindakan nyata."

Lebih lanjut, ia menulis," Statemen kedigdayaan bahwa AS akan melawan ancaman apapun terhadap kawasan tersebut dengan sebuah reaksi militer, hanya akan menjadi omong kosong bila kita tidak memiliki kekuatan militer di kawasan tersebut. Dengan eksistensi pasukan militer, barulah statemen kita akan dipercayai. Oleh karenanya, sangat mendesak bagi AS untuk mempunyai cara-cara pokok yang membantu kita untuk memamerkan kekuatan militer kita secara memuaskan di kawasan tersebut, sehingga bisa menolak dengan cepat setiap tantangan yang muncul secara tiba-tiba."

Ia menambahkan," Secara jelas dan tidak berbelit-belit, kita harus menegaskan kepada para pemimpin Saudi Arabia, Oman, Kuwait dan negara-negara utama lainnya di Teluk, bahwa tatkala terjadi kekuatan revolusi yang mengancam kekuasaan mereka, baik ekstrenal maupun internal, AS pasti akan berada di pihak mereka, sehingga mereka tidak akan menemui kesudahan yang menimpa Syah Iran."

Inilah inti dari Nixon Doctrin.



Carter Doctrin
Setelah Syah Iran terguling, dan Soviet menginvasi Afghanistan, pada tanggal 20 dan 23 Januari 1980 M, presiden AS Jimmy Carter mengeluarkan "Carter Doctrin". Dalam pernyataan yang diserahkan kepada Kongres AS tersebut, Carter menulis," AS menganggap usaha dari kekuatan luar manapun untuk menguasai kawasan Teluk Persia sebagai gangguan terhadap kepentingan vital AS. AS akan membalas gangguan ini dengan berbagai cara yang dimilikinya, termasuk penggunaan kekuatan senjata."3

Doktrin ini merupakan pendorong kuat bagi terwujudnya pasukan invasi kilat AS di kawasan Teluk. Berdasar doktrin ini, tujuan utama dari eksistensi atau penggunaan kekuatan militer AS di kawasan Teluk adalah sekedar untuk tindakan membela diri atas segala ancaman dari luar.

Sebenarnya, AS tidak mengungkapkan ancaman yang lebih besar dan serius, yaitu ancaman internal dari bangsa-bangsa pengekspor minyak tersebut. Krisis minyak pasca perang oktober 1973 M menunjukkan, ancaman perang nuklir jauh lebih kecil dari ancaman bangsa-bangsa pengekspor minyak. Memperkuat pemerintahan negara-negara Teluk untuk kepentingan AS, suatu saat bisa berubah menjadi bumerang. Mengganti pemerintahan dengan sistem demokrasi, juga memberi peluang bagi aktivis Islam untuk memegang tampuk kekuasaan. Jika AS menjauh dari sumber-sumber minyak ini, AS tidak akan mendapatkan minyak bumi dengan jumlah cukup dan harga murah.

Jadi, sebenarnya tujuan utama pembentukan pasukan invasi kilat ini adalah untuk mengamankan kepentingan minyak bumi AS dari ancaman internal, ancaman kaum muslimin yang sering dipojokkan dengan istilah "fundamentalis Islam".

Setelah AS kesulitan mempercayai satupun pemerintahan Teluk, Nixon ikut melupakan Nixon Doctrin-nya, dan justru ikut mendukung Carter Doctrin. Dalam bukunya, "1999 : menang tanpa peperangan", ia menulis:

" Kini, AS adalah satu-satunya negara yang bisa menjaga kepentingan Barat di Teluk Persia. Tiada satu pun negara Teluk loyalis Barat yang kuat untuk cukup mampu mengemban tugas ini. Pun, tak satu pun negara Eropa sekutu kita yang mempunyai kemampuan atau keinginan kuat melaksanakan tugas ini. Kita harus menggunakan aspek militer kita untuk menunjukkan kekuatan militer AS di Teluk. Dan kita telah merealisasikan sebuah kemajuan yang berarti dalam aspek ini. Presiden Carter telah membentuk pasukan invasi kilat, presiden Reagen juga telah menguatkannya dengan menempatkannya langsung di bawah komando pusat. Konggres juga telah menyetujui milyaran dolar untuk pasukan ini."

Lebih lanjut, ia mengungkapkan," Mustahil militer AS bisa masuk ke Teluk Persia jika ia tidak mempunyai pangkalan-pangkalan udara di Saudi Arabia dan negara-negara Teluk yang lebih kecil lainnya. Kita perlu membuat pangkalan-pangkalan udara di sana sehingga bisa menjaga kekuatan darat kita saat membangun rute-rute darat. Tanpa adanya keunggulan pasukan udara, operasi penurunan militer AS apapun di Teluk Persia akan menyerupai operasi pendaratan pasukan Inggris di Galiyubi pada perang dunia pertama."

Bukan Carter
Sebenarnya mantan presiden Carter bukanlah penggagas awal konsep pasukan invasi kilat ini. Ia sekedar menghidupkan kembali usulan Robert Mc Namara, penasehat mentri pertahanan AS di awal 60-an. Pada tahun 1962 M, Robert Mc Namara mengusulkan mengganti konsep "perlawasanan semesta" berbasis perang nuklir yang dianut AS dengan "perlawanan fleksibel". Konsep perang Nuklir dianut oleh presiden Eisenhower dan Ford.

Saat itu, Mc Namara menyatakan," Konsep perlawanan semesta sudah tidak memenuhi tuntutan kebutuhan, saat terjadi krisis yang lebih kecil dari krisis nuklir dan front semesta melawan Soviet. Konsep perlawanan fkesibel bertumpu pada perluasan kemampuan perang klasik (non nuklir) untuk menghadapi gerakan-gerakan pembangkang, peperangan rakyat, atau konflik lokal yang terbatas. Untuk itu perlu dibentuk kekuatan pemukul klasik yang bermobilitas tinggi dan mampu masuk ke daerah-daerah yang jauh dengan cepat dan efektif."

Saat itu usulan ini ditolak oleh Konggres. Pasca krisis minyak akibat perang 1973 M, usulan ini kembali diperdebatkan, mengingat perannya sebagai solusi problem minyak yang dialami AS saat itu. Adalah menteri pertahanan AS, James R. Schlesinger yang kembali mengangkat "flexible option"nya Mc Namara, pada bulan Januari 1974 M.

Saat Henry Kissinger menjadi mentri luar negeri AS, pada tahun 1974 M/1394 H, ia juga menyerukan pembentukan pasukan koalisi AS-Eropa untuk mengamankan kepentingan minyak mereka. Namun, usulan ini ditolak NATO karena wilayah kerja NATO hanya sebatas negara dan kawasan anggota pakta pertahanan itu semata.

Saat Carter terpilih sebagai presiden tahun 1976 M/1396 H, ia menghidupkan kembali usulan Mc Namara dengan format baru yang ia namakan "Carter Doctrin". Pada tahun 1977 M, pasukan invasi kilat resmi dibentuk oleh pemerintahan Carter. Langkah pertama pasukan ini dilakukan pada tahun 1979 M, dan untuk pertama kalinya pada tahun 1981 M, konggres AS membahas pembentukan dan tujuan pasukan ini. Di tahun 1981 M itu, pasukan ini telah dibentuk secara lengkap dari segala sudut dan aspeknya. Di tahun yang sama, mentri pertahanan AS Gasier Weneigner menjelaskan kepada komisi pertahanan dan urusan luar negeri Konggres, bahwa pengefektifan pasukan invasi di kawasan minyak dan jalur-jalur transportasinya semakin mendesak, setelah Syah Iran tergulingkan dan Soviet menginvasi Afghanistan.

Sebenarnya saat itu juga dibahas alternatif lain selain pembentukan pasukan invasi kilat AS. Di antaranya adalah alternatif pembentukan pasukan koalisi dengan negara-negara Teluk dengan tujuan mengamankan kepentingan AS. Namun AS keberatan dengan beberapa alasan, di antaranya AS tidak bisa percaya begitu saja kepada para wakilnya, dan pembentukan pasukan koalisi ini akan memakan anggaran besar, terlebih tindakan itu berarti memulai langkah dari nol kembali. Alasan lainnya, AS khawatir akan muncul pemerintahan-pemerintahan baru di kawasan Teluk yang menggulingkan pemerintahan-pemerintahan lama, sehingga menghancurkan segala fasilitas militer AS selama ini.

Tiada pilihan lain, AS meneruskan program pembentukan pasukan invasi kilatnya. Meski demikian, AS juga masih menempuh alternatif-alternatif lain, sesuai kebutuhan dan dalam batas-batas tertentu. AS tetap membentuk koalisi keamanan dan pertahanan dengan negara-negara Teluk, dengan nama "Dewan Kerjasama Teluk". Juga persekutuan dengan Syah Iran, Anwar Sadat dan Saddam Husain ---sebelum ia membangkang---. Alternatif–alternatif lain tetap dijalankan, namun sekedar dalam batas tertentu. Adapun inti langkah AS adalah menjadikan pasukan invasi kilat sebagai pelaksana seluruh kebutuhan dan kepentingan AS di Teluk.

Jumlah Pangkalan Militer AS di Dunia
Pembentukan pasukan invasi kilat ini hanya dikhususkan untuk kawasan Teluk. Jauh sebelum pembentukan pasukan invasi ini, terhitung sampai tahun 1976 M, jumlah pangkalan dan markas militer AS di seluruh dunia mencapai 300 pangkalan, tersebar di 30 negara untuk menjamin kepentingan-kepentingan AS. Sampai tahun 1975 M, jumlah tentara AS di seluruh pangkalan militer di 30 negara ini mencapai 504.000 personal. Untuk kawasan Eropa dan NATO saja, sebanyak 250.000 sampai 300.000 tentara AS ditempatkan di Eropa Barat, ditambah Armada AL AS Kedua di Samudra Atlantik, Armada AL AS Keenam di laut Mediterania dan 7000 rudal dengan hulu ledak nuklir. Pada tahun tersebut, sebanyak 41.000 personal telah ditarik ke negara AS, sehingga tersisa 463.000 personal.

Pasca perang Teluk Kedua 1991 M, Mentri pertahanan AS, Colin Powel, menegaskan, AS akan menutup 150 pangkalan militernya yang telah bertahan selama 45 tahun di Eropa, dan memindahkannya ke pangkalan-pangkalan militer rahasia dan baru di Kuwait, Qatar, Saudi, Oman, Bahrain dan Uni Emirat Arab.



Pangkalan Militer dan Modus Operasi Pasukan Invasi Salib
Eksistensi pasukan invasi AS di kawasan Teluk saat ini merupakan eksistensi pasukan AS langsung terbesar sejak tahun 1980 M. Eksistensi militer AS ini telah menjadi sebuah pengepungan yang mencekik kawasan dari seluruh sudutnya, darat dan laut. Betapa tidak. Di Turki saja, pasukan AS terpusat di lebih dari 20 pangkalan militer. Belum lagi pangkalan-pangkalan militer di Yunani, dan bagian timur dari Laut Mediterania. Terus berlanjut ke arah Mesir, tanduk Afrika ---yang terpenting adalah pangkalan militer di Kenya---, lalu Laut Arab, Laut Merah dan perairan Teluk. Pasukan ini juga mempunyai pangkalan-pangkalan militer dan fasilitas kemudahan di kesultanan Oman, Kuwait, Qatar, Saudi Arabia, Bahrain, Uni Emirat Arab, Iraq dan Yordania. Pangkalan terpenting lainnya adalah di Palestina, dibawah pengendalian dan penjagaan Israel.

Angkatan Laut AS juga menyebar memenuhi seluruh perairan yang mengelilingi kawasan Teluk, mulai dari selat Jabat Tariq di Barat, sampai ke Semenanjung Hindia di Timur. Armada AL keenam dan ketujuh AS menjadi inti kekuatan AS yang dipersiapkan untuk operasi ini. Armada (kapal induk) AL AS ketujuh, sejak lama memang merupakan AL AS yang khusus diperuntukkan untuk melakukan operasi-operasi langsung di kawasan Teluk. Sedangkan armada (kapal induk) AL AS keenam adalah pasukan yang dikhususkan untuk beroperasi di Laut Mediterania, dalam prakteknya mencakup Jepang dan Asia Timur sampai Timur Samudra Hindia. Ia mempunyai hubungan dengan sebelah timur kawasan Teluk, yaitu sumber-sumber minyak bumi yang berada di Teluk. Armada ini bermarkas di pelabuhan Yokosoka, Jepang.

Dari aspek ekonomi, pangkalan-pangkalan militer AS di kesultanan Oman merupakan pangkalan yang paling berbahaya bagi kawasan Teluk. Pangkalan-pangkalan inilah yang menguasai selat Hurmuz, selat yang menjadi jalur pengeksporan 95 % minyak bumi Teluk ke seluruh dunia. Dengan menguasai selat ini, tanpa perang sekalipun, AS bisa mencekik ekonomi negara-negara Teluk yang lebih dari 98 % ekonominya bergantung kepada minyak bumi.

Karena buruknya kinerja pemerintahan negara-negara Teluk, mereka tidak berusaha maksimal untuk menambah sumber-sumber pendapatan negara selain minyak bumi. Pun, tidak berusaha untuk mencari solusi lain sebagai pengganti ketergantungan kepada selat Hurmuz. Memang, pemerintahan negara-negara Teluk tidak bisa melakukan itu semua, karena segala kebijakan mereka tidak berada di tangan mereka. Kebijakan strategis dalam aspek militer, ekonomi, politik pertahanan, dan keamanan mereka diarahkan oleh AS !!!!

Peranan operasi militer AS di pangkalan-pangkalan militer AS di kawasan Teluk, adalah sebagai berikut :


  1. Memperkuat militer AS yang telah berada di panggung percaturan Teluk sebelumnya, dan merubahnya dari sekedar unjuk gigi menjadi pasukan siap perang.

  2. Mengamankan pangkalan-pangkalan militer dan fasilitas-fasilitas militer baru untuk pasukan AS yang beroperasi di kawasan, maksudnya pasukan-pasukan AS yang akan bergerak ke kawasan dalam kondisi-kondisi insidental.

  3. Merealisasikan program penempatan militer AS permanen di seluruh negara kawasan Teluk, sehingga setiap negara Teluk terpaksa harus menerima realita ini. Taktik ini akan merubah sikap negara-negara Teluk, yang semula sepakat menolak eksistensi permanen militer AS. Masing-masing negara akan berlomba meminta penempatan militer AS di negaranya, mendahului negara tetangganya. Masing-masing pemimpin negara akan berfikir, jika tidak menerima penempatan militer AS, negara tetangga akan menerimanya, dan mendapatkan banyak kemudahan dari AS. Pemimpin-pemimpin negara di kawasan ini akan berlomba-lomba menerima penempatan pasukan AS, dan inilah yang menyebabkan sengketa terakhir antara Saudi dan Qatar.

  4. Pembangunan gudang-gudang logistik, amunisi dan persenjataan AS untuk memudahkan operasi penyebaran secara kilat di seluruh kawasan. Penimbunan logistik, amunisi, persenjataan berat dan seluruh kebutuhan perang di negara-negara kawasan, akan meminimalisir biaya, waktu dan tenaga saat terjadi kondisi insidental yang menuntut pergerakan penyebaran secara cepat, bahkan terhadap negara-negara pengekspor minyak sendiri. Pembangunan gudang-gudang militer AS ini dirancang sedemikian rupa oleh para pakar militer AS. Terletak di tempat-tempat yang jauh, pasukan AS bisa mengisolir dan menguasainya secara penuh, sehingga tidak mungkin dijangkau oleh negara Teluk atau kelompok manapun di kawasan Teluk yang memusuhi AS. Dengan seluruh perencanaan matang ini, ketika sebuah negara yang ditempati menolak, atau gudang-gudang ini dijadikan target serangan, AS bisa mengamankannya.

  5. Meningkatkan kemampuan pasukan invasi cadangan AS yang berada di AS sendiri, untuk beroperasi secara cepat dan insidental.

  6. Mempertahankan penguasaan permanen atas setiap negara Teluk melalui pangkalan-pangkalan militer AS di setiap negara Teluk. Setiap pangkalan militer AS bertugas menjamin penguasaan AS atas negara yang ditempati, mengumpulkan informasi yang cukup, tidak memberi kesempatan kepada negara tersebut untuk berdikari dan tidak membutuhkan bantuan AS, serta mencegah pembentukan kekuatan apapun yang bisa mengancam eksistensi AS atau Israel.

Inilah tugas-tugas utama pangkalan-pangkalan militer AS di Teluk, yang berada di bawah kendali komando pasukan invasi kilat. Lantas, apa cara-cara AS untuk mengefektifkan pangkalan-pangkalan ini sehingga bisa menjadi jembatan utama bagi setiap operasi militer pasukan ini ?

Dari sudut pandang operasi taktis, ada beberapa cara. Namun secara strategis terpusat kepada beberapa langkah berikut :



    1. Campur tangan melalui perantaraan pasukan pendahuluan yang sudah berada di dalam atau di dekat kawasan.

    2. Campur tangan melalui perantaraan pasukan yang bergerak dari AS ke kawasan.

    3. Campur tangan melalui satuan-satuan komando operasi yang berada di dalam atau luar AS, di bawah komando pusat AS.

    4. Campur tangan melalui pasukan komando strategis seperti pesawat-pesawat tempur strategis atau rudal-rudal jarak jauh.

Seluruh langkah ini telah ditempuh dalam invasi ke Iraq tahun 2003 M yang lalu. Ini berarti dalam level perang klasik, AS telah melemparkan seluruh anak panahnya. Jika dalam invasi ke Iraq ini AS mengalami kegagalan, AS tidak segan-segan menempuh perang kimia dan nuklir. Pasukan invasi kilat yang saat ini sudah berada di pangkalan-pangkalan militer di Teluk, menjadi pasukan terdepan pasukan invasi kilat secara keseluruhan.

Inti kekuatan pasukan ini adalah Divisi 82 yang diangkut dengan udara, berkekuatan 15.200 personal, dan divisi 101 yang juga diangkut dengan udara, berkekuatan 18.900 personal. Kedua divisi ini terdiri dari berbagai kesatuan infantri dengan senjata ringan, tanpa meriam-meriam berat atau tank-tank tempur utama.

Divisi 82 bisa diangkut dari AS dalam waktu maksimal dua minggu, dengan pesawat-pesawat pengangkut C 5 Galaxy yang bisa membawa minimal peralatan militer seberat 100 ton, pesawat-pesawat C 141 yang bisa membawa peralatan perang minimal seberat 32 ton dan pesawat-pesawat pengisi bahan bakar KC 135 yang bisa mengisi bahan bakar pesawat sambil terbang. Dengan adanya pesawat KC 135 ini, AS tidak terlalu memerlukan pangkalan-pangkalan permanen untuk mendukung logistik pesawat-pesawat tempurnya. Meski demikian, AS juga membuat program penggunaan pesawat-pesawat sipil untuk mengangkut pasukan invasi dalam keadaan insidental.

Penjelasan ini baru menyebut dua divisi saja, dari keseluruhan pasukan invasi kilat AS di kawasan Teluk. Jumlah keseluruhan pasukan invasi AS tentu jauh lebih besar dari angka ini. Pada awal pembentukan pasukan invasi ini di masa presiden Carter saja, jumlah pasukan ini antara 100.000-110.000 tentara.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS saat itu, Bernard Roger, menyebutnya sebagai kesatuan indipenden. Setelah itu, komandan pertama pasukan invasi ini, Jendral Kelly, di awal tahun 1980-an menegaskan bahwa jumlah pasukan ini akan ditingkatkan menjadi 200.000 tentara. Jumlah final pasukan invasi kilat ini sebanyak 200.000 pasukan ini, dicapai pada tahun 1991 M yang lalu, dengan menambahkan 100.000 personal dari berbagai kesatuan militer AS. Untuk pasukan sebesar ini, AS telah menyiapkan secara khusus lebih dari 200 pesawat berbagai jenis. Jumlah personal dan jenis persenjataan pasukan invasi AS ini bertambah, sejak dilakukannya invasi AS ke Iraq tahun 2003 M yang lalu.

Heran….!!???
Yang sangat mengherankan, seluruh program, persiapan, langkah lama, rencana makar, jumlah besar pasukan, logistik dan persenjataan pasukan invasi AS yang sudah berada di kawasan Teluk sejak tahun 1991 M ini, masih belum meyakinkan sebagian umat Islam bahwa Jazirah Arab ---termasuk di dalamnya Makkah dan Madinah, dua kota suci umat Islam--- sudah dijajah oleh AS dan sekutu-sekutunya sejak lebih dari 13 tahun yang lalu !!???.

Sebagian kaum muslimin yang polos lantas berkomentar, pengerahan pasukan AS secara besar-besaran di dunia Islam ini adalah akibat dari serangan "mujahidin" di WTC dan beberapa penjuru dunia lainnya. Mereka tidak memahami, bahwa kebijakan AS saat ini sudah dirancang sejak lebih dari 20 tahun sebelum kelahiran Usamah bin Ladin. Mereka berteriak," Perang melawan terorisme yang dikomandoi AS saat ini adalah sebagai reaksi atas tindakan ugal-ugalan para "teroris" di Manhatan, Kenya, Tanzania, Afghanistan, Yaman, Filiphina, Bali, Jakarta dan seterusnya". Seakan-akan mereka mengajak bicara anak-anak kecil yang tidak faham sejarah !!!

Yang lebih polos lagi, mereka mengatakan perang melawan terorisme ini akan berakhir bila apa yang mereka sebut sebagai rezim Thaliban, Al-Qaedah, Jama'ah Islamiyah, para "teroris" dan seterusnya berhasil ditangkap dan dihancurkan. Padahal, pasukan AS sudah bercokol di kawasan Jazirah Arab sejak lima dekade sebelumnya, jauh sebelum mereka yang diistilahkan sebagai kelompok-kelompok "teroris' tersebut lahir !!!!.

Penempatan pasukan invasi kilat AS saat ini, adalah tindak lanjut dari penempatan militer AS sebelumnya. Bedanya, lima dekade sebelumnya bersifat "meminjam dan menyewa pangkalan", sedangkan kini bersifat "permanen, langgeng, menjadi pemilik alias menjajah langsung". Mentri pertahanan AS, Powel, di awal tahun 1991 M (Rabi'ul Awal 1411 H) menegaskan kepada para wartawan saat ditanya tentang berapa lama keberadaan militer AS di Saudi Arabia," Kita tentu saja tidak siap datang setiap 10 tahun sekali untuk memecahkan persoalan-persoalan kawasan ini."

Ia menambahkan," Keberadaan pasukan AS di Saudi tergantung kepada stabilitas kawasan." Sampai kini, stabilitas belum tercipta, sekalipun pasukan penjajahan AS sudah bercokol di sana sejak lebih dari 13 tahun yang lalu.

Penegasan mentri pertahanan AS ini, merupakan pengulangan penegasan mentri luar negeri AS, James Baker, dua minggu sebelumnya yang menyebutkan bahwa keberadaan pasukan invasi kilat AS di Saudi yang saat itu berkekuatan 350.000 tentara, amat bergantung kepada stabilitas kawasan Teluk. Tentu saja, istilah "stabilitas kawasan" adalah sebuah istilah "karet" yang bisa ditarik ulur sesuka hati AS.



Terperosok ke Lubang yang Sama, Berulang Kali
Yang menyedihkan, saat ini kaum muslimin ---terkhusus lagi kawasan Teluk--- kembali tertipu dengan statemen yang sama dengan statemen-statemen sebelumnya, oleh tokoh yang itu-itu juga. Mereka tertipu oleh statement para pejabat AS bahwa pasukan AS akan segera ditarik keluar dari kawasan Teluk, bila tugas mengamankan kawasan ini telah selesai.

Hari Jum'at 16 Shafar 1424 H yang lalu, dalam wawancara dengan harian Maroco Ideo, Maroko, Henry Kissinger ---mantan menlu AS--- kembali menghasung negara-negara Arab untuk berpartisipasi membangun kembali Iraq, pasca invasi AS 2003 M lalu.

Begitulah. AS yang menghancurkan Iraq, dengan persetujuan dan izin negara-negara Arab lewat pangkalan-pangkalan militernya, kemudian negara-negara Arab pula yang harus memperbaiki, membangun kembali, menanggung kehancuran Iraq dan seluruh biaya perang. Dengan kekayaan dan pajak warga negara-negara Arab tersebut, pajak dari kaum muslimin !!!.

Dalam wawancara itu, Kissinger dengan arogan menyatakan,"Negara-negara Arab harus bergerak segera untuk kembali membangun Iraq." "Pembangunan Iraq bukan tanggung jawab AS semata." " AS tidak bisa bertahan di Iraq lebih lama dari dua tahun, karena akan menambah kebencian rakyat Iraq kepada AS."

Arogan. AS yang menghancurkan Iraq, membunuh puluhan ribu penduduknya tanpa memperhitungkan sedikitpun kebencian rakyat Iraq. Setelah semuanya hancur, dengan enteng menyatakan pembangunan Iraq adalah tanggung jawab negara-negara Arab, mereka harus terlibat dalam inti percobaan dengan membangun kembali Iraq. Waktu dua tahun yang ditegaskan Kissinger, tentu saja bisa bertambah sampai 20 atau 50 tahun. Negara dan organisasi dunia mana yang bisa memprotes dan meminta pertanggung jawaban AS ? Tentu tidak ada, selain operasi-operasi perlawanan mujahidin Iraq.

Dalam kunjungan ke Irlandia, Sabtu 24 Shafar 1424 H yang lalu, statemen yang sama juga ditegaskan oleh mentri pertahanan AS, Donald Rumsfled," AS berencana akan mempertahankan eksistensinya di Iraq dan Afghanistan sampai terbentuknya pemerintahan demokratis seluas-luasnya." Persoalannya, siapa yang menentukan standar demokratis dan seluas-luasnya ??? Tentu saja AS, dan AS akan menarik ulur standar ini sesuka hatinya. Keberadaan pasukan AS di Iraq dan Afghanistan akhirnya akan bersifat langgeng, seperti yang sudah terjadi di negara-negara Teluk.

Dalam perbincangan dengan stasiun TV Al-Jazerah, Rumsfeld menegaskan," AS tidak berniat mempertahankan pangkalan-pangkalan militernya untuk jangka panjang di Iraq." Jika AS menetapkan akan mempertahankannya dalam jangka panjang di Iraq, adakah protes dari negara-negara Arab yang sebelumnya berlomba mengemis agar pangkalan-pangkalan AS di negara mereka dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama ??? Tentu saja tidak ada.

Para konseptor di Pentagon telah memberikan statemen, ada kebutuhan mendesak untuk mempertahankan 125.000 pasukan AS di Iraq, minimal dalam jangka waktu setahun untuk menciptakan stabilitas keamanan Iraq, sampai pemerintahan baru yang demokratis mampu mempertahankan stabilitas keamanan negara. Jumlah ini setara dengan 63 % keseluruhan pasukan invasi kilat AS di kawasan Teluk. Bermarkasnya 63 % pasukan invasi AS di Iraq, membuat pasukan invasi AS ini tidak tergantung lagi kepada pangkalan udara pangeran Sultan, Saudi Arabia.

Bila satu tahun telah lewat, dan pemerintahan baru belum mampu menciptakan stabilitas, langkah apa yang akan diambil ?

Admiral Arthur Cropsky, direktur kantor evakuasi militer Pentagon menjawab,"AS memandang selesainya perang di Iraq merupakan kesempatan AS untuk kembali menebarkan kekuatan militernya ke seluruh penjuru dunia. Langkah ini akan membawa perubahan besar pada pangkalan-pangkalan AS di Eropa dan Asia."

Nampaknya, AS akan memindahkan pangkalan-pangkalan di Eropa dan Asia yang merupakan pangkalan-pangkalan terpenting AS di luar AS, ke Iraq. Arthur menambahkan," Amat konyol bila setelah selesainya perang seperti yang kita lakukan di Iraq, seluruh persoalan akan kembali normal seperti sedia kala."

Anggota partai Republik, Perez, di hadapan Senat pada hari Sabtu 25 Shafar 1424 H menyatakan," Persoalan ini membutuhkan waktu minimal lima tahun, sampai terbentuk pemerintahan baru yang mampu secara langsung mengendalikan urusan sendiri d Iraq."

Senator Richard Loger, ketua komisi hubungan luar negeri Senat, juga dari partai Republik, menegaskan dalam wawancara dengan stasiun TV CNN," Saya yakin, kita harus memikirkan waktu yang tidak kurang dari lima tahun."

Seorang senator partai Republik lainnya, Patt Robertos, yang juga ketua komisi intelijen Senat AS kepada stasiun TV Fox News juga mengungkapkan," Kita datang untuk menetap." Ia menambahkan," Saya masih ingat, ketika presiden Bill Clinton menyebutkan kita akan berada di Semenanjung Balkan selama satu tahun. Sampai saat ini, sepuluh tahun sudah berlalu dan kita masih tetap berada di Balkan. Kita juga masih perlu bertahan di sana."

Paul Wolfowitz, asisten mentri pertahanan AS dan orang kedua di Pentagon, juga menegaskan bahwa AS bisa saja membuat pangkalan-pangkalan militer baru di Iraq, yang akan menjadi sebuah negara Teluk kawan baru AS. Ia menambahkan,"Persoalan pokoknya, adalah dengan menggulingkan pemerintahan ini (Iraq), akan memberi peluang lebih leluasa kepada AS untuk bergerak di Teluk. Dan, langkah kaki AS akan semakin ringan, tanpa ada ancaman dari Iraq."

Rencana ini dikuatkan oleh pernyataan para petinggi Pentagon yang dimuat oleh harian New York Times, bahwa " AS berniat mempertahankan secara permanen empat pangkalan militer di Iraq untuk menjaga kepentingan-kepentingan AS, dan pada saat yang bersamaan akan mengurangi jumlah pasukannya di Saudi. Keempat pangkalan militer tersebut adalah :



  • Pangkalan militer di bandara internasional Saddam.

  • Pangkalan militer di Talel, dekat Nashiriyah.

  • Pangkalan militer ITS I, di sebuah tempat terpencil di tengah padang pasir Iraq Barat, sejajar dengan kilang-kilang minyak antara Baghdad dan Yordania.

  • Pangkalan militer di Pasyur, Iraq Utara.

Saat ini, pasukan AS bermarkas di empat pangkalan militer ini, selain ratusan kesatuan lainnya yang ditempatkan di setiap kota di Iraq dan daerah-daerah sekitarnya. Setelah ini, mungkin pasukan AS di Iraq akan dikurangi sehingga tinggal 125.000 personal, yang akan ditempatkan di empat pangkalan militer ini."

Inilah pernyataan para petinggi pemerintahan AS. Jadi, benarkah tergulingnya Saddam menciptakan stabilititas di kawasan ? Benarkah tergulingnya rezim partai Baath membuat AS tidak memerlukan lagi pangkalan-pangkalan militer di kawasan ini ? Benarkah jatuhnya Iraq ke tangan AS, dan keberhasilan AS membentuk pemerintahan boneka baru loyalis AS, berarti selesainya opsi penggunaan kekuatan militer di kawasan ini ???

Seorang yang memahami sejarah invasi pasukan AS di kawasan Teluk dan mengikuti pernyataan-pernyataan para pejabat AS, tidak akan ragu-ragu menjawab tanda tanya di atas dengan jawaban TIDAK. Gertakan dan ancaman AS kepada Suriah, Iran, Sudan, Libya dan negara-negara "poros setan" lain di kawasan ini, semakin bertambah setiap hari. Belum lagi dengan penegasan Nixon bahwa musuh terbesar AS di kawasan ini adalah "fundamentalis Islam".

Keberadaan pasukan AS untuk masa yang lebih lama, dikuatkan oleh para petinggi pemerintahan AS secara berturut-turut dalam beberapa waktu terakhir. Wakil Presiden Dick Cheney, dalam pertemuan dengan asosiasi redaksi media massa AS, menegaskan bahwa invasi ke Iraq akan disusul oleh operasi-operasi militer lain, sesuai dengan penegasan resmi presiden George W. Bush sebelumnya (BBC, 16/9/2001 M) bahwa perang "salib" melawan para teroris ini akan memakan waktu yang lama.

Dick Cheney menyebutkan," AS mempunyai kewajiban moral untuk menghadapi para teroris." Tentu sudah dimaklumi bersama, bahwa "teroris' yang dimaksud oleh AS adalah kaum muslimin yang teguh memegang ajaran diennya, yang biasa mereka tuding dengan istilah "fundamentalis Islam", atau "kaum Wahabi".

Yang jelas, perang salib AS di kawasan Teluk belum akan berakhir, meski rezim Saddam sudah mereka gulingkan, bahkan mereka telah membentuk pemerintahan boneka loyalis AS. Iraq hanyalah batu loncatan awal. Negara-negara di kawasan Jazirah Arab, akan menjadi target selanjutnya. Dan tentu saja, pasukan invasi kilat AS akan dipertahankan dalam waktu lebih lama, atau tepatnya selamanya.

Hal ini dikuatkan dengan penegasan para petinggi Pentagon kepada kantor berita AFP, bahwa tiga hari setelah jatuhnya Iraq, pesawat-pesawat tempur AS mengangkut sejumlah besar bom MOAB, dengan berat masing-masing bom 9,5 ton. Bom ini merupakan bom terbesar AS sejak zaman perang klasik. Daya hancurnya senilai dengan sebuah bom nuklir kecil. AFP tidak menyebutkan sebab pengiriman bom-bom tersebut ke kawasan Jazirah, sekalipun Iraq telah takluk tiga hari sebelumnya.

Dua hari setelah jatuhnya Iraq, mentri pertahanan Inggris, Jeff Hone mngancam akan melakukan pukulan mematikan kepada negara-negara "pembangkang", yaitu negara yang melindungi teroris internasional, dan negara yang berusaha atau telah memiliki senjata-senjata pemusnah masa. Melindungi teroris, memiliki atau berusaha memiliki senjata pemusnah masal, merupakan sebuah sifat yang bisa melekat atau dilekatkan kepada setiap negara di kawasan Teluk.

Dengan alasan ini pula, AS, Inggris dan sekutu-sekutunya melakukan invasi ke Iraq. Meski Iraq sudah dijatuhkan, dan penggeledahan terhadap setiap rumah, bangunan dan jengkal tanah Iraq telah mereka lakukan, bahan-bahan kimia untuk senjata pemusnah masal tidak didapatkan. Tim investigasi PBB sebelumnya juga telah mengeluarkan laporan ketidak beradaan senjata pemusnah masal di Iraq.

Namun, begitulah. Tidak masalah bila pasukan invasi AS dan sekutunya tidak menemukan bukti atas tuduhan yang mereka lontarkan. Karena, tujuan invasi ini bukanlah untuk mencari senjata pemusnah masal. Pun, bukan untuk menggulingkan rezim Saddam semata. Lagi, juga bukan untuk memburu Usamah, Al-Qaidah, jaringan teroris semata.

Tujuan sebenarnya adalah mempertahankan penjajahan atas Jazirah Arab ; Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kesultanan Oman dan Yaman.

Tujuan sebenarnya adalah merampok dan menguras kekayaan alam dunia Islam.

Tujuan sebenarnya adalah memerangi Islam, kaum muslimin dan mujahidin.

Tujuan sebenarnya adalah mengokohkan mimpi "Israel raya"

Tujuan sebenarnya adalah perang salib modern.

[2]

Melawan Penjajahan Koalisi Salibis, Sebuah Tindakan Terorisme ?


Wasiat Terakhir Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Salam
Sayang, seribu sayang, umat Islam telah melupakan firman Allah Ta'ala :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسُُ فَلاَيَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ إِن شَآءَ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ حَكِيمُُ {28} قَاتِلُوا الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَلاَيُحَرِّمُونَ مَاحَرَّمَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَلاَيَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ {29}

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini, maka Allah nanti akan memberi kekayaan kepadamu karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah Dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk." (QS. Al-Taubah :28-29).

Sayang, seribu sayang, umat Islam telah melupakan sunnah dan wasiat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, yang disampaikan 4 hari sebelum beliau meninggal :


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّه عَنْهمَا أَنَّهُ قَالَ : يَوْمُ الْخَمِيسِ. وَمَا يَوْمُ الْخَمِيسِ ؟ ثُمَّ بَكَى حَتَّى خَضَبَ دَمْعُهُ الْحَصْبَاءَ, فَقَالَ : اشْتَدَّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعُهُ يَوْمَ الْخَمِيسِ, فَقَالَ (ائْتُونِي بِكِتَابٍ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا). فَتَنَازَعُوا وَلَا يَنْبَغِي عِنْدَ نَبِيٍّ تَنَازُعٌ, فَقَالُوا هَجَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ (دَعُونِي ! فَالَّذِي أَنَا فِيهِ خَيْرٌ مِمَّا تَدْعُونِي إِلَيْهِ) وَأَوْصَى عِنْدَ مَوْتِهِ بِثَلَاثٍ (أَخْرِجُوا الْمُشْرِكِينَ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ, وَأَجِيزُوا الْوَفْدَ بِنَحْوِ مَا كُنْتُ أُجِيزُهُمْ), وَنَسِيتُ الثَّالِثَةَ).

وَقَالَ يَعْقُوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ سَأَلْتُ الْمُغِيرَةَ بْنَ عَبْدِالرَّحْمَنِ عَنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ فَقَالَ مَكَّةُ وَالْمَدِينَةُ وَالْيَمَامَةُ وَالْيَمَنُ وَقَالَ يَعْقُوبُ وَالْعَرْجُ أَوَّلُ تِهَامَةَ. وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ (وَالثَّالِثَةُ خَيْرٌ إِمَّا أَنْ سَكَتَ عَنْهَا وَإِمَّا أَنْ قَالَهَا فَنَسِيتُهَا) قَالَ سُفْيَانُ هَذَا مِنْ قَوْلِ سُلَيْمَانَ. وَ فِي رِوَايَةٍ زِيَادَةُ (قَالَ عُبَيدُ اللهِ فَكَانَ ابْنُ عَبَّاٍس يَقُولُ إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ مَا حَالَ بَيْنَ رَسُولِ اللهِ وَبَيْنَ أَنْ يَكْتُبَ لَهُمْ ذَلِكَ الْكِتَابَ مِنْ اِخْتِلاَفِهِمْ وَلَغَطِهِمْ).


[1]- Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata,” Hari Kamis. (Tahukah kalian) apa itu hari Kamis?” Beliau lalu menangis sehingga air matanya membasahi jenggot putihnya ---dalam riwayat lain : membasahi tikar--. Beliau berkata,” Pada hari Kamis sakit Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam semakin berat. Beliau lalu bersabda,”Datangkanlah tulang pipih agar aku bisa menulis untuk kalian suatu catatan sehingga kalian tak akan tersesat selamanya sesudah ini.“

Para sahabat berselisih pendapat, padahal tak sewajarnya ada perselisihan di sisi Nabi. Para sahabat berkata,” Rasulullah mengigau.” Maka Rasulullah bersabda,”Biarkanlah saya. Apa yang aku kerjakan (ingin menulis wasiat, pent) lebih baik dari ajakan kalian (untuk tidak menulis, pent)."

Maka beliau mewasiatkan tiga hal sebelum beliau wafat,”Keluarkanlah orang-orang musyrik dari jazirah Arab dan berilah para utusan hadiah sebagaimana aku memberi mereka hadiah.” Saya (Ibnu Abbas) lupa yang ketiga.”

Ya’qub bin Muhammad berkata,” Saya bertanya kepada Mughirah bin Abdurahman tentang Jazirah Arab, maka beliau menjawab Makkah, Madinah, Yamamah dan Yaman.



Dalam riwayat lain ada tambahan :

Ubaidullah berkata,” Adalah Ibnu Abbas berkata,” Musibah sebesar-besar musibah adalah terhalangnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam dari menulis tulisan tersebut karena adanya perbedaan pendapat di antara mereka.”4



Dalam riwayat lain :

Ibnu Abbas berkata,” Yang ketiga adalah kebaikan, boleh jadi beliau diam (tidak mengatakannya) atau boleh jadi beliau mengatakannya namun saya yang lupa.” Sufyan bin Uyainah berkata,” Ini perkataan Sulaiman (perawi).” 5

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ أَخْبَرَنِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَأُخْرِجَنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ حَتَّى لَا أَدَعَ إِلَّا مُسْلِمًا

[2]- Jabir bin Abdullah radiyallahu 'anhu berkata,” Umar bin Khatab memberitahukan kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda,” Saya benar-benar akan mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, sehingga tak aku sisakan kecuali orang Islam.”6


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ فِي الْمَسْجِدِ إِذْ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَقَالَ (انْطَلِقُوا إِلَى يَهُودَ) فَخَرَجْنَا مَعَهُ حَتَّى جِئْنَا بَيْتَ الْمِدْرَاسِ. فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَادَاهُمْ (يَا مَعْشَرَ يَهُودَ أَسْلِمُوا تَسْلَمُوا) فَقَالُوا قَدْ بَلَّغْتَ يَا أَبَا الْقَاسِمِ. فَقَالَ (ذَلِكَ أُرِيدُ). ثُمَّ قَالَهَا الثَّانِيَةَ فَقَالُوا (قَدْ بَلَّغْتَ يَا أَبَا الْقَاسِمِ). ثُمَّ قَالَ الثَّالِثَةَ فَقَالَ )اعْلَمُوا أَنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ. وَإِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُجْلِيَكُمْ فَمَنْ وَجَدَ مِنْكُمْ بِمَالِهِ شَيْئًا فَلْيَبِعْهُ وَإِلَّا فَاعْلَمُوا أَنَّمَا الْأَرْضُ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ)

[3]- Abu Hurairah radiyallahu 'anhu berkata," Ketika kami sedang duduk di masjid, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam keluar menemui kami dan bersabda," Mari berangkat ke orang-orang Yahudi." Kami segera berangkat bersama beliau, sampai tiba di rumah Midras. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam segera berdiri dan menyeru mereka," Wahai segenap kaum Yahudi, masuk Islamlah, kalian akan selamat !" Mereka menjawab," Engkau telah menyampaikan risalah wahai Abu Qasim !"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam berkata," Itu yang aku inginkan." Beliau lalu meneriakkan seruah dakwah yang sama, dan kembali mereka menjawab dengan jawaban yang sama. Untuk ketiga kalinya, beliau menyerukan dakwah kepada mereka, lalu bersabda,"Ketahuilah ! Sesungguhnya bumi milik Allah dan Rasul-Nya. Aku akan mengusir kalian, maka siapa di antara kalian memiliki harta, hendaklah ia segera menjualnya. Jika tidak, ketahuilah bahwa bumi milik Allah dan Rasul-Nya."7
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّه عَنْهمَا أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَجْلَى الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى مِنْ أَرْضِ الْحِجَازِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا ظَهَرَ عَلَى أَهْلِ خَيْبَرَ أَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ الْيَهُودَ مِنْهَا وَكَانَتِ الْأَرْضُ لَمَّا ظَهَرَ عَلَيْهَا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِلْمُسْلِمِينَ. فَسَأَلَ الْيَهُودُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتْرُكَهُمْ عَلَى أَنْ يَكْفُوا الْعَمَلَ وَلَهُمْ نِصْفُ الثَّمَرِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (نُقِرُّكُمْ عَلَى ذَلِكَ مَا شِئْنَا), فَأُقِرُّوا حَتَّى أَجْلَاهُمْ عُمَرُ فِي إِمَارَتِهِ إِلَى تَيْمَاءَ وَأَرِيحَا *

[4]- Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma berkata,” Umar mengusir orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Hijaz. Dahulu ketika Rasulullah menang atas penduduk Khaibar, beliau ingin mengusir orang-orang Yahudi dari Khaibar, karena dengan kemenangan itu berarti tanah Khaibar menjadi hak Allah, Rasulullah dan kaum muslimin.

Orang-orang Yahudi meminta kepada Rasulullah agar membiarkan mereka tetap tinggal di Khaibar dengan syarat mereka mengerjakan tanah pertanian Khaibar dan hasilnya dibagi dua. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda,” Kami setujui kalian mengerjakan hal itu selama masa yang kami kehendaki.” Mereka tetap tinggal di Khaibar sampai Umar mengusir mereka pada masa pemerintahan beliau ke Taima dan Ariha’.8

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّه عَنْهمَا قَالَ: لَمَّا فَدَعَ أَهْلُ خَيْبَرَ عَبْدَاللَّهِ بْنَ عُمَرَ, قَامَ عُمَرُ خَطِيبًا فَقَالَ (إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عَامَلَ يَهُودَ خَيْبَرَ عَلَى أَمْوَالِهِمْ, وَقَالَ نُقِرُّكُمْ مَا أَقَرَّكُمُ اللَّهُ. وَإِنَّ عَبْدَاللَّهِ بْنَ عُمَرَ خَرَجَ إِلَى مَالِهِ هُنَاكَ فَعُدِيَ عَلَيْهِ مِنَ اللَّيْلِ فَفُدِعَتْ يَدَاهُ وَرِجْلَاهُ, وَلَيْسَ لَنَا هُنَاكَ عَدُوٌّ غَيْرَهُمْ هُمْ عَدُوُّنَا وَتُهْمَتُنَا. وَقَدْ رَأَيْتُ إِجْلَاءَهُمْ.

فَلَمَّا أَجْمَعَ عُمَرُ عَلَى ذَلِكَ أَتَاهُ أَحَدُ بَنِي أَبِي الْحُقَيْقِ فَقَالَ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ, أَتُخْرِجُنَا وَقَدْ أَقَرَّنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَامَلَنَا عَلَى الْأَمْوَالِ وَشَرَطَ ذَلِكَ لَنَا ؟ فَقَالَ عُمَرُ أَظَنَنْتَ أَنِّي نَسِيتُ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ بِكَ إِذَا أُخْرِجْتَ مِنْ خَيْبَرَ تَعْدُو بِكَ قَلُوصُكَ لَيْلَةً بَعْدَ لَيْلَةٍ ؟ فَقَالَ كَانَتْ هَذِهِ هُزَيْلَةً مِنْ أَبِي الْقَاسِمِ.

قَالَ : كَذَبْتَ يَا عَدُوَّ اللَّهِ ! فَأَجْلَاهُمْ عُمَرُ وَأَعْطَاهُمْ قِيمَةَ مَا كَانَ لَهُمْ مِنَ الثَّمَرِ مَالًا وَإِبِلًا وَعُرُوضًا مِنْ أَقْتَابٍ وَحِبَالٍ وَغَيْرِ ذَلِكَ. *

[5]- Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma berkata," Ketika kaum Yahudi Khaibar memotong pergelangan tangan dan kaki Abdullah bin Umar, Umar bin Khatab segera berkhutbah:" Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam telah mempekerjakan kaum Yahudi untuk mengurus harta mereka. Beliau bersabda : Kami mempertahankan kalian selama Allah mempertahankan kalian." Abdullah bin Umar telah pergi ke Khaibar untuk menengok hartanya, namun ia diserang sehingga kedua tangan dan kakinya telah dipotong di suatu malam. Kita tidak mempunyai musuh di Khaibar selain mereka. Mereka adalah musuh kita, dan pihak yang tertuduh. Aku berpendapat, sekarang saatnya untuk mengusir mereka."

Ketika keputusan Umar untuk mengusir mereka telah bulat, seorang Yahudi anak Ibnu Abi Huqaiq menemui beliau dan berkata," Wahai amirul mukminin ! Apakah anda akan mengusir kami, padahal Muhammad telah mempekerjakan kami atas harta-harta (kaum muslimin) dan itulah syarat bagi kami ?"

Umar menjawab, "Apa engkau fikir aku sudah lupa dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ((Bagaimana kabarmu bila kau diusir dari Khaibar, sedang untamu senantiasa mengganggumu setiap malam)) ?" Ia menjawab," Ah, itu hanya guyon Abul Qasim saja !"

Umar berkata," Kau dusta, wahai musuh Allah !" Umarpun mengusir kaum Yahudi dari Khaibar. Umar juga mengganti rugi buah-buahan mereka dengan sejumlah harta, unta, dan perabotan.9


عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ:(لَئِنْ عِشْتُ َلأُخْرِجَنَّ اْليَهُودَ وَالنَّصَارَى مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ حَتىَّ لاَ أَتْرُكَ فِيْهَا إِلاَّ مُسْلِماً).

[6]- Umar bin Khathab radiyallahu 'anhu berkata," Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda : Jika saya masih hidup (lebih lama lagi), saya benar-benar akan mengusir Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, sehingga tidak aku sisakan di Jazirah Arab selain orang Islam."10

عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ قَالَ كَانَ آخِرُ مَا تَكَلَّمَ بِهِ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَخْرِجُوا يَهُودَ الْحِجَازِ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَاعْلَمُوا أَنَّ شِرَارَ النَّاسِ الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ.

[7]- Abu Ubaidah bin Jarrah radiyallahu 'anhu berkata," Sabda terakhir yang diucapkan oleh Nabiyullah shallallahu 'alaihi wa salam adalah : Usirlah kaum Yahudi Hijaz dari Jazirah Arab, dan ketahuilah bahwa sejahat-jahat manusia adalah orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid."11


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ آخِرُ مَا عَهِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ قَالَ لَا يُتْرَكُ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ دِينَانِ.

[8]- 'Aisyah radiyallahu 'anha berkata," Wasiat yang terakhir kali disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam adalah : Tidak boleh dibiarkan ada dua agama di Jazirah Arab."12


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ قَالَ قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ لَا يَبْقَيَنَّ دِينَانِ فِي أَرْضِ اْلجَزِيرَةِ)

[9]- 'Aisyah radiyallahu 'anha berkata," Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda," Semoga Allah memerangi kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid. Sekali-kali tidak boleh ada dua agama di Jazirah Arab."13


عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ يَقُولُ كَانَ مِنْ آخِرِ مَا تَكَلَّمَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ قَالَ قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ لَا يَبْقَيَنَّ دِينَانِ بِأَرْضِ الْعَرَبِ
[10]- Umar bin Abdul Aziz berkata,” Termasuk yang terakhir kali disabdakan Rasulullah adalah sabda beliau,” Semoga Allah memerangi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka telah menjadikan makam para nabi mereka sebagai masjid. Sekali-kali tidak boleh ada dua agama di bumi Arab.”14
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَجْتَمِعُ دِينَانِ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ. فَفَحَصَ عَنْ ذَلِكَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ حَتَّى أَتَاهُ الثَّلْجُ وَالْيَقِينُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَجْتَمِعُ دِينَانِ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ فَأَجْلَى يَهُودَ خَيْبَرَ

[11]- Ibnu Syihab Az Zuhri berkata,” Rasulullah bersabda,” Tak boleh berkumpul dua agama di Jaziratul Arab.” Maka Umar memeriksa benarkah Rasulullah bersabda demikian, sampai ia merasa yakin bahwa Rasulullah bersabda,” Tak boleh berkumpul dua agama di Jaziratul Arab.” Maka Umar mengusir orang Yahudi dari Khaibar."15




Yüklə 3,86 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   30




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin