Janji Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku com Janji Oleh: Nisya Septik Prianda Copyright 2014 by Nisya Septik Prianda Penerbit



Yüklə 0,76 Mb.
səhifə4/11
tarix18.01.2018
ölçüsü0,76 Mb.
#38871
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11
Nyanyian Indah
Ridwan baru saja selesai mandi, dan tiba-tiba saja handphonenya berbunyi. Rupanya Dhani menelponnya. Kenapa nih anak pagi-pagi begini telpon? Pikirnya. Ridwan pun mengangkatnya agar tahu apa yang membuat Dhani sepagi ini menelponnya.

Jemput Icha ya? Hari ini gue berangkat naik taksi” katanya.

“Ehhh??? Ngaps? Lu gak tidur rumah ye?” tanya Ridwan.

Iya, gue tidur di rumah sakit, jangan kasih tau Icha. Mungkin gue akan telat datang hari ini, gue udah bilang wali kelas. Bilang aja sama Icha gue masih dirumah saudara ya?

“Ahhh iya iya... tenang aja, lu udah BBM Icha???” tanyanya.

Lu aja yang BBM” jawab Dhani.

“Ahhh.. iya udah gampang, BTW lu ngapain dirumash sakit?” tanya Ridwan kepo.

Ntar gue ceritain di BBM, oke?” jawabnya menjanjikan pada Ridwan.

“Iya udah, gue ganti baju dulu”

Owh iya thanks ya?” Balas Dhani. Lalu menutup telponnya.

***

Icha mendengar suara klakson dari luar rumahnya. Dhani sudah datang, pikirnya sambil beramitan pada orang tuanya dan kakaknya. Lalu dia pergi keluar rumah, namun Icha terkejut kenapa yang menjemputnya malah Ridwan. Tidak biasaya Dhani tidak memberi tahunya jika dia tidak bisa menjemputnya.



“Dhani masih dirumah saudaranya, makanya gue yang jemput, dia masih punya urusan makanya nanti dia datang telat” jelas Ridwan sebelum Icha bertanya padanya.

“Koq dia gak cerita ya?” tanya Icha sambil naik kemotor Ridwan.

“Dia masih sibuk banget, makanya langsung aja dia telpon gue”

Keduanya langsung menuju kesekolah mereka. Icha mengirim pesan BBM pada Dhani untuk menanyakan kebenarannya. Namun pesannya hanya di “R” saja. Namun tidak dibalas oleh Dhani. Icha merasa sangat kesal dengan Dhani saat ini. Ridwan mengatakan pada Icha untuk santai saja. Dhani tidak akan macam-macam padanya. Dhani pasti akan mati ditangan mas Rezza dan Ridwan jika dia berani menyakiti Icha.

Icha merasa kata-kata Ridwan benar juga, mungkin saja benar saat ini Dhani sedang sibuk. Makanya dia belum sempat membalas pesan BBM Icha. Lagi pula hari ini Dhani hanya akan datang terlambat bukannya tidak masuk. Jadi nanti pasti Icha akan bertemu dengannya di sekolah.

***


Sampai jam istirahat Dhani belum datang juga. Icha menjadi gelisah. Dia tidak bisa menghubungi Dhani saat ini karena handphonenya sedang dikumpulkan oleh ketua disiplin sekolah. Icha terlihat tidak semangat mengikuti pelajaran selanjutnya. Padahal mata pelajarannya sangat disukai oleh Icha yaitu bahasa mandarin. Gara-gara Dhani tidak ada Icha menjadi sangat ingin membolos hari ini.

Tiba-tiba bayangan seseorang yang baru saja terlihat dari jendela kelas membuat Icha terbangun dari bangkunya lalu menuju keluar kelas menyusul orang itu. Ternyata Icha benar, dia adalah Dhani yang baru saja datang, namun dia tidak masuk kelas. Dia menuju ruang guru kelas XI. Icha memutuskan untuk menunggu Dhani didekat ruang guru. Berharap Dhani akan segera keluar dari ruangan itu.

Icha terkejut saat Dhani keluar dari ruang guru, dia terlihat salah tingkah saat bertemu dengan Dhani. Dhani menanyakan apa yang sedang dilakukan Icha disitu. Icha menjawab bahwa dia sedang menunggu Dhani. Dhani pun hanya menghela napas panjang. Dhani mengusap kepala Icha sambil tersenyum.

“Kangen ya?” tanya Dhani.

“Kamu ada urusan apa sihc? Sampek gak bisa jemput, BBM aja gak” tanya Icha sambil manyun karena kesal.

Gak mungkin aku mau bilang aku dari rumah sakit kan, jangankan pegang setir motor, pegang hp aja gak bisa, gak apa-apa hanya urusan keluarga. Hari ini pulang sama Ridwan yah, aku ada urusan yang harus diselesaikan” katanya.

“Ya Allah... udah gak jemput, gak nganterin pulang juga? Ishh” tanya Icha sambil kesal. Dia akhirnya meninggalkan Dhani kembali kekelasnya.

Dhani menyusul Icha berusaha meraih tangan Icha untuk menahannya. Namun berkali-kali Icha melepaskan tangan Dhani dari tangannya. Icha masuk kelasnya dan duduk dibangkunya dengan kesal lalu disusul oleh Dhani. Ridwan dan teman-teman yang lain hanya terdiam memandangi mereka berdua.

Ridwan tidak berani menganggu mereka yang sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik. Dhani mencoba menjelaskan keadaannya pada Icha. Namun dia tidak berani mengatakan yang sejujurnya pada Icha.

“Gak enak ngobrol disini... ayo ikut aku... kita ngobrol diluar” ajak Dhani sambil meraih tangan Icha.

“Gak MAU!!!” sambil melempar tangan Dhani dengan kuat hingga tangan kiri Dhani membentur bangku dibelakangnya. Dhani merasa kesakitan dan akhirnya dia mengeluarkan tangannya dari dalam saku celana seragamnya. Dan kini Icha melihat perban yang melingkar ditangan Dhani. Icha terkejut melihatnya. Dhani sepertinya sadar bahwa perbannya kini telah diketahui oleh Icha.

Dhani berusaha menyembunyikannya dan tetap stay cool. Namun Icha menunjukan ekspresi yang menanyakan kenapa dengan tangan Dhani hingga sampai diperban seperti itu. Dhani masih saja menyembunyikannya.

“Gak mau jujur?” tanya Icha.

“Ini gak apa-apa koq...” jawab Dhani.

“Gak apa-apa gimana sampek diperban gitu... “

Dhani menghela napas panjang. Mungkin dia memang tidak berbakat untuk berbohong sama sekali pada Icha. Akhirnya Dhani memutuskan untuk berkata jujur pada Icha mengenai tangannya.

“Iya... tanganku terkilir, dan pergelangan tanganku retak, aku ada dirumah sakit tadi, makanya tidak bisa menjemputmu, aku juga tidak bisa mengantarmu pulang karena aku kesekolah naik taksi. Jelas?” tanya Dhani.

“Kenapa bisa sampai seperti itu sihc???” tanya Icha tambah khawatir.

“Cuma kecelakaan sedikit” jawabnya.

Icha menghela napasnya panjang. Dia akhirnya mengangguk dan jelas dengan keadaan Dhani dan tidak akan marah pada Dhani mengenai masalah antar dan jemput lagi. Icha cuma tidak suka jika Dhani tidak mau jujur padanya.

Icha sudah sangat bosan dibohongi terus. Dhani berjanji tidak akan bohong pada Icha. Dhani menutupi hal ini agar Icha tidak merasa khawatir dengan Dhani. Makanya Dhani tidak mengatakannya pada Icha. Namun Icha tidak suka seperti itu. Icha malah akan semakin khawatir jika Dhani menyembunyikan apapun itu darinya.

Dhani paham dengan apa yang di mau Icha dan dia pun menurutinya saja. Sambil mengusap kepala Icha. Icha pun tersenyum lagi. Kemesraan mereka itu dilihat oleh seluruh murid kelas XI IPS-1. Tak terkecuali Dimas, entah apa yang ada dipikiran Dimas saat ini mengenai Icha dan Dhani. Tiba-tiba saja Dimas berdiri dari tempat duduknya yang membuat semua orang diruang itu terkejut termasuk Icha dan Dhani.

Dimas keluar ruangan seperti orang yang sedang marah. Dhani mencium ada firasat yang tidak enak mengenai Dimas. Dia minta izin Icha untuk mengikuti Dimas. Icha pun hanya mengangguk sebagai tanda persetujuan.

***


Dimas duduk di bangku dekat lapangan basket sekolah. Ingatan-ingatan masa lalu kembali terlintas dipikiran Dimas saat ini. Ingatan saat dia dan Icha pertama kali bertemu, berkenalan dan saling suka hingga akhirnya dia menyatakan cintanya pada Icha.

Memang indah, namun semua berubah saat Rima mulai hadir. Dimas kembali merasa bersalah mengenai hal itu pada Icha. Andai saja saat itu Dimas tahu semuanya lebih awal, mungkin perpecahan antara mereka tidak akan terjadi hingga saat ini.

Tiba-tiba saja seseorang duduk disamping Dimas. Dia adalah Dhani. Dimas membuang pandangannya setelah tahu Dhani ada disampingnya. Mereka berdua memang tidak saling pandang sama sekali. Hingga akhirnya Dhani membuka pembicaraan mereka.

“Cemburu?” tanya Dhani

“Tidak.” Jawabnya singkat.

“Belum ada 1 bulan tapi gue sudah berhasil mendapatkan hati Icha. Sama seperti yang lu lakuin dulu sama dia. Dia sudah lama punya keinginan untuk melupakanmu, hanya saja tidak ada orang yang membantunya lepas. Meski dia tahu dia akan disakiti oleh Rima sekalipun. Awalnya dia nerima gue karena gue melindunginya saat dia akan disiram air kotor sama Rima. Namun semua berubah menjadi perasaan tulus setelah gue menunjukkan ketulusan sama dia.” Kata Dhani dan berhasil membuat Dimas akhirnya memandang Dhani sekarang.

“Maksudnya?” Tanya Dimas.

“Icha adalah orang yang selalu butuh perhatian, perhatian itu mengalahkan segala tipe ideal Icha. Makanya ketika ada seseorang yang perhatian sama Icha, Icha akan sangat mudah memberikan hatinya. Jangan salah paham tentang pelukan yang diberikan Icha saat itu, Icha sudah tahu pasti karena kejadian itu dia akan terkena masalah lagi. Makanya Icha menerimanya karena sebagai ucapan perpisahan denganmu.” Jelas Dhani.

“Owh... jadi lu juga liat waktu itu? Wahhh wahhh” Dimas tersenyum.

“Iya, setelah itu Icha menjelaskan semuanya. Icha sudah sangat lelah dengan semua yang terjadi diantara kalian. Icha sangat tidak suka ketidak terbukaanmu dan ketidak jujuranmu. Dan disaat itu juga gue mengatakan padanya bahwa gue suka sama dia.” Jawab Dhani.

Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Sepertinya mau tidak mau sekarang Dimas harus segera merelakan Icha untuk bersama orang lain saat ini. Karena sudah sekian lama dan begitu banyak luka yang telah dia berikan pada Icha. Dia sadar bahwa selama ini Dimas telah salah memperlakukan Icha.

Saat dulu dia bersama dengan Icha, Dimas tidak tahu Icha dan Rima adalah sabahat. Dimas dan Rima diam-diam saling dekat tanpa sepengetahuan Icha. Hingga akhirnya Rima mengungkapkan perasaannya pada Dimas. Dimaspun bingung memiih antara Icha atau Rima.

Hingga suatu ketika saat Dimas sedang bersama dengan Rima, Icha mengetahuinya. Dan saat itulah permusuhan mereka dimulai. Icha meminta putus dari Dimas, dan Rima selalu memusuhi Icha dalam segala bidang.

Permusuhan mereka itu terjadi hingga mereka naik kekelas XI. Namun kesalahan Dimas selama ini hanyalah dia tidak pernah berpihak kepada Icha. Dan tidak pernah melihat kebenaran secara utuh. Sehingga dia hanya melihat Rima yang benar.

Namun kini Dimas sudah tahu dan paham seperti apa kesalahannya. Dan kini Dimas harus benar-benar rela Icha telah bersama dengan orang lain. Rima pun juga sudah meninggalkannya. Dimas menertawai dirinya sendiri yang kini bahkan tidak bisa memiliki salah satu diantara mereka.

“Itu kesalahanmu, karena 2 cinta tidak bisa kita miliki secara bersamaan” celetuk Dhani pada Dimas.

“Iya, lu bener, 2 cinta tidak bisa kita miliki secara bersamaan, pilihannya hanya ada 2, memiliki salah satunya atau kehilangan keduannya” lanjut Dimas.

“Tidak pernah ada kisah cinta segitiga yang berakhir bahagia” kata Dhani.

Dimas berdiri dari tempat duduknya membuat Dhani menatap Dimas saat ini. Dimas terlihat sedang menatap langit yang tidak begitu cerah hari ini. Dhani juga ikut berdiri disamping Dimas. Keduanya kini menatap langit yang sama.

“Kita melihat langit yang sama, namun berdiri di tanah yang berbeda, lu menyikapi semua keadaan dengan jauh lebih bijak dari gue, makanya Icha suka sama lu, jagain dia yah... maaf atas sikap gue selama ini..., Good Luck dan selamat... hemmm” Kata Dimas pada Dhani sambil tersenyum dan menepuk pundak Dhani lalu meninggalkannya.

***

Cara ulang tahun sekolah sudah dimulai, semua perlombaan sudah mulai digelar. Lomba-lomba unik khas Indonesia juga digelar. Seperti makan kerupuk, balap karung dan lain-lain (Udah kayak agustusan aja yah). Lomba-lomba olahraga seperti Volley, badminton, tennis sepak bola, lari estafet, jujitsu juga diselenggarakan. Beberapa hari yang lalu lomba poster yang diikuti oleh Ridwan juga sudah diselenggarakan. Lomba menulis Esay yang baru saja kemarin selesai diadakan dimana Icha mengikuti lomba itu dan berhasil memenangkannya.



Hari ini Icha menyemangati Ridwan yang sedang bertanding Jujitsu melawan mas Ridho yang merupakan teman seperguruan Jujitsunya. Keduanya memiliki kekuatan yang imbang. Icha sedang minum soft drinknya sambil asyik menunggu Ridwan menunjukkan jurus-jurusnya untuk mengalahkan mas Ridho. Icha menontonnya dengan Dhani dan teman-teman yang lain.

“Habis ini dia kan ikut tanding sepak bola, apa tuh sodaramu gak capek ya Cha?” Tanya Iis pada Icha.

“Tau’ dahc, isi ulang batrainya lagi full tank kalee hahahaha” jawab Icha sambil tertawa, dan mereka semua juga tertawa mendengar perkataan Icha. Melihat stamina Ridwan yang masih lumayan bagus. Padahal dari pagi dia sudah bertanding 2 pertandingan sekaligus yaitu sepak bola dan jujitsu.

Dan saat ini untuk pertandingan jujitsu Ridwan sudah sampai di babak final melawan mas Ridho. Ridwan harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenangkan pertandingan ini. Namun setelah itu dia juga harus ikut bermain sepak bola bersama teman sekelasnya yang lain untuk bertanding di babak semi final melawan kelas XII IPA-3. Melihat kondisi manusia normal mungkin harusnya Ridwan sudah kualahan. Namun buktinya tuh manusia masih fine-fine saja sampai sekarang.

“Tapi gak tau juga yah besoknya dia gak masuk sekolah hahahaha” sahut Putri meledek Ridwan.

“Ehm... gak mungkin, tuh anak besok wajib dateng, besok kan Icha tampil buat lomba dance, dan juga Icha kan jadi regu Cheers untuk team basket kelas. Ridwan harus dateng, momen langka nihhh hahahaha” Sahut Irfan yang ikut menonton pertandingan dengan Icha dan kawan-kawan.

“Heh... ngomong apa sihc Fan... udah dehc biasa aja... kayak gak pernah liat gue ngedance atau cheers aja lu” Sahut Icha.

“Eh BTW, tangan lu udah gak apa-apa bro buat main besok?” Tanya Irfan pada Dhani menanyakan keadaan tangannya.

“Owh iya udah gak apa-apa, kata dokter kalau cuma untuk beberapa permainan mungkin bisa” jawabnya.

“Fan, jadiin dia pemain cadangan aja, dia hebat dalam bikin 3 point. Masukin dia kalau score team kita kritis.” Lanjut Icha.

“Owh Oke” jawab Irfan sambil menunjukkan jempolnya.

“Khawatir banget sihc...” kata Dhani sambil mengelus rambut Icha.


***

Hari ini akhirnya hari pertempuran Icha dimulai lagi. Icha dan teman-teman satu group dance harus melawan 14 team dance yang lain dalam Dance Competition. Dhani dan kawan-kawan duduk dibangku penonton yang strategis untuk dapat melihat penampilan Icha.

Icha dan kawan-kawan mendapat giliran tampil nomor 9. Dan sekarang baru penampilan nomor 6. Icha merasa sangat gugup sekarang. Beberapa kali dia melihat penampilannya di kaca dan melatih beberapa gerakannya yang dirasa belum sempurna.

Rima menepuk pundak Icha dan tersenyum padanya seolah mengatakan “Jangan khawatir, jangan gugup kita pasti bisa”. Icha pun membalasnya dengan senyuman pula.

Dan kini akhirnya Icha dan kawan-kawan tampil untuk menunjukkan dance mereka. Dhani tersenyum saat melihat Icha keluar dari balik panggung dan menunjukkan tangannya memberi semangat pada Icha. Icha hanya mengangguk membalasnya.

Musik sudah mulai terdengar dan Icha pun mulai dengan dancenya. Semua orang yang melihat begitu terkejut dengan penampilan Icha dan groupnya. Gerakannya begitu berbeda dengan yang lainnya. Para juri pun juga tercengang dengan penampilan serta formasi mereka.

Diakhir dance Icha dan Rima sama-sama melakukan formasi yang luar biasa. Hingga membuat semua penonton bertepuk tangan saat Icha dan kawan-kawan mengakhiri penampilannya. Para juri sepertinya juga sangat puas dengan penampilan mereka.

Sayangnya, pengumuman pemenang lomba tidak diumumkan langsung hari itu. Pengumuman akan diumumkan saat malam prime night besok malam. Jadi Icha dan kawan-kawan harus bersabar menunggu siapakah yang akan keluar sebagai pemenangnya.

***

Icha sedang berganti costum saat ini. Dia harus menjadi cheers setelah ini untuk menyemangati team basket dari kelasnya. Apalagi Dhani menjadi salah satu pemainnya. Meski sebenarnya Icha sangat khawatir dengan keadaan tangan Dhani. Namun Dhani hanya memberinya senyuman seolah megatakan “Aku gak apa-apa



Semua teman-teman cheers Icha sudah berada ditempatnya dan mereka segera memulai penampilan mereka untuk segera membuka pertandingan antara team basket kelasnya melawan team basket kelas XI IPA-2. Icha memang seorang dance profesional sehingga dia tetap menampilkan penampilan yang apik meski baru saja selesai mengikuti dance competition.

Setelah selesai tampil dengan cheersnya. Kini saatnya pertandingan dimulai. Dhani tampil sebagai pemain inti kali ini. Icha terus menyemangati Dhani. Saat Dhani mencetak point maka Icha akan sangat gembira dan berjingkrak ria.

***

Tak disangka waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dan kali ini sudah sampai dipenghujung lomba hari ini. Pertandingan penutup hari ini adalah final basket antara kelas XI IPS-1 melawan kelas XII IPS-7.



Icha terlihat sangat tegang karena ini permainan terakhir dan beberapa kali Dhani kesakitan pada pergelangan tangannya tadi. Tapi ini pertandingan terakhir dan lawan mereka cukup berat. Tidak mungkin Dhani dijadikan pemain cadangan saat ini.

Namun apa boleh buat Dhani akhirnya menjadi pemain cadangan pada babak pertama. Dan kelas XI IPS-1 harus menerima kekalahannya di babak pertama. Mau tidak mau, Dhani harus ikut main pada babak kedua untuk mengejar ketertinggalan point.

Waktu yang tersisa tidak banyak, kini selisih pointnya hanya tinggal 2 saja. Dan Dhani dipercaya team untuk mencetak 3 point. Sebenarnya Dhani tidak yakin bisa melakukannya. Karena tangannya sudah gemetar saat ini. Namun saat dia menoleh kebangku cheers dan melihat Icha begitu menyemangatinya. Dhani pun akhirnya mengumpulkan semua keberanian dan kekuatannya untuk mencetak point. Dan..... ting tong.... 3 point dicetak oleh Dhani hingga akhirnya kelas XI-IPS 1 keluar sebagai juaranya.

Sorak riang gembira terpancar di wajah seluruh murid kelas XI IPS-1. Beberapa perlombaan mereka menangkan pada tahun ini. Seperti sepak bola, basket, badminton, lomba puisi, dan masih banyak lagi yang lain.

***

Malam ini akan diadakan acara prime night di sekolah. Semua murid sibuk menyiapkan dekorasi untuk pesta malam ini. Jadi meski sudah tidak ada agenda lomba hari ini namun semua pelajaran kembali dikosongkan karena semua sibuk menyiapkan pesta malam ini.



Icha dan kawan-kawan baru saja selesai menyiapkan piring dan gelas untuk persiapan nanti malam. Mereka begitu kelelahan dan kini mereka menuju kantin untuk makan siang.

Mereka sedang asyik membicarakan pakaian apa yang akan mereka gunakan nanti malam. Acara ulang tahun sekolah kali ini benar-benar berbeda dari tahun-tahun sebelumnya sehingga mereka harus menyiapkan penampilan yang berbeda pula untuk prime night malam ini.

“Kamu nanti pakai apa Cha?” Tanya Lesty.

“Ahhh, aku? Aku nanti pakai apa yah... aku juga masih bingung, semua gaunku sudah mulai kependekan” jawabnya sambil sedikit kesal karena gaun pestanya sudah mulai tidak muat dengan dirinya.

“Ngemil mulu’ sihc lu, jadi gak muatkan sekarang hahahahaa” ledek Ridwan.

“Lu tuh yah... gak malah bantuin saudaranya malah ngeledekin ahhh” kata Icha kesal pada Ridwan.

“Cha, kakakku punya koleksi gaun baru di butiknya. Mampir aja nanti habis pulang sekolah, aku kasih diskon dahc...” kata Putri menawarkan baju dari butik kakaknya.

“Bener ye??? Gue juga mau dong...” Sahut Lesty.

“Gue juga dong Put,,,” lanjut Lyly.

“Dasar Cewek... sukanya yang diskonan hahahahaha” Ledek Irfan.

“Kayak lu gak aja Fan..” ledek Ridwan pada Irfan hingga membuat semuanya tertawa melihat kelakuan Ridwan yang memang senang sekali meledek teman-temannya meski hanya bercanda.

***


Icha pulang besama Dhani hari ini. Hari ini Dhani tidak membawa motor, dia membawa mobil ayahnya. Hal itu karena Dhani tidak bisa menyetir dengan 1 tangan saja, maka dari itu ayahnya memintanya untuk membawa mobil saja kesekolah dari pada naik taksi.

Icha menanyakan keadaan tangan Dhani saat ini. Dhani hanya menjawabnya dengan senyuman. Icha sangat kesal jika Dhani menjawab pertanyaannya hanya dengan senyuman saja. Seolah itu hal yang ambigu.

Dhani tidak langsung mengantarkan Icha kerumahnya. Icha sedikit terkejut kenapa Dhani tidak langsung mengantarkannya kerumah namun malah mengajaknya untuk ketempat seseorang.

Dhani mengajak Icha kesebuah Butik yang lumayan terkenal. Icha bertanya pada Dhani kenapa mereka kesini. Dhani menjawab untuk membeli persiapan prime night nanti malam.

Icha pun hanya menurut saja saat tangan Dhani menariknya untuk masuk ke butik itu. Didalam butik itu ada mbk Zullfa dan temannya. Icha terkejut, apa tidak apa-apa jika mbk Zullfa tahu Icha jalan dengan Dhani.

“Mbk Zullfa udah tau... udah dehc santai aja...” kata Dhani menenangkan Icha.

“Owh...” Jawab Icha singkat.

“Mbk Dinda, pilihin gaun buat dia dong, nanti malem mau ada acara prime night di sekolah, acara ultah sekolah, “ kata Dhani pada teman kakaknya itu.

“Owh oke Dhan..., ayo ikut aku” kata kakak yang bernama Dinda itu kepada Icha untuk memilih gaun.

Sementara Dhani juga sedang memilih baju yang pas untuknya kenakan nanti malam. Dhani dibantu mbk Zulfa untuk memilih baju yang pas. Postur tubuh Dhani yang lumayan kecil namun tinggi, membuatnya tidak cocok menggunakan baju yang press body. Sehingga mbk Zullfa memilihkan sebuah kemeja kotak-kotak berwarna gelap dengan celana berwarna biru tua lalu ditambah dengan blazer berwarna hitam.

Tak beberapa lama Icha keluar dari kamar ganti sambil mengenakan gaun berwarna biru 5 cm diatas lutut yang ditambah dengan blazer warna senada yang menutupi ¾ lengannya. Dhani lumayan terkejut dengan penampilan Icha itu.

“Sipp mbk, aku suka yang ini, pilihin sepatunya juga mbk” kata Dhani.

“Ahhh gak usah, aku punya hills yang warnanya senada dengan ini koq, gak usah boros-boros, pakek aja yang masih ada” kata Icha mengelak apa yang diinginkan Dhani.

“Owh ya udah, gak jadi dehc mbk, dari pada dia marah sama aku nanti hahahaha” balas Dhani sambil tertawa.

***

Dhani dan Icha akhirnya pulang, bersama dengan mbk Zullfa juga. Dhani dan mbk Zullfa akhirnya mampir sebentar kerumah Icha. Yah tentu saja mbk Zullfa pengen ketemu mas Rezza lah.



Namun waktu sudah menunkukkan pukul ½ 6 sore, padahal acara prime night nanti jam 7. Akhirnya Dhani memutuskan untuk mandi dan berdandan ditemapat Icha saja dengan meminjam kamar mas Rezza.

Mas Rezza pun mempersilahkan Dhani untuk menggunakan kamarnya. Icha pun juga segera bersiap-siap mandi dan berdandan untuk berangkat bersama Dhani ke acara prime night nanti. Icha keramas dan membersihkan badannya yang sudah lengket karena keringat hari ini dengan air hangat.

Setelah selesai dia mengeringkan rambut panjangnya yang basah itu. Lalu Icha menuju meja riasnya untuk menggunakan make up. BB cream Icha gunakan sebagai foundation make upnya. Lalu dilanjutkan dengan menggunakan bedak dengan warna 1 tingkat diatas warna kulitnya. Setelah itu Icha menggunakan eyeshadow berwarna ungu gelap. Selanjutnya Icha menggunakan blush on berwarna merah marun tipis di pipinya. Tak lupa Icha juga menggambar garis alisnya.

Maskara untuk mempertebal bulu mata palsu yang baru saja dia pasang, dilanjutkan dengan eyeliner untuk mempertegas matanya, dan terakhir dia menggunakan lipstik berwarna pink pearl ditambah dnegan lip gloss yang meberikan kesan mengkilat pada bibirnya. Selanjutnya Icha berganti pakaian dengan gaun yang tadi dibelikan Dhani kepadanya. Icha kembali ke meja riasnya untuk menggunakan handbody beraroma lavender dan parfum dari Victoria Secret kesukaannya.

Setelah itu Icha merapikan rambutnya dengan membuat rambutnya sedikit bergelombang dibagian bawah dengan bantuan alat pengkriting rambutnya. Lalu menggunakan hairsprai untuk mempertahankan bentuknya. Tak lupa bando berwarna hitam dengan manik-manik berwarna biru dibagian kanannya mempercantik penampilan Icha.

Icha pergi kesebuah ruangan yang berisi almari tempatnya menyimpan semua tas dan sepatunya. Dia memilih sepatu yang senada dengan bajunya. High hill dengan tali bermanik-manik itu yang menjadi pilihan Icha. Beserta dengan tas dompet yang juga memiliki warna tak jauh berbeda dengan baju yang dia gunakan.

Icha memasukkan tisu dan handphonenya kedalam tas itu. Lalu dia mengambil beberapa accesoris untuk pempercantik penampilannya seperti cincin yang dia gunakan di jari manisnya dan gelang silver yang melingkar di pergelangan tangan kirinya serta kalung berwarna silver yang menghiasi penampilannya menjadi semakin elegan. Kini Icha siap untuk pergi ke prime night.

Saat Icha menuruni tangga dari kamarnya, Dhani sudah selesai berdandan dan dia menunggu Icha di ruang tamu dan saat dia melihat Icha sedang menuruni tangga dengan penampilan seperti itu, Dhani sangat tercengang. Mas Rezza menepuk pundak Dhani agar tidak tercengang melihat adiknya itu jika berpenampilan seperti seorang putri itu. Dhani hanya tersenyum dan kembali melihat Icha.

“Apa terlihat aneh?” tanya Icha.

“Ahhh tidak... kamu cantik banget” kata Dhani dan dia tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Icha sedikitpun. Icha menjadi sedikit malu dipandangi seperti itu oleh Dhani.

Dhani segera mengulurkan tangannya pertanda dia mengajak Icha segera berangkat. Mbk Zullfa ditinggalnya karena nanti dia akan diantar mas Rezza pulang. Sehingga Dhani tidak perlu mengantar kakaknya itu kerumah dan langsung berangkat ke acara prime night sekolah.

***


Gemerlap lampu sudah terlihat dari kejauhan. Acara prime night kali ini terlihat sudah ramai oleh murid-murid yang datang ditambah dengan beberapa guru yang juga datang. Ridwan, Irfan dan Rachman sedang bercengkrama bersama. Sambil melirik cewek-cewek sekolah yang malam ini berpenampilan berbeda dari biasanya.

Putri menghampiri Ridwan dan berbisik bahwa Dhani dan Icha sudah datang. Ridwan pun penasaran seperti apa penampilan Icha dan Dhani malam ini. Dan ketika kedua orang yang sedang dibicarakan itu memasuki auditorium tempat Prime Night diselenggarakan. Semua orang memandangi mereka dengan tatapan terkejut dan takjub. Para cewek melihat betapa kerennya Dhani dengan dandanan seperti itu, sementara para cowok memandangi betapa anggun dan cantiknya Icha malam ini. Tak terkecuali saudaranya Icha sendiri, Ridwan.

Ridwan, Irfan, Rachman, Lesty, Lyly, Icha dan Putri menghampiri 2 sahabat mereka itu. Mereka semua mengamati penampilan Icha dan Dhani dari atas sampai bawah berulang kali.

“Ini Icha sama Dhani kan?” Tanya Lyly masih belum percaya.

“Iya Ly... masa’ setan, kenapa sihc? Kayak gak pernah liat gue pakek gaun gini” tanya Icha.

“Lu beda banget malem ini Cha...” Kata Ridwan.

“Lu juga keren banget bro...” Sahut Rachman.

“Berapa lama Cha kamu dandan?” Tanya Putri.

“Ehmmm mungkin 1 jam an dehc, soalnya aku tadi sampek rumah sekitar jam ½ 6 an” jawab Icha.

“Lu dandan 1 jam aja cantik gini apalagi lebih...” tambah Iis.

“Bisa aja... gak juga, Cuma make up natural, gak usah dilebih-lebihkan” kata Icha.

“Gak cuma aku kan yang bilang kamu cantik” kata Dhani pada Icha sambil tersenyum pada Icha.

“Ahhh... kamu ini...” kata Icha malu-malu.

***


Kepala sekolah memberikan sambutannya untuk membuka acara malam ini. Selain itu kepala sekolah juga mengumumkan juara umum untuk lomba yang telah diadakan dalam rangka perayaan ulang tahun sekolah kali ini.

Dan kelas XI IPS-1 keluar sebagai pemenang juara umumnya. Irfan sebagai ketua kelas ditemani Rachman sebagai wakilnya naik kepanggung untuk menerima piala dan hadiah sebagai pemenang.

Selain itu beberapa pemenang lomba juga diumumkan. Seperti pemenang pertandingan basket antar kelas, Dhani sebagai perwakilan team kelas XI IPS-1 yang menerima pialanya. Selain itu Ridwan menerima 2 piala kemenangan sekaligus yaitu lomba design poster dan jujitsu.

Yang tak kalah menarik lagi adalah pengumuman pemenang lomba dance sekolah. Team dance Icha dan Rima lah yang keluar sebagai juara satu. Icha dan Rima naik ke podium untuk menerima piala dan hadiahnya. Icha sangat senang dengan kemenangannya itu.

Dhani tersenyum senang dengan kembalinya Icha seperti Icha yang dulu. Karena Ridwan mengatakan bahwa Icha kehilangan semuanya saat dia mulai bermusuhan dengan Rima. Icha tidak pernah lagi ikut dance padahal dance sudah seperti ½ bagian dari diri Icha.

Ridwan berterima kasih pada Dhani karena telah mengembalikan Icha lagi seperti yang dulu. Dhani hanya tersenyum membalas perkataan Ridwan itu. Dhani juga senang telah membuat Icha bahagia malam ini.

***

Dan kini pesta pun dimulai. Sekolah mengundang DJ Una, Repvblik dan J-Rock untuk memeriahkan pesta malam ini. Icha dan teman-temannya tidak ikut dengan teman-teman yang lain yang berpesta music didepan pangung. Mereka malah asyik menghabiskan makanan dan minuman yang disediakan.



Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba seseorang dibelakang Dhani memanggilnya. Dhani seperti mengenali suara itu lalu dia berbalik. Alangkah terkejutnya Dhani saat melihat orang yang memanggilnya itu.

“Lama gak ketemu ya Dhan?” tanyanya.

“Di... Dias... ehhh owh iya lama gak ketemu” jawab Dhani terbata-bata karena terkejut dia bertemu dengan Dias malam ini.

“Jadi kamu sekolah disini?” tanya Dias.

“I...iya... kapan kamu pulang dari Korea?” tanya Dhani.

“Baru seminggu yang lalu, jangan heran kenapa aku bisa disini, ayah ku salah satu komite disini, dan aku diminta hadir juga. Aku sekarang sekolah di SMA 28” jawabnya.

“Owh... begitu...Syukurlah dia gak pindah disini” kata Dhani dalam hati.

“Siapa dia?” tanya Icha.

“Kenalkan aku Dias, mungkin Dhani gak cerita, aku dulu mantannya Dhani, ini pacarmu ya Dhan? Ehmmm kenapa gak dikenalin sihc..., “ Jawab Dias.

“Owh iya Ifha Nurisya, panggil saja Icha” kata Icha memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Dias.

“Ehm... Dhani itu orang yang baik koq, jadi tidak sia-sia kamu sama dia.” Kata Dias pada Icha sambil tersenyum.

“Owh iya? Terus kenapa kalian putus?” tanya Icha penasaran, padahal Dhani saat ini sudah sangat pucat.

“Ehmm... itu salahku, aku tidak pernah memberinya perhatian, dan juga selalu menyalahkannya, dan juga aku yang meminta putus darinya” jawab Dias sambil tersenyum.

“Owh...” jawab Icha.

“Aihhh sudah itukan masa lalu... udah jangan diungkit-ungkit lagi” kata Dhani membuyarkan pembicaraan Dias dan Icha tentang dirinya dimasa lalu.

“Apaan sihc, akukan juga pengen tau masa lalu kamu,” kata Icha sedikit kesal pada Dhani.

“Hehehehe, iya iya Dhan... takut banget sihc... owh iya aku kenalkan sama pacarku yah... sayang... sayang...” Panggil Dias pada seseorang. Lalu seorang anak laki-laki muncul dan Icha sangat terkejut dengan seseorang yang dipanggil sayang oleh Dias itu. Bagaimana tidak, orang yang katanya pacar Dias itu telah dia kenal sebelumnya.

“Kenalkan ini pacarku, namanya Rasyid” kata Dias memperkenalkan pacarnya.

“Rasyid” katanya sambil menjabat semua teman Icha dan juga Dhani. Namun Rasyid juga terkejut saat dia melihat Icha ada disitu. Rasyid jadi salah tingkah sendiri. Icha berkata dalam hatinya, ini orang brengseknya udah tingkat dewa dan ngelewatin bates dehc.

Bagaimana tidak, bukannya udah jelas-jelas dia dijodohin sama Icha, ehhh tidak tahunya dia sudah punya pacar. Bukannya Icha cemburu hanya saja dia kesal pada Rasyid. Dan setiap dia memandang Rasyid ingatan saat dikolam renang hotel itu kembali datang menghampiri pikiran Icha. Mengingatkan Icha betapa kurang ajarnya Rasyid padanya.

***

Dhani tidak terlihat digerumbulan teman-temannya, Icha bingung mencarinya. Dia bertanya pada Ridwan, namun baik Ridwan, Rachman maupun Irfan tidak mengetahui dia dimana. Icha beberapa kali mengirim pesan BBM namun tidak dibalas sama sekali.



Namun tiba-tiba lampu panggung redup beberapa saat, lalu menyala lagi. Saat lampu panggung menyala, betapa terkejutnya semua murid termasuk Icha dan kawan-kawan saat melihat Dhani sedang berada diatas panggung membawa sebuah gitar didepan mic.

Dhani terdiam sesaat mengedarkan seluruh pandangannya kearah penonton, dan akhirnya menemukan Icha sedang berdiri didekat lampu hias. Dhani tersenyum saat memandang Icha. Dia menghela napasnya panjang sebelum mulai bicara.

“Untuk orang yang sedang berdiri disana, yang menggunakan gaun berwarna biru yang indah, bernama Ifha Nurisya alias Icha... aku sudah menyiapkan lagu ini untukmu, lagu ini khusus aku nyanyikan untukmu, semoga kamu menyukainya. Mungkin yang aku lakukan ini tidak ada apa-apanya. Namun aku tulus melakukannya untukmu”

Sorak ria penonton dengan tepuk tangan yang meriah mengiringi Dhani saat mulai memetik senar gitarnya. Sebuah lagu dimainkan oleh Dhani. Lagu yang mungkin tidak banyak yang tahu namun lagu ini sempat hits pada masanya.

Dhani mulai bernyanyi sebuah lagu yang merupakan lagu kesukaan Icha saat mereka sedang berjalan bersama. Lagu itu sangat sering diputar oleh Icha dalam ipadnya. Yaitu lagu Sheila On 7 yaitu ‘Kita’.

Dhani memainkan gitarnya dengan sangat lihai. Suara Dhani yang merdu juga menambah kesan romantis penampilannya. Icha terlihat sangat menikmati penampilan Dhani. Beberapa kali Icha terlihat tersipu. Icha tidak menyangka Dhani akan melakukan hal ini dimalam Prime Night sekolah.

Saat Dhani mengakhiri penampilannya, dia segera turun dari panggung dan menghampiri Icha sambil memberikan setangkai bunga mawar berwarna biru padanya. Dhani tahu Icha sangat menyukai segala sesuatu yang berwarna biru. Makanya Dhani membeli bunga yang berwarna biru juga.

Icha tidak tahu kapan Dhani membelinya, karena dari tadi Icha tidak melihat Dhani pergi ketoko bunga atau apapun. Dan sejak kapan Dhani menyiapkan ini untuknya. Icha benar-benar diberikan surprise malam ini.

Semua mata kini tertuju pada mereka berdua. Icha menjadi salah tingkah sendiri. Dhani malah tersenyum melihat tingkah Icha yang seperti itu.

“Tidak apa kan jika hanya satu tangkai?” tanya Dhani.

“Ahhh... gak apa-apa...” jawab Icha.

“Aku tulus sayang sama kamu, apapun badainya aku harap kamu mau melewatinya sama aku” ucap Dhani.

“Ehmm” jawab Icha sambil menangguk pertanda iya. Dhani memeluk Icha dan semua teman-temannya bersorak gembira melihat keduanya kini telah memproklamirkan hubungan mereka. Sepertinya Dhani dan Icha tidak takut lagi jika hubungan mereka diketahui banyak orang.

Saat semua orang masih berbahagia atas pasangan baru malam ini, kemeriahan makin semarak dnegan munculnya kembang api saat atap auditorium dibuka. Semua orang melihat keatas langit yang indah dipenuhi dengan kembang api yang seolah menari-nari dilangit malam ini. Icha dan Dhani melepaskan pelukan mereka dan ikut melihat pesta kembang api. Keduanya tersenyum bersama.


Chapter V

Yüklə 0,76 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin