Kemukjizatan ilmiyah
Kemukjizatan Al Qur'an secaara ilmiyah terletak pada dorongamn kepada umat islam untuk berfikir disamping membuka bagi mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka untuk mamasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan ilmu yang baru, manfap dan setabil.
Contoh –contoh kemukjizatan ilmiyah:
1. Oksigen sangat penting bagi pernafasan manusia, ia berkurang pada lapisan udara yang tinggi, semakin manusi berada di lapisan udara , maka ia aka merasa sesak dada dan sulit bernafas. Al An'am : 125
2. Atom adalah bagian yang tidak dapat di bagi-bagi . Yunus: 61
3. Berkenaan dengan embriologi. At thariq: 5-7. al alaq : 2. dan al hajj : 5.
4. Tentang kesatuan kosmos dan butuhnya kehidupan akan air. Al Anbiya :30 dll
Kemukjizatan tasyri'
Sepanjang sejarah, sistem perundang –undangan dan tasyri' bertujuan tercapainya kebahagiaan indifidu di dalam masyarakat yang utama. Al Qur'an menjawab semua persoalan ini :
Qur'an memulai dengan pendidikan individu dan menegakan pendiikan individu diatas pensucian jiwa dan rasa pemilkulan tanggung jawab.
Qur'an mensucikan jiwa dengan akidah tauhid yang menyelamatkannya dari kekuasaan khurafar dan waham serta membebaskan manusia dari belenggu nafsu dan syahwat.
Alam adalah makhluk ciptaan Allah, ia akan kembali kepadanNya dan akan hancur, sebagaimana ia ada menurut kehendakNya.
Zakat mencabut dari dalam jiwa akar-akar kekikira, pemujaan harta dan keserakahan akan dunia.
Haji adalah perjalanan yang dapat menghibur jiwa dari kesulitan dan membukakan hati terhadap rahasia-rahasia Allah dalam makhluk-makhlukNya.
Kemudian islam berpindah ke pembagunan keluarga, karena keluarga adalah benih masyarakat.
Kemudian datanglah sistem pemerintahan yang mengatur masyarakat islam. Dan Islam telah menetapkan kaidah-kaidah pemerintahan ini dalam bentuk yang palin ideal dan baik.
Perumpamaan dalam Al Qur'an
Secara bahasa: Jamak dari مثل yang artinya serupa atau sama.
Secara syar'I: Ibnu Qayim Al jauziyah mendefinisikan amsal Qur'an dengan menyerupakan sesuatau dengan yang lain dalam hukumnya. Dan mendekatkan sesuatu yang abstrak ( ma'qul) dengan indrawi ( kongkrit, mahsus) atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu dengan sebagaian yang lain.
Amsal di sebut juga dengan Qiyas At tamsily atau Dzarab.
DALIL-DALIL TENTANG AMTSAL
Allah swt berfirman:
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.( Al Baqarah : 17-20 )
( Ar Ra'd: 17)
(Al Hajj: 73)
(Yunus : 24)
Sabda Rasulullah saw:
Dikelurkan oleh Baihaqi dari Abi Hurairah ia berkata: Rasululllah saw bersabda: "sesungguhnya Al Qur'an turun atas lima bentuk, halal, haram, muhkam , mutsyabih dan amtsal (permpamaan) maka amalkanlah yang halal, dan jauhilah yang haram. Ikutilah yang muhkam dan berimanlah terhadap yang mutasyabih serta ambilah pelajaran dari Amtsal."
Perkataan salaf :
Al mawardi berkata: Ilmu Al Qur'an yang paling agung asalah ilmu amtsalnya (perumpamaannya). Namun, kebanyakan orang lalai darinya di sebabkan sibuk dengan perumpamaan tersebut, dan lalaui dngan pembuat perumpamaan tersebut. Maka perumpamaan tanpa pembuatnya ibarat kuda tanpa perlana atau onta tanpa tali kekang.
Amtsal di dalam Al Qur'an di bagi menjadi tiga :
• Amtsal Mussarrahah, ialah yang di dalmnya di jelaskan dengan lafadz masal atau sesuatau yang menunjukan tasybih. Seperti dalam surat Al Baqarah:17-20 dan Ar Ra'du : 17 yang telah kami sebutkan diatas.
• Amtsal kaminah, yaitu yang di dalamnya tidak di sebutkan dengan jelas lafadz permisalannya tetapi ia menunjukan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila di peindahkan kepada yang serupa dengannya . seperti :
• Amtsal mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas tapi klimat itu berlaku sebagai misal.
Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.( Al Baqarah : 249)
FAIDAH –FAIDAH AMSAL
• Memojokan hal yang ma'qul ( yang hanya bisa di tinjau dari segi akal, abstrak) dalam bentu kongkrit yang dapat dirasakan oleh indra manusia, sehingga akal dengan mudah menerimanya; sebab pengertian-pengertian abtrak tidak mungkin tertanam dalam benak kecuali di tuangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya Allah membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang menafkahkan harta dengan riya' dimana ia tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari perbuatannya itu.
• Menyingkapkan hakekat-hakekat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak sekan sesuatu yang tampak
• Mengumpulkan makna yang manarik lagi indah dalam ungkapan yang padat , seperti amsal kaminah dan amsal musalah dalam ayat-ayat diatas.
• Mendorong yang dii beri masal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika ia merupakan sesuatu yang di senangi jiwa. misalnya Allah menjadikan masal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, dimana hal itu akan di berikan kepadanya kebaikan yang banyak. Allah swt berfirman:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui ( Al Baqarah : 261)
• Menjauhi tanfir, jika masal berupa sesuatu yang di benci jiwaa untuk memuji orang yang di matsal. Seperti firman Allah tentang para sahabat.
• Untuk menggambarkan (dengan matsal itu) sesuatu sifat yang dipandang buruk oleh banyak orang.
• Amsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah berfirman:
MEMBUAT MATSAL DENGAN QUR'AN
Pada perkembangannya para sastrawan menggunakan amsal si tempat-tempat yang kondisinya serupa atau sesuai dengan isi amtsal tersebut. Maka para ulama mereka tidak menyukai penggunaan ayat Al Qur'an sebagai masal . mereka tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan ayat amsal dalm kiabullah ketika ia menghadapi suatu urusan duniawi. Hal ini demi menjaga keagungan Al Qur'an dan kedudukannya dalm jiwa orang-orang mukmin.
AQSAMUL QURAN
Definisi dan sighat Qasam:
Aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang bermakna Al Hilf dam Al Yamin yang berati sumpah. Qasam di definisikan sebagai "mengikat jiwa agar tidak melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun secara I'tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Dikatakan Yamin karena orang arab ketika bersumpah menggunakan tangan kanan.
Faidah Qasam dalam Al Qur'an
1. Apabila mukhatab khaliyu zihni ( berhati kosong) maka penyampaian dengan ta'kid. Penggunaan ini dinamakan ibtida'i
2. Apabila mukhatab ragu-ragu terhadap kebenaran, maka untuknya sebaiknya di perkuat dengan suatu penguat guna menghilangkan keraguan.
3. Bila mukhatab ingkar. Maka harus di sertai penguat sesuai dengan kadar keingkarannya.
Muqsam bih dalam Qur'an
• Allah bersumpah dengan dzat-Nya yang kudus dan mempunyai sifat-sifat khusus, ataau dengan ayat-ayatNya yang memantapkan eksiktensi dan sifat-sifatnya.
At taghabun: 7. saba' : 3 dan yunus : 53.
• Dan Ia juga bersumpah dengan sebagian makhluk-Nya yang besar.
Maryam: 68 . Al Hijr : 92. An iNsa: 65 . Al Ma’arij: 40 . As Syams : 1-7 . Al Fajr : 1- 4 . At Tin : 15 dan At Takwir : 15, serta Al Lail : 1-3
Macam-macam Qasam
a). Dhahir, ialah sumpah yang di dalamnya disebutkan fiil qasam dan muqsam bihi.
b). Mudmar, yaitu yang di dalmya tidak di jelaskan fiil qasam dan tidak pula Muqsam bihi, tetapi ia ditunjukan oleh Lam taukid.
Hal ihwal muqsam 'Alaih
1. Tujuan qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam alaihi (jawab qasam, pertanyaan yang karena qasam di ucapkan ).
2. Jawab qasam pada umumnya disebutkan, namun terkadang juga di hilangkan.
3. Fiil Madzi musbat mutasarif yang tidak didahului mafulnya apabila ia menjadi qasam, harus disertai dengan "lam dan qad".
4. Allah bersumpah atas (untuk menetapkan) pokok-pokok keimanan yang wajib diketahui makhluq.
5. Qasam itu ada kalanya jumlah khabariyah, dan inilah yang paling banyak. As dzariyat : 23.
Qasam dan syarat
Apabila qasam dan syarat berkumpul di dalam suatu kalimat, sehingga yang satu masuk kedalam yang lain, maka unsur kalimat yang menjadi jawab adalah bagian yang terletak lebih dahulu dari keduanya. Baik qasam maupun syarat, sedang jawab dari yang terletak kemudian tidak di perlukan apabila qasam mendahului sayatat, maka unsur yang menjadi adalah bagi qasam, dan jawab qasam tidak diperlukan lagi.
Beberapa fiil yang berfungsi sebagai Qasam
Beberapa fiil dapat difungsikan sebagai qasam bila konteks kalimatnya menunjukan makna qasam. Sebagaimam firman Allah Ali Imran : 187, lam disini adalah lam qasam. Juga pada surat al baqarah : 83,84 dan an nur 55.
Jadal Qur’an
Defenisi jadal:
Jadal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan.
Metode berdebat yang ditempuh Al Qur'an
Al Qur'an menggunakan metode banyak menggunakan dalil dan bukti kuat serta jelas yang dapat dimengerti kalangan awam dan orang ahli. Ia mambatalkan setiap kerancauan fulgar dan mematahkan dengan perlawanan dan pertahanan dalam uslub yang kongkrit hasilnya, indah susunanya dan tidak memerlukan pemerasan akal atau banyak penelitian. Hal itu dikarenakan :
1. Qur'an datang dengan bahasa arab dan menyeru mereka dengan bahasa yang mereka ketahui.
2. Bersandar pada fitrah jiwa.
3. Meninggalkan pembicaraan yang jelas, dan menggunakan tutur kata yang jelimet dan pelik, merupakan kerancauan teka-teki yang hanya dapat dimengerti oleh kalangan ahli (khas ).
Al Qur'an tidak menggunakan metode ilmu kalam yang rumit karana dua hal :
1. Mengingat firmanya, "Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya (Ibrahim :4).
2. Orang yang cenderung menggunakan argumentasi pelik dan rumit, sebenarnya ia tidak sanggup menegakan hujah dengan kalam yang agung. Sebab orang yang bisa memberikan persepsi yang lebihmudah dimengeri banyak orang tidak akan mungkin menempuh cara yang rumit dan hanya dapat di fahami oleh segelintir orang.
Macam-macam perdebatan dalam al Qur'an
1. Menyebutkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah melakukan perintah dan pemikiran untuk di jadikan dalil bagi penetapan dasar-dasar aqidah. Al Baqarah :21-22 dan 183-164
2. Membantah pendapat para penentang dan lawan, serta mematahkan argumentasi mereka.
3. Membungkam lawan bicara dengan mengajukan pertanyaan tentang hal –hal yang telah diakui dan diterima oleh akal, agar mengakui apa yang di ingkari. At thur : 35-43
4. Mengambil dalil dengan mabda' ( asal mula kejadian) untuk menetapkan ma'ad (hari kebangkitan). Qaf : 15. Al Qiyamah: 36-40. dan At Thariq : 5-8.
5. Membatalkan pendapat lawan dengan membuktikan (kebenaran) kebalikannya. Al An'am : 91
6. Menghimpun dan merinci, yakni menghimpu beberapa sifat dan menerangkan bahwa sifat-sifat tersebut bukanlah illah atau alasan hukum. Al An'am : 143-144.
7. Menggabungkan lawan dan mematahkan hujahnya dengan menjelaskan bahwa pendapat yang dikemukakan itu menimbulkan suatu pendapat yang tidak diakui oleh siapapun. Al An'am: 100-101.
Qashash Qur’an
Pengertian kisah
Qashash Al Qur'an adalah pemberintahuan Qur'an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwah (kenabian ) yang terdahulu dan peristiwa yang telah terjadi.
Macam-macam kisah dalam Al Qur'an
1. Kisah para nabi. Didalamya terkandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat, tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat orang yang menerima dan yang menolaknya.
2. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya.
3. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah.
Faidah kisah-kisah Qur'an
a) Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh para nabi.
b) Meneguhkan hati rasul dan hati umat muhamad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mu'min akan kebenaran dan hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
c) Membenarkan para nabi terdahulu dan mengabadikan jejak dan peninggalannya.
d) Menampakan kebenaran muhammad dan dakwahnya dengan apa yang telah dikabarkan tentang hal ikhwal orang-orang terdahulu disepanjang generasi.
e) Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujah membenarkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan. Dan menentang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum diubah dan diganti.
f) Kisah merupakan salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya kedalam jiwa.
Pengulangan kisah dan hikmahnya
a) Menjelaskan kebalghahan al Qur'an dalam tingkat paling tinggi.
b) Menunjukan kehebatan mukjizat Qur'an.
c) Memberikan perhatian terhadap kisah-kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat kedalam jiwa.
d) Perbedaan tujuan yang kerenanya kisah itu diungkapkan. (penempatannya sesuai dengan tuntutan keadaan).
Kisah-kisah dalam al Qur'an adalah kenyataan, bukan khayalan
Fathir : 62 dan 31 al maidah : 48. al Qasas : 3 dll.
Pengaruh kisah-kisah Qur'an dalam pendidikan dan pengajaran:
Metode kisah akan lebih digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah daripada metode talaqi.
Dalam kisah-kisah Qur'an ini terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal pendidikan berupa peri kehidupan para nabi, berita tentang umat-umat terdahulu, sunatullah dalam kehidupan masyarakat dalam hal ikhwal bangsa-bangsa.
TARJAMAH QURAN
Pengertian terjemah:
Terjemah mengandung dua arti :
1. Terjemah harfiyah,
2. Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah.
Hukum terjemah harfiyah
Penerjemahan Al Qur'an dengan terjemah harfiyah, betapapun penerjemah memahami betul bahasa, uslub-uslub dan susunan kalimatnya haram hukumnya dan dipandang telah mengeluarkan Al Qur'an dalam dari keadaanya sebagai Qur'an
Hukum terjemah maknawiyah
Imam Syatibi menuturkan : "Menerjemahkan dengan memperhatikan makna asli adalah mungkin, dari sinilah dibenarkan di benarkan menafsirkan Al Qur'an dan menjelaskan makna-maknanya kepada orang awam dan mereka yang tidak memiliki pemahaman tentang maknanya. Cara demikian diperbolehkan berdasarkan konsensus ulama Islam. Dan konsensus ini menjadi hujah bagi dibenarkannya penerjemahannya makna asli.
Terjemah tafsiriyah
Adalah penafsiran Al Qur'an dengan cara mendatangkan makna yang dekat, mudah dan kuat. Hal ini dilakukan oleh para ulama dengan penuh kejujuran dan kecermatan.
Usaha semacam ini tidak ada halangannya, karena Allah mengutus Muhammad untuk menyampaikan risalah islam kepada seluruh umat manusia dengan dengan segala bangsa dan ras yang berbeda-beda.
Membaca al qur'an dalam shalat tidak dengan bahasa arab.
a). Boleh secara mutlaq, atau disaat tidak sanggup mengucapkan dengan bahasa arab.
Ini adalah pendapat Abu Hanifah. Abu yusuf dan Abu Muhammad bin husain membatasi hal tersebut dalam keadaan darurat. Namun, diriwayatkan Abu hanifah telah mencabut kembali "kebolehan secara mutlak" yang dinukil dari pendapat beliau tersebut.
b). Haram. Dan shalat dengan bacaan seperti ini tidak sah.
Ini adalah pendapat jumhur, ulama mazhab hanafi. Syafii dan hambali. Karena Al Qur'an adalah susunan perkataan dan mukjizat, yaitu kalamullah yang menurutNya sendiri berbahasa arab. Dan dengan menterjemahkanya hilanglah mukjizatnya dan ia bukanlah al Qur'an.
Urgensi kekuatan umat islam
Pada generasi pertama, kaum muslimin berani menempuh segala kesulitan demi kejayaan islam. Semantara bahasa arab berjalan di belakang mereka kemanapun mereka pergi mengibarkan panji-panji mereka dan bertebaran di setiap lembah yang di injaki kaki mereka.
Namun pada masa belakangan, dibutuhkan bahasa-bahasa asing untuk dapat menyebarkan islam keseluruh keseluruh santero dunia, hal ini merupakan tunturan logis dari kebutuhan ilmu dan peradaban.
Maka pada perinsipnya Al Qur'an adalah bahasa islam yang dapat menjamin kekuasaan spiritual atas berbagai bangsa.
Tafsir dan ta'wil
Pengertian tafsir dan ta'wil
Tafsir secara bahasa bermakna menjelaskan, menyingkap dan menampakan makna yang abstrak.
Secara istilah : Menurut Ibnu Hayyan, "Ilmu-ilmu yang membahas tentang cara pengungkapan lafadz-lafadz Al Qur'an, petunjuk-petunjuknya dan hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal yang melengkapinya."
Ta'wil secara bahasa: kembali ke asal
Secara istilah memiliki dua makna :
a. Suatu makna yang padanya mutakalim mengembalikan perkataanya atau suatu makna yang kepadanya suatu kalam di kembalikan.
b. Menafsirkan dan manjelaskan maknanya.
Perbedaan antara tafsir dan ta'wil
a. Bila kita berpendapat "ta'wil adalah menafsirkan perkataan dan menjelasakan maknanya. "Maka ta'wil dan tafsir adalah dua kata yang berdekatan dan satu sama maknanya.
b. Bila kita berpendapat "ta'wil adalah esensi yang dimaksud dari suatu perkataan. "Maka taa'wil dari thalab adalah esensi dari perbuatan yang dituntut itu sendiri dan ta'wil khabar adalah esensi dari suatu yang dimaksud.
c. Tafsir adalah apa yang jelas dalam kitabullah atau pasti dalam sunah shahih karena maknanya yang gamblang dan jelas. Dan takwil lebih banyak dipakai dalam menjelaskan makna dan susunan kalimat.
Keutamaan tafsir
Tafsir merupakan ulmu syariat yang paling agung dan tinggi kedudukannya. Ia merupakan ilmu yang paling mulia obyek pembahasan dan tujuannya serta dibutuhkan.
Syarat-syarat dan adab mufasir
a. Aqidah yang benar.
b. Bersih dari hawa nafsu.
c. Lebih mendahuluka tafsir Qur'an dengan Qur'an dalam mentafsirkan.
d. Mencari penafsiran dari sunnah.
e. Bila tidak di dapatkan dari sunnah maka dengan pendapat para sahabat.
f. Menggunakan pendapat tabiin bila tidak mendapatkan dari tiga sumber diatas.
g. Pengetahuan bahasa arab dan cabangnya.
h. Pengetahuan tentang pokok-pokok ilmu yang berkaitan dengan Qur'an.
i. Pemahaman yang cermat.
Adab-adab mufaasir
a. Berniat baik dan bertujuan benar.
b. Berakhlaq baik.
c. Taat dan beramal.
d. Berlaku jujur dan teliti dalam penukilan.
e. Tawadu' dan lemah-lembut.
f. Berjiwa mulia.
g. Vokal (lugas ) dalam menyampaikan kebenaran.
h. Berpenampilan baik.
i. Bersikap tenang dan mantap.
j. Mendahulukan yang lebih utam darinya.
k. Mempersiapkan dan menempuh langkah-langkah penafsiran secara baik.
Tajwid dan Adab membaca Al Qur'an
Anjuran untuk membaca Al Qur'an
Membaca Al Qur'an adalah salah satu sunnah dalam Islam dan dianjurkan memperbanyaknya agar setiap Muslim hidup kalbunya dan cemerlang akalnya karena mendapat siraman cahaya Kitab Allah yang dibancanya. Tentang hal ini Ibnu 'Umar telah meriwayatkan sebuah hadits Rasulllah :
"Tidak diperbolehkan iri (kepada seseorang) kecuali dalam dua hal, yaitu orang yang dianugerahi Allah kekayaan harta lalu digunakannya (di jalan yang diridhai Allah) di waktu malam maupun siang. Dan orang yang diberi Allah Kitab Suci lalu ia membacanya di waktu malam dan siang”. HR. Bukhari dan Muslim.
Membaca Al Qur'an dengan niat ikhlas dan maksud baik adalah suatu ibadah yang karenanya seorang Muslim mendapatkan pahala. Ibnu Mas'ud meriwayatkan :
"Bahwa Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dan setiap kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat." HR. At Tirmidzi.
Dalam sebuah hadits Abu Umamah, ditegaskan :
"Bacalah Al Qur'an ! Karena pada hari Kiamat ia akan datang sebagai penolong bagi pembacanya." HR. Muslim.
Adab dalam membaca Al Qur'an
Dianjurkan bagi orang yang membaca Al Qur'an memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Membaca Al Qur'an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama, meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadats.
2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca Al Qur'an.
3. Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat.
4. Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membacanya.
5. Membaca ta'awwudz pada permulaannya, berdasarkan firman Allah, "Apabila kamu membaca Al Qur'an hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." QS. An Nahl : 98. Bahkan sebagian Ulama mewajibkan membaca ta'awwudz ini.
6. Membaca basmalah pada permulaan setiap surat, kecuali surat Al Bara'ah, sebab basmalah termasuk salah satu ayat Al Qur'an menurut pendapat yang kuar.
7. Membacanya dengan tartil yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang serta memberikan kepada setiap huruf akan haknya seperti panjang dan idgham. Allah berfirman, "Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS. Al Muzammil : 4.
8. Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. Cara pembacaan seperti inilah yang sangat dikehendaki dan dianjurkan, yaitu dengan mengkonsentrasikan hati untuk memikirkan makna yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya dan berinteraksi kepada setiap ayat dengan segenap perasaan dan kesadarannya baik ayat itu berisikan do'a, istighfar, rahmat maupun adzab.
9. Meresapi makna dan maksud ayat-ayat Al Qur'an, yang berhubungan dengan janji maupun ancaman, sehingga merasa sedih dan menangis ketika membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan ancaman karena takut dan ngeri. Allah berfirman : "Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk." QS. Al Isra' : 109.
10. Membaguskan suara dengan membaca AL Qur'an, karena al Qur'an adalah hiasan bagi suara dan suara yang bagus lagi merdu akan lebih berpengaruh dan meresap dalam jiwa. Dalam sebuah hadits dinyatakan : "Hiasilah Al Qur'an dengan suaramu yang merdu." HR. Ibnu Hibban dan lain-lain.
11. Mengeraskan bacaan Al Qur'an karena membacanya dengan suara jahar lebih utama. Di samping itu, juga dapat membangkitkan semangat dan gelora jiwa untuk lebih banyak beraktivitas, memalingkan pendengaran kepada bacaan Al Qur'an dan membawa manfaat bagi para pendengar serta mengkonsentrasikan segenap perasaan untuk lebih jauh memikirkan, memperhatikan dan merenungkan ayat-ayat yang dibaca itu. Tetapi bila dengan suara jahar itu dikhawatirkan timbul rasa riya', atau akan menggangu orang lain, seperti mengganggu orang yang shalat, maka membaca Al Qur'an dengan suara rendah adalah lebih utama. Bersabda Rasulullah, "Allah tidak mendengarkan sesuatu selain suara merdu Nabi yang membacakan Al Qur'an dengan suara jahar." HR. Bukhari dan Muslim.
Dostları ilə paylaş: |