MAKALAH AQIDAH
DOSEN: SUTARMAN, S.Pd., M.Hum.,C .P,h.D
Disusun oleh:
Nama : Laras Sekar Wedaringtyas
Kelas/NIM : B/20140810075
Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya, makalah ini dapat terselesaikan tanpa halangan suat apapun. Shalawat dan salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabiullah Muhammad saw.
Makalah ini penulis persembahkan sebagai wujud komitmen penulis untuk memenuhi tugas sebagai Ujian Akhir Semester Gasal Mata Kuliah AIK/ AL ISLAM (KBK). Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai iman, akhlak, dakwah, dan hukum umat muslim terhadap pelajaran bahasa inggris. Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini.Kritik, saran dan masukan yang membangun sangat penulis harapakan demi peningkatan dalam membuat makalah mata kuliah AIK/ AL ISLAM.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Wallahu Waliyut Taufiq,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta, 20 Rabiul Awal 1436H /
11 Januari 2015 M
Penulis
1. IMAN KEPADA YANG GHAIB
Beriman kepada yang ghaib adalah salah satu wujud ciri manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Manusia diharapkan bukan sekedar menganggap ciptaan yang ghaib berwujud/ada, melainkan juga senantiasa meningkatkan kualits pengenalan kita terhadapnya. Tujuannya agar dapat dimanfaatkan sebagai sarana peningkatan wujud seberapa besar wujud keimanan dan ketakwaan umat manusia kepada Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta dan Pengatur segala isinya.
Adapun dalil-dalil Al-Qur’an yang menjelaskan tentang beriman kepada yang ghaib adalah sebagai berikut, Artinya :
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…” (QS.Al-Baqarah[2]:2-3)
-
Dalam maksud dalil Al-Qur’an diatas. yang ghaib antara lain: Allah Yang Maha Ghaib-, Malaikat, Ruh, An-Nafs/jiwa (bukan nafsu), Jin, dan sebagainya. Jadi, yang ghaib terbagi menjadi dua jika dilihat status keberadaannya. Pertama sebagai Pencipa, Allah SWT dan yang kedua yaitu malaikat, ruh, an-nafs/jiwa, jin, setan, dan sebagainya.
-
Dalam beriman terhadap hal-hal yang ghaib terdapat batasan-batasannya. Jika niat dan cara kita melanggar aqidah ketauhidan, maka kita terjerumus kepada kemusyrikan, namun seandainya kita mampu menjaga keikhlasan niat serta cara berinteraksi, maka Insya Allah kita tetap berada pada jalur kebenaran.
-
Allah Al-Ghaib, di sisi-Nya Kunci Segala yang Ghaib
Artinya :“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy [1189].
Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at [1190].
-
Maka hanya Allah yang Maha Besar yang dapat memberi segalanya karena Dia sang Pencipta dari segala sesuatunya yang ada di bumi. Kemudian hanya Dialah yang menentukan nasib para pengikutnya
Artinya :Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.Yang demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”
(QS.As-Sajdah[32]:4-6)
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujuraat[49]:18)
-
Jadi apapun yang manusia kerjakan selama tinggal di bumi, Allah Maha Mengetahuinya.
b) Ayat-ayat Tentang Ruh
Artinya:“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”
(QS. Shaad[38]:72)
-
Manusia dapat hidup karena terdapat ruh yang ada dalam jiwanya sejak dalam kandungan dan itupun Allah lah yang menciptakannya sebagai hal yang tak terlihat/ghaib pula.
c) Ayat-ayat Tentang An-Nafs/Jiwa
Artinya:“Hai jiwa yang tenang(nafs al-muthmainnah).Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr[89]:27-30)
Artinya :“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafs itu selalu menyuruh kepada kejahatan (an-nafs la amaroti bi suk) , kecuali (nafs) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf[12]:53)
-
Nafs selalu menyuruh diri kita untuk berbuat kejahatan kecuali nafs yang diberi karena rahmat dari Allah. Karena nafs ini menuntun kita ke jalan yang benar untuk selalu berbuat kebaikan selama di dunia.
d) Ayat-ayat tentang Malaikat
Artinya: “Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu,” (QS. Al-Mursalaat[77]:1-5)
-
Malaikat diciptakan dari nur (cahaya) oleh Allah dan bersifat ghaib. Mereka tak terlihat dengan kasat mata dan kita pun dijaga oleh dua malaikat. Malaikat Rakib yang ada di kanan mencatat amal baik dan malaikat Atid di kiri mencatat amal buruk manusia.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Jika seorang mukmin selesai membaca Al-Fatihah, maka malaikat mengamini doanya.”
(HR Bukhari, Muslim, dan Malik ra)
Dari Ali r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Tiada seorang Muslimpun yang menjenguk saudaranya Muslim -yang sakit- di waktu pagi, melainkan ada tujuh puluh ribu malaikat yang mendoakan padanya supaya memperoleh kerahmatan Tuhan sampai orang itu berada di waktu petang dan jikalau ia menjenguknya itu di waktu petang, maka ada tujuh puluh ribu malaikat yang mendoakan padanya supaya ia memperoleh kerahmatan Tuhan sampai orang itu berada di waktu pagi. Juga orang tersebut akan memperoleh tempat buah-buahan yang sudah waktunya dituai di dalam syurga.” (HRImam Tirmidzi).
e) Ayat-ayat tentang Jin
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyat[51]:56
Artinya:“dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar-Rahman[55]:15)
-
Kita juga harus mengimani adanya jin jin yang ada di bumi ini walalupun mereka bersifat ghaib dan kita tak dapat melihatnya
f) Ayat-ayat tentang Iblis dan Setan
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat.” (QS. Al-Hajj[22]:52-53)
-
Iblis dan setan juga ciptaan Allah yang dapat menggoda iman manusia untuk menjauhkan perbuatan baik selama di bumi ini. Dalam hal ini manusia diuji keimanan dan ketaatannya kepada Allah SWT. Maka dari itu, sebaiknya kita sebagai umat muslim harus memperbanyak amal ibadah selama di dunia untuk bekal di akhirat nanti. Terutama sholat wajib, agar hawa nafsu kita tidak terdorong oleh setan dan iblis yang hanya ingin menjerumuskan ke dalam kemaksiatan.
Dengan mengenal kebaikan para ciptaan ghaib tersebut, kita dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kebaikan kita.Demikian juga jika kita mengenal keburukan serta kejahatan mereka, hal itu juga membuat kita mampu berwaspada serta berlindung kepada Allah SWT dari keburukan dan kejahatan mereka.
2. BID’AH, TAHAYUL DAN KHUROFAT
-
BID’AH
Bid’ah adalah suatu amalan yang diada-adakan atau menambah amalan dalam ritual ibadah, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Secara bahasa, bid'ah artinya penciptaan atau inovasi yang sebelumnya belum pernah ada.Maka semua penciptaan dan inovasi dalam ritual agama (ibadah mahdhah), yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah, disebut bid'ah.
Adapun hadist hadist mengenai bid’ah adalah sebagai berikut :
Artinya: “Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara baru itu bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”
(HR. Baihaqy, An Nasai)
Artinya :“Barang siapa melakukan suatu amalan (dalam agama) yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
Artinya :“Barangsiapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (agama) padahal bukan dari bagiannya maka ia tertolak.”(HR. Bukhari dan Muslim).
-
Dakwah amar ma’ruf nahi munkar terhadap seseorang yang melakukan bid’ah di lingkungan sekitar tentunya sangatlah perlu dilakukan. Mengingat telah adanya hadist hadist yang menjelaskan ditolaknya amal ibadah karena melakukan bid’ah dalam ibadahnya. Sebaiknya kita menuntunnya ke jalan Allah SWT yang benar menurut syariat dan perintah-Nya dalam Al-Qur’an. Mengajak dirinya untuk senantiasa menjalankan perintah Allah tanpa melakukan perbuatan yang keluar dari ajaran Al-Qur’an. Meyakinkan seseorang itu untuk berbuat yang benar sesuai aturan islam agar amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT
-
KHUROFAT
Khurâfat secara bahasa berarti takhayul, dongeng atau legenda.Sedangkan khurâfy adalah hal yang berkenaan dengan takhayul atau dongeng.Dalam kamus munawir khurafat diartikan dengan hal yang berkenaan dengan kepercayaan yang tidak masuk akal (batil).
Pengertian Khurofat dalam Islam
Khurâfat ialah semua cerita sama ada rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantang-larang, adat istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam .
Berdasarkan pengertian di atas, khurâfat mencakup cerita dan perbuatan yang direka-reka dan bersifat dusta. Begitu juga dengan pemikiran yang direka-reka merupakan salah satu bentuk khurafat.
HUKUM KHURAFAT
Hukum Khurafat adalah haram berdasarkan dalil Al Qur’an dan As Sunnah.Firman Allah swt.
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(Qs. Al A’raaf 7 :131)
Rasulullah saw bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلاَثًا وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ (رواه ابو داو)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, (beliau mengucapkan) tiga kali, dan tidak ada seorang pun diantara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal itu), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya”. (HR. Abu Daud)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ =متفق عليه= وزاد مسلم (وَلاَ نَوْءَ وَلاَ غُولَ )
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tidak ada ‘Adwa, Thiyarah, Hamah, dan Shafar”. (HR. Muttafaqun Alaihi)Sedangkan dalam riwayat Muslim menambahkan “Tidak ada Nau’ serta tidak ada Ghul”.
-
Amar ma’ruf nahi mungkar yang harus kita lakukan ada dua. Pertama: Bagi kita yang pernah terjerumus ke dalam khurafat, maka segeralah bertaubat dari dosa bersar itu sebelum ajal menjemput. Firman Allah swt:
Artinya :Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Qs. Az Zumar 39: 53)
-
Kedua: Al Fa’l atau At-Tafa’ul (optimis atau rasa penuh harap) yaitu berprasangka baik dan bertawakkal kepada Allah swt.
Sabda Rasulullah saw:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ (متفق علي)
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Nabi saw bersabda :“Tidak ada ‘Adwa dan Thiyarah, tetapi Al Fa’l menyenangkan diriku”. Para shahabat bertanya : “Apakah Al-Fa’l itu ? Beliau menjawab : “Yaitu kalimat Thayyibah” (kata-kata yang baik). (HR. Muttafaqun ‘Alaih)
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَحْمَدُ الْقُرَشِيُّ قَالَ ذُكِرَتْ الطِّيَرَةُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَحْسَنُهَا الْفَأْلُ وَلاَ تَرُدُّ مُسْلِمًا فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ (رواه ابو داود)
Dari Uqbah bin Amir ra, bahwa Ahmad Al Quraisyi mengatakan bahwa Thiyarah disebut-sebut dihadapan Nabi saw, lalu beliau pun bersabda : “Yang paling baik adalah Al-Fa’l, dan Thiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari niatnya. Apabila salah seorang diantara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkan maka supaya berdo’a: “Ya Allah, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan selain Engkau, tidak ada yang dapat menolak keburukan selain Engkau, dan tiada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Engkau”. (HR. Abu Daud)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ : اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ (رواه احمد)
Dari Abdullah bin ‘Amr ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :“Barangsiapa yang thiyarah (berfirasat buruk) telah mengurungkan hajatnya, maka ia telah berbuat syirik. Para shahabat bertanya, “Lalu apakah sebagai tebusannya ? Beliau menjawab, “Supaya ia mengucapkan: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, dan tiada kesialan kecuali kesialan dari Engkau, dan tiada sesembahan yang hak selain Engkau”. (HR. Ahmad)
c) TAKHAYUL
Secara bahasa, berasal dari kata khayal yang berarti: apa yang tergambar pada seseorang mengenai suatu hal baik dalam keadaan sadar atau sedang bermimpi.
Takhayul diartikan juga: percaya kepada sesuatu yang tidak benar (mustahil) . Jadi takhayul merupakan bagian dari khurâfat.
Takhayul menjadikan seorang menyembah kepada pohon, batu atau benda keramat lainnya, mereka beralasan menyembah batu, pohon, keris dan lain sebagainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub) atau karena benda-benda tersebut memiliki ke-digdaya-an (baca: kesaktian) yang mampu menolak suatu bencana atau mampu mendatangkan sebuah kemaslahatan. ini salah satu dampak takhayul. Jika demikian maka Tauhid Rubûbiyyah dan Tauhid Ibadah seorang hamba akan keropos dan hancur. Firman Allah;
ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى (الزمر:3)
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya"... (QS. 39:3).
Takhayul juga merupakan senjata para ahli bid'ah dalam menguatkan argumennya dengan dalih bahwasanya ini adalah sesuai dengan syari'at yang disandarkan secara dusta kepada salafus shalih.
-
Usaha saya dalam beramar ma’ruf nahi mungkar terhadap orang yang mempercayi takhayul adalah membantu dia untuk menjalankan perbuatan-perbuatan yang disenangi Allah SWT sesuai syariat. Kemudian memperlihatkan mana perbuatan yang baik dan buruk. Meyakinkan orang itu bahwa apa yang dia percayai seperti benda-benda keramat itu semua tidak ada gunanya dan hukumnya musyrik bagi umat muslim.
3. AKHLAK
Secara etimologi akhlaq adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabi’at.
Secara terminologi akhlaq adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusia yang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
-
Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut dalam latar belakang tadi. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT.
Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan manusiadari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk.Hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai berikut :
فَالْــيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (۵) خُلِقَ مِنْ مَآءٍ دَافِقٍ (۶) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصًّلْبِ وَالتَّرَآئِبِ (۷)
Artinya : “(5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”.
Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT dalam syrat An-Nahl ayat 78 :
وَاللهُ أَخـْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا , وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ,
لَـعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (۷۸)
Artinya : “(78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
Ketiga, karena Allah SWT –lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :
اللهُ الَّذِيْ سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيْهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (۱۲)
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ جَمِيْعًا مِنْهُ , إِنَّ فِى ذَالِكَ لِآيَات لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (۱۳)
Artinya : “(12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13). Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.
Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 70 :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْ أدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِبْرٍ مِمَّنْ
خَلَقْنَا تَفْضِيْلاً (٧٠ )
Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.
Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.
-
Usaha saya dalam menjalankan akhlak pribadi yang baik terhadap Tuhan ialah dengan cara menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya sesuai ajaran islam yang telah dijelaskan di dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an. Agar amal ibadah saya selama hidup di dunia diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan pahala sebagai bekal nanti di akhirat.
-
Akhlak Terhadap Orang Tua
“Birrul walidaini” yaitu ihsan atau berbuat baik dan bakti kepada orang tua dengan memenuhi hak-hak kedua orang tua serta menaati perintah keduanya selama tidak melanggar syariat.
Lawan katanya yaitu “Aqqul walidaini”, yaitu durhaka kepada orang tua dengan melakukan apa yang menyakiti keduanya dengan berbuat jahat baik melalui perkataan ataupun perbuatan serta meninggalkan kebaikan kepada keduanya.
Hukum bakti kepada orang tua wajib ‘ainiy (mutlak) sedangkan durhaka kepada keduanya haram.
Adapun dalil-dalil Al-Qur’an mnegenai berbakti kepada orang tua adalah sebagai berikut:
1. Perkataan “Ah” saja termasuk suatu dosa kepada orang tua apalagi, membentak, memukul, atau hal lainnya yang lebih kejam.Selain itu juga perlu berlemah lembut kepada orang tua selalu mendoakan keduanya agar dikasihi oleh Allah SWT.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا . وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنْ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا .الإسراء 23- 24
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al Isra(17):23)
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Al Isra(17):24)
2. Perintah berbakti kepada orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukannya. Hal ini menggambarkan pentingnya berbakti kepada orang tua. Dalam ayat lain Allah SWT menjelaskan bahwa bersyukur kepada orang tua (dengan berbakti kepada keduanya) merupakan kesyukuran kepada Allah SWT, karena Allah menciptakan semua manusia dari rahim orang tua.
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا .الأنعام : 151
Artiny: “janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa,” (Al-An’am 151).
Jasa orang tua terutama ibu diungkapkan dalam suatu ayat Al-Qur’an, dimana seorang ibu rela berkorban dalam mengandung anaknya, kemudian menyusuinya.Semua jasa orang tua di kala anak masih kecil dan lemah perlu diingat dan dikenang untuk selamanya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنْ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ[ لقمان
Artinya :Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
-
Usaha saya dalam mewujudkan akhlak pribadi yang baik kepada orang tua ialah dengan cara menghormati kedua orang tua saya. Terutama terhadap ibu, saya selalu berusaha untuk menjadi anak yang solehah dihadapannya dan membuat bangga di suatu hari nanti. Saya berusaha untuk selalu mentaati apa yang diperintahkan oleh kedua orang tua saya selagi itu menuju ke perbuatan yang benar dan diridhoi Allah SWT. Sebagai anak, saya selalu berusaha untuk berbakti kepada kedua orang tua agar apa yang saya butuhkan dapat terkabul oleh Allah SWT.
-
Akhlak Terhadap Diri Sendiri
-
ISTIQAMAH
Adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun mennghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seorang yang istiqamah adalh laksana batu karang di tengah-tengah lautan yang tidak bergeser sedikitpun walaupun dipukul oleh gelombang yang bergulung-gulung. Perinyah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman, artinya:
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukahn kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-rang yang bersekutukan-Nya.” (QS.Fushshilat 41: 6)
-
Usaha pertama saya dalam mewujudkan akhlak yang baik ialah dengan menanamkan suatu aqidah yang kokoh dan benar dalam diri saya, yaitu melaksanakan ibadah yang tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar. Maka saya akan selalu berusaha setiap hari berbuat dan berprasangka baik terhadap orang yang disekitarnya. Kemudian mempelajari hikmah dan manfaatnya dalam berakhlakul karimah didalam Al-Qur’an agar mengetahui pentingnya membiasakan diri berperilaku terpuji. Dengan demikian saya dapat mengerti tentang amalan-amalannya dan selalu berdo’a kepada Allah SWT supaya selalu berada dalam lindungan Nya dan memohon ditunjukkan ke jalan yang lurus, tidak lain ke jalan Allah SWT.
-
Akhlak Terhadap Masyarakat
-
HUBUNGAN BAIK DENGAN MASYARAKAT
Untuk terciptanya hubungan baik sesama Muslim dalam masyarakat, setiap orang harus mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sebagai anggota masyarakat. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw menyebutkan ada lima kewajiban seorang Muslim atas Muslim lainnya. Beliau bersabda, yang artinya: “Kewajiban seorang Muslim atas Muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab orang bersin,” (HR. Khamsah)
4. Sabar, Syukur dan Ikhlas
A) SABAR
Adalah sifat terpuji dalam akhlak Islam. Dalam dalil Al Quran, Allah swt telah memerintahkan umat muslim untuk memiliki sifat sabar dalam hal dan kondisi apapun. Begitu pula Nabi Muhammad saw yang telah mencontohkan para pengikutnya untuk selalu sabar dalam kehidupan sehari-hari, yang tertuang dalam dalil Al Hadits.
Adapun dalil-dalil Al Quran yang berkaitan dengan akhlak sabar
Artinya :“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah:155)
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az Zumar:10)
Artinya :“Sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.” (QS. Muhammad:31)
Artinya: “mengatakan bahwa sholat dapat membawa kita pada sifat sabar, serta Allah swt akan selalu bersama orang-orang yang sabar”. (Al Baqarah:153)
Selain terdapat dalil-dalil Al-Qur’an, adapun hadist-hadist diantaranya:
Dari Abu Malik Al Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, Shalat itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman, sabar itu adalah pelita, dan Al Quran itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa yang kamu sukai ataupun terhadap apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim)
Nabi Muhammad saw bersabda, “Memang sangat menakjubkan keadaan orang mukmin itu; karena segala urusannya sangat baik baginya dan ini tidak akan terjadi kecuali bagi seseorang yang beriman dimana bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka yang demikian itu sangat baik baginya, dan bila ia tertimpa kesusahan ia sabar maka yang semikian itu sangat baik baginya.” (HR. Muslim)
Dari Anas ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman: “Apabila Aku menguji salah seorang hambaKu dengan buta kedua matanya kemudian ia sabar maka Aku akan menggantikannya dengan sorga.” (HR. Bukhari)
-
Sebagai umat muslim, alangkah baiknya kita mempunyai sifat sabar yang tiada batasnya. Karena, kita akan mendapatkan pahala dikala Allah menguji diri kita lewat cobaan yangkecil maupun besar, kita bisa menghadapinya dengan sabar. Sesungguhnya Allah SWT tak akan memberi cobaan diluar kemampuan manusia. Dalil nya adalah firman Allah berikut ini : قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)
Artinya :”Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’” (QS. Az-Zumar: 10)
Sifat sabar ini sangatlah berguna bagi saya karena supaya akhlak saya dapat menjadi lebih baik ketika menghadapi suatu masalah atau cobaan dari Allah SWT.Kemudian juga dapat membatasi diri agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi.
B) SYUKUR
Menurut Dr. M. Quraish Shihab kata syukur ini berasal dari kata “syakara” yang berarti “membuka”, sehingga ia merupakan lawan dari kata “kafara” (kufur) yang berarti menutup atau melupakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Syukur (bersyukur) berarti ungkapan rasa terima kasih kepada Allah swt.dengan membuka atau mengakui bahwa nikmat tersebut berasal dari-Nya. Serta direalisasikan dalam perbuatan dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, menggunakan nikmat tersebut sesuai fungsinya, dan berusaha menahan diri dari larangan-Nya.
Pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran kita harus ditujukankepada Allah Swt. sebagaimana Al-Quran memerintahkan umat Islam untukbersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya:
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.
(Q.S Al-Baqarah: 152)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”.(Q.S Al-Baqarah: 172)
Artinya: “......dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan”. (Q.S al-Ankabuut: 17)
-
Bersyukur merupakan cara umat manusia berterimakasih kepada Allah SWT. Dalam hal ini saya sebagai umat muslim selalu berusaha untuk selalu bersyukur atas nikmat dan seagala sesuatunya yang diberikan oleh Allah SWT. Secara pribadi, bersyukur sangatlah perlu diungakapkan melalui lisan maupun dengan perbuatan. Menempatkan nikmat sesuai dengan fungsinya dan berusaha untuk selalu mentaatiperinyah-Nya dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh-Nya.
C) IKHLAS
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya darikotoran yang merusak.
Berikut dalil-dalil Al-Qur’an mengenai akhlak ikhlas, diantarnya :
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S Al An’am ayat 162)
فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ [رواه الترمذي] [12]
Artinya :“ Dari Abdullah bin Ms’ud Nabi bersabda: semoga Allah memberikan cahay kepada wajah orang yang mendengar perkataan Ku. Kmudian dia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannnya.Betapa banyak orang yang membawa Fiqih kepada orang yang lebih paham daipadanya. Tiga hal yang hati seorang muslim tidak akan dapat dengki atasnya, (1) ikhlas dalam eramal; (2) menasehati imamul muslimi; (3) menepao jama’ah muslimin. Maka sesungguhnya do’a mereka itu megikuti dari belakang mereka. (HR. Tarmidzi).
-
Ikhlas merupakan akhlak yang baik dan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun seperti yang saya ketahui, jika dengan berat hati tak merelakan segala sesuatunya yang telah terjadi, itu pertanda bahwa diri sendiri belum ikhlas atas hal tersebut. Akhlak ikhlas ini sebenarnya sangat bermanfaat bagi manusia terutama diri saya. Karena ikhlas merupakan bentuk ketaatan atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentras kepada A-Khaliq. Salah satu pilar yang terpenting dalam Islam yaitu sifat ikhlas, karena ikhlas merupakan salah satu syarat untuk diterimanya ibadah kita kepada Allah. Hal ini bisa dilihat dari hadits Abu Umamah, yaitu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda setelah ditanya mengenai orang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap wajah-Nya”.
5. HUKUM UMAT MUSLIM MEMEPELAJARI BAHASA INGGRIS
‘alim Robbani, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin
وإن كنا نرى كما هو واقع أن اللغة العربية أفضل اللغات وأشرفها؛ لأنها لغة القرآن الكريم ولغة سيد المرسلين عليه الصلاة والسلام، لكن هذه لغة عالمية مشهورة يتكلم بها المسلم والكافر، ثم هي مقررة عليك حتى وإن كانت لغة الكفار، فإنك ربما تحتاجها في يوم من الأيام، أنا أتمنى أني أعرف هذه اللغة؛ لأني وجدت فيها مصلحة كبيرة، يأتي رجل ليسلم بين يديك فلا تستطيع أن تتفاهم معه
Artinya : “Kami berpandangan--sebagaimana realitas yang ada--bahwa bahasa Arab tetap adalah bahasa yang paling mulia. Karena bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an Al Karim dan juga menjadi bahasa para Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam. Akan tetapi bahasa Inggris adalah bahasa dunia yang begitu masyhur. Bahasa ini digunakan oleh muslim dan kafir (sehingga sekarang tidak bisa lagi disebut bahasa khas orang kafir, pen). Di samping itu, bahasa Inggris itu menjadi bahasa yang wajib Anda pelajari (diberbagai jenjang pendidikan, pen). Andai bahasa Inggris adalah bahasa khas orang kafir, boleh jadi pada suatu waktu Anda membutuhkannya.
“Aku sendiri berangan-angan, andai saja aku bisa menguasai bahasa Inggris. Sungguh, aku melihat terdapat manfaat yang amat besar bagi dakwah jika saja bahasa Inggris bisa kukuasai. Karena jika kita tidak menguasai bahasa tersebut, bagaimana kita bisa berdakwah jika ada yangmasuk islam dihadapan kita”.
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin :Bagaimana hukum mempelajari bahasa Inggris pada masa sekarang ini?
Jawaban:Jika engkau membutuhkan maka mempelajarinya adalah suatu alat sebagai sarana berdakwah kepada Allah. Bisa jadi mempelajari bahasa Inggris hukumnya wajib, namun jika engkau tidak membutuhkan janganlah engkau menyibukkan waktumu dengan hal itu.
Sibukkanlah dengan hal yang lebih penting dan bermanfaat.Tingkat kepentingan masyarakat mempelajari bahasa Inggris berbeda-beda. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam pernah memerintah Zaid bin Tsabit mempelajari bahasa Yahudi. Jadi mempelajari bahasa Inggris merupakan alat saja.Sekiranya engkau membutuhkan maka engkau bisa mempelajari, jika tidak maka janganlah menyia-nyiakan waktumu untuk mempelajarinya.
Syaikh Al Utsaimin ghafarallahu lahu juga ditanya: Bagaimana pendapat anda tentang seorang penuntut ilmu yang mempelajari bahasa Inggris, terlebih lagi bahasa itu nantinya digunakan untuk berdakwah di jalan Allah?
Beliau rahimahullah menjawab:
Kami menilai bahwa mempelajari bahasa Inggris, tidak diragukan lagi, merupakan sebuah alat (saja).Suatu alat disebut baik jika memiliki tujuan-tujuan yang baik dan menjadi buruk jika memiliki tujuan-tujuan yang buruk (pula).Tetapi sesuatu yang wajib untuk dijauhi adalah jika engkau menjadikan bahasa Inggris sebagai suatu alternatif daqi bahasa Arab, maka ini sungguh tidak boleh.Kami mendengar ada sebagian orang bodoh berbincang-bincang dengan bahasa Inggris sebagai alternatif penggati bahasa Arab.
Namun jika bahasa Inggris ini digunakan sebagai sarana (alat) untuk berdakwah maka tidak diragukan lagi bahwa penggunaan bahasa ini terkadang hukumnya menjadi wajib.Saya belum pernah mempelajari bahasa Inggris dan saya dulu berharap ingin mempelajarinya.
Terkadang saya benar-benar (sangat) membutuhkannya, sebab seorang penerjemah tidak mungkin dapat mengungkapkan secara sempurna apa yang tersirat di dalam benakku. Akan saya tuturkan sebuah kisah yang terjadi di masjid bandara di kota Jeddah dengan beberapa personil dari Kantor Bimbingan Islam, kami berbicara selepas shalat Shubuh tentang kelompok Tijaniyah (Ahmadiyah) bahwa aliran ini adalah aliran yang batil dan mengingkari agama Islam dan saya pun berbicara tentang kelompok ini sesuai dengan apa yang saya ketahui. Lalu datanglah seorang lelaki kepadaku, dia berkata, “Saya memohon anda mengijinkan saya untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Al-Husa.”Maka saya katakan, “Tidak mengapa.”Dia pun menerjemahkannya. Kemudian datang seorang lelaki dengan tergopoh-gopoh, ia mengatakan, “Orang yang menerjemahkan ceramahmu ini memuji kelompok Tijaniyah.”
Maka saya pun tercengang dan saya mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sekiranya saya mengetahui semisal bahasa ini, tentunya saya tidak butuh para penipu itu.Walhasil, mengenali bahasa orang yang engkau ajak bicara, tidak diragukan lagi, adalah perkara yang penting sehingga dapat menyampaikan pengetahuan-pengetahuan (pesan-pesan) kepada orang yang bersangkutan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ
Artinya :“Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (Ibrahim : 4)
Adapun hadits yang menjelaskan tentang bahasa :
عن خارجة – يعني ابن زيد بن ثابت :- قال : قال زيد بن ثابت: أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم فتعلمت له كتاب يهود، وقال: (( إني والله ما آمن يهود على كتابي))فتعلمته، فلم يمر بي إلا نصف شهر حتى حذقته، فكنت أكتب له إذا كتب وأقرأ له إذا كُتب إليه
Dari Kharijah -yakni Ibnu Zaid bin Tsabit- berkata: “Zaid bin Tsabit (yakni ayahnya) berkata: “Rasulullah menyuruhku untuk mempelajari kitab orang Yahudi. Zaid bin Tsabit berkata: “Demi Allah, sesungguhnya tidaklah beriman orang Yahudi itu kepada kitab (Al-Qur’an) kemudian aku mempelajarinya (kitab Yahudi) tidak terlewatkan dariku melainkan selama setengah bulan aku selalu bermuka masam. Aku menulis kitab itu apabila dia menulis, dan aku membacanya apabila ditulis atasnya.”Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Kitabul Ilmi Bab Riwayatu Haditsi Ahli Kitab, Imam Ahmad juz 5 hal.186, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz I hal. 75 seraya berkata: “Hadits ini shahih.” Dan Adz-Dzahabi menyepakatinya.
Hadits ini diletakkan Al-Bukhari dalam Shahih-nya pada Kitabul Ahkam Bab: Turjamatul Hukkam wa Hal Yajuzu Turjamani Wahidin dengan perkataan: “Kharijah Ibnu Zaid Ibnu Tsabit berkata dari Zaid bin Tsabit berkata: “Nabi menyuruhku mempelajari kitab orang Yahudi hingga aku menulisnya apa yang dia (orang Yahudi) tulis dan aku membaca kitab-kitab mereka apabila mereka menulisnya.” Dan lihat Al-Ishabah juz I hal. 543.
Dostları ilə paylaş: |