BINTANG DAN PLANET
Mari kita amati maksud kata “bintang” dalam Al-Qur’an. Bintang-bintang yang ditunjukkan dengan kata “najm” (bintang) dan “kandil” (pelita) mempunyai dua fungsi utama seperti yang tersirat dalam ayat-ayat. Mereka sumber cahaya dan dimanfaatkan untuk navigasi.
Terutama dalam ayat-ayat yang menggambarkan hari kebangkitan, ditekankan bahwa cahaya bintang keluar dan menjadi mengecil. Untuk matahari, yang merupakan bintang juga, dipakai kata “kandil”. Kata “kandil” digunakan juga bila mengacu pada bintang-bintang yang menghiasi langit. Sekalipun demikian, ada perbedaan yang amat penting ketika kata “nur” (sinar) dipakai untuk bulan. Dengan cara ini, bintang dan bukan bintang saling berbeda. Fakta ini, yang tidak mungkin diketahui 14 abad silam, merupakan satu mukjizat Al-Qur’an.
Kita telah menyebutkan bahwa fungsi-kedua bintang-bintang sebagaimana yang dirujuk dalam ayat-ayat itu merupakan pedoman navigasi. Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dapat menentukan arah dengan bantuan bintang di langit. Di semua ayat ini, kata “najm” digunakan. Sungguh, sebelum penemuan kompas, yang mempunyai peran yang sangat penting pada awal-mula penemuan geografis pada Zaman Pertengahan, navigasi hanya bisa terwujud dengan bantuan bintang-bintang pada perjalanan malam hari.
Bagaimana mungkin bahwa bintang-bintang menunjukkan arah? Ini mungkin hanya jika tersusun dalam suatu tatanan di tempat tinggal tetap mereka. Jika suatu bintang terlihat di suatu tempat pada suatu malam, dan di tempat lain pada malam lain, maka dengan ini mustahil mendapatkannya. Dalam komnteks ini, tempat tertentu yang di situ bintang-bintang muncul di langit menjadi sangat penting. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
Selanjutnya, Aku bersumpah demi tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang, dan itu sungguh suatu sumpah yang amat besar kalau kamu tahu. (Surat al-Waaqi’ah, 75-76)
Dostları ilə paylaş: |