Eksistensi pasukan as


فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ



Yüklə 3,86 Mb.
səhifə23/30
tarix27.12.2018
ölçüsü3,86 Mb.
#87683
1   ...   19   20   21   22   23   24   25   26   ...   30

فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ


“ Dan bertaqwalah kepada Allah Ta’ala semaksimal kemampuan kalian.” [QS. At Taghabun ;16].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda :


وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

” Apa yang aku perintahkan kepada kalian, laksanakanlah sesuai kemampuan kalian.”337

Ustadz Sayid Qutub menulis :
فَاْلاِسْتِعْدَادُ بِمَا فِي الطَّوْقِ فَرِيضَةٌ تُصَاحِبُ فَرِيضَةَ الْجِهَادِ، وَالنَّصُّ يَأْمُرُ بِإِعْدَادِ اْلقُوَّةِ عَلَى اخْتِلاَفِ صُنُوفِهَا وَأَلْوَانِهَا وَأَسْبَابِهَا... فَهِيَ حُدُودُ الطَّاقَةِ إِلَى أَقْصَاهَا .. بِحَيْثُ لاَ تَقْعُدُ الْعِصَبَةُ اْلمُسْلِمَةُ عَنْ سَبَبٍ مِنْ أَسْبَابِ اْلقُوَّةِ يَدْخُلُ فِي طَاقَتِهَا ا- هـ.

“ Mempersiapkan kekuatan sesuai kadar kemampuan merupakan sebuah kewajiban yang mengiringi kewajiban jihad. Nash telah memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan dengan segala bentuk, jenis dan sebabnya. Mempersiapkan kekuatan adalah menyiapkan kekuatan (kemampuan) sampai titik maksimal kesanggupan…di mana sekelompok kaum muslimin tidak meninggalkan satu sebabpun yang mendatangkan kekuatan selama masih dalam kesanggupan mereka.”338

Imam Al Izz bin Abdu Salam mengatakan :
مَنْ كُلِّفَ بِشَيْءٍ مِنَ الطَّاعَاتِ فَقَدَرَ عَلَى بَعْضِهِ وَعَجَزَ عَنْ بَعْضِهِ, فَإِنَّهُ يَأْتِي بِمَا قَدَرَ عَلَيهِ، وَيَسْقُطُ عَنْهُ مَا عَجَزَ عَنْهُ ا- هـ.

“ Siapa yang dibebani dengan sebuah beban (perintah) ketaatan ;sementara ia mampu mengerjakan sebagiannya dan tidak mampu melaksanakan kewajibannya, maka ia (harus) mengerjakan apa yang ia sanggup melaksanakannya, sedang kewajiban yang ia tidak mampu melaksanakannya ; gugur atas dirinya.”339

Pertanyaannya, seberapa persen perhatian kaum muslimin terhadap i'dad militer ? Seberapa besar anggaran mereka untuk persiapan militer, bila dibandingkan dengan anggaran mereka untuk bidang dakwah, pendidikan, layanan sosial, layanan kesehatan, kampanye pemilu, operasional harian partai dan kebutuhan hidup harian keluarga mereka ? Seberapa besar bantuan personal, logistik, dana dan persenjataan yang mereka sumbangkan untuk mujahidin ?

Ataukah mujahidin adalah para teroris, pengacau keamanan, para kriminil dan orang-orang yang beraliran sesat ? Sehingga harus dikutuk, diisolir dan dimusuhi bersama ????

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, insya Allah, mereka akan bisa menemukan jawaban atas asumsi "mujahidin terjebak dalam kosnpirasi musuh untuk menerjuni peperangan yang tidak seimbang."

Wallahu a'lam bish shawab.



[2].

Jihad Menyebabkan Reaksi Keras Musuh


  • Nabi shallallahu 'alaihi wa salam memimpin 300-an sahabat keluar dari Madinah untuk menghadang kafilah dagang Quraisy yang pulang dari Syam. Penghadangan kali ini adalah kali yang kesekian, setelah sebelumnya beberapa pasukan beliau berangkatkan untuk menghadang kafilah-kafilah dagang Quraisy. Bisa dipastikan, gangguan terhadap kekuatan utama ekonomi Quraisy ini akan menimbulkan reaksi keras kaum kafir Quraisy.

Ternyata, dugaan ini terbukti. Kaum kafir Quraisy memberangkatkan 1000 personal bersenjata lengkap untuk mengamankan sumber utama ekonominya. Terjadi perubahan besar diluar dugaan ; kafilah dagang yang dihadang berhasil lolos, 1000 pasukan musuh bergerak terus menuju kaum muslimin, sementara kaum muslimin tidak mempunyai persiapan perang. Dengan semua fakta ini, adakah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam membatalkan operasi ???

  • Perang Uhud, tidak lain adalah bentuk reaksi dan pembalasan dendam kaum kafir Quraisy atas kekalahan dalam perang Badar. Mereka bahkan akan menyerang langsung ke kota Madinah, sehingga menimbulkan perbedaan di kalangan sahabat ; kalangan tua ingin menghadapi musuh di kota Madinah, sedang kalangan muda menginginkan musuh disambut di luar Madinah. Perang akhirnya terjadi di luar Madinah, dan kaum muslimin mendapatkan musibah. Apakah dengan adanya musibah ini, turun wahyu dari langit mencela ketergesaan menerjuni perang Badar yang menimbulkan reaksi dan pembalasan keras kaum kafir Quraisy di medan Uhud ? Ataukah wahyu turun mencela kecintaan kepada harta duniawi (ghanimah) dan ketidak disiplinan sebagian pasukan Islam dalam mentaati perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ?

  • Kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar, semula di luar perkiraan mereka, mengingat sama sekali tidak ada niatan dan persiapan perang. Misalkan, dalam perang Badar kaum muslimin mengalami musibah. Apakah lantas hukum jihad mereka berubah, dalam artian jihad mereka dicela karena menerjuni peperangan yang tidak seimbang dan menarik reaksi keras musuh ??? Pertanyaan yang sama bisa diajukan atas perang Hunain, Tabuk dan Mu'tah.

  • Logika bijaksana "kekhawatiran operasi-operasi jihad akan menarik reaksi keras musuh" ini, pada akhirnya akan menihilkan bentuk-bentuk jihad fi sabilillah, bahkan jihad dengan pena, lisan, amar ma'ruf dan nahi munkar sekalipun.

Masing-masing amal sholih yang dibenci oleh kaum kafir, munafik, zalim dan orang-orang yang menyimpang ini, pasti akan mendapatkan reaksi keras dari musuh-musuh Islam. Tingkatan kuat dan lemahnya reaksi tersebut tentu berbeda-beda, tergantung seberapa kuat amal shalih yang dilakukan kaum muslimin. Reaksi keras para preman dan aparat yang menjadi backing tempat-tempat kemaksiatan terhadap laskar FPI, misalnya, tentu berbeda dengan reaksi keras kaum sekuler terhadap para cendekiawan muslim yang anti gerakan sekulerisme-pluralisme-liberalisme, dan tentu berbeda dengan reaksi keras aparat taghut terhadap mujahidin yang melakukan operasi-operasi bersenjata.

Jika musuh-musuh Islam ---baik kaum kafir, munafik, zalim maupun orang-orang bodoh--- mengetahui mentalitas dan logika "bijaksana" para pengikut kebenaran seperti ini, tentu mereka akan melancarkan teror media massa dan media elektronik secara besar-besaran, untuk menggentarkan nyali para pengikut kebenaran. Teror mass media secara terus menerus akan memperdalam "logika bijaksana" ini dalam mental para pengikut kebenaran. Akhirnya, akan menjadi benteng pertahanan yang kuat bagi musuh-musuh Islam. Mereka tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, tenaga dan kemampuan untuk memukul para pengikut kebenaran. Cukup dengan propaganda dan pembentukan opini public di mass media; murah, meriah dan efektif.

Siapa yang menganut "logika bijaksana" ini, --- mau tidak mau, sadar maupun tidak sadar--- juga harus menolak dan melarang berbagai operasi jihad di Palestina, Chechnya, Afghanistan, Iraq dan tempat-tempat jihad lainnya. Sebuah operasi istisyhad di Palestina yang menewaskan dan mencederai beberapa gelintir Yahudi, akan mendapat reaksi sangat keras dari tentara Israel ; tank-tank melabrak para pejuang Palestina, buldozer-buldozer meruntuhkan kampung-kampung pemukiman muslim Palestina, pengangkapan para pemuda muslim Palestina dan otomatis para pekerja muslim Palestina yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja di daerah pemukiman Yahudi akan kehilangan pekerjaan. Keuntungan operasi-operasi jihad di Palestina sangat kecil bila dibandingkan dengan kerugiaan yang harus dtanggung oleh bangsa muslim Palestina.


  • Cara menimbang sebuah amal secara benar, bukanlah dengan melihat hasil akhir amal tersebut, namun dengan melihat landasan amal tersebut. Jika amal tersebut dibangun di atas dasar pemenuhan seluruh syarat-syaratnya, maka amalan tersebut sudah benar, dan hasil akhir tidak mempengaruhi keabsahan amal.

Kewajiban seorang hamba adalah beramal dan berusaha, Allah Ta'ala yang menentukan hasilnya. Kewajiban hamba adalah berusaha maksimal, berhati-hati, mempersiapkan diri, mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dan bermusyawarah dengan orang-orang yang mempunyai keahlian di bidangnya. Setelah itu, membulatkan tekad, bertawakal dan beramal.

Allah Ta'ala berfirman :


وَشَاوِرْهُمْ فِي اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

" Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali Imran :159).

Jika semua hal ini telah dilaksanakan, ia dianggap telah berijtihad. Jika benar mendapat dua pahala, dan jika salah mendapat satu pahala. Adapun memberikan komentar "jika amalmu tidak mencapai hasil yang ditargetkan, atau mendatangkan mafsadah, berarti amalmu salah, atau tergesa-gesa", adalah sebuah penilaian yang zalim dan tidak proporsional.
وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ

" Dan timbanglah dengan neraca yang benar." (QS. Al-Isra' :35).


وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا

" Dan apabila kamu berkata, hendaklah kamu berlaku adil." (QS. Al-An'am :152).

Banyak ayat dan hadits yang menunjukkan, kewajiban seorang hamba hanyalah berusaha, dan hasil di tangan Allah Ta'ala.

Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. (QS. 5:99)
وَإِن ماَّنُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاَغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ

Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka. (QS. 13:40).

Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya 13/172 menerangkan makna ayat ini, bahwa kewajiban Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam hanyalah menyampaikan risalah. Urusan sempat melihat adzab yang menimpa orang-orang kafir sebelum beliau meninggal, atau tidak sempat melihatnya karena lebih dahulu meninggal, bukan menjadi urusan beliau.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّه عَنْهمَا قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ فَجَعَلَ يَمُرُّ النَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلَانِ وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّهْطُ وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ

Dari Ibnu Abbas, ia berkata," Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam menemui kami dan bersabda," Diperlihatkan kepada umat-umat manusia. Ada seorang nabi yang mempunyai seorang pengikut. Ada seorang nabi yang mempunyai dua orang pengikut. Ada seorang nabi yang mempunyai beberapa orang pengikut. Dan ada seorang nabi yang sama sekali tidak mempunyai pengikut."340

Tentu tidak ada seorang muslim yang berani mengatakan para nabi 'alaihim shalatu wa salam terlalu meremehkan urusan mengambil sebab atau gagal dalam berdakwah. Demikian juga dengan jihad. Adanya sebagian yang terbunuh, tertawan, terluka dan diburu musuh, tidak bisa dijadikan tolok ukuran kesalahan dasar operasi jihad, selama operasi tersebut dibangun di atas landasan yang benar.
وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ اْلأَعْلَوْنَ إْن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ {139} إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحُُ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحُُ مِّثْلُهُ وَتِلْكَ اْلأَيَّامُ نُدَاوِلُهاَ بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِينَ {140} وَلِيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,

dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran : 139-141).


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ غَازِيَةٍ أَوْ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فَتَغْنَمُ وَتَسْلَمُ إِلَّا كَانُوا قَدْ تَعَجَّلُوا ثُلُثَيْ أُجُورِهِمْ وَمَا مِنْ غَازِيَةٍ أَوْ سَرِيَّةٍ تُخْفِقُ وَتُصَابُ إِلَّا تَمَّ أُجُورُهُمْ *
Dari Abdullah bin Amru, ia berkata," Rasulullah Shallallahu 'alaihii wa salam bersabda : Tidaklah sebuah pasukan atau ekspedisi perang berperang dan selamat kecuali mereka telah menyegerakan penerimaan 2/3 pahala mereka. Dan tidaklah sebuah pasukanatau ekspedisi perang gagal dalam peperangan dan mereka terbunuh, kecuali pahala mereka telah disemurnakan."341 Dalam riwayat Muslim lainnya :
مَا مِنْ غَازِيَةٍ تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُصِيبُونَ الْغَنِيمَةَ إِلَّا تَعَجَّلُوا ثُلُثَيْ أَجْرِهِمْ مِنَ الْآخِرَةِ وَيَبْقَى لَهُمُ الثُّلُثُ وَإِنْ لَمْ يُصِيبُوا غَنِيمَةً تَمَّ لَهُمْ أَجْرُهُمْ *
" Tidaklah sebuah pasukan berperang di jalan Allah dan mendapat ghanimah, kecuali mereka telah menyegerakan 2/3 pahala mereka di akhirat, sehingga tinggal tersisa 1/3 pahala. Jika mereka tidak mendapat ghanimah, maka pahala mereka telah sempurna."

Peristiwa terbunuh, tertawan, terluka atau diburunya sebagian mujahidin memang menimbulkan kesedihan dalam hati sebagian kaum muslimin. Namun semua itu tidak selayaknya membuat lupa terhadap hakekat makna yang dijelaskan oleh berbagai ayat dan hadits ini. Semua itu adalah karunia dan pilihan dari Allah ; untuk membersihkan barisan, menghapus dosa, meninggikan derajat dan menjayakan Islam.

Allah Ta'ala menerangkan, mencela sebuah operasi jihad dan mujahidin dengan melihat kepada hasil akhir sebuah operasi jihad, bukanlah sifat kaum beriman.
يَاأَيًّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا وَقَالُوا لإِخْوَانِهِمْ إِذَا ضَرَبُوا فِي اْلأَرْضِ أَوْ كَانُوا غُزًّى لَّوْ كَانُوا عِندَنَا مَامَاتُوا وَمَا قُتِلُوا لِيَجْعَلَ اللهُ ذَلِكَ حَسْرَةً فِي قُلُوبِهِمْ وَاللهُ يُحْيِ وَيُمِيتُ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرُُ {156}

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran :156).


الَّذِينَ قَالُوا لإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang:"Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah:"Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar". (QS. Ali Imran ;168).


وَإِنَّ مِنكُمْ لَمَنْ لَيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةُُ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ اللهُ عَلَىَّ إِذْ لَمْ أَكُن مَّعَهُمْ شَهِيدًا

Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang-orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata:"Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka".(QS. An-Nisa' : 72).



  • Operasi-operasi jihad yang telah dilakukan mujahidin, dengan izin Allah, telah memberikan pukulan surprise kepada AS dan sekutu-sekutu serta antek-anteknya. Operasi ini telah mengganggu ekonomi dan keamanan AS di seantero dunia, memaksa AS untuk mengeluarkan anggaran lebih besar untuk menghadapi front di seluruh dunia, dan yang tak kalah pentingnya membuka kedok pemerintahan taghut sekuler yang berwala' kepada AS, rela melakukan penindasan kepada rakyatnya sendiri demi meraih restu dan dukungan AS dan sekutunya.

Ini adalah sebuah kemenangan besar yang tak bisa diukur dengan materi. Kemenangan tauhid dan wala', sebuah hasil yang sulit dilakukan oleh gerakan dakwah, tarbiyah dan gerakan sosial Islam selama puluhan tahun. Allah Ta'ala berfirman tentang urgensi membuka kedok musuh :
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ

Dan demikianlah Kami menerangkan ayat-ayat al-Qur'an. (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (QS. Al-An'am:5).



[3].

Tindakan Emosional dan Balas Dendam Semata

Sebagian pihak menilai, mujahidin adalah anak-anak kemarin sore yang hanya didorong oleh semangat membara, emosi yang tidak terkontrol dan kondisi kejiwaan yang labil. Aksi-aksi mujahidin, hanyalah cerminan dari balas dendam yang tidak difikirkan akibat, untung dan ruginya secara masak-masak.


Jawab :

Penilaian ini mungkin benar, apabila persoalan yang dihadapi oleh mujahidin hanya perkara remeh, yang tak layak disebutkan, difikirkan apalagi dihadapi secara serius.

Namun bila persoalan yang dihadapi mujahidin adalah persoalan sangat serius, menyangkut agama, nyawa, harta, akal dan kehormatan lebih dari satu milyar kaum muslimin, jelas permasalahannya tidak sesederhana penilaian di atas. Jelas, persoalannya bukan sekedar emosi dan semangat.

Apakah masuk akal :



  • seorang muslim yang sehari semalam minimal lima kali menghadapkan hati, wajah dan anggota badannya ke kiblat, rela bila kiblatnya dikencingi dan diberaki oleh seekor babi ? Lantas bagaimana jika kiblat umat Islam dijajah (bukan sekedar dikencingi atau diberaki) oleh 300.000 s/d 500.000 "babi" ? Apakah bila si muslim tenang-tenang saja, tidak mengusir dan tidak marah, dianggap sebagai orang yang bijak, tidak emosional ? Ataukah persoalannya bukan sekedar emosi dan semangat ?

  • seorang muslim mengetahui persis seorang pencuri mengambil Rp 10.000 di lemarinya. Akankah ia biarkan saja si pencuri lolos ? Lantas bagaimana bila ia mengetahui, para pencuri telah menguras kekayaannya ? Kekayaan yang nilainya sama dengan 62 % kekayaan minyak bumi dunia ? Jika ia marah, mengusut dan menuntut si pencuri, layakkah ia disebut emosional dan hanya bermodal semangat ? Ataukah ia sedang membela haknya?

  • seorang muslim melihat sekawanan perampok membunuh salah seorang anggota keluarganya. Bila ia berteriak geram atau bahkan melawan, layakkah ia disebut emosional dan hanya bermodal semangat ? Lantas, bagaimana bila ia mengetahui para perampok telah membunuh 2 juta anggota keluarganya, mengusir 7 juta anggota keluarganya dan menzalimi ratusan juta anggota keluarga lainnya ?

  • seorang muslim yang berusaha hidup sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan as-sunah, menolak segala bentuk kekafiran, kebid'ahan dan kemungkaran. Jika ia melihat musuh-musuh Islam datang memaksakan ajaran kekafiran (demokrasi, kapitalisme, liberalisme), kemaksiatan dan kebejatan (budaya Barat), salahkah bila emosinya tersulut dan kemarahannya bangkit ? Ataukah ia harus diam, membiarkan, dan bahkan merestui ?

Emosi yang meledak-ledak dan tidak bisa dikendalikan adalah sumber dan kunci segala keburukan dan bencana.342 Namun, kapan hal itu berlaku ? Ketika kemarahan bersumber dari sebab yang tidak dibenarkan oleh syariat, disalurkan melalui tindakan yang tidak dibenarkan oleh syariat, pada saat yang tidakdibenarkan oleh syariat dan mendatangkan dampak negatif yang lebih buruk.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّه عَنْه أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ.

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam," Berilah saya wasiat !" Beliau menjawab," Jangan marah !" Orang itu mengulang-ulangi permintaannya, namun beliau selalu menjawab," Jangan marah !"343


عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ ! دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي اْلجَنَّةَ وَلاَ تُكْثِرْ عَلَيَّ ! قَالَ : لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.

Abu Darda' radiyallahu 'anhu berkata," Ya Rasulullah ! Tunjukkan kepada saya sebuah amalan yang memasukkan saya ke surga, namun jangan banyak-banyak !" Beliau menjawab," Jangan marah, maka kau akan masuk surga !"

Menahan kemarahan dan emosi merupakan akhlak yang mulia, Allah dan Rasul-Nya memujinya (QS. Ali Imran :134, Asy Syura :37). Namun, Allah dan Rasul-Nya juga memerintahkan untuk marah dan emosi, dalam beberapa kondisi tertentu. Imam Ibnu Rajab Al-Hambali berkata :

" Maka yang wajib bagi orang beriman, adalah membatasi syahwatnya dalam hal-hal yang diperbolehkan oleh Allah Ta'ala --- ia mungkin menikmatinya dengan niat yang baik, sehingga diberi pahala --- dan mengarahkan kemarahannya untuk menolak gangguan terhadap dien yang menimpa dirinya atau orang lain, sebagai bentuk pembalasan atas orang-orang yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah :


قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ {14} وَيُذْهِبَ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadapa mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, (14) dan menghilangkan kemarahan (panas, emosi) hati orang-orang mu'min. (QS.Al-Taubah :14-15).

Begitulah sifat Nabi shallalalhu 'alaihi wa salam. Beliau tidak pernah membalas dendam untuk kepentingan diri sendiri. Namun jika hurumatullah dilanggar, tidak ada yang bisa meredakan kemarahan beliau. Beliau tak pernah sekalipun memukul pembantu atau istri dengan tangan beliau, kecuali dalam jihad." 344
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّه عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلَّا أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا *

Aisyah radiyallahu 'anha berkata," Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dihadapkan kepada dua pilihan, kecuali beliau akan memilih yang lebih ringan selama bukan sebuah perbuatan dosa. Bila sebuah perbuatan dosa, beliau adalah orang yang paling menjauhinya. Beliau juga tidak pernah membalas untuk diri beliau sendiri, kecuali bila hal yang diagungkan Allah Ta'ala telah dilanggar, maka beliau akan membalas karena Allah Ta'ala."345

Demikianlah, emosi, kemarahan dan balas dendam seorang muslim diatur dan diarahkan oleh Al-Qur'an dan As-sunah. Bila semuanya telah selaras dengan tuntunan wahyu, namanya bukan lagi emosi, kemarahan atau balas dendam. Ia telah menjadi akhlak mahmudah, mengamalkan perintah Allah dan mengikuti as-sunah.

Lantas, apa penyebab kemarahan, emosi dan pembalasan mujahidin ? Kekafiran demokrasi, kapitalisme dan liberalisme yang dipaksakan oleh aliansi pasukan salibis–zionis-paganis-komunis internasional. Jutaan nyawa kaum muslimin yang mereka bunuh, usir dan zalimi. Ribuan kaum muslimin yang dipenjara dan muslimah yang dinodai kehormatannya. Harta dan kekayaan alam kaum muslimin yang diperas dan dimonopoli. Akal kaum muslimin yang dirusak dengan propaganda kekafiran, kebid'ahan dan kemesuman lewat media massa kafir.

Lantas, apakah semua fakta ini sebuah kebaikan ? Ataukah sebuah kejahatan, kezaliman dan pelanggaran terhadap hak Allah, Rasulullah dan kaum beriman ?

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنْ الْقَتْلِ

"Dan fitnah (kekafiran dan kesyirikan) lebih kejam dari pembunuhan." QS. Al-Baqarah :191

وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنْ الْقَتْلِ

" Dan fitnah (kekafiran dan kesyirikan) lebih besar (dosa dan bahayanya) dari pembunuhan." QS. Al-Baqarah :217
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

Dari Abdullah bin Amru radiyallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa salam, beliau bersabda," Hancurnya dunia adalah lebih remeh bagi Allah Ta'ala, daripada terbunuhnya seorang muslim."346


عَنِ الْبَرَاءِ ابْنِ عَازِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

Dari Bara' bin Azib bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda," Hancurnya dunia adalah lebih remeh bagi Allah Ta'ala, daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa alasan yang benar."347

Lantas, bagaimana Allah Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam mengarahkan ? Allah Ta'ala mengarahkan dengan puluhan ayat untuk berjihad menyelamatkan akidah dan membela umat manusia yang tertindas. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam mengarahkan dalam puluhan hadits untuk bahu membahu, saling menolong, menujukkan solidaritas dan mengubah kemungkaran dengan kemampuan yang ada ; tangan, lisan atau hati.
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

Nu'man bin Basyir radiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda," Perumpamaan kaum muslimin dalam sikap saling mencintai, menyayangi dan membantu yang lemah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakan sulit tidur dan demam."348

Di Pasar Madinah, seorang wanita muslimah ditarik jilbabnya oleh seorang Yahudi sehingga nampak auratnya. Seorang pemuda muslim yang melihatnya marah, bangkit dan berkelahi sampai membunuh di Yahudi. Kaum Yahudi tidak terima dan mereka ramai-ramai mengeroyok si pemuda muslim sampai meninggal. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam pun menggerakkan kaum muslimin untuk menyerbu kampung Yahudi Bani Qainuqa'. Perang pun terjadi, berawal dari sebuah pelecehan di pasar. Apakah tindakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam ini tindakan emosional dan spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?

Dalam proses perjanjian damai Hudaibiyah, tersiar kabar bahwa Utsman bin Affan radiyallahu 'anhu yang diutus sebagai duta diplomasi ke Makkah telah dibunuh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam segera bereaksi dengan mengambil baiah (sumpah setia) 1400 sahabat untuk berperang sampai mati demi menuntut balas nyawa Utsman. Apakah tindakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ini juga emosional dan spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?

Bani Bakar bin Wail ---sekutu kaum Quraisy--- menyerbu Bani Khuza'ah ---sekutu kaum muslimin---, sehingga menimbulkan korban nyawa dan harta benda. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam segera bereaksi dengan mengerahkan 10.000 prajurit untuk melakukan serangan ke Makkah. Apakah tindakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ini juga emosional dan spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?

Sahabat Abdullah bin Amru bin Ash mengisahkan, suatu hari para pemimpin Quraisy berkumpul di Hijr Ismail dalam Masjidil Haram. Mereka berbincang tentang Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam yang membodoh-bodohkan akal mereka, mencela bapak-bapak mereka, menghujat agama mereka, memecah belah masyarakat dan mencela tuhan-tuhan mereka. Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam masuk ke Masjidil Haram untuk melakukan thawaf. Pada putaran thawaf yang pertama, para pemimpin kaum Quraisy tersebut mengejek beliau. Pada putaran thawaf kedua, kejadian serupa mereka ulangi. Ketika pada putaran thawaf yang ketiga, mereka tetap mengejek, wajah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam merah padam karena kemarahan. Beliau menghampiri mereka dan mengancam :


تَسْمَعُونَ يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَمَا وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِالذَّبْحِ.

" Dengarkan wahai segenap orang Quraisy ! Demi Allah yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya. Aku benar-benar datang untuk menyembelih kalian !"349

Apakah tindakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ---padahal saat itu, kaum muslimin masih sedikit dan tertindas--- ini juga emosional dan spontanitas tanpa pertimbangan masak-masak ?

Emosi dan kemarahan adalah sifat pembawaan manusia, untuk mengarahkan kepada kebaikan, ia harus diatur dengan tuntunan wahyu. Dan parameter untuk mengukur emosi, kemarahan, kebijaksanaan, dan kehati-hatian bukan perasaan atau komentar orang lain, melainkan Al-Qur'an dan Al-Sunah.

Kondisi yang menimpa umat Islam saat ini jelas merupakan kemungkaran yang menuntut kaum muslimin untuk merubahnya dengan segala cara yang memungkinkan dan dibenarkan oleh syariat ; dengan tangan, lisan maupun hati. Namun yang mengherankan dan menyedihkan, ketika sebagian umat Islam (baca : para pemuda ingusan, anak kemarin sore yang emosional dan tergesa-gesa) berusaha merubah kemungkaran ini dengan tangan, justru para tokoh umat Islam (terlebih kaum awam umat Islam) mencela dan mengutuk mereka.

Anehnya, mereka tidak merubah kemungkaran yang ada ini dengan lisan mereka. Lisan mereka justru sibuk "menguliti" para pemuda "emosional". Jika hati mereka membenci kemungkaran yang ada, kenapa bukti fisik mereka (ucapan lisan) justru menghujat orang-orang yang berusaha merubah kemungkaran ? Bukankah fisik merupakan cerminan isi hati ?

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata :
(وَأَيُّ دِيْنٍ ، وَأَيُّ خَيْرٍ ، فِيْمَنْ يَرَى محَاَرِمَ اللهِ تُنْتَهَكُ ، وَحُدُودَهُ تُضَاعُ ، وَدِيْنَهُ يُتْرَكُ ، وَسُنَةَ رَسُولِ اللهِ  يُرْغَبُ عَنْهَا ، وَهُوَ بَارِدُ الْقَلْبِ ، سَاكِتُ اللَّسَانِ ، شَيْطَانٌ أَخْرَسُ , كَمَا أَنَّ الْمُتَكَلِّمَ بِالْبَاطِلِ شَيْطَانٌ نَاطِقٌ ؟! , وَهَلْ بَلِيَّةُ الدِّينِ إِلاَّ مِنْ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ إِذَا سَلِمَتْ لَهُمْ مَآكِلُهُمْ وَرِيَاسَاتُهُمْ فَلاَ مُبَالاَةَ بِمَا جَرَى عَلَى الدِّينِ ؟ , وَخِيَارُهُمُ اْلمُتَحَزِّنُ اْلمُتَلَمِّظُ , وَلَوْ نُوزِعَ فِي بَعْضِ مَا فِيهِ غَضَاضَةٌ عَلَيهِ فِي جَاهِهِ أَوْ مَالِهِ بَذَلَ وَتَبَذَّلَ ، وَجَدَّ وَاجْتَهَدَ , وَاسْتَعْمَلَ مَرَاتِبَ اْلإِنْكَارِ الثَّلاَثَةَ بِحَسْبِ وُسْعِهِ ، وَهَؤُلاَءِ - مَعَ سُقُوطِهِمْ مِنْ عَيْنِ اللهِ وَمَقْتِ اللهِ لَهُمْ - قَدْ بُلُّوا فِي الدُّنْيَا بِأَعْظَمِ بَلِيَّةٍ تَكُونُ وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ , وَهُوَ مَوْتُ اْلقُلُوبِ ; فَإِنَّهُ الْقَلْبُ كُلَّمَا كَانَتْ حَيَاتُهُ أَتَمَّ كَانَ غَضَبُهُ ِللهِ وَرَسُولِهِ أَقْوَى , وَانْتِصَارُهُ لِلدِّينِ أَكْمَلَ) .

" Dien macam apa, dan kebaikan macam apa, yang tersisa pada diri seseorang yang melihat hal-hal yang diagungkan Allah dinodai, aturan-aturan Allah ditelantarkan, agama Allah ditinggalkan dan sunah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam dibenci, sementara hatinya dingin saja, lisannya diam saja ? Sungguh, ia tak lain adalah setan bisu, sebagaimana orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara. Bukankah bencana yang menimpa agama ini hanya berasal dari orang-orang semisal mereka ; orang-orang yang tak mempedulikan apapun yang terjadi dengan agama, selama urusan makan dan kedudukannya selamat ?

Orang yang paling baik di kalangan mereka, adalah orang yang sok sedih dan murung. Padahal, jika harga diri atau hartanya diganggu sedikit saja, ia akan mengerahkan segenap kemampuan, bersunggguh-sungguh dan menggunakan ketiga bentuk merubah kemungkaran sesuai kemampuannya. Mereka itu ---selain telah jatuh harga dirinya di mata Allah dan Allah memurkai mereka --- telah ditimpa dengan musibah terbesar di dunia ini, namun mereka tdak menyadarinya. Itulah bencana matinya hati. Sesungguhnya semakin sempurna kehidupan hati seorang manusia, rasa marahnya karena Allah dan Rasul-Nya akan semakin besar, dan pembelaannya kepada agama akan semakin sempurna."350

Syaikh Abdul-Lathif bin Abdur-Rahman Alu Syaikh (1293 H) berkata ;


( وَأَكْثَرُهُمْ يَرَى السُّكُوتَ عَنْ كَشْفِ اللُّبْسِ فِي هَذِهِ اْلمَسْأَلَةِ ، الَّتِي اغْتَرَّ بِهَا اْلجَاهِلُونَ ، وَضَلَّ بِهَا ْالأَكْثَرُونَ ، وَطَرِيقَةُ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَعُلَمَاءِ اْلأُمَّةِ تُخَالِفُ مَا اسْتَحَلَّهُ هَذَا الصِّنْفُ مِنَ السُّكُوتِ ، وَاْلإِعْرَاضِ فِي هَذِهِ اْلفِتْنَةِ الْعَظِيمَةِ ، وَإِعْمَالِ أَلْسِنَتِهِمْ فِي اْلاِعْتِرَاضِ عَلَى مَنْ غَارَ ِللهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِدِينِهِ . فَلْيَكُنْ مِنْكَ يَا أَخِي طَرِيقَةٌ شَرْعِيَّةٌ ، وَسِيرَةٌ مَرْضِيَّةٌ ، ِفي رَدِّ مَا وَرَدَ مِنَ الشُّبَهِ ، وَكَشْفِ اللُّبْسِ ، وَالتَّحْذِيرِ مِنْ فِتْنَةِ اْلعَسَاكِرِ ، وَالنُّصْحِ ِللهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَِلأَئِمَّةِ اْلمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ ، وَهَذَا لاَ يَحْصُلُ مَعَ السُّكُوتِ ، وَتَسْلِيكِ الْحَالِ عَلَى أَيِّ حَالٍ ، فَاْغتَنِمِ اْلفُرْصَةَ ، وَأَكْثِرْ مِنَ اْلقَوْلِ فِي ذَلِكَ ، وَاغْتَنِمْ أَيَّامَ حَيَاتِكَ ، فَعَسَى اللهُ أَنْ يَحْشُرَنَا وَإِيَّاكَ فِي زُمْرَةِ عَسَاكِرِ السُّنَّةِ وَاْلقُرْآنِ ، وَالسَّابِقِينَ اْلأَوَّلِينَ ، مِنْ أَهْلِ الصِّدْقِ وَاْلإِيمَانِ) .
" Sebagian besar mereka memilih diam, tidak menyingkap kesamaran dalam permasalahan ini, sebuah permasalahan di mana banyak orang bodoh tertipu dan sebagian besar masyarakat tersesat. Padahal, metode Al-Qur'an, As-Sunah dan para ulama umat ini menyelisihi tindakan yang dihalalkan oleh orang-orang ini ; diam tidak menerangkan kemungkaran, berpaling dari fitnah yang besar ini dan justru menggunakan lisan mereka untuk menentang orang-orang yang bangkit emosinya (ghirah) demi membela Allah, kitab-Nya dan agama-Nya ?

Hendaklah engkau ---wahai saudaraku--- mengikuti metode syar'i dan jalan hidup yang diridhai, dengan membantah syubhat-syubhat yang ada, menyingkap tabir kesamaran, memperingatkan untuk mewaspadai fitnah pasukan musuh, dan bersikap tulus kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin. Dan hal itu ini tidak akan tercapai dengan diam atau ikut-ikutan (mengalir) bersama kondisi yang ada. Maka pergunakanlah kesempatan yang ada, banyaklah menerangkan hal ini, pergunakan sisa-sisa hari-harimu. Semoga Allah mengumpulkan kita dan anda bersama barisan tentara Al-Sunah dan Al-Qur'an, ahlu shidqi wal iman dari kalangan as-sabiqunal awwalun."351

Wallahu A'lam bish Shawab.


Yüklə 3,86 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   19   20   21   22   23   24   25   26   ...   30




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin