Imam kepada allah


Cara mewujudkan Husnuzzan kepada Allah



Yüklə 0,8 Mb.
səhifə3/9
tarix12.09.2018
ölçüsü0,8 Mb.
#81399
1   2   3   4   5   6   7   8   9

Cara mewujudkan Husnuzzan kepada Allah

Husnuzzan kepadaAllah Swt. dapat diwujdkan dengan bersikap dan berperilaku sebagai berikut :

  • Bila kita melakukan sesuatu bersikap optimis, artinya usaha positif yang sedang dilakukannya dengan cara tawakal kepada Allah akan memperoleh pertolongan Allah sehingga berhasil.

  • Berdoa kepada Allah atas pengampunan dosa-dosanya, arinya seorang muslim yang telah berbuat salah tidak berputus asa akan tetapi memohon langsung pengampunan kesalahan kepada Allah SWT.

  • Berserah diri kepada Allah SWT (tawakal)

  • Tidak berkeluh kesah apalagi berputus asa apabila mendapat musibah, artinya jika telah mendapat musibah, maka kita bersikap menyadari bahwa musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT

  • Bertakwa Kepada Allah SWT.




    1. HUSNUZZAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Husnuzzan (Berprasangka baik) kepada diri sendiri artinya senantiasa memandang positif (positive thingking) terhadap diri sendiri. Meyakini dan berusaha menggali segala potensi kebaikan yang ada dalam diri kita untuk kemudian memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kehidupan.

Orang yang husnuzzan atau berbaik sangka terhadap diri sendiri, tetntu akan berperilaku terpuji terhadap dirinya sendiri, seperti percaya diri, gigih, berinisiatif, dan rela berkorban.




    1. Percaya diri

Percaya diri atau biasa disebut dengan istilah PD, harus dimiliki oleh orang-orang yang berakhlakul karimah, karena percaya diri termasuk sikap yang terpuji. Dengan percaya diri seseorang akan merasa yakin bahwa Allah SWT telah membekali kemampuan kepada hamba-Nya agar nantinya menjadi khalifah Allah yang berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, karena dengan percaya diri seseorang akan berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan suatu tindakan.

Orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi dan ia memiliki percaya diri yang kuat, tentu akan mengamalkan ilmunya dengan baik dan benar, sehingga akan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain, tetapi sebaliknya jika orang berilmu pengetahuan tinggi dan ia tidak mempunyai percaya diri yang kuat, tentu akan memperoleh kerugian dan mungkin malah bencana. Misalnya, seseorang yang memiliki ketrampilam mengemudi mobil, tetapi ia tidak percaya diri (mider) maka bisa terjadi kecelakaan dan mencelakakan orang lain.

Orang yang percaya diri, juga akan melaksanakan kewajiban terhadap dirinya sendiri, misalnya akan menjaga kesehatan jasmani dan rokhaninya, dan memelihara dari dari bencana yang akan menimpanya.



    1. Gigih

Dalam kamus bahas Isdonesia, kata gigih berasal dari bahasa Minagkabau yang artinya keras hati, tabah, dan rajin. Menurut istilah gigih ialah usaha sekuat tenaga dan tidak putus asa untuk mencapai sesuatu walau harus menghadapi rintangan.

Manusi adalah termasuk makhluk yang diwajibkan berusaha/ikhtiar dalam memenuhi hajat hidupnya, baik yang berhubungan dengan hidup di dunia maupun hidup di akhirat. Sesuatu yang kita harapkan tidak akan datang dengan sendirinya. Namun, hal itu harus diusahakan dengan sungguh-sunggh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan. Uasaha dangan gigih adalah usaha dengan sungguh-sungguh, lahir dan batin untuk mencapai hasil yang yang dicita-citakan. Usaha lahir artinya berusaha sesuai dengan kemampuan tenaga, harta dan fikiran. Sedangkan usaha batin adalah berdoa / memohon kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dan keberhasilan dari yang sedang diusahakan.

Sikap gigih yang disertai rasa optimis termasuk akhlakul karimah, yang hendaknya diterapkan antara lain dalam hal berikut :
1). Menuntut ilmu

Menuntut ilmu disamping hukumnya wajib, ilmu juga akan bermanfaat bagi pemiliknya. Dan Allah SWT berjanji akan mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengatuah disamping orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman-Nya :



Artinya :

“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... . (QS. Al-Mujaadilah ; 11)
Ilmu pengetahuan itu dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu pengetahuan tentang agama Islam (Ilmu Hal ) dan ilmu pengetahuan umum (Ilmu Ghairu Hal). Ilmu pengetahuan tentang agama Islam memberikan pedoman hidup kepada umat manusia. Dengan pedoman itu diharapkan manusia tidak menempuh jalan yang sesat dan menuju kepada kebinasaan, tetapi sebaliknya dengan pedoman itu manusia akan menempuh jalan yang lurus yang diridai oleh Allah SWT.

Ilmu pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat menggali, mengolah dan memanfaankan kekayaan alam, baik yang ada di darat dan di laut, maupun yang ada di udara.

Kedua macam ilmu pengetahuan tersebut harus dipelajari secara sungguh-sungguh dan rajin dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah SWT, serta untuk memperoleh rida-Nya dan rahmat-Nya. Bila kedua macam ilmu tersebut sudah dikuasai, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan menjadikan pemiliknya memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Rosululloh SAW bersabda :


َمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ ﴿رواه مسلم ﴾

Artinya : “Barang siapa melewati jalan dimana ia menuntut ilmu pada jalan itu, niscaya Allah memudahkan kapdanya jalan menuju sorga” (HR. Muslim)


2). Bekerja mencari rizki yang halal

Orang Islam selain berkewajiban menunaikan ibadah kepada Allah (salat), juga berkewajiban mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya hasil usaha sendiri, kedudukannya di sisi Allah lebih baik dari orang minta-minta, yang keberadaannya dalam hidupnya menjadi beban orang lain.


Bekerja mencari rezeki yang halal bisa melalui berbagai bidang usaha, misalnya : pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan, transportasi, perburuhan, pertukangan dan perindustrian.

Bekerja dalam bidang-bidang usaha seperti tersebut hendaknya dilakukan dengan gigih dan sungguh-sungguh dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah SWT untuk memperoleh rida dan rahmat-Nya. Insya Allah dengan cara seperti ini, akan memperoleh hasil kerja yang optimal.

Perhatikan firman Allah berikut ini :

Artinya :

“... Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan ...” ( QS. Ar-Ra’du ; 11 )

3). Berinisiatif

Berinisiatif artinya berfikir dan bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah. Hal ini merupakan perilaku yang terpuji karena sifat tersbut mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menghindarkan sikap apriori. Dalam berinisiatif selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi dan mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang bermanfaat baik untuk kepentingan sendiri maupun orang lain.

Orang yang berinisiatif disebut inisiator, yaitu mereka yang memiiki gagasan atau prakarsa untuk membangun atau mengerjakan sesuatu yang baru dan positif guna kepentingan bersama.

Inisiatif yang positif dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan dan pengajaran, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang politik dan ekonomi, bidang keamanan dan ketertiban, bidang pertanian dan perikanan, serta bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Orang mukmin yang memiliki pengetahuan yang tinggi dalam bidang apapun, hendaknya memiliki banyak inisiatif, untuk kepentingan dan kemajuan umat manusia, agar keadaan umat manusia terus meningkat kearah yang lebih baik dan lebih maju. Misalnya melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi dapat memprodusi alat-alat pertanian dan perikanan yang canggih, yang belum ada, untuk meningkat hasil pertanian dan perikanan.

Upaya untuk menumbuhkan jiwa berinisiatif agar mampu bersikap mandiri dapat ditempuh melalui barbagai cara sebagai berikut :

1. Bekerja sesuai keadaan dan bakat masing-masing (QS. Al-Isra ; 84)

2. Bekerja keras secara sungguh-sungguh ( QS. An-Nisa ; 100)

3. Tidak ikut-ikutan tanpa dasar dan tanpa ilmu pengetahuan (QS. Al-Isra ; 36)

4. Senantiasa menggunakan akal dalam bertindak (QS. Yunus ; 100)

5. Membiasakan perilaku kearah yang lebih baik

6. Mencari ide atau cara baru yang lebih baik


4). Rela berkorban

Rela berkorban maksudnya adalah bersedia dan ikhlas memberikan sesuatu (tenaga, harta, ide/pemikiran) untuk kepentingan orang lain atau masyarakat, meski kadang-kadang hal itu bisa membuat dirinya sendiri menjadi susah atau menderita. Perilaku egois (mementingkan diri sendiri), hedonis (mengutamakan kesenangan duniawi), dan materialistis (mementingkan materi semata) adalah lawan dari sikap rela berkorban yang harus kita hindari.

Dalam Alquran dinyatakan bahwa, jika ingin sampai kepada kebaikan yang sempurna salah satunya adalah kita harus rela memberikan sebagian dari harta benda kita untuk perjuangan membela agama, juga kepada fakir miskin.

Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya“.(QS. Ali Imran ; 92).



    1. HUSNUZZAN TERHADAP SESAMA MANUSIA

Husnuzzan kepada sesama manusia maksudnya, senantiasa memandang dan berprasangka bahwa orang lain tidak mempunyai maksud jahat kepada kita. Selalu mengedepankan dan memilih untuk merespon positif segala sesuatu yang terjadi walau di tengah lingkungan yang paling buruk sekalipun.


          1. Contoh-contoh Perilaku husnuzzan Terhadap Sesama Manusia

Tindakan seseorang sangat tergantung pada alam pikirannya. Jika alam pikiran seseorang senantiasa dijejali oleh prasangka buruk, maka dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakatnya akan selalu dipenuhi perasaan curiga pada orang lain, seterusnya akan melahirkan sikap tertutup, tidak mau berbagi informasi dan bekerja sama karena menganggap bahwa orang lain adalah musuh yang sangat berbahaya. Pada akhirnya prasangka buruk (negatif) ini akan berdampak pada diri sendiri juga, yaitu turunnya kinerja, karena tidak ada teman untuk berbagi dan bekerja sama, peluang akan banyak terlewatkan karena orang lainpun akan cenderung menjauh dari kita, bahkan bisa tersingkir dalam pergaulan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku sebagai cerminan ¥usnu§an terhadap sesama manusia antara lain akan terlihat dari sikap seseorang dalam memperlakukan orang lain. Orang yang selalu ber¥usnu§an akan memperlakukan orang lain dengan baik dan menghilangkan sikap curiga. Senang bekerja sama, bertukar pendapat, dan terbuka, juga termasuk perilaku orang yang suka ber¥usnu§an kepada sesama manusia.




          1. Praktik Perilaku husnuzzan Terhadap Sesama Manusia

Agar hidup kita bisa tenang dan damai, orang di sekeliling kita juga merasa tenang, damai, dan bahagia hidup bersama dengan kita maka

perilaku husnudzon terhadap sesama manusia amat penting untuk dipraktikkan. Karena prasangka positif (husnudzon) terbukti secara efektif mampu merangsang seseorang untuk menunjukkan sikap/perilaku dan prestasi terbaiknya. Berusahalah untuk senantiasa menjadi motivator bagi orang lain dalam menemukan jati dirinya yang positif lewat prasangka positif (husnudzon) yang senantiasa kita lekatkan kepada mereka. Bantulah temanmu untuk melihat dan menemukan hal-hal positif (mujur) di dalam dirinya. Mungkin tulisannya yang indah, suaranya yang bagus, kepandaiannya melukis, atau yang lainnya.

Pada hakikatnya, ketika kita berhasil untuk selalu Husnuzzan kepada Allah SWT, kemudian kepada diri sendiri, maka untuk berhuusnuzan kepada sesama manusia sesungguhnnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.

Jika masing-masing orang mempraktikkan perilaku husnuzzan, baik husnuzzan kepada Allah, kepada diri sendiri, dan kepada sesama manusia dalam kehidupan sesari-hari baik secara pribadi, di keluarga, dan di masyarakat, insya Allah ketentraman, kedamaian, dan kehidupan yang penuh rahmat dan kasih sayang akan bisa kita raih, dan pada akhirnya akan mendapat rida dari Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Alangkah indah dan damainya jika setiap pribadi bisa menjadikan dirinya seperti air, yang senantiasa mengalir dan memberi kesejukan bagi orang lain.



    1. SIKAP TERPUJI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SELAIN MANUSIA

Al-Quran dan Al-Hadits mengandung nilai-nilai ajarang Islam yang sangat lengkap, ajaran tersebut menjadi pedoman hidup dan mengatur berbagai segi kehidupan umat manusia. Selain ajaran akhlakul karimah terhadap Pencipta alam semesta ini, terhadap sesama manusia, kita wajib berakhlakul karimah kepada makhluk Allah yang lain. Ruang lingkup akhlakul karimah mengatur juga tentang bagaimana seorang muslim melakukan komunikasi atau bersikap terpuji terhadap tumbuh-tumbuhan, binatang, lingkungan alam, dan terhadap makhluk ghaib.


          1. Sikap terpuji terhadap tumbuh-tumbuhan

Dengan diciptakan-Nya tumbuh-tumbuhan merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah SWT bagi manusia, karena sebagian besar makanan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan, demikian pula makanan binatang-binatang ternak, sebagian besar adalah tumbuh-tumbuhan yang bermacam-mcam jenisnya. Perhatikan firman Allah berikut ini :

Artinya : “ Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” ( Q.S. Thaha : 53 )

Disamping itu, manusia mendapat tugas dari Allah SWT untuk mengelola dan memakmurkan bumi, sebagaiman dijelaskan dalam firman-Nya :
           

Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (QS. Hud ; 61)


Allah SWT menciptakan segala jenis tumbuh-tumbuhan dengan sengaja untuk kepentingan makhluk-Nya terutama umat manusia, Dan ternyata hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, ada yang dijadikan bahan bangunan, dibuat obat-obatan, untuk hiasan, untuk bahan makanan, untuk bahan membuat perkakas dan perabotan rumah tangga, dan masih banyak lagi yang lainnya. Disamping itu tumbuh-tumbuhan juga sangat bermanfaat untuk keindahan lingkungan, dan juga sebagian ada yang dijadikan makanan ternak peliharaan seperti kambing, sapi, kerbau dan lain-lain.

Mengingat betapa besar manfaat dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan tersebut, maka sudah selayaknya manusia bertanggung jawab dan berkewajiban untuk merawat nya, menyayangi, dan melestarikannya. Terutama tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan bahan makanan seperti padi, jagung, gandum selalu membutuhkan perawatang yang intensif.




          1. Sikap terpuji terhadap binatang (hewan)

Sebagaimana tumbuh-tumbuhan, binatang juga diciptakan untuk kepentingan hidup umat manusia. Berbagai jenis binatang ciptaan Allah, ada yang jinak, ada yang liar, ada yang buas, ada yang hidupnya di laut, ada yang di darat dan yang terbang di angkasa. Semua jenis binatang itu sengaja diciptakan Allah SWT untuk kemanfaatan makhluk-Nya, terutama umat manusia.

Diantara binatang-binatang itu ada yang dipelihara dan diternakkan manusia, karena kemanfaatannya yang langsung dirasakan seperti ayam, itik, kambing, sapi, kerbau, kuda, lebah dsb. Manfaat-manfaat binatang ternak tersebut ada yang dimakan dagingnya, diminum susunya, bulunya untuk pakaian, kulitnya untuk sepatu, tas, jaket. Lebah menghasilkan madu untuk obat, bahkan kotoran binatang masih bisa dimanfaatkan yaitu untuk pupuk tanaman.

Cara mnyeyangi binatang-binatang itu antara lain :

1). Hewan-hewan piaraan hendaknya diperlakukan dengan baik, misalnya dibuatkan tempat atau kandang yang layak, diberi makan dan minum yang cukup, diobati kalau sakit, kalau kendak disembelih atau dibunuh hendahlah disenbelih atau dibunih dengan cara yang baik pula.

2). Binatang yang kebetulan membutuhkan pertolongan hendaknya ditolong. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairoh ra yang diriwayatkan oleh Muslim dijelaskan bahwa seseorang yang memberi minum seekor anjing yang hampir mati kehausan, memperoleh pahala dan ampunan dosa dari Allah SWT.

3). Jangan melakukan penyiksaan-penyiksaan terhadap binatang. Rosulullah SAW melarang umatnya menyiksa induk burung dengan mengambil anaknya, dan juga melarang menjadikan anak burung sebagai bahan mainan, melarang menjadikan binatang sebagai sasaran dalam latihan memanah, larangan untuk memberi cap atau tanda dengan besi yang dibakar pada binatang dan melarang untuk mengurung kucing tanpa diberi makan sampai mati kelaparan.


4). Binatang ternak yang akan dimakan dagingnya tentu harus disembelih lebih dahulu. Menyembelih hewan pun ada peraturannya agar hewan yang disembelih tidak tersiksa. Diantara peraturan tersebut antara laian, ketika akan menyembilih hendaknya memakai alat yang tajam, dan sebelum disembelih, binatang tersebut hendaknya diberi makan sampai kenyang. Ketika menyembelih jangan lupa menyebut nama Allah agar digingnya halal dimakan. Semua ini menunjukkan sikap perilaku baik kita kepada binatang.

Perhatikan sabda Rasulullah SAW.



إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ ﴿رواه مسلم ﴾
Artinya : “ Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik atas segala sesuatu, maka apabila kamu membunuh (hewan) hendaklah membunuh dengan baik, dan apabila kamu menyembelih maka sembelihlah dengan baik, dan hendaklah kamu menajamkan pisaumu, dan hendaklah binatang sembelihan itu disenangkan (dengan cara memberimakan sebelum disembelih)” (HR. Muslim)



          1. Sikap terpuji Terhadap Lingkungan Alam

Agama Islam adalah rahmat Allah untuk semesta alam yang artinya rahmat tersebut bukan hanya untuk manusia saja tetapi juga untuk makhluk hidup selain manusia yaitu alam dan lingkungan hidup.

Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar. Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat-lipat. Sebaliknya, alam yang dibiarkan atau hanya di ambil manfaatnya akan mendatangkan mala petaka bagi manusia. Kita dapat menyeksikan dengan jelas bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh akhlak yang buruk terhadap lingkungan seperti hutan yang di eksploitasi tanpa batas sehingga melahirkan mala petaka kebakaran hutan yang menghancutkan tanaman hutan dan habitat hewan-hewannya. Ekploitasi kekayan laut tanpa memperhitunggkan kelestarian ekologi laut telah menimbulkan kerusakan hebat, baik habitat hewan maupun tumbuh-tubuhannya. Sayangnya semua itu dilakukan semata-mata untuk mengejar keuntungan ekonomi yang bersifat sementara, namun akibatnya mendatangkan kerusakan alam yang parah dan tidak bisa direhabilitasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun.

Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak menyadari sifatnya yang sombong, egois, rakus, dan angkuh yang merupakan bentuk akhlak terhadap lingkungan yang sangat buruk dan tidak terpuji. Padahal tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi yaitu sebagai wakil Allah yang seharusnya bertugas mamakmurkan, mengelola, dan melestarikn alam.

Perkatikan Firman Allah SWT Q.S. Ar Rum : 41 :



Artinya : telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).





          1. Sikap Terpuji terhadap Makhluk Gaib

Dengan Qudrat dan Iradat-Nya Allah SWT telah menciptakan makhluk yang tampak dilihat dengan mata (syahadah) seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dsb, dan juga telah menciptakan makhluk yang tidak tampak oleh penglihatan mata (gaib) seperti malaikat, jin, setan dan iblis.

Jin adalah termasuk makhluk gaib yang keberadaannya wajib kita imani, karena Allah SWT menciptakannya dengan tujuan untuk beribadah. Sebagaimana Firman-Nya :



Artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “ (QS Az-Zariyat ; 56)

Perlu kita ketahui bahwa selain ada jin yang taat dan patuh kepada Allah SWT, ada pula jin yang tidak patuh dan tidak taat kepada Allah SWT, diantaranya adalah iblis atau setan. Keduanya adalah makhluk Allah SWT yang asalnya diciptakan dari api yang sngat panas, jauh sebelum diciptakannya Nabi Adam as.


RANGKUMAN

    • Husnuzzan artinya berbaik sangka, yang keblikannya adalah suuzan. Keduanya merupakan bisikan jiwa yang akan melahirkan sikap, ucapan dan perbuatan nyata. Husnuzzan merupakan sikap mental terpuji, yang mendorong pemiliknya untuk bersikap, bertutur kata, dan berbuat yang baik dan bermanfaat. Sedangkan suuzan termasuk sikap mental tercela yang mendorong pemiliknya untuk bersikap dan berperilaku buruk yang merugikan

    • Husnuzzan hendaknya diterapkan dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri, dan dengan sesama manusia.



LATIHAN

Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang benar dan tepat !


1. Sebagian prasngka itu adalah dosa, demikian tercantum dalam QS ....

a. Al-Hujurat ; 12 d. Ibrahim ; 34

b. Al-Maidah ; 2 e. Al-Baqarah ; 125

c. At-Tien ; 4

2. Berikut ini adalah cara-cara bersyukur kepada Allah SWT, kecuali ...

a. membaca hamdalah

b. mengerjakan salat lim waktu

c. mempercayai kebenaran rukun iman

d. belajar dan mengajar Al-quran

e. berpuasa sepanjang masa

3. Berikut ini termasuk sikap husnuzzan kepada Allah, kecuali ...

a. bersyukur bila memperoleh nikmat

b. bersabar bila menderita musibah

c. berusaha dan berdoa agar kebutuhannya terpenuhi

d. Senantiasa bertawakal kepada Allah

e. dengan sengaja berbuat dosa karena Allah maha pengampun

4. Larangan berputus asa dari rahmat Allah terdapat dalam QS. ...

a. Al-Bayyinah ; 35

b. Yusuf ; 87

c. Al-Baqarah ; 195

d. Al-jumu’ah ; 10

e. Al-Maaidah ; 2

5. Contoh perilaku dari berburuk sangka pada diri sendiri ialah ...

a. berani mengeluarkan pendapat dan berbuat

b. benyak brinisiatif yang positif

c. tidak mau berkenalan dan bergaul dengan tetangga

d. gigih dalam mencari rizki yang halal

e. rajin belajar dan giat mencari ilmu

6. Dibawah ini adalah ungkapan-ungkapan orang yang husnuzzan kapada Allah, kecuali ....

a. “Alhamdulillah, hujan telah turun”

b. “ Allah tidak sia-sia menciptakan sesuatu

c. “Alhamdulillah , saya selamat dari kecelakaan”

d. “ Untung dia tidak meninggal walaupun dia cacad “

e. “Mengapa hanya saya saja yang brnasib begini”

7. Dibawah ini adalah hikmah husnuzzan, kecuali ....

a. hidup menjadi tenang, tenteram, dan damai

b. hati menjadi bersih

c. senantiasa bersyukur kepada Allah

d. bisa menimbulkan rasa pesimis

e. jauh dari perselisihan atau perpecahan


8. Berprasangka baik disebut ...

a. su’uzzan d. zalim

b. husnuzzan e. hasud

c. curiga

9. Untuk menumbuhkan sikap iisiatif agar dapat mandiri, caranya seperti dibawah ini, kecuali ....

a. bekerja tepat waktu

b. beramal atau bekerja menurut keadaan bakat dan tabiat

c. bekerja keras secara sungguh-sungguh

d. senantiasa menggunakan akal

e. berusaha jadi pionir dan kreatif

10. Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan adalah akibat ...

a. manusia

b. binatang liar

c. bencana alam

d. rahmat Allah

e. perbuatan iblis

Jawablah pertanyaan ini dengan jelas dan benar !
1. Apakah yang kamu ketahui tentang husnuzzan, jelaskan

2. Apa yang kamu ketahui tentang gigih dan optimis, jelaskan

3. Bagaimana sikap yang baik terhadap lingkungan, jelaskan

4. sebutkan cara untuk menumbuhkan sikap inisiatif

5. Jelaskan cara bersikap terpuji terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan.


Yüklə 0,8 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin