Karena Aku Mencintaimu”
Suara sirine ambulance terdengar sangat keras. Icha menangis tiada henti sambil terus memeganggi tangan Dhani dan memanggil namanya. Ridwan mencoba menenangkan Icha. Namun yang ada malah Ridwan yang kena amuk dari Icha. Akhirnya Ridwan pun diam. Dia mencoba menghubungi mbk Zullfa untuk mengabari keadaan Dhani saat ini. Namun dari tadi tidak diangkat oleh mbk Zullfa.
Setelah sampai rumah sakit, Ridwan meminta Icha untuk bersabar dulu, Ridwan akan pergi kerumah Dhani untuk mengabarkan keluarganya. Ridwan sudah menghubungi Rachman untuk pergi kerumah sakit untuk menemani Icha selama Ridwan pergi. Putri sebentar lagi juga akan kerumah sakit setelah menutup toko.
***
Mbk Zullfa masih asyik membungkus kado diruang tengah, sambil mendengarkan lagu yang lumayan keras. Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, mbk Zullfa mematikan musicnya dan segera membukakan pintu. Saat mbk Zullfa membuka pintu, dirinya dikejutkan dengan kedatangan Ridwan yang terengah-engah.
“Kamu habis dikejar maling ya?” tanya mbk Zullfa.
“Mbk... mbk... Dhani... Dhani...” kata Ridwan masih mencoba mengatur nafasnya.
“Ehhh? Kenapa tuh anak?” tanya mbk Zullfa.
“Dhani kecelakaan! Sekarang dia dirumah sakit” jawab Ridwan sambil terengah-engah.
“Hehhh jangan bercanda ya...” kata mbk Zullfa tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Ridwan padanya tentang adiknya itu.
“Aku... berani jamin... mbk... sekarang... harus ke rumah sakit dehc...” kata Ridwan meyakinkan.
“Beneran?” mbk Zullfa mulai pucat.
“Orangnya lagi sekarat mbk... masa’ iya aku bercandain.... hah...” jawab Ridwan sedikit kesal.
***
Icha tidak bisa berhenti menangis. Mimpinya selama ini telah menjadi kenyataan. Apa yang dia lihat dalam mimpinya kini terjadi sudah. Rachman mencoba menenangkan Icha. Rasyid yang tadi dia hubungi kini sudah sampai di rumah sakit. Dia menanyankan bagaimana keadaan Dhani saat ini. Icha hanya menjawabnya dengan tangisan.
Rasyid mencoba menenangkan Icha dengan memeluknya. Rasyid tahu betapa takutnya Icha saat ini. Rasyid membiarkan Icha menangis sepuasnya di pelukannya.
Tak berapa lama kemudian, mbk Zullfa, Om Afri dan Tante Fitri datang. Icha mengatakan bahwa Dhani masih diruang ICU saat ini. Tante Fitri sudah hampir pingsan saat tahu anaknya masih diruang ICU. Mbk Zullfa bertanya pada Icha sebenarnya apa yang terjadi hingga Dhani sampai seperti ini. Icha pun menjelaskan semua kronologinya. Mbk Zullfa memeluk Icha yang masih saja terus menangis.
Tak lama setelah itu dokter keluar dari ruang ICU. Dokter menanyakan manakah keluarga Dhani.
“Dia cukup kuat menghadapi benturan seperti itu. Mungkin perawatan intensif selama 1 minggu kedepan akan membantu pemulihannya” kata dokter itu.
Semua orang lega mendengarnya. Termasuk dengan Icha. Icha senang mendengar Dhani tidak mengalami cidera yang serius karenanya. Karena kalau sampai terjadi apa-apa pada Dhani, maka dia akan menyalahkan dirinya sendiri karena membuat Dhani dalam bahaya.
***
Dhani sudah dipindahkan keruang perawatan biasa. Meskipun belum sadarkan diri, namun keadaannya semakin membaik. Icha menemani Dhani saat ini. Mbk Zullfa meminta semua orang untuk meninggalkan Icha dan Dhani saja. Ayah dan ibu Dhani pulang untuk mengambil barang-barang Dhani seperti baju ganti dan lain-lain. Makanya tidak masalah jika saat ini Icha menemani Dhani.
Sudah lama Icha tidak memandangi Dhani sedekat ini. Hanya saja saat ini Icha harus memandangi Dhani dalam keadaan seperti ini. Icha sangat ingin bicara dengan Dhani saat ini. Hanya saja orang yang sangat ingin dia ajak bicara itu sedang tidak bisa bicara karena masih dalam keadaan belum sadar.
“Karena aku masih mencintaimu... kamu tahu betapa bencinya aku saat kamu gak mau bicara sama aku? Sekarang kamu bener-bener gak bisa ngomongkan sama aku... ya Allah... gimana rasanya ketabrak mobil? Gimana rasanya ngebentur tiang? Sakit??? Apa yang aku takutkan selama ini terjadi juga kan sama kamu...” kata Icha pada Dhani yang masih terkapar tak sadarkan diri. Bahkan untuk bernapas saja dia masih harus dibantu oleh oksigen.
Ridwan melihat Icha dari kaca pintu kamar perawatan Dhani. Mas Rezza datang untuk menjenguk Dhani sekaligus menjemput Icha. Namun Ridwan mengatakan untuk sementara waktu membiarkan Icha bersama dengan Dhani dulu. Sudah terlalu lama waktu yang terbuang sia-sia yang mereka lewati tanpa bicara. Mas Rezza pun paham dan akhirnya membiarkan adiknya itu menemani orang yang dicintainya itu.
***
Icha berniat ingin menjenguk Dhani hari ini seleai sekolah. Teman-teman Icha yang lain seperti Iis dan Lyly yang kemarin tidak datang juga ingin ikut menjenguk Dhani dirumah sakit hari ini. Icha baru saja menutup pintu lokernya dan tiba-tiba saja seseorang menjambak rambut Icha dari belakang.
Icha menoleh dan rupanya yang menjambak rambutnya adalah Anita. Icha terkejut kenapa tiba-tiba Anita datang kesekolahnya. Dan kenapa tiba-tiba dia menjambak rambut Icha seperti ini.
Wajah Anita terlihat sangat marah saat ini. Dia semakin menjambak rambut Icha dengan kuat. Icha berusaha melepaskan cengkraman tangan Anita dari rambutnya.
“Lihat apa akibatnya kalo kamu masih deket-deket sama tunanganku!!!!!” bentak Anita pada Icha.
“Aku juga gak tau Nit kalo bakalan kayak gini kejadiannya... ahhh sakit Nit...” Kata Icha merintih.
“Sakit? Sakit kamu bilang? Tunanganku masih belum sadar di rumah sakit, dan kamu bilang ini sakit? HAH?!!!” bentak Anita lagi dan memperkuat jambakannya.
“Heh Nit, lepasin Icha, ini di sekolah orang, jangan cari gara-gara ya!” kata Ridwan mengancam Anita sambil mencoba melepaskan rambut Icha.
“Apa perlu aku bilangin ini sama Rasyid? Hah?” tanya Anita dengan nada meremehkan.
“Rasyid ada dirumah sakit kemarin. Rasyid udah tahu semuanya, gak usah ngadu domba kayak gitu” jawab Ridwan.
“Hah’, aku akan balas ini semua Cha. Liat aja nanti.” Kata Anita sambil meninggalkan Icha dan Ridwan.
“Dasar nenek lampir KW 100! Huhhh!” umpat Ridwan kesal dengan Anita.
***
Icha masuk kamarnya dengan sangat lesu. Dia meletakkan tasnya di kursi belajarnya. Icha kemudian melemparkan tubuhnya keatas tempat tidurnya. Icha menoleh ke arah meja dekat lampu tidurnya. Dimana fotonya dan Dhani terpajang. Icha mengambilnya, dan memandangi Dhani yang tersenyum dalam foto itu.
Icha sangat ingin ikut menjenguk Dhani bersama teman-temannya saat ini. Tapi ada Anita yang juga berada dirumah sakit. Icha tidak ingin mencari masalah dengan Anita. Makanya lebih baik jika Icha tidak pergi.
Icha mengembalikan posisi foto itu ketempat semula. Icha segera bangun dan berganti pakaian. Lalu Icha keluar kamar dan melihat ibunya seperti sedang bicara dengan seseorang didapur. Icha menghampiri Ibunya didapur dan rupanya Mbk Zullfa datang. Icha pun ikut membantu memasak.
Icha curiga dengan apa yang sedang dimasak ibunya itu dengan mbk Zullfa. Makanannya lumayan banyak. Akan ada acara apa? Tanya Icha dalam hatinya. Icha masih mengamati ibunya dan Mbk Zullfa yang sedang memasak. Icha mengambil buah didalam almari es dan memakannya.
“Cha, habis ini ikut mbk Zullfa nganterin makanan ke rumah sakit ya?” pinta ibunya.
“Ehh??? Aku?” tanya Icha tak percaya.
“Iya... kamu gak pengen lihat keadaannya Dhani Cha?” tanya mbk Zullfa.
“Owh... i... iya...” jawab Icha sedikit ragu-ragu.
***
Icha sedikit ragu sebenarnya untuk pergi kerumah sakit. Takut Anita akan membuat ulah lagi. Tapi Icha juga merasa tidak enak jika menolak ajakan mbk Zullfa. Disamping itu Icha juga penasaran dnegan keadaan Dhani saat ini.
Saat Icha masuk kekamar perawatan Dhani, dia tidak melihat Anita ada disana. Hanya ada Om Afri dan Tante Fitri saja. Icha tak lupa memberi salam pada ayah dan ibu Dhani itu. Icha melihat Dhani yang sudah tidak pakai oksigen lagi. Apa dia sudah sadar? Tanya nya dalam hati.
“Dhani tadi udah sadar koq Cha..., benturan keras dikepalanya itu gak buat dia lupa sama kamu, pertama buka mata yang ditanyain kamu” kata Om Afri.
“Owhhh jadi Dhani udah sadar ya Om... syukurlah...” jawab Icha.
“Baru aja tidur Cha...” lanjut Tante Fitri.
“Om dan tante gak ngelarang kamu kalau kamu sama Dhani saling suka, tapi masalahnya Mbk Zullfa kan sudah dijodohkan sama mas mu Cha...” kata Om Afri.
“Icha udah gak suka lagi koq Om sama Dhani.” Kata Icha menyangkal.
“Boong tu Yah...” suara seseorang itu membuat Icha terkejut. Icha menghampirirnya. Mata Icha saat ini seperti mau lepas. Ayah, ibu Dhani dan mbk Zullfa keluar kamar dan meninggalkan mereka berdua.
“Kamu gak apa-apakan?” tanya Icha.
“Gak apa-apa..., sini peluk aku...” Pinta Dhani dan Icha pun menurutinya. Icha sangat senang Dhani baik-baik saja.
***
Icha menyuapi Dhani makan saat ini. Dhani seperti sudah 1 tahun tidak makan saja. Icha hanya bisa tersenyum melihat tingkah Dhani itu. Sudah lama mereka tidak tersenyum bersama. Ayah dan Ibu Dhani terlihat senang anaknya bisa tersenyum dan makan seperti itu. Icha dengan sabar menyuapi Dhani yang sedang makan itu.
Seusai makan, Dhani ingin jalan-jalan dengan kursi roda bersama Icha. Akhirnya mereka berjalan-jalan mengelilingi rumah sakit. Selama berjalan-jalan mereka kembali tak bicara satu sama lain.
Icha tiba-tiba menghentikan langkahnya saat Dhani memegang tangannya. Icha pun hanya bisa menghela napasnya. Icha tahu Dhani sebenarnya ingin mengatakan sesuatu padanya hanya saja Dhani tidak bisa mengatakannya.
Icha melanjutkan jalannya dan mengajak Dhani ketaman rumah sakit. Icha menghentikannya disana. Icha menghirup udara yang sedikit lembab karena baru saja hujan. Dhani terlihat sedikit murung. Icha mengelus pundak Dhani agar dia semangat lagi. Dhani pun membalas memegang tangan Icha yang masih berada dipundaknya itu.
“Dengan mencintaimu, aku belajar banyak hal” kata Dhani tiba-tiba membuka pembicaraan diantara mereka.
“Belajar apa?” tanya Icha.
“Banyak. Belajar berkorban, bersabar, menahan diri dan belajar menyembuhkan luka diri sendiri” jawabnya sambil menatap langit.
“Menurutku, sangat sulit seseorang menyembuhkan lukanya sendiri” kata Icha sambil duduk dibangku taman tak jauh dari Dhani.
“Hehehemmm kamu benar, tapi itulah yang aku lakukan, saat ini aku ingin sekali memelukmu, hanya saja aku ingin memelukmu sebagai mantan kekasih yang masih berharap bisa kembali” jawab Dhani.
“Hahahaha... jangan merusak persaudaraan hanya karena keinginanmu memelukku saat ini ya...” kata Icha menggoda.
“Hahahaha... sejak kapan kamu jadi kayak gini... hahahaha” tanya Dhani sambil tertawa.
“Salah sendiri siapa suruh ngindarin aku..., Dhan... meskipun aku juga masih berharap kita bisa seperti dulu lagi..., tapi sepertinya kita harus mulai berpikir dewasa sekarang..., kita bukan lagi anak kecil kan..., mungkin kita akan menemukan jalan hidup masing-masing, tapi bisakah kita berteman seperti dulu? Yahh aku tahu ini pasti akan sulit membedakan mana perasaan sayang dan perhatian sebagai teman, tapi...aku ingin kita kembali seperti dulu lagi” kata Icha.
“....” Dhani terdiam setelah mendengar kata-kata Icha itu.
“Dhan...” panggil Icha sambil memegang tangan Dhani.
“Gimana kalo kita bikin janji aja...” Tawar Dhani.
“Janji apa?” Tanya Icha.
“Aku akan kuliah di Australia bersama Anita, kita bertemu lagi setelah 4 tahun, jika masih ada getaran diantara kita, berjanjilah untuk kembali padaku.” Jawab Dhani sambil memegang tangan Icha.
“Kamu yakin?” Tanya Icha.
“Iyap, saat kita bertemu dan jujur akan perasaan masing-masing, dan ketika perasaan itu masih ada, maka aku akan berusaha untuk memperjuangkan hubungan kita bagaimana pun caranya” jawab Dhani sambil tersenyum.
“Aku gak yakin” kata Icha sambil melepaskan tangan Dhani darinya.
“Kamu sendiri yang minta aku untuk gentleman ngakuin semuanya didepan keluarga kita, dan mempertahanin hubungan kita, tapi kenapa sekarang kamu yang nyerah sihc Cha...” Tanya Dhani.
“Lalu gimana sama Anita, Rasyid? Kamu gak mikirin mereka berdua? Belum lagi mbk Zullfa sama mas Rezza, akan ada banyak orang yang terluka karena hubungan kita Dhan...” jawab Icha.
“Hidup ini pertarungan Cha, jika tidak ingin melukai tanganmu dengan darah orang lain, maka darahmulah yang akan ada ditangan orang lain. Ibarat sedang berperang, kita mundur dulu, baru kita akan menyerang lagi. Pertarungan ini pasti akan membutuhkan banyak pengorbanan, termasuk mereka yang telah kamu sebutkan tadi.” Jawab Dhani.
“...” Icha terdiam dan membuang pandangannya dari Dhani.
“Kita pikirkan ini nanti yah...” Kata Dhani.
“Waktunya gak banyak, tahun depan mas Rezza sama Mbk Zullfa udah nikah” Keluh Icha.
“Gak akan... percaya sama aku...” jawab Dhani sambil tersenyum pada Icha.
“Koq bisa?” tanya icha terkejut.
“Mbk Zullfa ada tawaran beasiswa S2 di Prancis” Jawab Dhani santai.
“Jadi maksudmu, pernikahan mereka ditunda?” Tanya Icha untuk meyakinkan.
“Iya sayang... kita akan mulai semua dari awal lagi” Jawab Dhani.
***
Sudah seminggu lebih Dhani ada dirumah sakit. Kini saatnya dia pulang kerumahnya. Bersama dengan Anita Dhani pulang dengan naik mobil Anita. Sebenarnya Icha juga datang kerumah sakit untuk mengantar kepulangan Dhani. Hanya saja saat tahu ada Anita, Ridwan segera menarik Icha menjauh dan bersembunyi.
Dhani sebenarnya tahu Icha datang, hanya saja dia berpura-pura tidak melihatnya. Karena jika Anita tahu masalah akan semakin rumit. Makanya Dhani diam saja.
***
Liburan semester ini rencananya Dhani ingin pergi jalan-jalan ke Bandung. Sepertinya Dhani harus menundanya, karena baru saja dia keluar dari rumah sakit. Lagi pula orang tuanya tentu tidak akan mengizinkannya. Maka dari itu Dhani hanya menghabiskan liburannya dirumah saja. Bermain PS dari pagi hingga malam.
Sementara Icha berlibur di Surabaya ditempat neneknya. Beberapa kali Icha mengupload foto-fotonya saat jalan-jalan di Surabaya di akun instagramnya. Dhani yang melihat foto-foto itu menjadi iri pada Icha yang bisa jalan-jalan. Dhanipun mengirim pesan pada Icha.
‘Sengaja ya bikin orang ngiri... -_-‘ tulisnya.
‘Iya... hahahahaha ^_^’ balas Icha.
***
Liburan sudah berakhir dan kini sekolahpun dimulai kembali. Icha sekarang sudah bukan kelas XI lagi. Begitu pula dengan Dhani, sekarang mereka semakin dewasa. Sebentar lagi mereka akan lulus. Sehingga sudah saatnya mereka serius belajar.
Icha semakin gencar mengikuti les bimbingan untuk persiapan masuk perguruan tinggi negeri. Sebenarnya Icha mendapat tawaran dari Ayahnya jika dia ingin melanjutkan study ke luar negeri, namun Icha masih memikirkannya.
Lagi pula Icha merasa dia masih sedikit kekanak-kanakan sehingga kalau dilepas terlalu jauh, takutnya Icha tidak bisa menjaga dirinya ketika diluar negeri nanti.
***
“Kenapa gak diterima aja sihc Cha...?” Tanya nenek Rasyid pada Icha.
“Gak ahh nek” jawab Icha singkat.
“Ya yang deket-deket aja Cha... kayak Malaysia, Singapore,” Sahut ibunya Rasyid saat mereka sedang memasak bersama didapur rumah Rasyid.
“Rugi Mah... kalo kuliah di Malaysia atau Singapore, ya gak Cha? Icha kan mau ambil jurusan Hukum, cocoknya kalo dia kuliah di Belanda noh...” Sahut Rasyid yang ikut ke dapur menganggu acara memasak mereka bertiga.
“Ya gak apa-apa... lagian juga bisa nunjang karir kamu juga Cha...” Jawab Neneknya.
“Hehehehe... Icha pikir-pikir dulu lah nek..., lagian juga sekolahkan baru dimulai lagi” Kata Icha mengalihkan pembicaraan.
“Emang Rasyid mau kuliah dimana?” Tanya neneknya.
“Aku? Ehmmm aku pengen ke Jepang dehc, boleh ya Nek...” Rengek Rasyid.
“Kalo kamu lulus tesnya, nenek biayain semuanya” jawab Neneknya.
“Wooo Hooo... oke nek... pokoknya kalau aku bisa lulus, nenek bakalan bayarin semua kuliahku plus biaya hidupnya ya nek... hahahaha... dada Icha..., aku tinggal jauh dehc... hahahahaha” Goda Rasyid pada Icha.
“Sekalian aja lu kuliah di kutub selatan sono hahahaha...” ledek Icha balik.
“Jahat amat lu Cha...” jawab Rasyid sambil manyun.
***
Icha terlihat sedang membaca beberapa brosur Universitas The Haque Belanda dan beberapa brosur Universitas lain baik luar negeri maupun dalam negeri. Icha terlihat bingung memilih yang mana. Icha menghela napasnya panjang.
Dhani melihat Icha dari kejauhan lalu menghampirinya. Dhani pun berdiri dibelakang Icha. Sebenarnya dia ingin mengagetkan Icha, namun Dhani mengurungkan niatnya. Dia melihat Icha sedang membolak-balikkan brosur yang ada ditangannya.
“Bingung ya?” Tanya Dhani mengagetkan Icha.
“Allah... ngagetin aja dehc... hobi banget sihc ngagetin orang?” Tanya Icha kesal pada Dhani yang selalu saja datang tak diundang dan pulang tak dijemput (Jelangkung kalee).
“Hahahaha... iya iya... maaf” Jawab Dhani.
“Kamu jadi ke Australia?” Tanya Icha.
“Iyap, aku sudah ngisi formnya. Tinggal ikut tesnya sama IELTS nya aja” Jawab Dhani.
“Ahhh... begitu rupanya...” kata Icha sambil membuang pandangannya.
“Kalo mau pergi, pergi aja..., di Belanda juga bagus koq” Celetuk Dhani.
“Ahhh gak, kuliah disini aja” jawab Icha.
“Kita ketemu di Indonesia 4 tahun lagi ya...” Kata Dhani sambil tersenyum lalu meninggalkan Icha.
Icha tahu Dhani sudah dengar keinginan ayahnya untuk menguliahkan Icha diluar negeri. Lagi pula pernikahan mbk Zullfa dan mas Rezza ditunda karena mas Rezza dan mbk Zullfa sama-sama masih ingin meneruskan kuliah S2 mereka.
***
Ayah dan Ibu Icha sedang bercengkrama ditaman belakang. Rumah mereka menjadi sangat sepi sekali pasti setelah ini. Tidak terasa mereka berdua sekarang sudah tua. Melihat anak-anak mereka yang sudah beranjak dewasa.
Ayah Icha pun sudah berniat pensiun dari perusahaannya. Namun melihat mas Rezza yang sepertinya masih ingin melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi, sepertinya keinginan itu harus diurungkannya.
“Kalau Icha sama Rezza sama-sama keluar negeri, terus kita sama siapa ya Yah?” Tanya Ibu Icha pada Ayahnya.
“Kan kita bisa bebas kalau tidak ada mereka berdua, heemm, kamu masih bisa bikin adik untuk Icha kan?” Goda Ayah Icha.
“Ayah ini apa-apaan sihc, Bunda ya udah gak bisa lah yah... kalau buat anak lagi, tapi....”
“Ahhhh hahahaha....”
“Ayah... Bunda.... gak bisa..., selama aku sama Mas Rezza masih disini..., Oke...” Sahut Icha tiba-tiba mengagetkan ayah dan bundanya.
“Heh anak nakal, sejak kapan masuk rumah gak pakek salam”
“Salah sendiri gak denger anaknya dateng” kata Icha sambil manyun.
“Udah, masuk kamar sana, ganti baju, mandi, makan, istirahat, kamu pasti capek banget seharian sekolah sama les” kata Ibu Icha menyuruh anaknya untuk segera istirahat.
“Iya Bunda..., owh iya Ayah...”
“Apa?” Tanya Ayahnya sambil membaca koran.
“Icha, udah putusin buat kuliah di luar negeri.” Kata Icha.
“Beneran? Kemana?” Tanya ayahnya.
“Ke Belanda Boleh? Icha kan mau ambil hukum,” jawab Icha.
“Oke, Ayah urus nanti, yang penting, Icha sekarang belajar, jangan lupa Ujian Nasionalnya harus bagus, Oke?”
“Siap AYAH....” Jawab Icha sambil hormat pada ayahnya. Lalu memeluk ayahnya bahagia.
***
Icha dan Dhani sama-sama mengikuti latihan tes IELTS ditempat yang sama. Karena mereka satu development yang mengurus kuliah mereka diluar negeri. Mereka sangat serius belajar bahasa inggris mereka. Tak hanya bahasa Inggris, Icha sekarang juga mulai mengambil les bahasa Belanda untuk persiapannya.
Icha dan Dhani saling mendukung satu sama lain. Meski Dhani harus dibuat cemburu setiap kali Rasyid mengantar jemput Icha ketempat les maupun ketempat latihan tes. Dhani tidak pernah menunjukkan kecemburannya. Karena Rasyid begitu baik pada Icha dan juga padanya. Selain itu Rasyid pun tahu perasaan Dhani terhadap tunangannya itu.
Rasyid pun hanya bersikap biasa. Dia tahu hati Icha itu untuk siapa. Lagi pula Dhani adalah mantan pacar Dias yang sekarang menjadi kekasihnya.
***
Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Kini tiba saatnya medan pertempuran terbesar para pelajar Indonesia. Yaitu UJIAN NASIONAL. Dengan 50 tipe soal yang berbeda membuat setiap ruangan satu siswa akan mendapat tipe soal yang berbeda-beda.
Banyak trik yang masih saja dilakukan oleh para pelajar. Seperti membeli kunci jawaban ataupun yang lain. Icha dan teman-temannya sangat miris melihat hal seperti itu. Icha tahu dia akan kalah dari teman-temannya yang lain yang mempunyai kunci jawaban, tapi Icha ingin mengukur kemampuannya sendiri.
Icha dibesarkan didalam keluarga agamis meski dia tidak berjilbab. Icha tahu perbuatan curang itu dilarang oleh agama. Maka dari itu Icha tidak ikut melakukan hal tersebut.
Begitu pula dengan semua teman-temannya. Icha selalu menyeramahi teman-temannya ketika mereka baru memiliki niatan untuk ikut membeli kunci jawaban.
***
Icha meminta doa restu dari kedua orang tuanya dan juga kakaknya karena hari ini adalah hari terakhir ujian nasionalnya. Icha sangat tegang sekali karena mata pelajaran hari ini adalah ekonomi dan bahasa Inggris.
Icha berangkat dengan Dhani hari ini. Dhani sudah siap dari tadi didepan rumah Icha. Saat Icha keluar rumah diantar kedua orang tua dan kakaknya, Dhani turun dari motornya dan ikut meminta doa restu dari mereka.
***
Icha sangat serius membaca setiap soal demi soal. Meskipun soal-soal ujian nasional tidak sesulit soal-soal olimpiade ekonomi yang pernah diikuti olehnya, namun tetap saja Icha masih merasa gugup.
Icha melihat jam ditangannya. Masih 30 menit lagi uiiannya. Icha kembali mengkoreksi semua jawabannya sebelum akhirnya dia salin semua jawabannya kelembar jawaban komputer.
***
Seusai Ujian, Icha meminta Dhani untuk segera pulang. Icha merasa kurang enak badan sekarang. Mungkin karena dia terlalu berpikir keras dan belajar terlalu keras. Sehingga sekarang badannya tidak kuat lagi. Dhani pun mengiyakannya.
Dhani menawarkan untuk mengantar Icha kerumah sakit, namun Icha menolak. Icha meminta Dhani untuk cepat, Icha sudah merasa sangat pusing sekarang.
Dhani merasa khawatir dengan keadaan Icha itu. Dia takut Icha akan sakit keras. Padahal sebentar lagi tes masuk perguruan tinggi. Belum lagi tes IELTS yag sesungguhnya.
Dhani meminta Icha untuk istirahat dan minum obat agar cepat sembuh. Icha pun hanya mengangguk. Setelah Icha masuk kedalam rumahnya Dhani pun segera pulang.
***
Panas Icha sedari tadi tidak kunjung turun padahal sudah dikompres. Icha juga menggigil sejak tadi. Ibunya sangat kebingungan melihat keadaan putrinya itu. Tidak biasanya Icha sakit seperti ini.
Sejak pulang sekolah tadi, Icha tidak makan apapun dan sudah terlihat pucat sekali. Mas Rezza menyarankan agar Icha dibawa kerumah sakit saja. Takutnya jika Icha sakitnya bertambah parah.
Ayah dan ibunya pun akhirnya memutuskan untuk membawa Icha kerumah sakit agar segera mendapat perawatan yang intensif. Dan saat selesai diperiksa dokter, Icha mengidap penyempitan saluran limpha yang diakibatkan dari kelelahan yang hebat.
Dokter menyarankan Icha dirawat beberapa hari dirumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keluargapun mengiyakan apa yang disarankan oleh dokter. Icha segera dibawa keruang perawatan. Icha erlihat sangat lemas dengan infus yang melekat ditangan kirinya.
***
Dhani berlari menuju meja receptionis untuk menanyakan dimana Icha dirawat. Setelah tahu diamana ruangan Icha berada, Dhani segera menghubungi Ridwan untuk segera menyusulnya kerumah sakit sekarang.
Dhani mendapat kabar Icha masuk rumah sakit dari mbk Zullfa yang diberitahu oleh mas Rezza. Ketika mendengar kabar itu tanpa berpikir panjang lagi Dhani segera meluncur kerumah sakit.
Dhani melihat Icha yang masih terkapar lemah ditempat tidurnya. Dhani menghampirinya dan memegang dahi Icha. Ahhh masih panas rupanya. Kata Dhani dalam hati. Dhani merasa sangat khawatir melihat kondisi Icha saat ini.
Dhani bertanya pada ayah ibu Icha tentang penyakit yang diderita Icha hingga dia seperti itu. Setelah tahu penyakit Icha itu, Dhani merasa lega karena Icha tidak mengalami sakit yang terlalu serius. Dhani meminta izin untuk menjaga Icha malam ini. Dhani pun mendapat izin itu dari kedua orang tua Icha dan juga mas Rezza.
***
Icha terbangun dari tidurnya ditengah malam. Dia melihat sekitar dan dia begitu kebingungan, bukankah ini dirumah sakit pikirnya. Dia melihat seseorang sedang tidur dikursi sofa tak jauh dari tempatnya tidur. Sepertinya Icha mengenal siapa orang itu.
Icha hapal betul postur tubuhnya. Tidak salah lagi itu pasti Dhani. Icha melihat tangan kirinya dipasang infus. Sakit apakah dirinya? Tanyanya dalam hati. Icha sangat haus dan air minumnya sangat jauh darinya. Icha menoleh kesamping dan melihat handphonenya tergeletak diatas meja dekat obat-obatnya.
Icha mengambil handphonenya itu dan mengirim pesan kepada seseorang. Tak lama kemudian suara handphone berbunyi dan menyebabkan Dhani terbangun dari tidurnya karena mendengar handphonenya berbunyi.
Dhani menoleh dan melihat Icha sudah bangun. Dhani berdiri dan menghampiri Icha. Dhani membelai rambut Icha perlahan.
“Kenapa?” tanya Dhani.
“M-I-N-U-M” jawab Icha.
“Ya Allah... mau minum aja pakek acara sms segala” kata Dhani sambil mengambilkan minum untuk Icha.
“Ayah sama Bundaku sama mas Rezza kemana?” tanya Icha sambil minum air putih yang dibawakan Dhani padanya.
“Mereka pulang, besok pagi kesini, aku udah bilang sama mereka, aku yang jagain kamu malam ini” jawab Dhani sambil duduk disamping Icha.
“Owh... aku koq laper ya?” kata Icha.
“Hahh... orang sakit emang gak pernah salah...” jawab Dhani sambil pergi mengambil kotak makanan dimeja yang tak jauh darinya.
“Hehehehehe... orang sakit emang gak pernah salah hahahahaha...” jawab Icha sambil tertawa melihat Dhani seperti itu.
***
Dhani terbangun dari tidurnya saat alarmnya berbunyi. Saat Dhani membuka matanya, Icha terlihat masih tertidur lelap. Dhani segera mematikan alarmnya agar Icha tidak ikut terbangun. Dhani pergi ke toilet untuk mencuci muka sebelum dia pergi.
Semalam Dhani sudah mengabari Rasyid tentang keadaan Icha. Bagaimanapun juga Rasyid adalah tunangan Icha. Dia perlu tahu keadaan Icha. Rasyid merasa berterima kasih karena Dhani telah memberinya kabar.
Seusai mencuci muka, Ridwan datang menjenguk Icha. Dhani memberi Ridwan isyarat dengan jari telunjuknya yang dia letakkan dibibirnya yang menandakan Ridwan untuk pelan-pelan. Icha masih tidur.
Dhani mengajak Ridwan untuk bicara diluar dulu. Takutnya pembicaraan mereka nanti menganggu tidur dan istirahat Icha. Icha kan masih dalam keadaan sakit.
“Jagain dia dulu dehc, gue mau pulang dulu, mandi terus ganti baju, nanti sore gue kesini lagi” kata Dhani meminta kepada Ridwan.
“Tenang aja... kayak lu gak kenal gue aja Dhan..” jawab Ridwan.
“Anak-anak udah lu kabarin?” tanya Dhani.
“Udah, mereka juga kaget sihc, si Icha bisa sakit juga” jawabnya.
“Gue juga heran, tuh anak bisa sakit hahaha... udah gue pulang dulu bro” kata Dhani berpamitan.
***
Icha sudah bisa pulang sekarang karena dokter mengatakan bahwa keadaan limphanya sudah membaik sekarang. Icha harus makan makanan yang bergizi mulai sekarang agar kesehatannya tidak terganggu. Icha mengiyakannya dan segera mengajak keluarganya untuk segera pulang.
Jujur saja Icha sangat tidak suka dengan rumah sakit apa lagi bau obat-obatan yang sangat menyengat membuat Icha sangat jarang sekali datang kerumah sakit kalau bukan saudara dekat, keluarga atau teman dekatnya yang sakit.
***
Saat sampai rumah, Icha segera masuk kamarnya dibantu oleh kakak dan bundanya. Saat tiba di kamarnya, Icha segera merebahkan diri ditempat tidurnya yang beberapa hari ini tidak dia tiduri.
“Udah istirahat aja... kalo butuh apa-apa, BBM mas aja, “ kata mas Rezza.
“Ehmm...” jawab Icha.
***
Icha sudah bisa beraktifitas seperti biasanya. Meski sering mendapat omelan dari keluarganya, namun Icha memang bandel dan tidak mau mendengarkan nasehat orang tuanya. Icha sudah lari-lari pagi, dan mulai latihan dance lagi untuk mengisi waktu liburnya seusai Ujian Nasional.
Icha memang mudah bosan dirumah, terkadang icha juga jalan-jalan dengan Dhani dan kawan-kawannya ke Mall ataupun pergi karaokean dengan Rasyid dan keponakan-keponakannya.
Icha melakukannya sebelum waktunya dia curahkan untuk fokus ke tes IELTS dan tes masuk The Haque University Belanda. Makanya waktu liburnya yang tersisa dia manfaatkan sebaik mungkin saat ini.
***
Hari dimana semua siswa SMA menantinya kini telah datang. Hari ini adalah pengumuman ujian nasional yang telah mereka lalui bulan lalu. Icha sangat berdebar-debar menunggu hasil ujiannya yang hari ini diambil oleh Bundanya. Ayah Icha sedang tugas keluar kota sehingga tidak bisa mengambil hasil ujian nasional Icha.
Icha sudah terlihat mondar-mandir diruang tamu menunggu Bundanya pulang. Saat Icha mendengar suara mobil baru saja memasuki rumahnya, Icha segera bergegas membukakan pintu. Bundanya sudah didepan pintu sambil membawa sebuah map berwarna biru gelap itu.
“Gimana Bun? Icha lulus gak?” tanya Icha sambil terus mengejar bundanya.
“Mau tau aja apa mau tahu banget?” goda bundanya.
“Ahhh bunda... Icha serius nihc, jantungnya Icha udah mau copot...” kata Icha sambil menyusul Bundanya duduk disofa.
“Anaknya bunda gak mungkin gak lulus dong... ini...” jawabnya sambil memberikan hasil ujian nasional putrinya itu.
Icha terlihat senang dia bisa lulus SMA, ditambah lagi rata-rata nilainya juga lumayan bagus meski dia tidak mendapat peringkat di sekolahnya. Icha tahu dia pasti akan kalah dari teman-temannya yang menggunakan kunci jawaban. Bundanya juga tidak memarahi hasil yang diperoleh oleh anaknya itu.
“Yang penting anaknya bunda ngerjain soalnya jujur oke...” kata bundanya.
“Iya dong bun...” jawab Icha.
***
Malam ini semua teman-teman terdekat Icha termasuk Rasyid, Dhani, Dias, Ridwan, Rachman, Irfan, Dimas, Rima, Iis, Putri, dan Lyly datang kerumah Icha untuk merayakan kelulusan mereka semua.
Mereka tidak ingin melakukan corat-coret seragam seperti pelajar-pelajar lain. Karena mereka ingin suatu saat memakai seragam-seragam itu lagi untuk acara reuni ketika mereka dewasa nanti. Icha sengaja menyiapkan pesta malam ini untuk semua teman-temannya.
Dalam pesta itu pula semua sepakat untuk memakai seragam batik sekolah. Hal itu mereka lakukan karena mulai sekarang mereka tidak akan lagi menggunakan seragam itu lagi. Setidaknya hari ini sebagai kenang-kenangan mereka yang terakhir.
“Akhirnya kita di masa-masa transisi” celetuk putri sambil makan cemilan yang disiapkan Icha.
“Ehhh??? Koq bisa?” tanya Iis.
“Kita udah bukan anak SMA, dan belum menjadi mahasiswa, jadi apa dong?”
“Hahahahahahaha... Iya dehc...” jawab teman-temannya.
“Foto yuk” Ajak Iis
“Ahhhh iya buat kenang-kenangan kita” jawab Ridwan.
Jepret.... suara kamera itu terdengar setelah foto kebersamaan mereka telah diabadikan. Persahabatan mereka memang tidak mulus-mulus saja, terutama, Dimas, Icha dan Rima. Kini semua sudah kembali seperti dulu lagi. Foto ini akan menjadi kenang-kenangan mereka nanti ketika sudah saatnya mereka bertemu lagi disaat mereka telah mencapai semua yang mereka impikan. Begituah mimpi mereka malam itu.
***
Icha mendengar kurir pengantar surat sepertinya baru saja datang. Dia menengok dari jendela kamarnya, lalu keluar rumah. Icha mengecek kotak surat didepan rumahnya dan ada sebuah amplop dengan lambang The Haque University.
Icha tahu ini pasti surat pemberitahuan penerimaannya dari The Haque University. Icha segera membukanya dan membacanya. Ahhh bahasa inggris rupanya. Icha sudah sangat takut kalau surat itu berbahasa belanda.
“Ahhh... hahaha... yes yeyeyeyeyeeyeye... Bunda... Ayah... Icha keterima di The Haque University.... Ayah... mas Rezza.. bunda....” teriak Icha dari luar. Icha senang karena hasil tes IELST dan tes pendaftarannya mendapatkan hasil yang memuaskan.
***
Hari ini Icha sangat sibuk mengurus keperluan kuliahnya nanti. Dia mulai memperbaharui pasport dan visanya. Icha juga segera membuka rekening di bank Belanda yang membuka cabang di Indonesia. Icha juga sudah memesan tiket pesawat untuk penerbangan 1 minggu sebelum kuliahnya dimulai pada bulan september nanti.
Dhani yang mengetahui Icha telah diterima di The Haque University Belanda, ikut senang. Dhani mengajak Icha untuk makan malam dengan teman-temannya malam ini sebagai perayaan. Icha pun menyetujuinya.
***
“Ciye... 2 2 nya sekarang bakalan kuliah jauh-jauhan dehc...” ejek Rima pada Icha dan Dhani.
“Iya nihc.. yang satu ke selatan yang satunya ke barat” lanjut Putri.
“Untungnya ke barat bukan mau ngambil kitab suci ya hahahaha” Celetuk Dimas yang disambung dengan tawaan teman-temannya yang lain.
“Emang lu kire Icha kera sakti?” Tanya Rahcman yang juga masih tertawa.
“Tapi mendingan mereka jauh-jauhan jarak, dari pada kelihatannya deket tapi gak pernah ngomong satu sama lain, capek tau’ ngelihatin kalian kayak gitu dulu” Lanjut Ridwan.
“Hahahaha... seperti lagunya last child dan gisele ‘kita telah lewati rasanya yang pernah mati, bukan hal baru bila kau tinggalkan aku, tanpa kita mencari jalan untuk kembali takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku’, sesuai banget kayak aku sama Dhani, iya gak?” tanya Icha pada Dhani dengan senyuman.
“Hahahaha... dasar oldies... iya iya...” jawab Dhani.
***
Sudah saatnya Icha berangkat. Jelas hari ini dia tidak akan melihat Dhani karena beberapa hari yang lalu Dhani sudah berangkat ke Australia. Icha pun ikut mengantarkannya. Icha sangat berat harus meninggalkan kakaknya dan bundanya serta ayahnya. Untung saja mas Rezza tidak jadi ambil S2 nya di luar negeri, sehingga dia bisa menemani ayah dan bundanya di sini.
Icha berpamitan dengan ayah, bunda dan mas Rezza, tak lupa Rasyid dan juga neneknya juga hadir saat mengantar Icha berangkat di bandara. Rasyid terus menggoda Icha yang menangis agar Icha dapat tersenyum.
“Kabarin kalau sudah sampai Belanda nanti ya?” pesan Bundanya.
“Iya iya..., Syid, jagain nenek ya, nenek hati-hati disini yah..., titip salam buat tente Lita sama dedek Lala Poo, mas Rezza titip salam buat mbk Zullfa”
“Iya iya Cha... nanti aku salamin” jawab Rasyid.
“Kapan berangkat ke Jepang?” tanya Icha lagi.
“Lusa, udah berangkat sana..., ntar ketinggalan pesawat aku gak mau ngenterin ahhh” goda Rasyid.
“Yeee siapa juga yang mau dianterin ama lu, udah aku berangkat dulu ya semuanya, Assalamualaikum...” Pamit Icha.
“Wa’alaikumsalam... hati-hati Cha...” semua orang melambaikan tangan ke Icha yang sudah mulai berjalan meninggalkan keluarganya untuk pergi ke Belanda.
Icha mengingat-ingat kata-kata Dhani beberapa hari lalu saat dia mengantarkannya berangkat ke Australia.
“Kita berpisah di tanggal 24 September 2014, pukul 16.09 lebih 20 detik. Kita akan ketemu 4 tahun lagi tepat disini, pada tanggal 24 Juli 2018. Pada jam yang sama. Kalau saat aku menatapmu pertama kali nanti masih ada rasa, aku akan perjuangkan apa yang pernah hilang dari kita, mengerti? Belajarlah dengan baik, tunggu aku, ya...” katanya waktu itu dan Icha selalu mengingatnya sampai saat ini.
“Tunggu aku juga Dhan...” kata Icha dalam hati sambil tersenyum dan terus berjalan menuju dalam pesawat dengan penuh semangat.
Chapter VIII
“
Dostları ilə paylaş: |