Setelah lama bungkam, Miller sendiri mengakui bahwa lingkungan atmosfir yang ia manfaatkan dalam eksperimennya tidak realistis.
Hal penting lain yang membatalkan eksperimen Miller bahwa terdapat cukup oksigen untuk menghancurkan semua asam amino di atmosfir pada saat para evolusionis mengira bahwa asam amino terbentuk. Konsentrasi oksigen ini tentu saja menghalangi pembentukan asam amino. Situasi ini sepenuhnya meniadakan eksperimen Miller, yang melalaikan oksiogen secara total. Seandainya ia menggunakan oksigen di eksperimennya, metana akan terurai menjadi karbondioksida dan air, dan amonia akan terurai menjadi nitrogen dan air.
Di sisi lain, karena belum ada lapisan ozon, tidak mungkin ada molekul organik yang hidup di bumi karena tidak terlindung sama sekali dari sinar ultraviolet yang menyengat.
Di samping beberapa asam amino yang amat perlu bagi kehidupan, eksperimen Miller juga menghasilkan banyak asam organik dengan karakteristik yang sangat membahayakan struktur dan fungsi makhluk hidup. Jika ia tidak mengisolasi asam-asam amino tersebut dan membiarkan mereka di lingkungan yang sama dengan zat-zat kimiawi ini, kehancuran mereka atau perubahan mereka menjadi campuran yang berbeda melalui reaksi kimia tidak akan terhindarkan. Lebih-lebih, sejumlah besar asam amino non-kidal juga terbentuk. Keberadaan asam-asam amino ini sendiri menyangkal teori [evolusi], bahkan dengan penalarannya sendiri, karena asam amino non-kidal tidak mampu berfungsi dalam komposisi organisme-organisme hidup dan merupakan protein yang tiada guna bila mereka terdapat di komposisi mereka.
Kesimpulannya, keadaan pada waktu terbentuknya asam amino dalam eksperimen Miller tidak layak bagi bentuk-bentuk kehidupan untuk menjadi ada. Media pembentukan mereka adalah campuran asam amino yang menghancurkan dan mengoksidasi segala molekul yang berguna yang mungkin diperoleh.
Para evolusionis itu sendiri sebenarnya membuktikan kesalahan teori evolusi, kendati mereka tidak bermaksud demikian, dengan mengajukan eksperimen ini sebagai “bukti”. Jika eksperimen tersebut membuktikan sesuatu, maka itu adalah bahwa asam amino hanya bisa diproduksi di lingkungan laboratorium yang terkendali yang telah dirancang secara khusus dan disengaja dengan semua kondisi yang diperlukan. Dengan kata lain, eksperimen tersebut menunjukkan bahwa yang menyebabkan kehidupan (termasuk asam amino yang “hampir hidup”) menjadi ada bukanlah kebetulan yang tak disengaja, melainkan kehendak yang disengaja—atau dengan satu kata, Penciptaan. Karena itu, setiap tahap Penciptaan merupakan ayat yang membuktikan kepada kita keberadaan dan kekuasaan Allah.
Dostları ilə paylaş: |