Janji Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku com Janji Oleh: Nisya Septik Prianda Copyright 2014 by Nisya Septik Prianda Penerbit



Yüklə 0,76 Mb.
səhifə10/11
tarix18.01.2018
ölçüsü0,76 Mb.
#38871
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11
Waktu yang Panjang”
Sudah hampir 2 tahun ini, setelah Dhani dan Anita menikah, Mas Rezza dan Mbk Zullfa juga baru saja menikah, namun Icha juga tidak pulang untuk hadir keacara pernikahan kakaknya itu. Rasyid sudah mencoba membujuk Icha untuk segera pulang, namun Icha menolak. Dia beralasan pekerjaannya semakin banyak semenjak dia menjadi kepala departemen kependudukan di kedutaan Indonesia untuk Belanda.

Keluarga Icha sangat khawatir dengan Icha yang sudah hampir 6 tahun ini tidak pulang. Mas Rezza tidak tahu harus berbuat apa dan beralasan apa agar adiknya itu mau pulang. Bahkan mas Rezza dan mbk Zullfa sampai menyusul Icha ke Belanda untuk mengajaknya pulang. Namun hasilnya nihil alias 0 besar. Icha tetap pada pendiriannya bahwa dia tidak ingin pulang.

***

Dhani mengemasi beberapa baju kedalam koper saat ini. Dia terlihat sangat sibuk sepertinya akan berpergian jauh. Dhani memang akan pergi, dia memutuskan untuk membawa Anita pulang ke Indonesia. Dia tidak tega melihat Anita terus menerus ditinggalnya pergi tanpa teman dirumah. Apalagi saat ini Anita sedang hamil tua, Dhani semakin tidak tega meninggalkannya sendiri.



Dhani membawa Anita pulang untuk dirawat bundanya sekaligus, biar Anita melahirkan di Indonesia saja. Lagi pula Dhani semakin sibuk setelah dia menjadi wakil direktur di perusahaannya, dia akan lebih sering meninggalkan Anita sendirian dalam waktu yang lama. Maka dari itu sebelum Anita melahirkan, Dhani membawa pulang Anita ke Indonesia.

***


Rasyid memencet tombol bel di apartemen Icha, tak lama kemudian Icha membukakan pintu apartemennya dan betapa terkejutnya Icha melihat 2 orang yang datan bersama dengan Rasyid itu. Mereka adalah Putri dan Ridwan.

“Astaga... coba lihat siapa yang datang sekarang” kata Icha terlihat senang sahabatnya datang menemuinya.

“Jadi disini lu tinggal selama 6 tahun terakhir ini Cha?” tanya Ridwan sambil masuk kedalam apartemen Icha lalu duduk diruang tamu.

“Ehm..., kalian nikah koq gak kabar-kabar sihc?” tanya Icha.

“Lu pulang aja kagak” jawab Ridwan kesal.

“..., udah berapa bulan Put?” tanya Icha mengalihkan pembicaraan.

“Baru 3 bulan Cha...” jawab Putri lembut sambil mengelus perutnya.

“Cha...., pulang...” kata Ridwan mencoba membujuk Icha.

“Aku gak bisa Wan...” jawab Icha.

“Gak bisa apa gak mau? Jangan jadi anak kecil dong Cha.. 2 tahun sejak Anita sama Dhani nikah, harusnya itu sudah cukup buat lu lupain Dhanikan? Mau sampai kapan lu terpuruk kayak gini? Bertahan disini bukan berarti lu bisa lari dari semua masalah Cha...” kata Ridwan.

“Aku buatin kalian minum dulu...” kata Icha sambil berdiri untuk menghindar dari kata-kata Ridwan untuk menceramahinya mengajaknya pulang ke Indonesia.

“Jangan mencoba untuk sembuh, tapi biarkan dan lihat saja apa lu bisa ngadepin sesuatu dibalik pintu yang ada didepanmu atau tidak, bertahan saja, lukanya akan sembuh dengan sendirinya” kata Ridwan.

***

Anita terlihat sangat kesakitan saat ini, ditemani 2 dokter dan 3 perawat yang membantu persalinannya. Dhani sangat gelisah diluar ruang bersalin, dia terlihat beberapa kali menutup telinganya ketika Anita berteriak keras.



Bunda dan mbk Zullfa mencoba menenangkan Dhani yang dari tadi mondar-mandir kesana kemari karena khawatir menunggu kelahiran anak pertamanya. Beberapa kali Anita terdengar berteriak lagi. Dhani tidak tahan mendengar teriakan istrinya itu. Bukan karena dia merasa berisik, tapi dia merasa takut kalau terjadi sesuatu kepada istri dan anaknya.

“Sudah 3 jam, tapi kenapa tidak lahir-lahir sich bun...” keluh Dhani.

“Sabar...” jawab Bundanya.

Tak lama kemudian suara bayi menangis terdengar sampai keluar ruang bersalin. Senyum lega terpancar diwajah Dhani, akhirnya anak yang dia tunggu-tunggu kini lahir juga. Beberapa saat kemudian suara tangisan itu mereda. Dhani sudah tidak sabar untuk segera melihat istri dan anaknya.

Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang bersalin. Dhani segera menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan istri dan anaknya. Dokter menyuruh perawatnya untuk pergi terlebih dahulu dan membiarkannya bicara dengan Dhani. Dhani terlihat sudah tidak sabar ingin mendengar kata dokter.

“Begini pak, anak bapak lahir dengan selamat, anak bapak laki-laki” kata Dokter itu.

“Alhamdullilah...” kata Dhani diikuti oleh seluruh keluarga.

“Tapi...” kata dokter itu menggantung.

“Tapi apa dok? Apa... anak saya tidak.... nor...” kata Dhani ragu.

“Ahhh tidak tidak, anak bapak lahir sempurna tanpa cacat sedikitpun” jawab dokter itu.

“Ahhh syukurlah, lalu ada masalah apa dok?” tanya Dhani.

“Proses persalinan yang begitu alot, yang dialami ibu Anita sepertinya membuat dia kelelahan dan mengalami pendarahan hebat, kamu sudah mencoba untuk menghentikannya, namun gagal. Kami sudah ingatkan ibu Anita untuk melakukan persalinan Caesar, namun dia menolak” jawab dokter itu.

“Apa? Tapi... kata Anita.... dia bisa melahirkan dengan normal? Ada apa ini dok?” tanya Dhani mulai khawatir.

“Iya, memang bisa, tapi resikonya sangat besar, kami sudah ingatkan ini pada beliau, namun dia nekad untuk melahirkan normal”

“Lalu bagaimana dengan istri saya dok?” tanya Dhani.

“Maaf pak, akibat kelelahan dan pendarahan itu, ibu Anita... tidak dapat kami selamatkan” jawab dokter itu dengan penuh penyesalan.

Dhani tidak percaya dengan yang dikatakan dokter itu dan langsung masuk kedalam ruang bersalin untuk memastikan sendiri keadaan Anita. Saat dia masuk kedalam ruang itu, ada seseorang yang tergeletak diatas tempat tidur dan seluruh tubuhnya ditutupi oleh kain putih. Dia adalah Anita yang sudah tidak bernyawa lagi.

Dhani tersungkur didekat Anita, dia tidak percaya istrinya meninggalkannya begitu cepat. Dhani tidak dapat menahan kesedihannya, bahkan ketika dia menangispun sampai tidak dapat mengeluarkan suara. Dhani tidak tahu mengenai keadaan istrinya itu karena sibuk bekerja. Dhani telah lalai menjaga Anita dan juga anak yang berada dalam kandungannya itu.

Dhani melihat kearah bayi mungil yang digendong oleh seorang perawat tak jauh dari tempatnya berdiri, Dhani menghampirinya. Lalu meminta anaknya dari perawat itu. Dhani menggendong anaknya dan membawanya kedekat Anita. Dhani menatap wajah anaknya, anak itu memiliki mata yang indah seperti Anita dan bibir mungil persis seperti bibir Anita.

Dhani menghapus air matanya, dia mencoba untuk tegar demi anaknya. Dia berjanji kepada Anita akan menjaga anaknya dengan baik meski dia akan tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu disampingnya. Dhani berjanji akan selalu menjaga anaknya. Dia pun akhirnya mengumandangkan Adzan kepada anaknya itu sebagai pertanda kelahiran dan juga agar di kehidupan pertamanya dia sudah dikenalkan pada agamanya.

Dhani memberikan nama kepada anaknya itu ‘Akhsani Novandika Eka Putra Permadi’. Dhani memeluk erat anaknya itu dalam gendongannya lalu membawanya keluar ruangan. Dhani memberikan Akhsan kepada ibunya, sementara dia akan mengurus jenazah Anita untuk dibawa pulang lalu dimakamkan.

***


Icha mendengar berita Anita telah tiada dari Putri yang baru saja pulang dari melayat kerumah Dhani. Icha sangat terkejut mendengar berita duka itu. Icha menanyakan keadaan anak Anita dan Dhani itu. Putri mengatakan anak mereka baik-baik saja, namun Dhani sepertinya terpukul berat.

Icha sudah tahu Dhani itu memiliki hati yang mudah rapuh jika ditinggal oleh orang yang dia cintai. Meski hubungan mereka sudah lama berpisah namun sebenarnya Icha masih menyimpan sebagian rasnya untuk Dhani. Icha merasa khawatir dengan keadaan Dhani saat ini. Dia meminta Putri untuk tetap mengawasi Dhani.

***

Rasanya sudah lama sekali Icha tidak pulang ke Indonesia. Dia juga sudah sangat rindu dengan keluarganya, dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Dia mulai membereskan barang-barang yang ada diapartemennya. Dia meminta bantuan Fleur, Arrabella, dan juga Rebeca untuk membantunya berkemas. Icha memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan tidak akan kembali ke Belanda lagi.



Dia berniat untuk menetap di Indonesia, dia merasa sudah terlalu lama meningalkan Indoensia, tanah kelahirannya. Vince dan Hans mendengar hal itu, mereka dengan berat hati harus membiarkan Icha kembali ketanah airnya. Icha senang dengan jawaban teman-temannya itu yang mendukungnya.

***


Icha sudah mulai memberesi barang-barang yang ada dikantornya. Dia juga sudah membuat surat pengunduran dirinya. Hari ini dia akan melapor kepada pimpinannya untuk meminta resign dari pekerjaannya.

“Meesteres, ik wil om te zorgen voor mijn pensioen brief en visa om terug te keren naar Indonesië47” Kata Icha menuju ruang Bosnya.

“U wilt stoppen met werken en ga terug naar Indonesië?48” tanya bosnya.

“Oké, ik zal zorgen voor het visum morgen, laat het papierwerk hier, zal uw laatste salaris heb ik meteen overdragen49” Jawabnya.

“Dankjewel50” jawab Icha sambil menyerahkan berkas pengunduran dirinya.

***


Icha sudah mendarat di bandara Soekarno-Hatta bersama dengan assistennya dari kedutaan Indonesia. Dia tidak memberitahukan keluarganya bahwa dia pulang ke Indoensia, hanya Ridwan dan Dimas yang tahu bahwa dia pulang ke Indonesia.

Icha menyerahkan pasport dan visanya kepada petugas imigrasi saat memasuki bandara. Setelah dicek dan lolos cek, icha dan asistennya segera berjalan menuju pintu keluar.

***

Di sisi yang lain, Dhani sedang mengantar rekan bisnisnya yang datang dari Australia yang hari ini akan pulang kembali ke Australia. Dhani mengantarkan rekan bisnisnya hingga pintu masuk petugas imigrasi.



“Thank you very much for your help to my company Dhani” kata seseorang kepada Dhani.

“Yes, you are welcome Mr. Erick i hope we can be a good partner” jawab Dhani.

“Of Course, hello little Dhani, i hope you like your father oke?” kata Mr. Erick itu sambil mencubit pipi anak laki-laki yang sedang digendong oleh Dhani bersamanya itu.

“Thank you for your attantion to my son Mr. Erick” kata Dhani sambil tersenyum.

“You are a great father Dhani, i like you because althought you are very busy, but, you not forget your son” katanya memuji Dhani.

***


Icha berhenti ditempat dia berdiri saat ini. Di terdiam selama beberapa saat setelah mendengar nama seseorang disebut didekatnya. Assistennya ingin menegurnya agar meneruskan jalannya, namun Icha meminta assistennya untuk diam. Tak lama kemudian Icha berbalik, bersamaan dengan itu seseorang yang berada didekatnya itu juga berbalik dan akhirnya mereka saling bertatapan.

Sekian lama mereka tidak pernah bertemu, ini pertama kalinya mereka bertemu setelah hampir 7 tahun. Icha melepas kacamata hitamnya, dan tersenyum saat melihat orang yang sedang dia temui saat ini. Orang itupun juga tersenyum setelah sekian lama tidak pernah bertemu dengan Icha. Mereka saling berjalan mendekat satu sama lain.

“Cha...” panggil orang itu.

“Iya..., lama ya gak ketemu?” sapa Icha balik.

“Gimana... kabar mu Cha?” tanyanya

“Baik Dhan...”

***

Ridwan, Putri, Lyly, Iis, Rima, Dimas, Lesty semua berkumpul di rumah Icha karena ini adalah pertemuan mereka setelah sekian lama berpisah. Mbk Zullfa dan Mas Rezza juga ikut senang adiknya sudah pulang dan saat ini senang karena ada teman-temannya yang datang menyambutnya.



“Cha, 7 tahun... wah... betah banget sihc di Belanda?” Tanya Iis

“Hahahaha... iya...” jawab Icha sambil tersenyum.

“Kapan nihc nikah? Secara, Dhani udah punya anak, Putri sama Ridwan udah nikah, Dimas sama Rima juga udah mau nyusul, Lyly juga udah punya calon, gue yahhh adalah pacar... tinggal nunggu dia berani aja, nah lo kapan Cha?” tanya Lesty

“Ye elah Ty’, gue belum ada pikiran dahc...” jawab Icha.

“Nahh Rasyid kan juga udah selesai kuliah, udah kerja juga, udah cukup umur juga buat nikah ama lo, nahhh apa lagi yang lo tunggu? Lo mau jadi perawan tua?” ledek Ridwan.

“Enak aja..., lu gak berubah ye, seneng banget nyela gue. Gue belum ada pikiran nikah ama Rasyid, lagian nih ya Rasyid ama gue itu udah kayak kakak adek, kita itu nyantai aja...” jawab Icha.

“Lu nyantai apa emang lagi nungguin orang? Secara ada yang jadi duda nihhh hahahahahahaha” ledek Ridwan disusul dengan tawa teman-teman lainnya.

“Ngeledek duren ye???” sahut Dhani sambil terus menggendong Akhsan anaknya.

“Ahhh??? Duren? Lo duren? Dhan... duda sih duda aja... kalo keren sih aduhhh gue gak ikut-ikut dahc... hahahahahaha” kata Dimas.

“Hehh hehh hehhh... lu ganggu anak gue mau tidur aja lu” kata Dhani kesal karena anaknya yang mau tidur tidak jadi tidur karena terganggu oleh tawa teman-temannya.

“Hus hus udah kalian ini...” kata Icha menegur teman-temannya yang sedang tertawa untuk diam, lalu berdiri menghampiri Dhani dan meminta Akhsan untuk digendongnya. Dhani pun hanya membiarkan saja Akhsan digendong oleh Icha. Teman-temannya yan lain hanya mengamati Icha yang sedang menggendong anak Dhani itu.

Icha menenangkan Akhsan agar segera tidur. Dhani mengamati Icha yang sedang menidurkan anaknya itu. Dhani tersenyum melihat Icha yang sepertinya sangat perhatian kepada Akhsan.

***

Teman-teman Icha yang lain sudah pulang, hanya tersisa Ridwan dan Putri yang masih ada bersama dengan Dhani. Akhsan sedang tidur dikamar Icha, makanya Dhani sedikit tenang dan bisa beristirahat setelah seharian menggendong Akhsan.



Mereka berdua pergi ke balkon rumah Icha tempat mereka pernah mengobrol bersama. Saat ini dimalam ini, sama seperti 9 tahun yang lalu saat mereka masih SMA.

Icha sedang menatap langit malam saat ini. Sudah lama dia tidak memandang langit Jakarta seperti ini. Selama 7 tahun terakhir ini dia selalu memandang langit yang sama, langit Eropa.

Sementara Dhani mengamati Icha dari atas sampai bawah. Icha tampak berubah banyak. Icha merasa seperti diamati terus-menerus oleh Dhani. Dia akhirnya menoleh kearah Dhani.

“Kamu ini ngapain ngelihatin aku kayak gitu? Kayak gak pernah liat aku aja” kata Icha.

“Ya emang kita gak pernah ketemu kan semenjak kita masuk kuliah?” jawab Dhani.

“Ya emang, tapikan bukan berarti kamu harus ngeliatin aku sampek kayak gitukan?” tanya Icha.

“Kamu kan udah berubah banyak Cha, 7 tahun bukan waktu yang singkat Cha...” jawab Dhani.

“Ehm... kamu juga udah berubah banyak, udah jadi bapak, udah jadi pengusaha yang ngembangin bisnis keluarga dengan sangat hebat, kita semua pasti berubah Dhan, manusia selalu berubah, omong kosong jika kita memaksa bahwa kita tidak akan pernah berubah” jawab Icha.

“Jadi karena alasan itu juga kamu berubah dan akhirnya pergi ninggalin aku?” tanya Dhani menanggapi kata-kata Icha.

“Hahahaha... kamu itu... aku ninggalin kamu? Lalu kamu sendiri? Kamu juga ninggalin aku kan?” tanya Icha balik.

“Karena kamu tidak memberiku pilihan Cha!” Kata Dhani sambil membuang pandangannya.

“Maksudmu?” tanya Icha tidak paham dengan kata-kata Dhani yang dilontarkan kepadanya.

“Kamu kemana aja gak pernah balas postcardku?” tanya Dhani.

“Apa? Bukannya kamu yang gak pernah balas postcardku?” tanya Icha balik.

“Cha, 1 tahun kamu gak pernah balas postcardku, aku masih berusaha nunggu kamu sampek 3 tahun lamanya, aku masih berharap dan berpikir positif kamu akan balik ke aku dan baik-baik aja, tapi apa? Aku gak ada pilihan lain selain menyerah” jawab Dhani.

“Apa??? Dhan, kamu baru nunggu 3 tahun udah nyerah? Aku masih terus nunggu postcardmu sampai akhirnya aku menyerah ketika aku menerima undangan pernikahanmu dengan Anita. Aku lebih lama nunggu kamu! Terus kamu nyerah gitu aja dan ngelupain janji kamu sama aku gitu? Hebat ya kamu Dhan!” kata Icha kesal dengan Dhani.

“Bentar dehc Cha, jadi selama kamu di Belanda kamu ngirim postcard ke aku? Tapi aku gak pernah nerima postcardmu, begitu juga sebaliknya aku ngirim postcard ke kamu dan kamu gak pernah nerima postcardku?...... astaga.........! Anita!!!” kata Dhani baru menyadari sesuatu.

“Apa maksudmu?” tanya Icha.

“Kamu pasti ngirim postcardmu ke alamatku yang lama ya Cha? Aku dulu satu gedung apartemen sama Anita, setelah itu aku pindah ke apartement yang baru, ini pasti Anita yang nahan postcard mu dan juga postcardku! Anita...” jawab Dhani.

“Jadi selama ini... astaga... “ Icha juga tidak percaya dengan apa yang membuat hubungan mereka berdua berakhir.

Memang benar Anita yang menahan postcard mereka selama ini. Anita memang kesal karena Dhani dan Icha masih saling berhubungan dibelakangnya. Namun awalnya Anita hanya akan sementara menahannya, namun Anita lupa tidak memberi tahu Dhani hingga menyebabkan hubungan mereka berdua berakhir tragis seperti itu.

***


Diperumahan Citra Sentosa Lakar Santri Surabaya Jawa Timur, Ayah dan Bunda Icha sedang gelisah menunggu dokter yang sedang memeriksa nenek dan kakek Icha yang sedang sakit keras. Untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga, semua keluarga dihubungi oleh ayah dan bunda Icha termasuk mas Rezza dan mbk Zullfa. Mereka berdua segera memberi tahu Icha dan Dhani yang masih di Balkon mengenai keadaan nenek dan kakeknya.

Mereka berdua akhirnya segera menyiapkan diri untuk segera pergi ke Surabaya. Akhsan segera diambilnya dan digendongnya menuju kedalam mobil mas Rezza, mereka sudah tidak memikirkan baju yang mereka gunakan dan mereka bawa, yang penting mereka segera sampai di surabaya secepat mungkin. Icha dan Dhani sudah menyuruh assisten mereka masing-masing untuk memesankan tiket pesawat paling cepat ke surabaya.

Setelah dipastikan mendapatkan tiket, mereka berempat segera menuju bandara. Padahal baru saja Icha datang dari Belanda, dia harus naik pesawat lagi menuju surabaya, dia pasti sangat jet leg saat ini. Namun demi neneknya dia tidak akan mengeluh meskipun dia sangat lelah hari ini.

***


Suasana sangat mengharu biru di rumah di blok H nomor 10 itu. Seluruh sanak saudara yang berkumpul sangat terpukul. Icha dan mas Rezza yang baru saja datang langsung jatuh tersungkur. Mereka terlambat, benar-benar terlambat. Nenek dan kakeknya sudah tiada sekarang. Icha sangat terpukul, terlebih dia belum sempat mengatakan kepada nenek dan kakeknya betapa suksesnya dia saat ini. Namun kenapa mereka secepat ini pergi.

Icha menangis sejadi-jadinya. Dhani tidak bisa berbuat banyak, dia sedang menggendong Akhsan saat ini, tidak mungkin dia akan menenangkan Icha. Dhani sudah mencoba menghubungi Rasyid sejak tadi. Mungkin tidak lama lagi Rasyid dan neneknya segera datang.

Tak lama kemudian, orang yang dimaksud Dhani sudah tiba di Surabaya. Dhani menemui Rasyid dan meminta Rasyid menenangkan Icha. Rasyidpun mengerti, dia segera menghampiri Icha yang masih terus meronta-ronta dan menjerit. Rasyid menggendong Icha menuju ketempat lain. Icha tambah menjerit ketika dia semakin jauh dari rumah neneknya itu.

Rasyid mencoba menjauhkan Icha agar dia bisa tenang. Rasyid menurunkan Icha di taman komplek, Icha berusaha kembali kerumah neneknya, namun dicegah oleh Rasyid. Rsyid mulai tidak tahan dengan sikap Icha seperti ini.

“Cha... kamu itu udah sarjana hukum, malah master hukum saat ini, jangan kayak gini dong Cha...” kata Rasyid.

“Apa keadaan kayak gini berkaitan dengan gelar ku? Hah!!!!” bentak Icha.

“Setidaknya dengan gelarmu saat ini, kamu bisa bersikap dewasa menghadapi situasi seperti ini, jangan seperti anak kecil!” jawab Rasyid.

“Jangan bicara seolah-olah kamu tahu segalanya ya Syid! Kamu gak ngerti rasanya kehilangan keluarga yang sangat kamu cintai!” kata Icha membentak Rasyid kedua kali.

“Aku emang gak tahu Cha! Tapi setidaknya aku juga merasakan kehilangan. Satu-satunya orang yang terluka bukan cuma kamu Cha, tapi banyak, jangan bertindak seolah-olah duniamu adalah dunia yang paling menyedihkan dan paling menderita hanya karena nenek dan kakekmu sudah pergi! Kamu itu masih punya ayah, bunda, kakak, aku, nenek ku, dan terutama Dhani, kamu gak sendiri Cha...” jawab Rasyid menasehati Icha. Dan kini dia sudah mulai tenang setelah mendengar kata-kata Rasyid itu.

“Tapi nenek Syid...hahhhhhhhhh” Icha berteriak keras dan kembali menangis histeris, Rasyid menariknya dan memeluknya agar dia merasa tenang.

“Iya Cha... iya... yang sabar... doakan saja, nenekmu dan kakekmu tenang disisi Allah... ya” jawab Rasyid.

***


Acara pemakaman pun digelar keesokan harinya. Semua keluarga masih terpukul dengan kepergian nenek dan kakek Icha, terutama Icha. Icha bahkan tidak makan apa-apa sejak semalam. Dhani merasa khawatir dengan keadaan Icha itu. Dhani meminta ibunya untuk menggendong Akhsan sebentar. Dhani menarik Icha pergi keluar.

Dia mengajak Icha kesebuah kedai makanan tak jauh dari komplek. Icha tak bergeming, dia bahkan tidak bicara apa-apa pada Dhani. Dhani memesankan makanan untuk Icha, dia meminta Icha untuk makan, namun membuka mulut saja Icha tak mau.

“Cha! MAKAN!!!” Bentak Dhani. Namun Icha masih terdiam.

“Bagaimana aku bisa makan, sementara nenek dan kakekku saja sudah tidak bisa makan” jawab Icha akhirnya dia mau bicara.

“Yang hidup harus terus bertahan hidup Cha! Jangan hanya karena kamu terpukul seperti ini kamu menyamakan dirimu dengan nenek dan kakek kamu! Sadar Cha....” kata Dhani kesal melihat kelakuan Icha.

***


Semua keluarga sudah kembali ke Jakarta, rumah nenek dan kakek Icha yang berada di surabaya akan segera dikosongkan dan juga didaftarkan ke pengadilan sebagai salah satu harta waris. Icha yang akan mengurus ini untuk keluarganya.

Icha sedang berbicara serius dengan Rasyid saat ini. Sepertinya mereka sedang membicarakan mengenai kelangsungan hubungan mereka selanjutnya. Rasyid tidak akan memaksa Icha jika icha memang tidak mau melanjutkannya, namun Rasyid siap jika Icha memilih untuk melanjutkan hubungan mereka.

“Aku masih bimbang, aku punya keinginan sendiri, sementara aku juga ingin mengabulkan keinginan nenek ku” kata Icha kepada Rasyid.

“Sholat Istiqoroh Cha... minta petunjuk sama Allah..., kita masih punya banyak waktu, apapun pilihanmu, aku akan mendukungmu” jawab Rasyid.

“Ehm... makasih ya Syid, kamu udah jadi pendengar dan sahabat yang baik buat aku” kata Icha.

***


Mbk Zullfa baru saja melalui proses persalinan anak pertamanya dengan mas Rezza. Icha juga ikut menemani dirumah sakit. Icha sedang menggendong Akhsan saat ini karena Dhani masih ada pekerjaan dikantornya. Itulah hukum alam, ketika ada satu kematian maka akan hadir sebuah kelahiran.

Seluruh keluarga senang dengan keharidan cucu kedua di keluaga itu, baik dari keluarga Icha maupun Dhani. Icha juga turut merasakan kebahagiaan mereka. Rasyid datang juga untuk menjenguk mbk Zullfa. Mereka semua sudah seperti keluarga besar yang hidup bahagia.

“Wahhh wahh... anaknya mbk Zullfa sama Mas Rezza cantik banget kayak.... tantenya... Icha...” ledek Rasyid.

“Heh? Koq mirip aku? Kan itu anaknya mas Rezza sama mbk Zullfa?” jawab Icha.

“Hahahaha... bercanda, iya itu memang anaknya mas Rezza sama Mbk Zullfa, karena dia cewek, kan cantik, nah cantiknya kayak kamu maksudnya... hahahaha” jawab Rasyid.

“Rasyid bisa aja..., Icha wajahnya merah semua tuh” ledek mas Rezza.

“Kapan mau nyusul Cha?” Tanya Ibu Dhani.

“Wahhh kurang tahu juga dehc Bun, hehehehe, “ jawab Icha.

“Cha... kamu kayaknya udah waktunya nikah dehc Cha, udah pantes gitu jadi Bundanya Akhsan hahahaha” kata Rasyid.

“Kamu itu apa-apaan sihc Syid, gak ada yang bisa gantiin Bundanya Akhsan selain Anita” jawab icha. Disaat yang bersamaan Dhani baru saja masuk keruangan itu.

“Hei Dhan... sini sini... lu setuju gak kalo Icha yang jadi Bundanya Akhsan? Sini... sini... berdiri disini... nahhh cocok kan... jadi keluarga bahagia” kata Rasyid sambil menyandingkan Dhani disamping Icha dan tersenyum melihat keserasian icha dan juga Dhani.

“Cha... balik dahc sama Dhani... kalian udah pisah segitu jauh dan lama, mas gak tega liat kalian berakhir kayak gini doang... ya gak Sayang?”

“Iya Dhan... mbk juga setuju koq kalau kalian nikah, lagian mbk juga tahu, satu-satunya wanita yang ada dihati kamu itu cuma Icha kan?” lanjut mbk Zullfa.

“Mbk... di Hati Dhani itu hanya ada Anita... ini Akhsan udah jadi buktinya...” Jawab Icha.

“Tapi Cha... Dhani itu ak pernah ngelupain kamu meski dia udah nikah sama Anita dan punya Akhsan, lagian, dia milih Anita juga karena kamu kan Cha yang gak pernah kasih kabar sama Dhani, tanggung jawab dong Cha dia jadi duda kan karena kamu juga...” jawab Mbk Zullfa menggoda Icha.

“Mbk...”

“Yahhh Ayah sama Bunda sihc, terserah kaliannya aja mau gimana, ya gak bun?” kata Ayah Icha yang sepertinya sudah merestui hubungan mereka.

“Gimana Cha??? Kalau kamu yes, kita bisa batalin perjodohan kita, lagian kamu gak perlu takut Cha... hubungan perusahaan keluarga bakalan tetep berjalan koq, kamu gak perlu takut sama nenek kamu lagi kan, paling-paling hantunya nenek kamu yang datengin kamu... hihihihihihi” goda Rasyid.

“Ihhh Apaan sihc kamu itu... udah ahhh” elak Icha.

“Hahahaha... gitu aja marah, udah Cha... jangan biarin Dhani lepas lagi kali ini... Cinta itu gak bisa nunggu...” lanjut Rasyid.

Tiba-tiba tangan Dhani merangkul pundak Icha. Icha terkejut dengan apa yang dilakukan Dhani kepadanya sekarang, seluruh orang yang ada diruangan itupun senang melihat Dhani melakukan hal itu. Sepertinya Dhani akan memperjuangkan Icha untuk kembali kepelukannya lagi. Tiba-tiba ibu Dhani meminta Akhsan dari gendongan Icha. Dan tanpa perlu waktu lama Dhani memeluk Icha dengan begitu erat. Setelah sekian lama dia menahannya, kini akhirnya Icha dapat dia peluk kembali.

Icha pun membalas pelukan itu dengan hangat. Icha sudah tidak ingat kapan terakhir dia merasakan pelukan Dhani padanya. Rasyid tersenyum melihat kembali Icha bahagia bersama dengan orang yang selama ini dia sayangi dan dia tunggu. Mas Rezza pun dapat melihat adiknya tersenyum lepas lagi begitu pula dnegan mbk Zullfa yang juga melihat Adiknya kembali bahagia setelah kepergian Anita 1 Tahun lalu.

***

Icha dan Dhani sudah merancang hari bahagia mereka sebentar lagi. Ridwan dan Putri sangat antusias membantu persiapan pernikahan mereka begitu pula denan teman-teman yang lain dan juga Rasyid. Rasyid bahkan menyewakan Ballroom terbesar dan terluas di hotel miliknya untuk pesta pernikahan mereka. Putri yang memiliki butik baju terkenal membuatkan gaun pengantin untuk Dhani dan Icha. Ridwan membiayai Wedding Orgainiser untuk pernikahan mereka.



Tante Lita, yaitu Tantenya Rasyid yang mengatur cathering untuk pernikahan Icha dan Dhani beserta dengan kue pernikahannya. Tentu saja ini ulah Rasyid. Icha dan Dhani bahkan tidak keluar uang apapun untuk biaya pernikahan mereka. Bahkan untuk urusan cincin pernikahan mereka, mas rezza dan mbk Zullfa yang memberikannya sebagai hadiah pernikahan untuk mereka.

Sebelum hari bahagia itu datang, Icha dan Dhani menyempatkan untuk berziarah ke makam nenek dan kakek Icha untuk memohon doa restu. Selain itu mereka berdua juga datang ke makam Anita. Icha tentu ingin meminta izin kepada Anita untuk menikahi mantan suaminya itu. Dhani tertawa mendengar Icha berbicara seperti itu.

“Anita... aku gak akan cuma jadi istri bagi mantan suamimu, tapi aku juga akan menjadi ibu yang baik untuk Akhsan...” kata Icha sambil menabur bunga keatas pusara Anita itu.

“Anita sayang..., meski sempat kesal dengan yang kamu lakukan padaku dan Icha, namun kamu telah menjadi ibu yang melahirkan anakku, aku berterima kasih kepadamu, telah memberikanku seorang anak laki-laki yang cerdas dan tampan” lanjut Dhani.

“Kami pulang dulu ya Nit, lain waktu, kami akan ajak Akhsan juga untuk menengokmu” pamit Icha.

***
Hari bahagia itu jatuh pada ulang tahun Akhsan yang kedua yaitu pada tanggal 29 November. Jadi setelah resepsi pernikahan, mereka merayakan ulang tahun Akhsan yang kedua. Semua keluarga besar terlihat sangat bahagia denan pernikahan Icha dan juga Dhani. Semua teman-teman Icha juga ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan sahabatnya itu. Terutama yang paling merasakan bahagia adalah Ridwan. Dia akhirnya lega Icha bisa mendapatkan cintanya dan juga kebahagiaan yang selama ini terlihat sangat jauh darinya. Ridwan tahu betapa sulitnya perjalanan cinta 2 insan itu. Makanya Ridwan menjadi orang yang paling berbahagia lebih dari kebahagiaan pasangan yang sedang menikah itu.

Rima dan juga Dimas juga bisa merasakan kebahgiaan diantara Icha dan Dhani. Mereka berdua sudah mendahului Icha bahkan mereka sudah memiliki 1 orang putra. Mereka berdua juga senang Icha dapat menemukan kebahagiaannya.

Mas Rezza dan Mbk Zullfa kini juga sudah lega dan menebus rasa bersalah mereka kepada kedua adiknya itu dengan meyatukan mereka kembali. Meski didera berbagai halangan dan rintangan, rupanya 9 tahun tidak menyurutkan perasaan mereka sedikitpun.

***

Chapter XI


Yang Diinginkan”
Kehidupan pernikahan Icha dan Dhani begitu bahagia selama 3 tahun ini. Bagaimana tidak, mereka sudah dikarunai 1 anak perempuan yang cantik yang menjadi adik untuk Akhsan bernama ‘Ahraina Apriliani Dwi Putri Permadi’. Dhani memegang beberapa perusahaan milik ayahnya dan juga milik Ayah Icha. Sementara Icha sendiri sekarang sudah menjadi seorang jaksa penuntut umum.

Meski sering ditinggal, Icha dan Dhani tidak lupa menyempatkan 2 hari dalam 1 minggu untuk berlibur ke tempat rekreasi bersama keluarga untuk quality time bersama anak-anak mereka. Icha dan Dhani tahu bahwa mereka tidak boleh lepas perhatian kepada anak-anaknya.

Seperti saat ini, mereka sedang berada disalah satu villa di Malang. Suasana di villa itu benar-benar sejuk, sangat cocok untuk tempat berlibur bersama keluarga.

“Harusnya kita ajak mbk Zullfa, mas Rezza, Herra, Clara dan Vino” kata Dhani.

“Ehmm, ajak juga Putri, Ridwan, Yura, Rino dan Fanny, ahhh Rasyid, Dias dan juga Devo, ahhh kenapa tidak kepikiran mengajak mereka ya... kan Akhsan dan juga Ahra bisa bermain dengan anak-anak mereka” kata Icha menyesali tidak mengajak teman-temannya dan juga anak-anak mereka.

“Bunda, kenapa gak kita rancang aja jalan-jalan sama mereka semua kalau memang bunda dan ayah mau mengajak mereka berlibur bersama?” celetuk Akhsan kepada Ayah dan Bundanya.

“Hahahahaha... anak Ayah... pinter banget sihc... hahahaha... nurun Ayahnya... hahahaha” puji Dhani sambil menciumi Akhsan.

“Hahahaha... apa? Nurun siapa? Kamu??? Aku lebih suka dibilang Akhsan mirip sama Anita” jawab Icha.

“Hehh hehh... dia itu anak siapa?” tanya Dhani.

“Haihhh sudah lah Ayah... Bunda... gak usah mulai berantem lagi dehc..., Akhsan itu anak Ayah Dhani..., Bunda Icha sama Bunda Anita...” Sela Akhsan melerai Icha an Dhani yang sudah mulai bertengkar.

“Uhhh Akhsan pinter banget sihc...” kata Icha sambil memeluknya bersamaan dengan Dhani.

“Kenapa Ahla gak dipeyuk juga...” tanya Ahra sambil manyun imut.

“Iya sayang sini sini... kita berpelukan...” ajak Icha kepada anak perempuannya itu.

***


Seorang juru kamera sedang mempersiapkan kameranya beserta lighting untuk memotret. Sementar disebuah ruangan tersendiri terlihat sebuah keluarga sedang berdandan untuk melakukan potret keluarga mereka. Yuppp keluarga siapa lagi kalau bukan keluarga Icha dan Dhani beserta anak-anak mereka.

Keluarga itu ingin mengabadikan keluarga mereka karena sejak mereka menikah mereka tidak memiliki foto keluarga lagi. Setelah semua sudah siap, mereka menuju set peotretan, Icha dan Dhani duduk berdampingan sementara Akhsan dan Ahra berdiri didekat mereka berdua.

“Siap... 1... 2... 3..” kata sang juru kamera memberi aba-aba dan ‘jepret’.

Jepretan demi jepretan telah mereka lakukan. Mereka juga berganti beberapa kostum. Setelah pemotretan selesai, mereka menuju ruang komputer dimana mereka akan memilih foto yang mereka inginkan dan akan mereka cetak.

Setalah pilih sana-sini akhirnya mereka menetapkan beberapa pilihan foto, selain foto keluarga bersama, mereka juga foto sendir-sendiri. Setelah menunggu beberapa saat untuk dicetak akhirnya selesai juga. Kini mereka punya foto keluarga untuk dipasang di dinding rumah mereka.

***


Icha menanggapi pendapat anak laki-lakinya itu untuk merancang liburan bersama dengan keluarga besar lainnya seperti keluarga kakaknya, keluarga teman-temannya dan juga Rasyid. Pasti liburannya akan sangat menyenangkan. Icha memiliki beberapa alternativ tujuan liburan, Putri, Lyly, Lesty, Iis, Rima, Dias dan mbk Zullfa sebagai Ibu-ibu rumah tangga juga ikut merancang liburan mereka itu. Sementara para pria yang sibuk cari uang. (Ini penulis banget... hahahahaha pernikahan itu ibarat workshop, Papa Work dan Mama Shop. Jadilah workshop. Hahahahaha kerjaannya ibu-ibu rumah tanggakan Cuma ngabisin uang suami hahahahaha).

“Kesini aja... ini tuh bagus banget tempatnya” kata Mbk Zullfa menyarankan sebuah tempat yang ada didalam katalog itu.

“tapi aksesnya agak susah mbk... yang gampang-gampang aja lah... “ sangkal Dias.

“Iya mbk... lagian... aku isi lagi... hehehehe” lanjut Putri sambil mengelus perutnya.

“Hahh??? Kamu udah... hamil lagi???” tanya Iis terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan Putri kepada mereka.

“Hehehe iya...” jawab Putri cengingas cengingis.

“Cha... lu kapan mau nambah lagi... Putri aja anaknya sama Ridwan udah mau 4 ini, masak iya lu Cuma mau punya anak 1?” tanya Lesty.

“Gue kan udah punya anak 2, cowok sama cewek, pas dong mau nambah apa lagi?” tanya Icha.

“Ye... itukan anaknya Anita, bukan anak lu...” sahut Rima.

“Mau dia anak Anita, dia itu anaknya Dhani, suami gue, anaknya dia ya anak gue juga...” jawab Icha. Disaat yang bersamaan Dhani mendengar pembicaraan istrinya itu saat dia akan menyusul ibu-ibu yang sedang rumpi itu. Dia sangat senang Icha tidak membedakan perlakukan terhadap Akhsan dan juga Ahra meskipun Akhsan adalah anaknya dengan Anita dulu.

“Ibu-ibu arisan... gak usah sungkan pilih aja semua tempat yang pengen kalian kunjungi, gak usah dipilah-pilah, kita para bapak-bapak pekerja bakalan biayai semuanya... kita gak mau kalian berebut tempat tujuan, makanya kita putusin tadi buat biayain semua tempat pilihan kalian, sayang kumpulkan tempat-tempat yang ingin ibu-ibu arisan ini kunjungi ya...” kata Dhani menghampiri para ibu-ibu rempong itu dan mengelus rambut istrinya itu.

“Sayang... tapi banyak banget lho pilihannya” kata Icha.

“Udah tenang aja... pilih aja yang kamu suka ya... ck” kata Dhani sambil pengerlingkan matanya pada Istri tercintanya itu lalu meninggalkan para ibu-ibu rempong itu untuk bediskusi lagi.

“Ya udah... gini aja kita tulis tempat yang pengen kita kunjungi, semua gue tampung terus dibuat listnya.” Kata Icha sambil memberikan sobekan kertas kepada para ibu-ibu rempong itu.

Setelah pilih sana-pilih sini, akhirnya terkumpul juga beberapa lokasi untuk liburan mereka. Kuta, Pantai Pandawa, Sanur, Sanur, Bedugul, Tanah Lot, Bali Safari Night, Batu Bulan, Nusa Dua, Istana Tapak Siring, Nusa Lembongan, Ubud, dan Nusa Penida.

Para ibu-ibu rempong itu terkejut dengan apa yang dilakukan bapak-bapak itu, mereka malah memesan tempat menginap di Trans Hotel & Villa Bali. Mereka tercengang, dari mana uang yang mereka gunakan itu, karena saat pertama kali para ibu-ibu itu mengatakan ingin berlibur bersama ke Bali, mereka semua kompak beralasan tidak punya uang. Tapi bagaimana mungkin mereka sekarang malah membiayai akomodasi seluruh keluarga di Trans Hotel & Villa Bali?

“Sayang... kamu dapet uang dari mana? Buat Travel? Buat jajan anak-anak? Buat beli oleh-oleh? Buat masuk ketempat wisata? Buat tiket pesawat? Sayang... “ tanya Icha kepada suaminya itu.

“Tenang aja... kita para bapak-bapak disini sebenarnya sudah punya tabungan untuk liburan kali ini, cukup untuk wisata kita selama 1 minggu disana, semua perjalanan kita nanti, kita sudah menyiapkan dananya... jadi jangan khawatir ya sayang...” jawab Dhani sambil membelai lembut istrinya itu.

“Tapi uang dari mana? Jangan sampai demi liburan ini kamu motong uang bulanan keluarga ya? Ingat kita mau beli rumah” ancam Icha.

“Gak lah... aku sudah punya tabungan memang khusus untuk rencana liburan kita sayang... sudah kamu gak usah khawatir yah... umah...” jawab Dhani sambil mencium kening istrinya dengan penuh rasa sayang.

***

Akhirnya rencana liburan mereka semuapun terwujud. Mereka telah menyewa sebuah bus VVIP di Bali yang akan mengantar mereka berwisata. Sementara diari Jakarta mereka naik pesawat komersial. 30 orang itu akan menikmati liburan mereka berkeliling bali selama 5 hari menjelajahi Bali bersama dengan semua keluarga dan teman dekat.



Sudah lama sekali mereka tidak berekreasi bersama menghabiskan waktu bersama. Dibandingkan dengan quantity time, mereka lebih menghargai quality time. Karena jika terlalu sering juga tidak terlalu nyaman. Karena pasti akan mudah bosan. Makanya mereka merancang liburan dalam waktu yang cukup lama agar rasa kangen dan juga kebersamaan dapat terbangun.

***


Beberapa tempat sudah mereka datangi di hari pertama mereka berlibur di Bali. Mereka selalu mengabadikan setiap momen kebersamaan mereka. Di hari tua nanti mereka tentu akan merindukan saat-saat ini. Maka dari itu selagi masih ada waktu mereka menggunakan kesempatan itu untuk mengabadikan setiap kebersamaan mereka agar anak cucu mereka nanti bisa tahu bagaimana erat hubungan kebersamaan mereka dan juga mungkin tempat-tempat yang mereka datangi saat ini, bisa saja tidak dapat lagi di nikmati oleh anak cucu mereka nanti.

Icha mengajak Akhsan dan Ahra untuk berfoto bersama para anak-anak yang lain. Mereka para orang tua berharap, kelak anak-anak mereka juga bisa bersahabat erat seperti orang tua mereka. Dan kalaupun jika ada diantara mereka ada yang menjadi pasangan, mereka berharap itu adalah yang terbaik dan mereka tidak akan melarang mereka atau bahkan menjodoh-jodohkan mereka. Terutama Dhani dan Icha, mereka ingin kelak Ahra dan Akhsan dapat menemukan sendiri orang yang mereka cintai dengan tulus. Mereka berdua berjanji tidak akan melarang anaknya menikah dengan siapapun asalkan mereka benar-benar tulus mencintai orang yang telah mereka pilih kelak.

Mereka berdua berharap yang terbaik untuk kedua anak mereka nanti. Mereka tidak ingin kedua anak mereka merasakan perjuangan yang berliku dan begitu lama seperti yang dirasakan oleh orang tua mereka nantinya. Mereka ingin anak-anak mereka bisa dengan bebas mencintai orang yang mereka sayangi. Karena tahu betapa sulitnya untuk dapat bersatu bagi Icha dan Dhani. Perlu waktu 9 tahun untuk dapat mewujudkan harapan mereka berdua.

***


Seorang kakek tua sedang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit beserta infus dan oksigen. Seorang laki-laki dan 2 orang perempuan beserta seorang anak kecil sedang menungguinya. Mereka berharap bahwa kakek tua itu dapat segera kembali ke keadaan semulanya.

“Apa Kakek tidak apa-apa Ayah?” tanya anak laki-laki kecil itu kepada Ayahnya.

“Kakek akan baik-baik saja Shandi..., berdoa sama Allah ya... supaya kakek cepat sembuh” jawabnya.

Tiba-tiba saja kakek tua itu membuka matanya dan melihat anak dan cucunya ada disampingnya. Kakek itu tersenyum karena dia masih diberi kesempatan untuk melihat keluarganya untuk terakhir kalinya. Setidaknya Tuhan masih berbaik hati memberinya kesempatan untuk memberinya salam perpisahan.

“Ayah gak apa-apa kan?” Tanya anak perempuannya yang sangat cantik itu. Kakek tua itu hanya mengangguk sebagai pertanda iya.

“Kalian, Nesha dan Shandi..., aku ini sudah tua... sudah tidak punya daya apa-apa..., mungkin sudah waktunya ayah menyusul ibumu...” katanya.

“Ayah jangan ngomong kayak gitu ahhh” kata anak perempuannya.

“Iya Ayah mertua, kami tim dokter disini akan berusaha sebaik mungkin untuk merawat Ayah mertua sampai sembuh, Ayah mertua harus sabar dan berusaha bertahan ya?” kata menantunya.

“Ehmmm... tidak... aku sudah terlalu lelah untuk terus bertahan, cepat nikahkan adimu, dan kamu... cepat menikahlah dengan Didi..., dia adalah laki-laki yang baik...” katanya memberi pesan kepada anak-anaknya.

“Ayah...” panggil Anak laki-lakinya.

“Apa...? jadilah Jaksa yang hebat seperti Ibumu..., Nesha... jadilah dokter yang hebat, kamu, anak nakal, teruskan perushaan Ayah dan Bunda jika kakakmu tidak mau, dan untuk cucu kakek, Shandi... jadi anak yang berbakti ya sayang... jadilah orang hebat seperti, nenek, ayahmu, bundamu dan juga bibimu...”

“Iya kek... Shandi janji pada kakek” jawab anak kecil yang bernama ‘Shandika Septian Eka Putra Permadi’ itu.

“Aku sudah ceritakan kisahku pada kalian selama masa hidupku..., saatnya aku tidur...” katanya sambil memejamkan matanya.

***


Semua orang yang hadir di pemakaman itu tidak dapat menahan tangisnya ketika tubuh yang sudah tidak dapat bergerak itu dibalut kain putih dan akan dimasukkan kedalam liang lahat, sebagai tempat terakhirnya beristirahat.

Anak laki-laki itu sama sekali tidak menitikan air matanya ketika melihat orang yang dia sayangi pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, padahal ayah, bunda dan bibinya sudah menangis tanpa henti.

“Shandi, kenapa kamu gak menangis sama sekali sayang?” Tanya Bibinya kepada anak kecil itu.

“Kakek pernah berpesan pada Shandi, Shandi gak boleh menangis meski seseorang yang Shandi sayang telah pergi meninggalkan Shandi dan tidak akan pernah kembali lagi. Yang mati biarlah mati dan menjalani kehidupan dialam lain, sementara yang hidup biarlah tetap bertahan hidup. Biarkan dia menjadi hal yang paling membahagiakan yang tidak pernah bisa kita hapuskan selama sisa hidup kita, kita tidak boleh menyesali kepergian orang yang kita sayangi itu, karena kita memang tidak bisa mempertahankannya untuk terus bersama kita. Lagi pula yang hidup pasti mati, tetapi setelah kematian pasti akan ada kehidupan lain yang baru yang akan lahir kedunia ini. Hidup itu harus terus berjalan. Beitu kata kakek padaku Bi, makanya Shandi tidak boleh menangis.” Jawab anak kecil itu kepada bibinya.

Ayah... Ayah dan bunda telah menjadi panutan bagi kami, dan juga bagi cucu-cucu ayah dan bunda... kami akan mendidik anak dan cucu kami seperti ayah dan bunda mendidik kami. Terima kasih telah menjadi orang tua yang hebat dari anak-anak kalian yang hebat pula” kata perempuan cantik itu dalam hatinya sambil teresenyum dan mengusap air matanya. Apa yang dikatakan keponakannya itu memang benar, makanya dia tidak boleh menangis lagi sekarang.

Semua pelayat satu persatu sudah mulai meninggalkan pemakaman itu. Hanya tertinggal mereka berempat saja. Mereka masih ingin menemani pusara terakhir ayah mereka.

“Ayah..., kami sudah lakukan apa yang ayah dan bunda selalu perintahkan dan ajarkan kepada kami, kami akan selalu bangga kepada ayah dan bunda. Kami juga mengabulkan permintaan ayah terakhir untuk beristirahat disamping bunda..., kami... pulang dulu ya yah... kami akan sering mengunjungi ayah dan bunda... Assalamualaikum...” pamit mereka pada makan tersebut.

Makam yang nisannya bertuliskan ‘ADHANI AZHAR PERMADI’ itu berdampingan dengan makam yang bertuliskan ‘IFHA NURISYA’ dan juga ‘ANITASARI EKA RATULINGGA PUTRI’. Mereka bertiga adalah orang tua dari Akhsan dan Ahra. Keinginan Icha dan Dhani adalah mereka beristirahat bersama dengan Anita. Icha telah meninggal sekitar 4 tahun yang lalu mendahului Dhani. Dan disusul Dhani pada hari ini yang juga akhirnya menyusul Icha dan juga Anita.

Meski telah sama-sama pergi meninggalkan mereka berdua, baik Akhsan dan juga Ahra mereka bangga kepada ketiga orang tua mereka. Mereka meninggalkan kenangan indah dan juga ilmu yang sangat bermanfaat kepada mereka. Akhsan dan Ahra sama-sama mewarisi kemampuan orang tuanya, keduanya telah menjadi orang hebat. Akhsan meniru Icha menjadi seorang Jaksa, sementara Ahra meniru Dhani dan Anita menjadi pengusaha besar.

Untung saja rumitnya kisah cinta orang tua mereka tidak menurun kepada kedua anaknya. Dan itulah yang menjadi kebahagiaan disaat-saat terakhir hidup mereka berdua. Setiap orang sekaku kalah dalam cinta. Cinta adalah emosi jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan sesuatu yang sama sekai tidak dia suka dan sesuatu yang bahkan belum pernah mereka lakukan sebelumnya.

“Karena cinta merubah segalanya menjadi lebih indah”

***


TAMAT

Sinopsis


Ifha Nurisya alisa Icha, seorang gadis cantik yang sudah dilukai hatinya oleh cinta pertamanya, harus kembali menelan pahitnya lika-liku perjalanan cintanya ketika baru saja dia menemukan pria lain dalam hidupnya. Perjodohannya dengan pria lain sempat membuatnya bingung, sehingga hubungannya dengan Adhani harus berpisah secara tragis.

Berpisah selama 7 tahun di 2 negara yang berbeda yang saling berjauhan rupanya tak menyurutkan cinta Icha dan Dhani. Meski sempat tersakiti karena Dhani telah menikah dengan wanita lain, namun rupanya takdir berkata lain, mereka dipertemukan kembali. Bagaimanakah kisah lengkap dan akhir dari cerita Icha dan Dhani? Akankah pertemuan Icha dan Dhani setelah 7 tahun berpisah membuat Icha kembali dalam pelukan Dhani? Atau malah Icha benar-benar sudah melupakan Dhani?


Yüklə 0,76 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin